Chapter 28
Just Mine
Milikku.
Satu kata itu menggema di otak Nick, berkali-kali hingga membuatnya nyaris kehilangan seluruh kewarasannya.
Belum pernah ia merasa seperti ini setelah bercinta dengan wanita mana pun. Rasa posesif yang luar biasa yang membuatnya ketakutan hingga ia memerintahkan pegawainya menyiapkan helikopter dan membungkus tubuh Vanilla menggunakan selimut lalu mengangkut Vanilla yang masih terlelap pergi dari rumahnya.
Bukan tanpa alasan, ia mengambil kesucian Vanilla dengan terburu-buru, padahal ia sama sekali tidak masalah jika harus menunggu sampai tiba waktunya Vanilla menjadi pengantinnya karena bermain-main saja sudah sangat menyenangkan selama beberapa hari ini.
Namun, panggilan telepon Beck tadi pagi membuatnya tidak bisa lagi menunggu Vanilla hingga menjadi pengantinnya. Nick yakin, cepat atau lambat Beck akan mengacaukan hubungannya
Chapter 29PossessiveVanilla dan Nick keluar dari kamar mandi, keduanya mengenakan kimono hotel tempat mereka menginap. Vanilla tampak memberengut karena hingga dua hari mereka berada di Los Angeles, ia belum mendapatkan pakaian."Sampai kapan kita hanya berada di dalam kamar seperti ini?" tanya Vanilla sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk di tangannya.Nick mendekati Vanilla, ia meraih handuk di tangan kekasihnya lalu mulai mengambil alih pekerjaan itu. "Kita seperti Adam dan Hawa."Vanilla memutar bola matanya. "Persis."Tanpa pakaian, tanpa ponsel. Hanya berdiam diri di dalam kamar hotel, bercinta, makan, menonton televisi, lalu tidur."Mommy pasti mengira anak gadisnya diculik," gerutu Vanilla."Dia tahu segalanya."Vanilla mencebik. "Aku tidak mengerti, Mommy sangat percaya
Chapter 30Crazy PartyCharlotte memutar bola matanya karena jengah. Bagaimana tidak jengah? Klien yang makan malam bersamanya dan Beck adalah Charlie, kakaknya. Sudah jelas jika orang tuanya menginginkan kerja sama dengan perusahaan Beck dan dipastikan setelah satu bulan ia menjadi sekretaris Beck, ia masih harus berurusan dengan Beck nanti. Ia menatap saudaranya dengan tatapan meminta penjelasan tetapi Charlie hanya mengedikkan bahu, sama sekali tidak peka. Bahkan ketika Charlotte kembali menatap untuk memperingatkan agar Charlie tidak menyetujui rencana kerja sama yang dicetuskan orang tua mereka, Charlie jelas tidak peduli. Yang kakaknya pedulikan hanya uang dan keuntungan. Diam-diam ia menggertakkan gigi dan menatap Charlie dengan sorot memperingatkan, ia akan m
Chapter 31Mr. Playboy"Akhir-akhir ini kau sangat sibuk dan jarang datang ke sini," keluh Sophie sambil meletakkan cangkir yang berisi kopi di meja lalu duduk di samping Beck.Beck mengelus sebelah alisnya menggunakan ujung ibu jarinya. "Ada proyek baru, aku sedikit sibuk."Sophie mengulurkan tangannya membelai dagu Beck. "Kurasa ini jangka waktu terpanjang kita tidak bertemu."Berck menaikkan kedua alisnya, menarik napas dalam-dalam sambil meraih cangkir kopinya. Ia menempelkan bibirnya di cangkir, mulai menyeruput kopi tanpa gulanya, dan diam-diam tersenyum di balik cangkir."Mama ingin bertemu denganmu, lusa," ucap Beck sambil meletakkan kembali cangkir di tangannya ke tempat semula.Sophie ternganga. "Mama?""Ya, Mama."Sophie menegang. "U-untuk?"Ada rasa gentar
Chapter 32Second OptionCharlotte meletakkan sebuah kotak makanan berisi sarapan untuk Beck. "Apa-apaan kau ini? Merepotkan saja memintaku membawakan sarapan."Aku tidak sempat sarapan."Charlotte memutar bola matanya. "Kenapa kau tidak meminta kekasihmu membuatkan sarapan? Bukankah kau tidur bersamanya tadi malam." Ia merapatkan giginya karena merasa geram, belum pernah ia diperintah oleh orang lain untuk membawakan sarapan.Beck membuka kotak makanan, mengambil garpu plastik yang ada di dalamnya lalu menusuk sosis dan mulai menikmati makanannya tanpa menjawab pertanyaan sekaligus tudingan Charlotte yang duduk sambil bersedekap menatap tajam ke arahnya."Dari pada uring-uringan karena aku tidur dengan tunanganku, sebaiknya kau pesankan aku tiket ke Los Angeles," ucap Beck sambil mengunyah sosisnya."Jangan besar kepala, aku sama sekali tidak tert
Chapter 33Thank You, BeckMilan.Vanilla membungkuk untuk menyapukan bibirnya di bibir pria yang ia cintai. "Kau mengatakan jika aku boleh menanyakan apa saja padamu. Apa hal itu masih berlaku?"Nick yang merebahkan diri di sofa dengan posisi kepala berada di atas paha Vanilla menatap kekasihnya, satu telapak tangannya menyentuh bagian belakang kepala Vanilla seraya menjawab, "Berlaku selamanya."Jemari Vanilla menyentuh alis tebal Nick. "Kurasa kita harus membuat komitmen."Pendar di mata Nick tampak berkilau, nyaris menyilaukan. "Kau bersedia menikah denganku secepatnya?"Vanilla tersenyum, ia membalas tatapan mesra Nick. Ujung jemarinya beralih menyentuh jambang di wajah kekasihnya yang mulai memanjang. "Kurasa kau harus bercukur.""Kau harus belajar membantuku bercukur."
