Share

TIME

Penulis: Meybutjuly
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-21 23:27:40

"Kita sama - sama tidak ingin mengecewakan orang tua kita, jadi bekerja samalah!" Frans berusaha keras agar perkataannya didengar oleh Shiya.

"Hmmm baiklah terserah kau saja." Shiya berlalu pergi meninggalkan Frans yang masih duduk begitu saja.

***

"Hey cantik!" suara itu membuyarkan lamunan Shiya. Shiya tengah berdiri melamun di tokonya hingga membuatnya tak menyadari kedatangan Baro. Sebelumnya Baro sudah memberitahunya bahwa dirinya akan menemui Shiya di tokonya. Namun, tetap saja hal itu tidak membuat Shiya tidak terkejut dibuatnya.

"Baro? kau mengagetkanku." Shiya memejamkan matanya, kedua tangannya reflek memegang dada.

"Kenapa kau melamun? sedang memikirkan apa? ku harap kau memikirkanku hahaha." perkataan Baro berhasil membuat Shiya tersenyum.

"Apa yang membawamu kemari?"

"Aku merindukanmu Shiya."

"Rindu?" Shiya mengernyitkan kening heran.

"Iya, ayo temani aku sebentar!" Baro menarik tangan Shiya begitu saja dan membawanya masuk kedalam mobilnya membuat Shiya tak dapat menolaknya.

"Kau mau membawaku kemana?"

"Lihat saja nanti, kau tidak akan menyesal." Baro melajukan mobilnya. Perjalanan mereka cukup jauh karena membutuhkan waktu lebih dari satu jam.

"Ini dimana?" Shiya mengedarkan pandangannya dan melihat pemandangan yang sangat indah. Matanya disuguhi dengan sungai yang begitu tenang.

"Ayo!" Baro kembali menarik tangan Shiya. Ia membawa Shiya naik kedalam kapal pesiar yang ia sewa khusus untuknya dan Shiya. Didalamnya hanya ada beberapa pelayan saja dan tidak ada pengunjung lain.

"Kenapa kau membawaku kemari?"

"Aku hanya ingin makan bersamamu." Baro membawa Shiya duduk di meja yang telah di siapkan khusus untuk mereka berdua. Makanan mewah telah tersaji dimeja tersebut.

"Kenapa kau repot - repot seperti ini hanya untuk makan?"

"Karena aku suka." Baro menyunggingkan senyumnya pada Shiya, membuatnya semakin terlihat sangat tampan. Mereka berdua menghabiskan waktu hingga hari mulai gelap di kapal tersebut. Baro membawa Shiya berdiri di pinggir kapal untuk menikmati indahnya malam dari sungai. Tak lama kemudian terdengar bunyi berisik kembang api.

Duaaaarrrr... Duaaaaaar... Duaaaaaar

"Woah." Shiya begitu terpana melihat parade kembang api yang tanpa ia tahu adalah ulah Baro. Matanya berbinar, ia terlihat sangat takjub.

"Kau suka?" Baro bahagia memandang wajah Shiya yang terlihat sangat senang.

"Suka sekali. ini sangat indah, terima kasih telah membawaku kemari." Shiya terus tersenyum dan antusias melihat ledakan kembang api.

"Shiya." Baro memanggil nama Shiya hingga membuatnya mengalihkan pandangannya dari arah ledakan kembang api, lalu kemudian menatapnya. Namun, betapa terkejutnya Shiya saat melihat Baro tengah membawa seikat bunga di tangan kanannya dan cincin dalam kotak di tangan kirinya. Ia mulai merendahkan tubuhnya bersujud di hadapan Shiya.

"A-apa yang kau lakukan?"

"Shiya aku mencintaimu sejak pertemuan kita yang pertama. Aku ingin kau menjadi milikku. Jadilah kekasihku Shiya."

"Ma - maafkan aku, tapi aku..."

"Apa ini terlalu cepat? Ah maafkan aku, harusnya aku tidak melakukannya secepat ini. Aku hanya tidak mau kau jauh dariku. Kau tak perlu menjawabnya sekarang."

