Home / Fantasi / I am The Real King / Chapter 4 - Arion Giovarskèè Alexius Vhrizt?

Share

Chapter 4 - Arion Giovarskèè Alexius Vhrizt?

Author: Niche al
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Pukul 15.15 p.m. cewek berambut brunette ikal yang sedari tadi diikuti oleh Erry kini keluar dari ruang ganti. Pergi ke toilet untuk merias wajahnya. Cewek itu bernama Adele, salah satu anggota PMR di Hillary High School.

Saat ia keluar dari toilet, Erry tiba-tiba membekapnya dan menyeretnya ke suatu pojok dinding dekat tikungan. Lalu mendorong Adele ke tembok. Menghimpit dengan tubuh tinggi atletisnya. Membuat cewek itu yang siap memaki kini terdiam dengan napas yang sesak. Terutama saat ia beradu tatap dengan mata abu pekat milik Erry yang tampak sangat misterius dan dalam.

"H, hai... E, Erry?"

Erry diam. Sorot tajam dan tatapan dingin itu belum berubah. "Katakan, siapa yang membeberkan hal itu?"

"Eh???"

"Aku yakin sekali kau belum pikun dan otak itu masih berfungsi dengan baik. Jadi, siapa?"

Adele terdiam, mengingat apa yang ia bicarakan dengan beberapa teman sekelasnya saat di kelas tadi. Ia kembali menatap Erry. Menyentuh kedua pundak c

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • I am The Real King   Chapter 5 - Sedikit Kejadian Yang Mirip Dengan Insiden 27 Tahun Lalu

    BRUKBibi Erry meletakkan kayu-kayu yang dibawanya ke tanah bersama kayu-kayu yang sudah dikumpulkan oleh buruh pencari kayu yang lain. Satu tangannya menyeka dahinya, menyeka keringatnya. Entah kenapa sejak anak asuhnya pergi ke sekolah perasaannya tidak nyaman sama sekali. Ia merasa ada yang janggal. Tapi tidak tahu itu apa. Ia menghembuskan nafasnya, menatap langit. Berharap tidak ada hal buruk yang terjadi pada pemuda itu.Ia lalu kembali bergabung bersama teman-temannya yang kini berkumpul menghadap sang majikan....Kenio Anasthasius Blake. Seorang pria berusia 714 tahun yang masih terlihat 30-33 tahun dalam umur manusia biasa. Di Valeoryea, dia bukan berasal dari keluarga bangsawan atau kerajaan. Namun statusnya di masyarakat nyaris sama dengan para bangsawan kelas A. Bahkan kekayaannya yang dimilikinya melebihi Kerajaan Daves dan Kerajaan Orton, yaitu kerajaan bangsa peri dan penyihir.Kecerdikan ya

  • I am The Real King   Chapter 6 - Dimana ini?

    Ruangan luas dengan nuansa putih dan emas yang elegan. Dinding, lemari, perabotan, semuanya putih. Sedangkan aksesoris-aksesoris hiasannya berwarna emas yang tampak mengkilap. Kasur king size berselimut merah. Sebuah tv ukuran 41 inci tergantung didinding. Sebuah kursi lengkap dengan mejanya. Lalu, jendela besar yang menghadap langsung ke kota dihadapannya. Erry masih terdiam, mengumpulkan nyawanya. Ia mencoba berolahraga ringan. Lagi-lagi ia meringis. Kenapa tubuhku kaku sekali? Pikirnya. Mata indahnya menyipit, memikirkan apa yang terjadi. Bingung, terakhir kali ingatannya adalah ketika ah, iya! Menghajar para preman sialan itu! Tetapi setelah kejadian itu... Apa yang terjadi? Dan dimana ini? Erry bergeser, kakinya perlahan menapak lantai. Ia berjalan pelan ke arah jendela. Tinggi sekali, ini dilantai berapa? Pikirnya lagi. Setelah puas melihat pemandangan kota dan jalan raya dari balik jendela, ia memutuskan keluar dari kamar ini. Klek. 'Ternyata pintunya masih manual.' Setela

