Chapter 24
Bigger
Beck dan Sophie masih meringkuk di atas tempat tidur dengan posisi saling membelakangi, Beck tampak masih terlelap dan bernapas secara pelan dan teratur. Sophie meraih ponselnya yang bergetar di atas nakas sambil matanya masih setengah terpejam.
"Ma, ini masih terlalu pagi," sungut Sophie menjawab panggilan telepon Nena.
"Selamat, akhirnya Beck melamarmu," ucap Nena.
Sophie menggeser tubuhnya, mengangkat kepalanya sedikit untuk memastikan jika Beck masih terlelap. "Dari mana kau tahu?
"Madia sosialmu memberitahu."
"Oh, itu... Beck melamarku mendadak."
"Itu bagus. Kapan kalian akan menikah?"
Sophie menatap cincin yang melingkar di jari manisnya, ia menggeleng. "Kami belum membicarakannya."
Nena terasa hambar. "Kedengarannya seperti kalian tidak serius."
Chapter 25Your Fiance"Mi Amor...." Nick duduk di tepi tempat tidur, ia mengusap pipi Vanilla menggunakan ibu jarinya.Vanilla membuka matanya perlahan, sedikit menggeliat kemudian mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Nick."Baby... selamat pagi," sapa Vanilla dengan suara serak."How your sleep?"Senyum mengembang di bibir Vanilla. "Sepertinya aku tidur seperti bayi. Kau akan bekerja?"Ia mengamati Nick yang telah rapi dibalut setelan jas mahal yang terlihat sangat pas di tubuh kekarnya."Maafkan aku, ada pertemuan yang tidak bisa aku tinggalkan." Nick menatap wajah Vanilla yang masih tetap terlihat cantik meski rambutnya sedikit berantakan.Vanilla membalas tatapan Nick, ia sedikit mengerucutkan bibirnya. "Rasanya aku tidak ingin sendirian di sini," ucapnya dengan nada manja.
Chapter 26Making ****"Aku merindukanmu, Mi Amor." Nick memeluk Vanilla, mengecup pipi gadis itu berulang kali seolah-olah ia telah meninggalkan Vanilla selama seratus tahun.Vanilla terkekeh. "Kita hanya terpisah beberapa jam.""Tapi, aku sungguh merindukanmu."Vanilla menarik bahunya sedikit condong ke belakang. "Apa yang kau bawa?" Ia melirik ke arah beberapa paper bag yang diletakkan oleh Nick di atas tempat tidur."Oh." Nick melepaskan pelukannya dari tubuh Vanilla, ia beringsut mendekati tempat tidur diikuti oleh Vanilla. "Sebenarnya kau tidak memerlukan ini selama berada di dekatku. Tapi, aku tidak ingin terlihat buruk membiarkanmu hanya mengenakan kemejaku di rumah."Nick membuka salah satu paper bag dan mengeluarkan isinya."Astaga...." Vanilla menggelengkan kepalanya mel
Chapter 28Making FamilyNick mendorong tubuh Vanilla hingga terpojok ke dinding kaca, sementara bibir mereka terus bertaut. Satu lengan Nick melingkar di pinggang Vanilla dan satu telapak tangannya menahan tengkuk Vanilla untuk memperdalam ciuman mereka sementara lengan Vanilla melingkar di leher Nick. Cumbuan bibir mereka bergairah, liar, nakal, dan sama-sama menuntut."Mi Amor," geram Nick di antara cumbuan mereka."Baby...." Vanilla mengerang, dadanya membusung merapat ke dada Nick.Nick mengakhiri ciuman mereka, napasnya terengah-engah. "Aku menginginkanmu, Mi Amor."Sama seperti Nick, napas Vanilla juga terengah-engah. "Aku tidak mau di sini."Nick terkekeh, ia menyatukan keningnya dengan kening Vanilla, menggeseknya dengan lembut. "Tentu saja tidak, kita akan melakukannya di tempat yang seharusnya."Tidak mungkin
Chapter 28Just MineMilikku.Satu kata itu menggema di otak Nick, berkali-kali hingga membuatnya nyaris kehilangan seluruh kewarasannya.Belum pernah ia merasa seperti ini setelah bercinta dengan wanita mana pun. Rasa posesif yang luar biasa yang membuatnya ketakutan hingga ia memerintahkan pegawainya menyiapkan helikopter dan membungkus tubuh Vanilla menggunakan selimut lalu mengangkut Vanilla yang masih terlelap pergi dari rumahnya.Bukan tanpa alasan, ia mengambil kesucian Vanilla dengan terburu-buru, padahal ia sama sekali tidak masalah jika harus menunggu sampai tiba waktunya Vanilla menjadi pengantinnya karena bermain-main saja sudah sangat menyenangkan selama beberapa hari ini.Namun, panggilan telepon Beck tadi pagi membuatnya tidak bisa lagi menunggu Vanilla hingga menjadi pengantinnya. Nick yakin, cepat atau lambat Beck akan mengacaukan hubungannya