"Bu- bukan seperti itu maksudku. Sebenarnya aku juga sangat bahagia saat bersamamu tapi aku harus menikah bersama orang lain dalam waktu dekat." raut wajah Baro terlihat sangat kecewa, namun ia berusaha tetap tersenyum tegar.

"Maafkan aku, aku sama sekali tidak tahu. Harusnya aku tidak melakukan hal seperti ini padamu."

"Kau sama sekali tidak salah. Sebenarnya aku tidak menginginkan pernikahan itu, tapi orang tuaku memaksanya."

" Apa aku boleh tahu siapa yang akan menjadi suamimu?"

"Frans Dimejo. Pemilik Dimejo Group."

"Ah kenapa aku harus mengenalnya. Tunggu! bukankah dia sudah memiliki kekasih? dia membawanya saat makan bersama bukan?"

"Ya begitulah." Shiya menundukkan wajahnya dan memperlihatkan kesedihannya didepan Baro.

"Apa kau tak bisa membatalkannya dan menikahlah denganku saja? aku mohon, aku janji akan membahagiakanmu. Aku takut Frans akan menyakitimu kelak." Baro masih berusaha menyakinkan Shiya. Tapi apa boleh buat, dia tak bisa mengecewakan orang tuanya.

"Maafkan aku Baro, bisakah kau tetap menjadi temanku?" Shiya meraih kedua tangan Baro dan membuatnya berdiri. Shiya memeluk tubuh Baro dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria yang disukainya.

"Tentu saja, aku akan selalu menjadi temanmu. Jika suatu saat Frans menyakitimu, datanglah padaku!" Frans membalas pelukan yang Shiya berikan dengan erat.

***

Pagi ini Shiya sangat malas untuk bangun karena menyadari hari pernikahannya akan semakin dekat. Alih alih membantu menyiapkan pernikahannya, ia malah sibuk menghabiskan waktunya di toko dan menghabiskan waktu bersama Baro.

Sebelum pernikahannya dilaksanakan, Baro dan Shiya malah semakin dekat. Saat ini hubungan mereka seperti teman sesungguhnya. Tidak ada rasa canggung antar keduanya. Baro selalu datang menemui Shiya hanya untuk sekedar makan dan berbincang layaknya seorang sahabat yang selalu ada saat Shiya membutuhkannya.

"Kau harus terlihat tampan saat datang ke pesta pernikahanku!"

"Baiklah."

"Ayo kita cari baju untukmu!" Shiya bergegas mengajak Baro untuk pergi mencari baju untuk Baro. Mereka berhenti di sebuah toko yang cukup mewah dan lengkap menyediakan pakaian pria.

"Kau saja yang memilihnya!"

"Cobalah tuxedo ini!"

"Baiklah." Baro meraih tuxedo berwarna hitam itu dan pergi ke ruang ganti. Beberapa saat kemudian, Baro keluar dari ruang ganti dan memanggil Shiya.

"Shiya! apa bagus untukku?" ia memutar - mutar kan tubuhnya didepan cermin. Melihat pantulan dirinya sendiri.

"Hmmm coba ganti yang ini! Kau terlihat tampan apapun yang kau kenakan hihi." Perkataan Shiya membuat Baro tersenyum senang dan membuatnya makin semangat mencoba baju - baju yang Shiya pilihkan.

"Sayang sekali pria setampan ini kau campakan." Baro terkekeh melemparkan candaan pada Shiya.

"Beruntung sekali wanita yang kelak menjadi istrimu." Shiya sibuk merapikan kancing jas yang sedang Baro pakai. Bukannya ikut tertawa oleh candaan Baro, raut wajah Shiya malah terlihat kecewa.

Mereka terlalu lama bercanda juga baju yang Baro coba sangatlah banyak hingga tak menyadari waktu sudah larut dan toko pun akan segera tutup.

"Maaf nona tokonya sudah mau tutup, bisa saya bantu pembayarannya di kasir?" seorang pegawai toko tengah menghampiri mereka berdua.

"Ahh maafkan kami."

"Aku harus ambil yang mana?" Baro terlihat bingung melihat banyaknya baju yang ia coba.

"Aku juga tidak tahu haha, semuanya terlihat bagus di tubuhmu." Shiya malah terkekeh.

"Baiklah kalau begitu aku akan ambil semuanya."