  • I am The Real King   Chapter 7 - Sejarah Yang Telah Diubah

    Erry begitu fokus membaca buku usang pemberian Kenio. Sehari setelah ia sampai di rumah ia langsung membacanya. Sudah tiga hari berlalu yang artinya ulang tahunnya yang ketujuh belas tinggal menunggu 4 hari lagi. Ia memang hobi membaca dari kecil, namun bacaan yang mengandung banyak drama dan romansa bukanlah seleranya, jelas. Alasan ia tertarik dengan buku itu karena menurutnya buku itu punya kesan misterius yang dapat menariknya. Benar-benar seperti buku dongeng bergenre histori. Tapi, yang membuat dia bingung, mengapa semua kejadian yang tertulis di buku itu bukanlah seperti sebuah karangan. Terasa nyata.Dan seperti pertama kalinya ia membaca judul buku ini, setiap kali membacanya ia selalu panas dingin, jantungnya seringkali berdegup kencang tanpa alasan."Jadi, disini, Yang Mulia Ratu Cheressa membunuh bayinya di detik terakhir sebelum kematiannya. Ia juga membunuh pelayan pribadinya sendiri demi menghilangkan saksi terakhir? Yang Muli

  • I am The Real King   Chapter 8 - Misteri Yang Masih Terkunci Rapat

    "Kejadian beberapa hari yang lalu benar-benar membuat kami waspada. Apa yang sebenarnya terjadi saat itu?" Tanya seorang pria bertelinga runcing dengan penampilan paling nyentrik. Mata hijau keperakannya nampak awas menatap sekitarnya. Steven Horace, raja Kerajaan Daves, bangsa peri."Benar sekali! Kejadian itu, bisa dikatakan nyaris mirip dengan kejadian 27 tahun yang lalu. Seolah ada yang mengendalikan pikiran saya, membuat energi saya melemah, bahkan nyaris tidak bisa bernapas. Selain itu saya dan kaum saya yang berada di laut juga dipaksa untuk naik ke darat lalu bersimpuh, bedanya kami tidak dipaksa memakai wujud duyung kami. Kami semua seolah diharuskan untuk menghormati seseorang. Itu membuat klan duyung ketakutan. Sampai ratuku tidak bisa tidur dengan tenang." Tambah seorang pria bertubuh atletis dengan mata hijau laut dan kulitnya yang berkilau. Raja Harold Weston, raja Kerajaan Airalex, bangsa duyung."Itu amat benar. Saya kira kita semua pun pasti tidak bisa

  • I am The Real King   Chapter 9 - Ternyata Kenyataannya Semenyakitkan Ini

    "Aku benar-benar tidak mengerti. Buku ini, bibi mengetahuinya? Tapi bagiamana bisa??" Tuntut Erry. Pusing, begitu banyak emosi yang berkecamuk di kepalanya. Sedang sang bibi menunduk.Erry memegang erat bahu wanita paruh baya itu, "bibi, cepat katakan! Apa bibi benar-benar tahu buku ini berasal darimana?" Terdiam sejenak, "oh, atau, buku ini ada hubungannya denganku?" Lanjutnya.Bibinya tetap diam selama beberapa detik. Hingga ia akhirnya iapun berkata dengan suara menahan tangis, "sesungguhnya bibi pun tak terlalu tahu Erry. Karena saat pembantaian itu terjadi, bibi, bibi tak ada disana." Balasnya.Erry melepaskan kedua tangannya, menatap bibinya yang saat ini masih tertunduk, tidak tega melihat tubuh ringkih wanita yang selama ini membesarkannya itu. Tapi ia memilih diam, ingin mendengar lebih lanjut. Dan bibinya mengerti."Dulu, 27 tahun yang lalu," ujar bibinya sendu."Seorang wanita datang menghampiri bibi di tengah malam. Bibi yang saat