Chapter 34Nick, He is Your WorldCharlotte memegangi selimut yang ditarik oleh ibunya. “Ayolah, Mom. Aku masih mengantuk.”“Kau dan Charlie sama saja, aku tidak mengerti mengapa aku memiliki tiga anak tetapi hanya Charles yang bisa diandalkan,” gerutu Betrisa, ibu Charlotte. “Lagi pula bukankah kau harus pergi bekerja?”“Kemarin adalah hari terakhirku bekerja di perusahaan temanmu itu,” ucap Charlotte kesal.“Dan itu berarti mulai hari ini kau harus bekerja di perusahaan kira.” Betrisa kembali menarik selimut Charlotte.Charlotte membuka matanya, menatap ibunya dengan tatapan memohon. “Beri aku waktu satu hari untuk istirahat, oke?”Betrisa menggeleng. “Cari Charlie dan minta tanda tangannya, aku memerlukannya tanda tangannya hari ini juga.”Charlotte menguap. “Akan kulakukan asal
Chapter 35Little Princess"Sepertinya ada yang spesial, kau kembali lebih awal." Vanilla menuruni tangga menyambut Nick yang baru saja pulang dari bekerja lalu melingkarkan lengannya di leher pria itu dengan cara yang sangat mesra."Kita akan menghadiri pesta malam ini." Nick meraih pinggang Vanilla lalu mendaratkan sebuah kecupan di antara kedua alis calon istrinya."Pesta?" Satu tangan menelusuri kerah kemeja Nick, lalu perlahan mengendurkan dasi yang mengikat leher pria itu.Nick membantu Vanilla mengendurkan dasi di lehernya lalu melepaskan benda itu. "Ya, pesta pertunangan Charles.""Siapa Charles?""Kakak Charlotte."Vanilla melepaskan satu persatu kancing kemeja Nick. "Apa kita merayakan pertunangan?""Kau ingin?" Nick setengah menggeram saat kulit lembu
Chapter 36An Admit of Sin“Bagus, Nona Muda.” Beck berkacak pinggang di depan Charlotte.Tatapan mata Beck tajam menyorot Charlotte yang mempermainkannya, ia datang ke pesta pertunangan Charles karena diseret oleh ibunya. Di sana ia tidak mengira jika bertemu Charlotte yang ternyata putri satu-satunya keluarga Danish.Charlotte menyeringai lebar lalu mengerutkan hidungnya. “Kenapa kau marah?”“Jelas aku marah, kailan mempermainkan aku,” sungut Beck.Charlotte terkekeh. “Salah siapa kau tidak mencari tahu.”Beck menyipitkan kedua matanya.“Oh, aku melupakannya. Kau tidak pernah peduli kepada gadis mana pun selain Sophie.” Charlotte tertawa mengejek lalu menjulurkan lidahnya.Beck mem
Epilogue
Chapter 57
Chapter 56
Chapter 55
Chapter 54
Chapter 53
Chapter 52
Chapter 51
Chapter 50I ApologiesVanilla menikmati paginya dengan menatap wajah tampan Nick yang tersaji di depannya, pria itu tampaknya masih dibuai mimpi. Ia mengulurkan tangannya, jemarinya menyentuh alis tebal Nick, senyum bahagia mengembang di bibir indah Vanilla. Pemuda yang dulu ia kagumi di sekolah menengah atas kini menjadi miliknya, berada di atas ranjangnya, menjadi calon suaminya, dan mereka juga akan segera memiliki buah hati. Masih seperti mimpi. Terlepas dari segala konflik keluarga, kehadiran Nick bagi Vanilla memang seperti mimpi. Seperti seorang gadis biasa yang mendapatkan seorang pangeran berkuda putih di dalam dongeng anak-anak. Jemari Vanilla turun menyentuh sudut bibir Nick, matanya menatap bibir kenyal itu seolah ia sedang mendamba. Perlahan ia mendekatkan bibirnya dan men