"Apa kau gila? untuk apa sebanyak itu?" Shiya terkejut dan membulatkan kedua matanya mendengar perkataan Baro.

"Untuk ku pakai karena kau menyukainya." Lagi-lagi Baro melemparkan senyuman tampannya membuat siapa saja yang melihatnya akan terpesona dibuatnya.

"Hentikan senyuman mematikan mu itu!" Shiya terlihat kesal karena tak bisa dipungkiri, senyuman Baro memanglah sangat mempesona. Ia berlalu pergi ke kasir diikuti Baro dibelakangnya.

Bab terkait

  • I'm Not Lucy   D-day

    Shiya terlihat cantik bak putri dengan gaun indah yang terbalut ditubuhnya. Ia memperhatikan dirinya didepan cermin dan tersenyum menyadari kecantikannya. Namun, dalam hatinya ia sangat kecewa lantaran kecantikannya ia berikan pada orang yang menurutnya tidak tepat.CeklekIa mengalihkan pandangannya kearah pintu dan terlihat seorang pria tampan berjalan menghampirinya. Baro membawakan bucket bunga untuk Shiya."Ka-kau cantik sekali." Baro menatap Shiya dengan sangat kagum karena melihat kecantikannya hingga membuat matanya tak berkedip."Kau pun terlihat sangat tampan. Aku pandai memilihkan pakaian untukmu kan?" Shiya melemparkan senyum manisnya."Apa gunanya ketampananku jika kau tak bisa jadi istriku?" Baro masih sempat melemparkan candaan pada Shiya yang sebentar lagi akan melaksanakan pernikahan dengan pria lain.Tap tap"Ahh ada pengunjung rupanya?" Frans sudah terlihat rapi menggunakan setelan pernikahannya. Ia melemparkan seny

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-21
  • I'm Not Lucy   Honeymoon?

    Shiya mengikuti langkah kaki Baro menuju restaurant. Tak sengaja ia berpapasan dengan Frans dan Lucy yang juga sedang sarapan. Frans menatap kearah Shiya dan Baro. Namun, mereka berdua sama sekali tak mempedulikannya. Shiya sangat lelah hingga tak punya tenaga untuk memperhatikan suaminya dan kekasihnya.Shiya dan Baro sibuk dengan sarapan mereka. Dua pasangan itu terlihat seperti orang asing karena tak menyapa satu sama lain walaupun berada di tempat yang sama."Aku sudah memesankan kamar untukmu, jika sarapanmu sudah selesai pergilah ke kamar! kau pasti lelah." Baro terlihat khawatir pada Shiya padahal dirinya sendiri juga lelah dan masih harus bekerja. Tapi dia tak mempedulikan dirinya dan lebih mengutamakan keadaan Shiya."Baiklah, kau tak perlu khawatir." Shiya mulai memasukkan makanan kedalam mulutnya."Ada lagi yang kau butuhkan? setelah ini aku harus kembali bekerja." Baro masih ingin memastikan keadaan Shiya."Tidak terima kasih, kuharap k

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-21
  • I'm Not Lucy   Officially

    "Katakan padaku apa yang kau inginkan? Bagaimana kau bisa masuk?" Shiya melemparkan pertanyaan pada Frans, ia sangat heran kenapa tiba-tiba suaminya bisa masuk kedalam kamarnya. Ia masih ingat dengan jelas bahwa pintunya sudah terkunci."Pergilah mandi! Aku perlu bicara padamu setelah kau mandi." Shiya mengibaskan selimut dengan sangat kasar sebelum masuk kedalam kamar mandi meninggalkan Frans. Ia sangat kesal hanya dengan melihat Frans."Matanya bengkak. Apakah dia menangis semalam?" Frans bergumam dan menatap punggung Shiya yang berjalan masuk ke dalam kamar mandi tanpa berkedip."Mataku sakit melihat pemandangan buruk di restaurant kemarin!" Shiya sangat kesal mendengar perkataan Frans.Brakkk!Shiya menutup pintu kamar mandi dengan sangat keras. Rupanya ia mendengar suara Frans yang bergumam. Frans membulatkan kedua matanya menyadari perkataan Shiya."Bodoh!" ia menepukkan tangannya ke jidat menyadari kebodohannya