  • I am The Real King   Chapter 10 - Menanti Sosok Kedatangan Adik Ken

    KrakKrakKrakPanorama alam yang indah. Langit biru yang berpadu dengan lembayung senja beralaskan awan comulunimbus yang putih bersih. Burung-burung beterbangan hendak kembali ke peraduannya.Senja yang indah bukan?Namun sayangnya keindahan tersebut tak berarti apa-apa bagi seorang remaja lelaki yang kini tengah berjalan dengan tatapan yang kosong. Entah sudah berapa lama ia berlari hingga akhirnya tanpa sadar ia memutuskan untuk melangkah.Tatapan kosong, tubuh letih, rambut berantakan dan pakaian lusuh. Tidak, dia bahkan tak menggunakan alas kaki! Kotor!Pantaskah sekarang predikat gembel untuknya?Tidak, itu semua tentu tidak sebanding dengan pikirannya dan perasaannya yang tengah berkecamuk. Bagaikan benang kusut yang tak tahu mana awalnya dan mana akhirnya. Semuanya berjalin, rumit. Benar-benar melelahkan.Remaja lelaki itu, Erry, akhirnya ia memutuskan untuk duduk di bawah sebuah pohon. Duduk diatas akarnya yang

  • I am The Real King   Chapter 11 - Seperti Apa Ayah dan Ibuku?

    Malam itu, pukul 00.02 dini hari. Erry baru pulang ke rumah dengan lelah sambil mengendap-endap. Ia masuk ke pekarangan lewat belakang, lalu ke sisi samping, bermaksud untuk masuk lewat jendela kamarnya. Saat ia berhasil membukanya, dengan sangat pelan ia menaikkan satu kakinya. Namun belum juga sampai ke daun jendela, suara yang sangat familiar menyapa indera pendengarannya.Eek, ek!'Seon?'Kepalanya refleks menoleh ke bawah, tapi tak ada apa-apa. Ia memutuskan kembali menurunkan kakinya dan memeriksa sekelilingnya. Sambil terus mengendap-endap, ia melangkah ke pintu depan. Dan tepat Seon berada di depan pintu masuk rumah. Tengah tiduran santai sambil mendengkur. Sesekali matanya terpejam, mungkin mengantuk."SEON!"Erry yang senang dengan kehadiran kucingnya yang tidak terduga itu langsung teriak tanpa suara. Seon pun yang menyadari kehadirannya segera bangkit dan merilekskan seluruh ototnya. Matanya coklat gelapnya berbinar bulat menggemaskan.

  • I am The Real King   Chapter 12 - Namaku Devian, dan inilah diri kita saat lahir

    "Hah... Dasar kucing pencuri. Erry, lain kali didiklah kucingmu agar menjadi kucing yang sopan dan pengertian." "T, Tuan Ken, apakah... Perkataan anda tadi... Benar?" Bibi bertanya cemas, apa-apaan ini? Mendadak sekali! "Tentu saja Deanna. Bukankah lebih cepat lebih baik?" Ken menatap Erry, "bagaimana dude, pokoknya kau harus setuju. Kita tidak boleh membuang-buang waktu lagi." "TIDAK, AKU TIDAK SETUJU!" Balas Erry cepat. "Erry, paman serius. Ulang tahunmu tinggal menunggu hari. Segel yang dibuat ibumu akan terbuka di usia ke 17 tahun. Tentu saja jika di Valeoryea kau berusia 27 tahun. Kita tidak boleh terlambat nak. Jika segelmu terbuka di dunia manusia ini, kemungkinan besar kau akan mengguncangkan satu benua. Dan benar-benar membuat kacau dunia manusia. Kau ingin, para manusia yang tidak tahu apa-apa menjadi korban?" Terang Kenio. "Tentu saja tidak!" "Jadi?" "Paman, ku mohon berikan aku waktu sehari untuk menyiapkan

