Chapter 22
Jealous but Stubborn
Seharusnya Vanilla marah-marah kepada Nick, seharusnya Vanilla pergi meninggalkan pesta dan Nick mengejarnya.
Seharusnya begitu.
Sayangnya sikap Vanilla sangat tenang, tidak bereaksi apa-apa hingga acara ulang tahun Sophie berakhir dan Beck juga telah melamar Sophie dengan memberikan seikat bunga dan cincin berlian di akhir acara.
Sikap Vanilla biasa saja, bahkan ketika mereka hendak kembali dari pesta dan Charlotte menghampiri dan memberikan kecupan selamat tinggal di pipi Nick, Vanilla juga tidak bereaksi apa-apa. Mungkin karena Charlotte juga mengecup pipi Vanilla sehingga membuat Vanilla tidak bereaksi.
Namun, di dasar hati Nick, ia merasa sangat kecewa karena skema yang dibuat oleh Charlotte ternyata gagal total.
"Apa kau tahu kapan Beck akan menikahi Sabun?" tanya Nick sekedar berbasa-basi karena si
Chapter 23It's Not Fucking Jokes"Aku harus ke restoran pukul dua," ucap Vanilla sambil mengelus bulu-bulu di dagu Nick.Nick meraih telapak tangan Vanilla, mempermainkan jari gadis itu. "Kau baru saja tidur dua jam, Mi Amor.""Kau membuatku tidak tidur," gumam Vanilla, wajahnya bersemu merah mengingat bagaimana ia dan Nick menghabiskan sisa malam.Nick melirik jam digital yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya. "Ini masih pukul delapan, kau masih memiliki waktu untuk tidur."Jemari Vanilla mengelus dada Nick yang ditumbuhi bulu-bulu lebat. "Sebenarnya aku lapar, tapi mataku tidak bisa berkompromi," erangnya.Ia menyapukan bibirnya di dada Nick lalu membenamkan wajahnya di sana, menghirup aroma khas pria itu sambil lalu memejamkan matanya.Nick membelai kulit pundak Vanilla yang seelok batu pualam lalu perlahan me
Chapter 24BiggerBeck dan Sophie masih meringkuk di atas tempat tidur dengan posisi saling membelakangi, Beck tampak masih terlelap dan bernapas secara pelan dan teratur. Sophie meraih ponselnya yang bergetar di atas nakas sambil matanya masih setengah terpejam."Ma, ini masih terlalu pagi," sungut Sophie menjawab panggilan telepon Nena."Selamat, akhirnya Beck melamarmu," ucap Nena.Sophie menggeser tubuhnya, mengangkat kepalanya sedikit untuk memastikan jika Beck masih terlelap. "Dari mana kau tahu?"Madia sosialmu memberitahu.""Oh, itu... Beck melamarku mendadak.""Itu bagus. Kapan kalian akan menikah?"Sophie menatap cincin yang melingkar di jari manisnya, ia menggeleng. "Kami belum membicarakannya."Nena terasa hambar. "Kedengarannya seperti kalian tidak serius."
Chapter 25Your Fiance"Mi Amor...." Nick duduk di tepi tempat tidur, ia mengusap pipi Vanilla menggunakan ibu jarinya.Vanilla membuka matanya perlahan, sedikit menggeliat kemudian mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Nick."Baby... selamat pagi," sapa Vanilla dengan suara serak."How your sleep?"Senyum mengembang di bibir Vanilla. "Sepertinya aku tidur seperti bayi. Kau akan bekerja?"Ia mengamati Nick yang telah rapi dibalut setelan jas mahal yang terlihat sangat pas di tubuh kekarnya."Maafkan aku, ada pertemuan yang tidak bisa aku tinggalkan." Nick menatap wajah Vanilla yang masih tetap terlihat cantik meski rambutnya sedikit berantakan.Vanilla membalas tatapan Nick, ia sedikit mengerucutkan bibirnya. "Rasanya aku tidak ingin sendirian di sini," ucapnya dengan nada manja.