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-21
  • I'm Not Lucy   Sandwich

    "Kenapa kita kesini?" Frans menghentikan mobilnya diparkiran vvip yang terletak tepat didepan lobby apartment mewah itu dan segera turun dari mobil tanpa menjawab pertanyaan Shiya."Turunlah!" Frans kemudian membuka pintu mobil untuk Shiya dan mengulurkan tangan untuknya."Kenapa?" Shiya masih bingung dibuatnya. Berusaha mencari jawaban namun sama sekali tak ada hasilnya."Kita tinggal disini sekarang." Shiya tersentak mendengar perkataan Frans."Hah? bahkan kita belum meminta ijin pada orang tuamu." itulah yang Shiya pikirkan."Tenang saja. Aku sudah mengurusnya." Frans menjawabnya dengan sangat santai sambil berjalan menggandeng tangan Shiya menuju lift dan tetap menggenggamnya dengan erat selama di dalam.Triiiing (suara lift terbuka)Saat pintu terbuka pelan terlihat seorang wanita tengah berdiri tepat didepan lift, terlihat cantik dengan rambut panjangnya yang terurai begitu saja. Bahkan cara berdiriny

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-21
  • I'm Not Lucy   Harry Potter

    "Dimana kekasihmu?" Shiya celingukan melihat sekeliling seperti sedang mencari keberadaan seseorang."Sudah pergi." Frans mengalihkan tubuhnya kearah tv setelah sebelumnya menghadap kearah Shiya. Pertanyaan Shiya seperti membuatnya kehilangan mood."Ku kira dia juga tinggal disini." Shiya melontarkan perkataan tanpa berpikir panjang setelah melihat tingkah Lucy sebelumnya."Kau mau dia tinggal disini bersamaku?" Frans melemparkan senyum menggoda kearah Shiya. Berharap ada kecemburuan sedikit saja."Terserah kau, ini kan apartment mu!" Jawabnya ketus. Shiya berpura-pura untuk tidak peduli."Kau tidak mungkin cemburu dan menyukaiku kan?" Frans terlihat seperti sedang memastikan sesuatu. Ia mengernyitkan keningnya."Diamlah! jangan menggodaku!" Shiya terlihat kesal dengan pertanyaan Frans dan berusaha menyembunyikan wajahnya."Bukankah kau juga menjalin hubungan dengan pemilik Baro Corp?" kali ini Frans tak ma

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-21
  • I'm Not Lucy   Drunk!

    "Tante kira setelah Frans menikah tante gak akan kesepian lagi. hmmm ternyata sama saja." raut wajah nyonya Dimejo terlihat kecewa karena ia sangat berharap menantunya bisa menemaninya dirumah."Biarkan kami menikmati waktu berdua dulu ma. Mama sama papa juga hahaha." Frans terkekeh tanpa berdosa sama sekali."Dasar anak nakal! Oke mama ijinkan kalian tinggal disini. Tapi, setelah kalian punya anak kalian harus tinggal di rumah!" nyonya Dimejo menekankan suaranya. Ia terlihat serius dengan perkataannya."Iyaaa ma, jangan khawatir.""Gimana Shiya? anak nakal ini memperlakukanmu dengan baik kan? kalau dia berani macam-macam bilang sama tante oke! gak usah takut." Nyonya Dimejo menggebu-gebu melontarkan perkataannya. Ia masih saja khawatir kelakuan Frans akan mempersulit Shiya."Aku bukan anak kecil lagi maaaa." Shiya hanya tersenyum memperhatikan perdebatan antara ibu dan anak itu.***Malam harinya setelah kepergi

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-21
  • I'm Not Lucy   Baro's personal life