Latest chapter

  • I am The Real King   Chapter 32 - Sampai

    Cengkeraman tangan Arion di surai Seon semakin kencang saja saat semua perasaan aneh yang menyerang hatinya. Perasaan takut, sedih, pasrah, dendam, benci. Semua perasaan itu seolah ingin menenggelamkan jiwanya ke palung neraka."Ayah ..., Ibu ...."Nafas Arion tercekat, setelah perjalanan yang cukup lama akhirnya ia bisa melihat suatu gerbang besar dan tinggi di depan sana. Gerbang itu amat kokoh meski hampir semua bagiannya telah retak dan hancur.Tanpa sadar air mata mengalir di kedua pipinya. Gerbang itu memancarkan aura gelap yang nyata. Membuat siapapun yang ada di dekatnya akan terperosok ke dalam jurang kebencian jika tidak memiliki tekad yang kuat.Seon yang merasakan perasaan sedih sekaligus takut dari tuannya hanya ikut menatap sedih ke depan sana. Namun dia tidak tahu harus melakukan apa. Ia mengerti apa yang dirasakan Arion. Dengan tekad kuat, tubuh besar dan panjangnya meliuk jauh lebih cepat dari sebelumnya. Tinggal beberapa meter lagi mereka akan sampai di depan gerbang

  • I am The Real King   Chapter 31 - Demonia, Klan yang Telah Hancur

    Dingin, memprihatinkan dan horor, tiga kata yang paling tepat untuk menggambarkan situasi Klan Demonia saat ini.Tak ada satupun tanaman yang hidup dikarenakan kondisi tanah yang amat kering dan gersang, hanya pohon-pohon yang telah mati puluhan tahun lalu, begitupun udaranya yang begitu panas mencekam. Hampir seluruh wilayah Demonia telah ditutupi oleh asap dan kabut hitam.Langit dan awannya berwarna ungu gelap, sedangkan tanah beserta gunung-gunungnya berwarna hitam dan merah, berasal dari lahar yang amat panas. Sudah dipastikan tak ada satupun makhluk yang dapat hidup di wilayah ini. Ditambah lagi atmosfer nya yang terlalu suram dan dingin.Arion, entah sosok itu memang dirinya atau bukan, yang jelas dia memiliki aura dominasi yang sangat kuat. Bahkan jauh diatas Devian. Ia menatap tajam sekelilingnya, begitu banyak sepasang mata merah yang menatapnya, menyala dalam kegelapan. Semua mata itu serentak terpejam, menghormatinya. Beberapa dari mereka nampak sangat ketakutan."Tak akan

  • I am The Real King   Chapter 30 - Tertinggal

    Waktu keberangkatan tiba.Arion atau Devron berjalan menuju mobil berlambangkan mawar api bersama Kenio. Dibelakangnya ada Lucy yang berjalan masih sedikit tertatih dibantu oleh Deanna. Kedua lelaki dan kedua wanita tersebut memasuki mobil yang berbeda.Devron masih tetap diam dengan sikap tenangnya yang selalu awas terhadap situasi. Berbeda dengan Kenio yang selalu merasa kurang nyaman sejak Devron sadar dua jam yang lalu.Tepat ketika sang raja hari kembali ke peraduannya, mereka sampai di Hutan Hexfle, kawasan hutan paling terlarang di seluruh Valeoryea.Semua pengawal Kenio hanya mengantar sampai di luar saja. Hanya Devron, Kenio, Deanna, dan Lucy yang masuk kesana.Kondisi hutan yang begitu dingin, rimbun dan gelap membuat Deanna dan Lucy meneguk ludah berkali-kali. Ditambah lagi suara-suara hewan dan serangga malam turut menemani langkah mereka. Sesekali terdengar auman maupun lolongan hewan malam dari kejauhan.Angin berhembus kencang, menebarkan hawa dingin yang mencekam dan m

  • I am The Real King   Chapter 29 - Dia ... Erry?

