Bab 51: Kegelisahan dan Rasa Bersalah
Di dalam kamar yang sunyi, Elea duduk di tepi ranjang, memandang ke luar jendela. Hatinya terasa berat, dihimpit oleh rasa bersalah yang menghinggapi setiap pikiran dan perasaannya. Alaric, pria yang begitu mencintainya, telah menunjukkan kepedulian dan kasih sayang yang tulus. Namun, perasaan gelisah mengenai Flynn, mantan suaminya, selalu mengganggu hatinya. Ia merasa khawatir jika ketidakpastian dan kegelisahannya ini akan menyakiti Alaric.Elea menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Ia tahu, walaupun masa lalu tak bisa diubah, ia harus melangkah maju. Ia harus bisa memberi ruang untuk kebahagiaannya bersama Alaric, yang telah menjadi suami yang baik dan penyayang.Tiba-tiba, suara ketukan lembut terdengar di pintu. Alaric masuk, mengenakan pakaian santai yang menunjukkan sisi lembut dan penuh perhatian dari dirinya. Matanya yang hangat memandang Elea, lalu ia mendekat, duduk di sampBab 52: Pesta Pangeran LandbirdDi istana Landbird, suasana pesta sudah begitu meriah, namun di tengah keramaian itu, Elea merasakan ketegangan yang luar biasa. Setiap langkah yang ia ambil seolah dikelilingi oleh bisikan-bisikan yang menyakitkan, dari para bangsawan yang seakan tidak bisa melupakan masa lalu Elea sebagai ratu yang dikhianati. "Inilah dia, sang ratu yang dibuang," bisik seorang bangsawan kepada rekannya. "Berani sekali dia datang ke sini setelah apa yang terjadi."Meskipun suara-suara tersebut terbisik pelan, Elea tak bisa menghindar dari kenyataan bahwa ia adalah pusat perhatian. Setiap pasang mata seolah menghakimi, menilai, dan mencatat segala gerak-geriknya. Namun, Elea berusaha keras untuk tetap tenang, berusaha mengabaikan bisikan-bisikan itu. Alaric yang berjalan di sampingnya merasakan kegelisahan yang terpancar dari istrinya."Tenang, sayang," kata Alaric lembut, menggandeng tangan Elea dengan erat. "Aku di sini ber
Bab 53: Rasahia yang TerungkapDi tengah riuhnya pesta, saat para tamu menikmati hidangan dan musik yang mengalun merdu, Beatrice, dengan tatapan penasaran, mendekati Flynn. Ia memandang bayi yang terbaring di pangkuan suaminya dan bertanya, "Sayang, apakah kamu sudah memikirkan arti dari nama Pangeran Arvidus? Aku penasaran, apa arti dari kata 'Learre' yang ada dalam nama lengkapnya?"Namun, Flynn tak langsung menjawab pertanyaan itu. Ia menatap putranya dengan penuh kasih sayang, seakan tengah merenungkan setiap kata yang ingin diucapkan. Di dalam hatinya, ia menyimpan sebuah kenangan lama yang kini mulai menyakitkan untuk diingat. Nama *Learre*, yang tertulis dalam nama lengkap sang pangeran, adalah sebuah penghormatan tersembunyi, sebuah nama yang ia pilih untuk mengenang seseorang yang pernah sangat berarti baginya — seseorang yang kini telah jauh, bahkan terlupakan oleh dunia.Flynn menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan emosi yan