    Karena saat ini wanita pujaannya sudah sah menjadi istri orang lain. Baro menjalani aktifitasnya seperti biasa, ia sudah jarang bertemu dengan Shiya meski hanya untuk sekedar makan siang bersama. Ia menghargai status Shiya sekarang dan lebih memilih untuk menjaga jarak dengannya. Selama Shiya bahagia ia merasa tak keberatan melakukannya. Yang pasti setiap kali Shiya membutuhkan bantuannya, ia akan selalu ada untuknya.Malam itu, kegelapan sudah sangat lekat di bumi yang sedang selimuti gerimis. Hanya terlihat lampu-lampu yang menyala untuk menerangi jalanan kota serta bangunannya. Pemandangan seperti itulah yang terlihat dari kantornya yang terletak di lantai paling atas gedung perusahaannya.Baro menutup laptopnya yang terletak di atas mejanya. Ia beranjak dari kursi kerjanya yang terlihat sangat nyaman itu. Seorang pria terlihat berdiri dengan tegap di sebelah mejanya. Ia segera meraih jas yang terletak di gantungan setelah melihat tuannya berdiri, ia bersiap

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-21
  • I'm Not Lucy   Some fun

    Perusahaan miliknya kini sudah memiliki banyak cabang dibawahnya yang tersebar didalam maupun diluar negeri. Bahkan perusahaannya lebih besar dibanding milik Frans. Hal itu tentu saja membuatnya lebih sibuk daripada hidupnya dulu.Tak jarang ia sulit menyisihkan waktu untuk anaknya. Tapi sejauh ini Hans anak yang cukup pengertian. Meski terbilang masih kecil, tapi Hans tidak seperti anak kebanyakan seusianya. Ia lebih dewasa dari umurnya, Baro berhasil mendidiknya menjadi anak yang baik dan cerdas. Tanpa disadari sifatnya mirip dengannya.***Sebulan berlalu, hubungan Shiya dan Frans sudah semakin dekat. Meski Lucy masih sering menemuinya dan Frans masih sama sekali tak bisa menolaknya."Aku akan mengantarmu!" Frans berjalan mendahului Shiya yang hendak keluar."Aku bisa sendiri." Shiya masih berusaha menolaknya."Sudahlah, tempat tujuan kita kan searah?" Frans berusaha menyakinkan."Hmmmh, terserah kau saja!" ka

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-21

Bab terbaru

  • I'm Not Lucy   Begining

    Hari berikutnya, Hans dan John pun kembali ke Jepang setelah mereka mendapat informasi yang cukup tentang Lucy. Mereka terus berusaha mencari keberadaan Lucy hingga ke seluruh penjuru dunia. Namun, usahanya tak kunjung juga mendapatkan hasil.Selama berada di Jepang, Hans pun kembali memperdalam ilmu bisnisnya dengan bimbingan sang kakek dan juga John. Karena bagaimanapun juga, Hans adalah satu-satunya penerus keluarga Heng.Lima tahun kemudian.Tibalah saatnya untuk Hans kembali ke Indonesia untuk mengambil alih semua perusahaan Baro yang selama ini tidak terlalu terurus. John sendiri juga kuwalahan menangani semua perusahaan besar itu seorang diri.Kini dengan adanya Hans, pekerjaan John pun bisa lebih ringan. Ia hanya perlu mengurus beberapa anak perusahaan milik Baro yang ada diluar negeri."Uruslah perusahaan Ayahmu dengan baik. Jangan mengecewakannya!" Tuan Heng berdiri di teras rumahnya saat Hans hendak berangkat ke Indonesia meninggalkannya."Baiklah, Kek. Jagalah kesehatan Kak

  • I'm Not Lucy   The Truth

    Pintu itu mulai terbuka, seorang wanita terlihat muncul dari balik pintu itu."John? kau kah itu?" Shiya menyipitkan matanya menatap pria yang tengah berdiri dihadapannya itu."Katakan padaku Nona! dimana kau sembunyikan Nona Lucy?" John berteriak padanya, memaksa air mata Shiya untuk keluar begitu saja."A-aku... hiks hiks hiks." Shiya tak kuasa menahan tangisnya. Bahkan ia kesulitan untuk melanjutkan perkataannya."Ibu?" Hans melangkahkan kakinya pelan menatap Shiya yang sedang menangis diambang pintu itu.Suaranya pun berhasil membuat tangis Shiya terhenti sejenak, ia kemudian menatap pria yang sedang berjalan kearahnya itu dengan seksama."Si-siapa?" Shiya menatap Hans yang berjalan kearahnya dengan tatapan mata sendu."A-aku Hans Bu." Shiya pun berjalan mendekatinya, pelan ia memegang wajah tampan itu dengan kedua tangannya."Hans? benarkah itu kau?" Shiya pun memeluk tubuh tegap pria yang a