    Devron berjalan tegak menelusuri setiap lorong di Mansion milik Kenio. Langkahnya tenang namun tegas dan tangkas di saat yang sama. Ia mengangkat sedikit dagunya, memberikan kesan percaya diri dan sedikit arogan pada wajah rupawannya itu.Beberapa kali ia berpapasan dengan beberapa ajudan ataupun pelayan. Semuanya memberikan respon yang sama. Menghormatinya. Namun kali ini berbeda. Entah kenapa mereka merasa aura yang dikeluarkan Devron amat kuat dan mendominasi hingga membuat mereka berkeringat dingin dan sangat tertekan.Mereka saling berbisik saat langkah mereka sudah cukup jauh. Devron bisa mendengarnya. Namun remaja lelaki itu cuek saja, tidak peduli.Langkahnya terhenti di depan sebuah pintu hitam yang berukuran cukup besar. Ada seorang ajudan yang menjaga di depan sana. Ia menghampirinya. Ajudan itu membungkuk hormat."Selamat sore, Tuan Muda.""Ya, selamat sore kembali!" jawab Devron riang. "Bolehkah aku masuk ke dalam? Aku ingin melihat keadaan Tante Lucy.""Tentu Tuan Muda.

  • I am The Real King   Chapter 28 - Mulai Terbuka

    Keadaan Arion_Devron yang ternyata baik-baik saja membuat Kenio dan semua pegawai di kediamannya menghembuskan nafas lega. Sungguh mereka khawatir sekali saat mendengar tuan muda mereka pingsan. Masih sangat baru Devron berada di Kediaman Kenio, dan tentu mereka tidak ingin kehilangan adik Kenio tersebut.Jam telah menunjukkan pukul 15.4 3., yang artinya perjalanan Arion atau Devron ke wilayah Demonia tinggal dua jam lagi, karena Kenio memamg berencana akan mengantarkan remaja lelaki itu di waktu matahari tenggelam.Devron tengah duduk sambil menyesap teh hangat di dekat jendela kamarnya. Memerhatikan setiap ajudan dan pelayan yang berjalan kesana kemari. Sore ini masalah kembali datang, seorang pelayan menemukan Lucy tergeletak di lantai kamarnya. Membuat perhatian Kenio seketika teralihkan meski hanya sebentar.Lagi-lagi, dokter tak menemukan sesuatu yang mencurigakan dari tubuh Lucy. Wanita itu hanya tampak kelelahan jika dilihat dari kulitnya yang sangat pucat.Devron kembali meli

  • I am The Real King   Chapter 27 - Bekerja Sama

    "Aku sudah menghipnotis seorang pelayan dan menyuruh wanita itu kemari. Kita lihat, apa hal menyenangkan yang akan terjadi padanya. Hahahaha!!!"CKLEK.Pintu kamar dibuka oleh sang tuan. Membuat mereka yang belum sempat bersembunyi hanya bisa mematung, terkejut...."Ahhh tidak-tidak! Bagaimana ini, kita ketahuan! Whoahhhh!!!"Seon menatap Brook yang tengah berusaha berdiri, kelabang itu amat cemas, dipenuhi ketakutan. Terlihat sangat terkejut sekaligus frustasi—yang tentu saja dibuat-buat."Binatang gila," ucap Seon masih dengan ekspresi datarnya. Dimatanya, Brook nampak sangat konyol sekarang.Mendengar ucapan Seon kelabang itu berhenti, lalu mencebik, "seperti biasa, kau selalu kaku dan membosankan!""Sayangnya, meskipun membosankan wujudku sekarang adalah kucing menggemaskan," ledek Seon."Hey... Kau, kau!""Lihatlah," titah Seon pelan sembari menunjuk Lucy yang sedang memandang penuh takjub pada dirinya sendiri di cermin. Wanita itu berputar-putar sambil mengedipkan satu matanya