Chapter 29PossessiveVanilla dan Nick keluar dari kamar mandi, keduanya mengenakan kimono hotel tempat mereka menginap. Vanilla tampak memberengut karena hingga dua hari mereka berada di Los Angeles, ia belum mendapatkan pakaian."Sampai kapan kita hanya berada di dalam kamar seperti ini?" tanya Vanilla sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk di tangannya.Nick mendekati Vanilla, ia meraih handuk di tangan kekasihnya lalu mulai mengambil alih pekerjaan itu. "Kita seperti Adam dan Hawa."Vanilla memutar bola matanya. "Persis."Tanpa pakaian, tanpa ponsel. Hanya berdiam diri di dalam kamar hotel, bercinta, makan, menonton televisi, lalu tidur."Mommy pasti mengira anak gadisnya diculik," gerutu Vanilla."Dia tahu segalanya."Vanilla mencebik. "Aku tidak mengerti, Mommy sangat percaya
Chapter 30Crazy PartyCharlotte memutar bola matanya karena jengah. Bagaimana tidak jengah? Klien yang makan malam bersamanya dan Beck adalah Charlie, kakaknya. Sudah jelas jika orang tuanya menginginkan kerja sama dengan perusahaan Beck dan dipastikan setelah satu bulan ia menjadi sekretaris Beck, ia masih harus berurusan dengan Beck nanti. Ia menatap saudaranya dengan tatapan meminta penjelasan tetapi Charlie hanya mengedikkan bahu, sama sekali tidak peka. Bahkan ketika Charlotte kembali menatap untuk memperingatkan agar Charlie tidak menyetujui rencana kerja sama yang dicetuskan orang tua mereka, Charlie jelas tidak peduli. Yang kakaknya pedulikan hanya uang dan keuntungan. Diam-diam ia menggertakkan gigi dan menatap Charlie dengan sorot memperingatkan, ia akan m
Chapter 31Mr. Playboy"Akhir-akhir ini kau sangat sibuk dan jarang datang ke sini," keluh Sophie sambil meletakkan cangkir yang berisi kopi di meja lalu duduk di samping Beck.Beck mengelus sebelah alisnya menggunakan ujung ibu jarinya. "Ada proyek baru, aku sedikit sibuk."Sophie mengulurkan tangannya membelai dagu Beck. "Kurasa ini jangka waktu terpanjang kita tidak bertemu."Berck menaikkan kedua alisnya, menarik napas dalam-dalam sambil meraih cangkir kopinya. Ia menempelkan bibirnya di cangkir, mulai menyeruput kopi tanpa gulanya, dan diam-diam tersenyum di balik cangkir."Mama ingin bertemu denganmu, lusa," ucap Beck sambil meletakkan kembali cangkir di tangannya ke tempat semula.Sophie ternganga. "Mama?""Ya, Mama."Sophie menegang. "U-untuk?"Ada rasa gentar
Chapter 32Second OptionCharlotte meletakkan sebuah kotak makanan berisi sarapan untuk Beck. "Apa-apaan kau ini? Merepotkan saja memintaku membawakan sarapan."Aku tidak sempat sarapan."Charlotte memutar bola matanya. "Kenapa kau tidak meminta kekasihmu membuatkan sarapan? Bukankah kau tidur bersamanya tadi malam." Ia merapatkan giginya karena merasa geram, belum pernah ia diperintah oleh orang lain untuk membawakan sarapan.Beck membuka kotak makanan, mengambil garpu plastik yang ada di dalamnya lalu menusuk sosis dan mulai menikmati makanannya tanpa menjawab pertanyaan sekaligus tudingan Charlotte yang duduk sambil bersedekap menatap tajam ke arahnya."Dari pada uring-uringan karena aku tidur dengan tunanganku, sebaiknya kau pesankan aku tiket ke Los Angeles," ucap Beck sambil mengunyah sosisnya."Jangan besar kepala, aku sama sekali tidak tert
Epilogue
Chapter 57
Chapter 56
Chapter 55
Chapter 54
Chapter 53
Chapter 52
Chapter 51
Chapter 50I ApologiesVanilla menikmati paginya dengan menatap wajah tampan Nick yang tersaji di depannya, pria itu tampaknya masih dibuai mimpi. Ia mengulurkan tangannya, jemarinya menyentuh alis tebal Nick, senyum bahagia mengembang di bibir indah Vanilla. Pemuda yang dulu ia kagumi di sekolah menengah atas kini menjadi miliknya, berada di atas ranjangnya, menjadi calon suaminya, dan mereka juga akan segera memiliki buah hati. Masih seperti mimpi. Terlepas dari segala konflik keluarga, kehadiran Nick bagi Vanilla memang seperti mimpi. Seperti seorang gadis biasa yang mendapatkan seorang pangeran berkuda putih di dalam dongeng anak-anak. Jemari Vanilla turun menyentuh sudut bibir Nick, matanya menatap bibir kenyal itu seolah ia sedang mendamba. Perlahan ia mendekatkan bibirnya dan men