Chapter 26Making ****"Aku merindukanmu, Mi Amor." Nick memeluk Vanilla, mengecup pipi gadis itu berulang kali seolah-olah ia telah meninggalkan Vanilla selama seratus tahun.Vanilla terkekeh. "Kita hanya terpisah beberapa jam.""Tapi, aku sungguh merindukanmu."Vanilla menarik bahunya sedikit condong ke belakang. "Apa yang kau bawa?" Ia melirik ke arah beberapa paper bag yang diletakkan oleh Nick di atas tempat tidur."Oh." Nick melepaskan pelukannya dari tubuh Vanilla, ia beringsut mendekati tempat tidur diikuti oleh Vanilla. "Sebenarnya kau tidak memerlukan ini selama berada di dekatku. Tapi, aku tidak ingin terlihat buruk membiarkanmu hanya mengenakan kemejaku di rumah."Nick membuka salah satu paper bag dan mengeluarkan isinya."Astaga...." Vanilla menggelengkan kepalanya mel
Chapter 28Making FamilyNick mendorong tubuh Vanilla hingga terpojok ke dinding kaca, sementara bibir mereka terus bertaut. Satu lengan Nick melingkar di pinggang Vanilla dan satu telapak tangannya menahan tengkuk Vanilla untuk memperdalam ciuman mereka sementara lengan Vanilla melingkar di leher Nick. Cumbuan bibir mereka bergairah, liar, nakal, dan sama-sama menuntut."Mi Amor," geram Nick di antara cumbuan mereka."Baby...." Vanilla mengerang, dadanya membusung merapat ke dada Nick.Nick mengakhiri ciuman mereka, napasnya terengah-engah. "Aku menginginkanmu, Mi Amor."Sama seperti Nick, napas Vanilla juga terengah-engah. "Aku tidak mau di sini."Nick terkekeh, ia menyatukan keningnya dengan kening Vanilla, menggeseknya dengan lembut. "Tentu saja tidak, kita akan melakukannya di tempat yang seharusnya."Tidak mungkin
Chapter 28Just MineMilikku.Satu kata itu menggema di otak Nick, berkali-kali hingga membuatnya nyaris kehilangan seluruh kewarasannya.Belum pernah ia merasa seperti ini setelah bercinta dengan wanita mana pun. Rasa posesif yang luar biasa yang membuatnya ketakutan hingga ia memerintahkan pegawainya menyiapkan helikopter dan membungkus tubuh Vanilla menggunakan selimut lalu mengangkut Vanilla yang masih terlelap pergi dari rumahnya.Bukan tanpa alasan, ia mengambil kesucian Vanilla dengan terburu-buru, padahal ia sama sekali tidak masalah jika harus menunggu sampai tiba waktunya Vanilla menjadi pengantinnya karena bermain-main saja sudah sangat menyenangkan selama beberapa hari ini.Namun, panggilan telepon Beck tadi pagi membuatnya tidak bisa lagi menunggu Vanilla hingga menjadi pengantinnya. Nick yakin, cepat atau lambat Beck akan mengacaukan hubungannya
Chapter 29PossessiveVanilla dan Nick keluar dari kamar mandi, keduanya mengenakan kimono hotel tempat mereka menginap. Vanilla tampak memberengut karena hingga dua hari mereka berada di Los Angeles, ia belum mendapatkan pakaian."Sampai kapan kita hanya berada di dalam kamar seperti ini?" tanya Vanilla sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk di tangannya.Nick mendekati Vanilla, ia meraih handuk di tangan kekasihnya lalu mulai mengambil alih pekerjaan itu. "Kita seperti Adam dan Hawa."Vanilla memutar bola matanya. "Persis."Tanpa pakaian, tanpa ponsel. Hanya berdiam diri di dalam kamar hotel, bercinta, makan, menonton televisi, lalu tidur."Mommy pasti mengira anak gadisnya diculik," gerutu Vanilla."Dia tahu segalanya."Vanilla mencebik. "Aku tidak mengerti, Mommy sangat percaya
Chapter 30Crazy PartyCharlotte memutar bola matanya karena jengah. Bagaimana tidak jengah? Klien yang makan malam bersamanya dan Beck adalah Charlie, kakaknya. Sudah jelas jika orang tuanya menginginkan kerja sama dengan perusahaan Beck dan dipastikan setelah satu bulan ia menjadi sekretaris Beck, ia masih harus berurusan dengan Beck nanti. Ia menatap saudaranya dengan tatapan meminta penjelasan tetapi Charlie hanya mengedikkan bahu, sama sekali tidak peka. Bahkan ketika Charlotte kembali menatap untuk memperingatkan agar Charlie tidak menyetujui rencana kerja sama yang dicetuskan orang tua mereka, Charlie jelas tidak peduli. Yang kakaknya pedulikan hanya uang dan keuntungan. Diam-diam ia menggertakkan gigi dan menatap Charlie dengan sorot memperingatkan, ia akan m
Epilogue
Chapter 57
Chapter 56
Chapter 55
Chapter 54
Chapter 53
Chapter 52
Chapter 51
Chapter 50I ApologiesVanilla menikmati paginya dengan menatap wajah tampan Nick yang tersaji di depannya, pria itu tampaknya masih dibuai mimpi. Ia mengulurkan tangannya, jemarinya menyentuh alis tebal Nick, senyum bahagia mengembang di bibir indah Vanilla. Pemuda yang dulu ia kagumi di sekolah menengah atas kini menjadi miliknya, berada di atas ranjangnya, menjadi calon suaminya, dan mereka juga akan segera memiliki buah hati. Masih seperti mimpi. Terlepas dari segala konflik keluarga, kehadiran Nick bagi Vanilla memang seperti mimpi. Seperti seorang gadis biasa yang mendapatkan seorang pangeran berkuda putih di dalam dongeng anak-anak. Jemari Vanilla turun menyentuh sudut bibir Nick, matanya menatap bibir kenyal itu seolah ia sedang mendamba. Perlahan ia mendekatkan bibirnya dan men