  • I am The Real King   Chapter 26 - Akhir Dari Abumérta Xadioussé dan Sang Peri Amethyst

    "Cukup, Amethyst."Batu yang melayang itu masih bercahaya terang, mengeluarkan pancaran energinya yang kuat. Membuat Devron membuka kedua matanya dan menatap tajam. Pendar amethyst dan emas masih belum menghilang. Mengartikan bahwa batu tersebut... Masih berada dibawah perintahnya."Amethyst, ku perintahkan kau untuk berhenti, sekarang juga!"Terdengar suara tawa lembut seorang wanita tanpa wujud di toko itu. Devron masih tampak tenang, lalu fokus, "keluarlah," bisiknya.Batu itu mengeluarkan cahaya lagi, cahaya yang membentuk tangkai bunga. Perlahan pucuk bunga itu terbuka, dan mekar lah bunga lily air yang indah. Bersamaan dengan itu, keluarlah sesosok wanita kecil yang muncul dari sana. Tawanya yang berderai masih terdengar di ruangan toko milik Abumérta itu. Wanita itu kini melayang-layang di udara dan mengitari Devron."Sesosok peri penjaga," ujar Devron.Wanita peri itu berhenti tepat di hadapan Devron meski masih melayang. Ia menundukkan kepala dan badannya. Tak lupa kedua tang

  • I am The Real King   Chapter 25 - Abumérta Xadioussé (2)

    Ia yakin, jika ia bisa melumpuhkannya, energi dan kekuatan yang ia dapat akan termasuk luar biasa.Abumérta tak sabar menantikannya. ...Tetapi sepertinya... Apa yang telah diperkirakan nya justru malah bertolak belakang. Lebih jelasnya... Tidak sesuai harapannya.Pria berkacamata antik itu———Abumérta jelas saja sangat terkejut, otaknya dipenuhi tanda tanya besar mengapa hal ini bisa terjadi. Selama ini, para makhluk yang terlena oleh batu tersebut benar-benar hanya kehilangan akal dan berubah menjadi orang gila sesaat. Mengapa... Mengapa malah menjadi seperti ini???Ia mundur dua langkah, memutuskan untuk menengok ke belakang dan terkejut melihat cahaya amethyst transparan yang tiba-tiba saja mengelilingi tokonya. Ia menelan ludah, merasakan rasa bahagia yang tiba-tiba membuncah di dadanya, diikuti rasa menggelitik yang tiba-tiba saja menyerang tubuhnya. Membuatnya merinding.'Apa-apaan ini?'Ia mencoba berfikir positif, mungkin saja efeknya

  • I am The Real King   Chapter 24 - Abumérta Xadioussé

    "Batu itu selain bisa membuat seseorang terpana, ia juga bisa membuat seseorang terlena dan kehilangan kesadaran. Membuatmu berhalusinasi dan membayangkan hal-hal menyenangkan. Tenang saja Tuan Muda, kau mungkin hanya akan 'sedikit' kehilangan 'akal' sekarang," jelasnya masih dengan seringainya.Devron terdiam, tak lama ia tersenyum riang menatap lelaki berkacamata itu dengan pandangan yang terlihat bahagia.Membuat Devian di sana terkejut seketika, sulit memercayai hal mendadak ini. Ditambah lagi, Devron sepertinya tak bisa diajak bicara sekarang. ....Devron yang masih terpaku itu masih juga tak bergerak. Cahaya amethyst yang dikeluarkan batu itu tiba-tiba saja seolah menembakan cahaya putih setelah beberapa saat asyik memandanginya. Otaknya blank, hanya warna putih yang terpampang jelas di hadapannya. Dan ia sama sekali tak bisa berpikir!Perlahan dinding besar berwarna putih di hadapannya memudar, digantikan dengan sebuah gambaran kehidupan

DMCA.com Protection Status