Bab 54: Kecurigaan FlynnKeesokan harinya, suasana di istana Landbird terasa tegang. Flynn, dengan tatapan serius dan penuh kekhawatiran, mengirimkan Lord Virel untuk mencari tahu keberadaan Sir Edwin. Ia ingin memastikan apakah ada sesuatu yang mencurigakan terkait hilangnya mantan pengawalnya tersebut. Flynn merasa bahwa ini bukan kebetulan, dan ia harus mengetahui lebih banyak, terutama setelah mendengar nama Baron Aldric yang datang mencarinya.Sementara itu, Beatrice merasa tidak nyaman dengan kehadiran Baron Aldric di istana. Ia tahu bahwa kehadiran pria tua itu bisa membuka kenangan masa lalu yang sangat ia coba tutupi. Ketika Beatrice mendengar bahwa Baron Aldric ingin bertemu dengannya, ia merasa sedikit terjebak. Namun, ia tahu bahwa untuk menjaga citranya, ia harus menghadapi situasi ini dengan tenang.Dengan langkah yang tenang namun penuh ketegangan, Beatrice masuk ke kamar tamu tempat Baron Aldric menginap. Begitu ia memasuki r
Bab 55: Lonceng KebahagiaanKabar gembira datang dari Kerajaan Veridion. Setelah bertahun-tahun menanti, Ratu Elea akhirnya dikabarkan mengandung. Berita ini menyebar dengan cepat, membawa kegembiraan yang meluap-luap di seluruh penjuru kerajaan. Dari rakyat jelata hingga para bangsawan, semuanya bersuka cita merayakan anugerah yang akhirnya tiba. Di istana Veridion, suara lonceng besar berdentang keras, menandai perayaan ini sebagai salah satu momen bersejarah kerajaan. Pelayan-pelayan sibuk mempersiapkan pesta, sementara para penasehat raja sibuk merancang rencana untuk memastikan keamanan dan kenyamanan sang ratu selama kehamilannya. Namun, kabar ini juga menjangkau Kerajaan Landbird, tempat Raja Flynn mendengarnya melalui utusan khusus. Di sisi lain, Grand Duke Marre dan Grand Duchess Lenora yang turut mendengar berita ini merasa bahwa mereka harus segera memberi selamat kepada Elea secara langsung. Sebelum berangkat ke Veridion, mer
Bab 56: Racun dalam Cangkir Teh Di Veridion, tradisi minum teh di kalangan para Lady dari keluarga bangsawan adalah salah satu momen paling dinantikan. Di taman kediaman Duke Cassian yang indah, sebuah meja panjang dihiasi porselen terbaik dan kue-kue yang menggiurkan. Lady Vivianne, dengan anggunnya, menjadi salah satu pusat perhatian siang itu. Seperti biasa, ia menampilkan senyum yang lembut, namun matanya penuh dengan kepandaian seorang manipulator. Bersama Vivianne, hadir Lady Clarisse, seorang wanita muda yang selalu haus akan gosip terbaru; Lady Ophelia, yang terkenal dengan kecerdasannya namun kadang terlalu kritis; Lady Estelle, yang memiliki kelembutan namun mudah dipengaruhi; dan Lady Margery, yang terkenal karena kecintaannya pada drama dan cerita sensasional. "Ratu Elea tampak begitu bersinar belakangan ini," ujar Lady Ophelia membuka percakapan, sambil menuang teh ke cangkirnya. "Berita kehamilannya membawa kebahagiaan yan
Malam perayaan itu akhirnya mencapai puncaknya. Setelah memberikan ucapan selamat dan menghadiri acara resmi, Raja Flynn dan rombongannya akhirnya meninggalkan istana Veridion. Namun, kepergian Flynn tidak serta-merta menghapus kegelisahan yang tersisa di hati Raja Alaric. Setelah semua tamu utama selesai memberikan penghormatan terakhir mereka, Alaric membawa Elea ke balkon istana untuk menikmati udara malam yang sejuk. Di bawah cahaya bulan, pasangan itu berdiri berdekatan. Elea tampak tenang, wajahnya berseri-seri menikmati keheningan malam setelah hari yang melelahkan. Namun, Alaric tampak sedikit gelisah. Ia memandang ke arah taman, seolah merenungkan sesuatu yang terus mengganggu pikirannya. Akhirnya, ia membuka suara. "Aku tidak menyukai tatapan Flynn padamu malam ini," kata Alaric tiba-tiba, suaranya rendah namun serius. Elea menoleh dengan alis terangkat. "Tatapan? Tatapan seperti apa yang kau maksud, Alaric?"