  • I'm Not Lucy   Back To Indonesia

    Hari berikutnya, Hans dan John sudah bersiap-siap untuk pergi meninggalkan resort setelah selesai menikmati sarapan. Keduanya pun kini berdiri di lobby untuk menunggu kedatangan mobil yang menjemputnya.Saat sedang berdiri disana, seekor anjing tiba-tiba mendekatinya. Anjing itu terus menggonggong didekatnya seakan ia tahu bahwa Hans akan segera pergi."Kau datang untuk mengucapkan selamat tinggal padaku?" Hans mengusapnya dengan lembut. Sedangkan John hanya memperhatikannya."Dia mirip sekali dengan Coda." John memperhatikannya sejenak."Kau benar Paman." Hans mengedarkan pandangannya seperti sedang mencari seseorang."Mobil kita sudah tiba Tuan." tak lama setelah itu, mobil yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang. Hans pun mengucapkan selamat tinggal pada anjing itu dan masuk kedalam mobilnya."Codaaa! Codaaa!" saat mobil yang membawa mereka mulai berjalan. Lucy terlihat berlari menghampiri anjing itu sambil berte

  • I'm Not Lucy   Afternoon on the beach

    Sore itu, seperti biasanya. Lucy berjalan-jalan disepanjang pantai bersama dengan anjingnya. Anjing itu terus setia berjalan didekat Lucy. Namun, tidak seperti biasanya tiba-tiba anjing itu berlari menjauh darinya. Sontak Lucy pun terkejut dibuatnya."Coda! Coda! kemarilah!" Lucy berteriak setengah berbisik karena anjing itu berlari mendekati seorang pria tampan yang tengah berdiri menikmati pemandangan indah pantai yang tak jauh darinya. Ia takut suaranya akan didengar oleh pria itu. Bukan apa-apa, hanya saja Lucy tak enak hati jika anjingnya mengganggu orang lain.Namun, sangat berbeda dari dugaannya. Pria itu malah menundukkan tubuhnya dan mengusap-usap bulu anjing itu dengan lembut. Rupanya, Coda mencium bau susu yang sedang Hans pegang ditangannya.Lucy pun segera berlari mendekatinya karena melihat anjing itu sudah bertindak keterlaluan pada orang asing."Maafkan saya Tuan. Anjing ini sedikit nakal. hehe." Shiya membawa anjing itu pa

  • I'm Not Lucy   Thailand

    Beberapa tahun kemudian.Lucy berjalan dipinggir pantai di depan resort nya menikmati pemandangan sore yang indah itu. Kegiatan itu sekarang telah menjadi kebiasaannya. Ia selalu berjalan-jalan dengan ditemani seekor anjing jenis German Sheperd yang ia temukan beberapa lalu dipinggir pantai.Karena anjing liar itu mengingatkannya pada Coda, jadi Lucy memutuskan untuk merawatnya. Ia membiarkan anjing itu berkeliaran di resort nya dan kini anjing itu sangat patuh padanya.Gadis kecil yang sebelumnya masih berumur 10 tahun itu kini sudah berumur 17 tahun. Lucy sudah tumbuh dengan sangat baik dan kuat. Ia pun juga sangat cantik, bahkan umurnya sudah memenuhi syarat untuk memiliki kartu tanda pengenal sendiri.Keahlian bela diri Lucy pun kini tak main-main, ia bahkan memenangkan banyak kompetisi muay thai diberbagai pertandingan yang ia ikuti. Namun, namanya terkenal sebagai Sangrawee Narong bukan dengan nama Lusiana Arabelle.Hal it