Bab 58: Rahasia yang Mulai Tersingkap Di dalam ruang pribadinya di Istana Landbird, Flynn duduk dengan wajah muram. Pandangannya kosong, menatap secarik kertas di atas meja yang sama sekali tidak menarik perhatiannya. Pikiran Flynn terus berputar, terjebak dalam labirin pertanyaan yang tak kunjung terjawab. Elea, yang dulu ia anggap tidak mampu memberikan keturunan, kini tengah mengandung anak dari Raja Alaric. Berita itu terus menghantuinya sejak ia kembali dari Veridion. Tatapan penuh kebahagiaan Elea di samping Alaric membuat hatinya semakin tertekan. Namun, lebih dari itu, pertanyaan yang terus mengusiknya adalah "Mengapa Elea bisa mengandung sekarang, tetapi tidak selama bersamaku?" Ia menghela napas panjang dan memijat pelipisnya. "Apakah... mungkin masalahnya bukan pada Elea?" gumamnya lirih. Pikiran itu membuat dadanya semakin sesak. Ia mulai memikirkan sesuatu yang selama ini ia hindari: kemungkinan bahwa penyeb
Bab 59: Kasih Sayang yang TimpangPagi yang cerah di Istana Lily, Beatrice sedang berada di kamar bayi Pangeran Learre, memastikan segala sesuatunya siap sebelum Flynn tiba. Meskipun sikap Flynn berubah dingin sejak kepulangannya dari Veridion, Beatrice berharap pertemuannya dengan Learre kali ini dapat mencairkan suasana. Ketika Flynn memasuki ruangan, Beatrice menyambutnya dengan senyum hangat. “Yang Mulia, Anda datang tepat waktu. Learre baru saja bangun,” katanya dengan suara lembut, berusaha menciptakan kehangatan. Namun, Flynn hanya mengangguk singkat tanpa menatap Beatrice. Matanya langsung tertuju pada bayi kecil di ranjang yang dikelilingi tirai sutra. Dengan langkah penuh keyakinan, ia mendekati ranjang itu, menatap Learre yang baru saja bangun. Flynn perlahan mengangkat Learre ke pelukannya. Wajah dinginnya yang semula kaku mulai melunak saat ia menatap putranya. Dengan jemarinya yang kokoh namun lembut, ia men
Bab 63: Bayangan PengkhianatanKerajaan Landbird sedang berada di puncak kegaduhan. Para bangsawan memadati aula besar istana, saling bersahut-sahutan menuntut hukuman bagi Ratu Beatrice. "Ini penghinaan bagi keluarga kerajaan! Ratu seperti itu harus dihukum mati!" seru Duke Geralt, memukulkan tongkatnya ke lantai marmer hingga gema suaranya terdengar. "Bahkan pengusiran dari istana tidak cukup! Kehormatannya sudah menghancurkan seluruh Landbird!" sahut Lady Sabine dengan suara lantang. Flynn yang duduk di singgasananya hanya menunduk, tatapannya kosong. Ia mencoba menahan gejolak emosinya sambil mendengar berbagai tuntutan dari bangsawan di sekitarnya. "Yang Mulia, Anda harus bertindak!" desak Earl Heston, melangkah maju. "Jika tidak, kita semua akan menjadi bahan cemoohan kerajaan lain." Flynn akhirnya mengangkat tangannya, meminta keheningan. "Cukup," ucapnya dengan suara serak. "Aku aka
Bab 62: Luka yang Terkuak Flynn duduk di ruang kerjanya, wajahnya suram. Di depannya, Lord Virel berdiri tegap, membawa laporan baru yang berhasil dia kumpulkan. "Yang Mulia," ujar Virel pelan namun tegas. "Saya telah menemukan bukti bahwa Ratu Beatrice mengutus salah satu prajuritnya untuk menyewa pembunuh bayaran. Mereka ditugaskan untuk menghabisi Sir Edwin." Flynn terdiam, jari-jarinya mengepal di atas meja kayu. "Jadi, benar ini semua adalah ulahnya?" tanyanya, suaranya rendah namun sarat emosi. "Benar, Yang Mulia," jawab Virel. "Namun ini bukan satu-satunya hal yang mengkhawatirkan." Flynn mengangkat alisnya, menatap Virel dengan tajam. "Apa maksudmu?" Virel melanjutkan, "Baron Aldric, dalam pertemuan bangsawan hari ini, membongkar klaim bahwa Putra Mahkota Learre mungkin bukan darah daging Anda." Flynn terkejut, wajahnya memucat. "Itu tuduhan yang tidak berdasar!" s
Bab 61: Kenangan yang Tak Terhapuskan Flynn duduk di kursinya, menatap medali kecil di tangannya. Ruangan itu sunyi, dan pikirannya kembali melayang ke masa lalu, masa ketika segalanya terasa lebih sederhana. Ingatan itu begitu jelas, seolah baru terjadi kemarin. Ia ingat bagaimana Elea selalu berada di sisinya, mengangkatnya saat ia terjatuh, menguatkannya saat ia merasa lemah. Ia tersenyum getir, lalu bergumam pada dirinya sendiri, "Kenapa semua itu harus berakhir seperti ini?" Masa Kanak-Kanak Flynn kecil berlari melewati lorong-lorong megah kediaman Grand Duke Marre. Suaranya terdengar memanggil, "Elea! Aku sudah sampai! Di mana kau?" Tak lama, seorang gadis kecil berambut hitam panjang muncul dari taman. Dia mengenakan gaun putih sederhana, tetapi langkahnya penuh percaya diri. "Flynn! Kau terlambat! Kita seharusnya sudah mulai bermain sejak tadi!" Flynn menggaruk kepalanya, tersenyu
Bab 60: Konfrontasi di Malam SunyiMalam itu, suasana di Istana Lily terasa sunyi dan tegang. Bulan bersinar terang, menerangi lorong-lorong istana yang megah. Baron Aldric, dengan langkah mantap dan mata yang menyala penuh amarah, berjalan menuju kamar Ratu Beatrice. Ia telah menunggu waktu yang tepat untuk melakukan konfrontasi ini, membawa rasa sakit dan dendam yang membakar di dadanya. Di dalam kamar, Beatrice sedang duduk di meja riasnya, menyisir rambut panjangnya dengan gerakan pelan. Meski tampak tenang, pikirannya dipenuhi kegelisahan. Sejak Flynn berubah dingin dan Baron Aldric tiba di istana, ia merasa seperti berada di ambang kehancuran. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka dengan kasar tanpa izin. Baron Aldric berdiri di ambang pintu, wajahnya penuh amarah. Beatrice berhenti menyisir, menatap pantulan Baron Aldric di cermin. "Ada apa, Baron?" tanyanya dengan nada dingin namun tetap anggun, seolah-olah ia tidak terg
Bab 59: Kasih Sayang yang TimpangPagi yang cerah di Istana Lily, Beatrice sedang berada di kamar bayi Pangeran Learre, memastikan segala sesuatunya siap sebelum Flynn tiba. Meskipun sikap Flynn berubah dingin sejak kepulangannya dari Veridion, Beatrice berharap pertemuannya dengan Learre kali ini dapat mencairkan suasana. Ketika Flynn memasuki ruangan, Beatrice menyambutnya dengan senyum hangat. “Yang Mulia, Anda datang tepat waktu. Learre baru saja bangun,” katanya dengan suara lembut, berusaha menciptakan kehangatan. Namun, Flynn hanya mengangguk singkat tanpa menatap Beatrice. Matanya langsung tertuju pada bayi kecil di ranjang yang dikelilingi tirai sutra. Dengan langkah penuh keyakinan, ia mendekati ranjang itu, menatap Learre yang baru saja bangun. Flynn perlahan mengangkat Learre ke pelukannya. Wajah dinginnya yang semula kaku mulai melunak saat ia menatap putranya. Dengan jemarinya yang kokoh namun lembut, ia men