  • I'm Not Lucy   Muay Thai

    Untuk pertama kalinya, Lucy menapaki negara yang terasa asing baginya. Negara yang sama sekali belum pernah ia kunjungi meski hanya didalam mimpi saja.Suara-suara orang yang berbicara dengan bahasa asing pun terus menyelimuti telinganya. Suasana yang sangatlah berbeda dari sebelumnya.Sebuah mobil mewah pun sudah terparkir didepan pintu masuk bandara Internasional Phuket untuk menjemput mereka. Beberapa pria terlihat segera menghampiri mereka untuk membawakan koper yang sedang mereka bawa."Ma?" Lucy menggenggam erat lengan Nyonya Aom karena merasa takut melihat pria-pria asing bertubuh kekar yang mengambil alih kopernya itu."Jangan takut, mereka adalah orang-orang yang bekerja untuk Papamu." Nyonya Aom pun memeluknya agar gadis kecil itu tak merasa takut."Kemarilah! Paman ini baik hati. hahaha" Tuan Narong terkekeh di samping mobilnya saat melihat Lucy yang ketakutan. Ia juga menepuk-nepuk bahu salah satu pria bertubuh kekar

  • I'm Not Lucy   Sangrawe Narong

    Beberapa minggu kemudian."Ini semua dokumen Nona Muda yang anda minta Tuan." seorang pria memberikan map berwarna coklat berukuran besar kepada Tuan Narong."Baiklah." Tuan Narong membuka isi map itu dan membacanya satu persatu."Saya juga sudah merubah nama Nona Muda seperti yang anda minta Tuan." pria itu memberikan satu buah map lagi kepadanya."Baguslah. Sangrawee Narong, nama ini cocok untuknya." Tuan Narong mengangguk-anggukan kepalanya seraya membaca dokumen yang ada ditangannya."Apa kali ini anda akan tinggal disana dalam waktu lama Tuan?" pria itu mencoba memberi asupan pada rasa penasarannya."Entahlah, aku ingin menikmati waktu di Phuket bersama keluargaku." raut wajah Tuan Narong terlihat bahagia kali ini. Ia merasa senang karena kini memiliki keluarga yang lengkap."Semoga waktu anda menyenangkan Tuan." selama bertahun-tahun, Tuan Narong selalu sibuk bekerja keras hingga tak memperhatikan ist

  • I'm Not Lucy   International Orphanage

    Kini Shiya dan Lucy sudah berdiri didepan sebuah bangunan dengan interior ala bangunan tua. Bangunan itu adalah panti asuhan. Ya, Shiya memang berniat memasukkan Lucy ke panti asuhan karena dia tidak tahu lagi harus membawanya kemana. Jika terus membiarkan Lucy berada didekatnya ia akan terus merasakan sakit akibat siksaan darinya."Lucy tinggal lah disini! semua orang disini baik. Jangan menunggu ibu untuk datang lagi." Shiya meletakkan tas berukuran besar di teras bangunan itu. Ia mengusap-usap ujung kepala Lucy dengan lembut."Tapi Bu, kenapa Ibu meninggalkanku? aku janji akan menjadi anak yang baik." Lucy menangis, ia sangat ketakutan ibunya akan meninggalkannya."Kau anak yang baik Nak, bahkan sangat baik. Itulah sebabnya kau harus tinggal bersama orang-orang baik, bukan bersama orang jahat seperti Ibu." Shiya tak kuasa menahan air matanya."Tapi bagiku Ibu adalah orang yang paling baik didunia ini." Lucy memegang erat lengan Ibunya,

  • I'm Not Lucy   Playground

    "Nona, hari ini bolehkah aku membawa Nona Lucy sepulang sekolah?" pagi itu, John menjemput Lucy dan meminta ijin pada Shiya untuk membawa Lucy. Shiya pun mengiyakan permintaan John dan membiarkan Lucy pergi ke sekolah bersamanya."Tolong jaga dia baik-baik." Shiya menundukkan tubuhnya untuk berbicara pada John yang sudah duduk didalam mobilnya."Jangan khawatir Nona." John pun melajukan mobilnya meninggalkan rumah Shiya. Sedangkan Lucy yang diduduk disamping John itu, terus melambaikan tangannya pada sang ibu.Shiya masih berdiri tak bergeming dari tempatnya, menatap kepergian mobil itu sambil membalas lambaian tangan dari anaknya.Siang harinya.John sudah berada didepan sekolah saat Lucy keluar dari taman kanak-kanak itu. Gadis kecil itu pun menghampirinya begitu saja, keduanya pun terlihat sangat akrab selayaknya Paman dan keponakan yang sesungguhnya."Kita akan pergi kemana Paman?" gadis kecil itu terus melemparka

DMCA.com Protection Status