Bab 58: Rahasia yang Mulai Tersingkap Di dalam ruang pribadinya di Istana Landbird, Flynn duduk dengan wajah muram. Pandangannya kosong, menatap secarik kertas di atas meja yang sama sekali tidak menarik perhatiannya. Pikiran Flynn terus berputar, terjebak dalam labirin pertanyaan yang tak kunjung terjawab. Elea, yang dulu ia anggap tidak mampu memberikan keturunan, kini tengah mengandung anak dari Raja Alaric. Berita itu terus menghantuinya sejak ia kembali dari Veridion. Tatapan penuh kebahagiaan Elea di samping Alaric membuat hatinya semakin tertekan. Namun, lebih dari itu, pertanyaan yang terus mengusiknya adalah "Mengapa Elea bisa mengandung sekarang, tetapi tidak selama bersamaku?" Ia menghela napas panjang dan memijat pelipisnya. "Apakah... mungkin masalahnya bukan pada Elea?" gumamnya lirih. Pikiran itu membuat dadanya semakin sesak. Ia mulai memikirkan sesuatu yang selama ini ia hindari: kemungkinan bahwa penyeb
Malam perayaan itu akhirnya mencapai puncaknya. Setelah memberikan ucapan selamat dan menghadiri acara resmi, Raja Flynn dan rombongannya akhirnya meninggalkan istana Veridion. Namun, kepergian Flynn tidak serta-merta menghapus kegelisahan yang tersisa di hati Raja Alaric. Setelah semua tamu utama selesai memberikan penghormatan terakhir mereka, Alaric membawa Elea ke balkon istana untuk menikmati udara malam yang sejuk. Di bawah cahaya bulan, pasangan itu berdiri berdekatan. Elea tampak tenang, wajahnya berseri-seri menikmati keheningan malam setelah hari yang melelahkan. Namun, Alaric tampak sedikit gelisah. Ia memandang ke arah taman, seolah merenungkan sesuatu yang terus mengganggu pikirannya. Akhirnya, ia membuka suara. "Aku tidak menyukai tatapan Flynn padamu malam ini," kata Alaric tiba-tiba, suaranya rendah namun serius. Elea menoleh dengan alis terangkat. "Tatapan? Tatapan seperti apa yang kau maksud, Alaric?"
Bab 56: Racun dalam Cangkir Teh Di Veridion, tradisi minum teh di kalangan para Lady dari keluarga bangsawan adalah salah satu momen paling dinantikan. Di taman kediaman Duke Cassian yang indah, sebuah meja panjang dihiasi porselen terbaik dan kue-kue yang menggiurkan. Lady Vivianne, dengan anggunnya, menjadi salah satu pusat perhatian siang itu. Seperti biasa, ia menampilkan senyum yang lembut, namun matanya penuh dengan kepandaian seorang manipulator. Bersama Vivianne, hadir Lady Clarisse, seorang wanita muda yang selalu haus akan gosip terbaru; Lady Ophelia, yang terkenal dengan kecerdasannya namun kadang terlalu kritis; Lady Estelle, yang memiliki kelembutan namun mudah dipengaruhi; dan Lady Margery, yang terkenal karena kecintaannya pada drama dan cerita sensasional. "Ratu Elea tampak begitu bersinar belakangan ini," ujar Lady Ophelia membuka percakapan, sambil menuang teh ke cangkirnya. "Berita kehamilannya membawa kebahagiaan yan
Bab 55: Lonceng KebahagiaanKabar gembira datang dari Kerajaan Veridion. Setelah bertahun-tahun menanti, Ratu Elea akhirnya dikabarkan mengandung. Berita ini menyebar dengan cepat, membawa kegembiraan yang meluap-luap di seluruh penjuru kerajaan. Dari rakyat jelata hingga para bangsawan, semuanya bersuka cita merayakan anugerah yang akhirnya tiba. Di istana Veridion, suara lonceng besar berdentang keras, menandai perayaan ini sebagai salah satu momen bersejarah kerajaan. Pelayan-pelayan sibuk mempersiapkan pesta, sementara para penasehat raja sibuk merancang rencana untuk memastikan keamanan dan kenyamanan sang ratu selama kehamilannya. Namun, kabar ini juga menjangkau Kerajaan Landbird, tempat Raja Flynn mendengarnya melalui utusan khusus. Di sisi lain, Grand Duke Marre dan Grand Duchess Lenora yang turut mendengar berita ini merasa bahwa mereka harus segera memberi selamat kepada Elea secara langsung. Sebelum berangkat ke Veridion, mer