Share

Bab 15

Author: Min_Jikyu
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Eleana menceritakan seluruh kejadian yang ia ingat pada Mikael sambil menangis.

Kesimpulan dari cerita itu begitu sangat menyeramkan, Mikael yang hanya mendengar tidak bisa membayangkan bagaimana istrinya itu begitu kuat.

Lelaki itu juga tidak habis pikir, di mana letak pikiran manusia biadab yang dengan tanpa perasaan menganiaya istrinya yang jelas-jelas sedang mengandung. Ini membuat emosi Mikael tersulut.

Eleana mendongak, menatap Mikael yang terlihat menunjukkan kemarahan, bahkan jemari lelaki itu sudah terkepal kuat. “El, kumohon jangan membencinya,” pinta Eleana berbisik lembut, perlahan menggenggam tangan Mikael dan melepas kepalan tangannya.

Tidak menjawab, Mikael justru menarik Eleana ke dalam dekapannya. Begitu erat. Takut ia akan kehilangan wanita itu lagi nanti.

“Kau tenang saja, Baby.”

Eleana merasakan bayi di dalam perutnya menendang, apa mungkin ia merasa diabaikan oleh kedua orang tuanya. Atau dia ingi

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • I Want You   Bab 16

    Dulu, Mikael sangat mencintai Kathrine—teman kampusnya. Ia berani mengejar Kathrine hingga mati-matian sampai akhirnya mendapatkan wanita itu. Setelah sekian lama Mikael mengejar, seperti gayung bersambut akhirnya Kathrine luluh padanya.Tiga tahun menjalin hubungan, mereka menjadi pasangan kekasih yang serasi dan selalu terkoneksi jika membicarakan bisnis dan berbagai hal. Tiga tahun pula, mereka merencanakan sebuah pernikahan yang mereka impikan. Mikael berusaha keras untuk mewujudkan pernikahan itu dengan bekerja keras membuat perusahaan Dad menjadi berkembang pesat.Tetapi, ternyata Kathrine bukanlah wanita yang cukup dengan satu lelaki. Ia pergi ke klub malam tanpa sepengetahuan Mikael dan tidur dengan banyak lelaki di tempat itu.Lebih parahnya lagi, Kathrine bermain di belakang Mikael dengan kakak kandungnya sendiri—Izrael. Mulai saat itu Mikael benci Izrael, ia selalu menonjolkan kepintarannya dalam mengelola perusahaan berlian sang ayah, sem

  • I Want You   Bab 17

    Usia kandungan Eleana sudah memasuki delapan bulan. Mikael sudah melarangnya untuk melakukan pekerjaan yang berat.Eleana merasa hidupnya begitu dikekang oleh suaminya, ia tidak boleh melakukan apa pun padahal ia menginginkannya. Bahkan untuk sekadar memasak saja, Mikael tidak memperbolehkannya.Eleana sedang memijat pinggangnya ketika Mikael keluar dari kamar mandi. Lelaki itu menghampiri sang istri yang terlihat tengah meringis, menahan sakit.“Ini alasanku melarangmu melakukan pekerjaan rumah.” Mikael duduk di belakang Eleana, memijat pinggang wanitanya.Akhir-akhir ini Eleana sering mengeluh punggungnya sakit, napasnya yang sesak dan sang bayi yang selalu menendang perut saat tidur. Kata dokter, itu hal yang wajar menjelang persalinan.“Kau sudah minum susumu?”“Belum.”Mikael melirik jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan malam. Seharusnya Eleana meminum susu itu sekitar satu jam yang lalu

  • I Want You   Bab 18

    Lengkap sudah penderitaan Eleana. Seperti ditusuk sebilah pedang lalu dihantam palu godam, hati Eleana begitu hancur. Mengingat bagaimana ia menata serpihan itu kembali menjadi utuh, lalu Mikael memberinya kejutan baru yang mampu membuat serpihan itu kembali berserakan.Jika saja Mikael mengatakannya sendiri dan menjelaskan apa yang terjadi, mungkin Eleana tidak akan segila ini mencoba mencari tahu. Lebih baik tahu sendiri dari Mikael dari pada dari orang lain yang terasa lebih menyakitkan.Eleana meringis, merasa bayi di dalam perutnya menendang tepat pada ulu hati. Sampai ia tidak sadar Mikael sedari tadi berdiri menatapnya dengan tangan yang dimasukkan ke saku celana.“Sampai kapan kau akan seperti ini?”Eleana melirik Mikael sekilas.“Perutmu keram bukan? Kau bisa menyakiti bayi kita jika terus seperti ini.” Mikael berjongkok, mengusap perut besar Eleana yang terbalut pakaian tidur.“Biarkan saja.”

  • I Want You   Bab 19

    Semenjak Eleana keluar dari rumah sakit, Mikael menghilang. Lelaki itu benar-benar menepati janjinya untuk tidak muncul di hadapan Eleana lagi. Jujur. Hati Eleana sangat sakit, ia belum bisa menerima kepergian orang tuanya yang sangat mendadak itu. Apalagi Eleana baru mengetahui peristiwa naas itu setelah lama terjadi. Eleana juga tidak bisa bertemu kedua orang tuanya untuk yang terakhir kali. Rasanya tidak adil. Dia belum memberi mereka salam perpisahan, atau bahkan memperkenalkan buah hatinya sebagai cucu mereka. Eleana sangat menyesal. Tapi, mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Tidak ada yang bisa ia lakukan lagi selain mendoakan mereka agar tenang di atas sana. Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan Daddy dan Mom, Eleana hanya bisa mengenang mereka melalui album foto yang ia temukan di apartemen lamanya. Apartemen yang ternyata sudah dibeli oleh Mikael dan semua barang di dalamnya masih utuh, tidak berubah.

  • I Want You   Bab 20

    Meeting berjalan dengan lancar, Mikael yang memimpin langsung dan menandatangani kontrak baru yang sudah cocok dengan prosedur perusahaan miliknya. Mikael berjalan menuju ruang kerjanya bersama Lucas yang selalu menemani ke mana pun atasannya pergi. Sampai di ruangan, Lucas memberikan sebuah amplop coklat yang isinya adalah bukti-bukti penting yang kemarin diminta oleh Mikael. “Dia sudah menunggu sejak tadi, Tuan,” bisik Lucas. Mikael menutup berkas di tangannya dan memasukkan beberapa lembar foto ke amplop coklat kembali, lalu ia melepas jas dan mengisyaratkan Lucas untuk memanggil seseorang yang dimaksud. Tidak perlu menunggu lama, Mikael sendiri juga sudah tidak sabar. Wanita separuh baya, yang Mikael yakini usianya tidak terpaut jauh dari usia Mom Isabelle. Wanita itu berjalan masuk dan duduk di depan Mikael. Dari gerak-geriknya ia terlihat sangat gelisah. “Langsung saja Nyonya,” ucap Mikael, ia bukan lelaki yang suka basa-basi. Lebih cepa

  • I Want You   Bab 21

    Eleana mengikuti interupsi dokter, ia mengejan setiap kontraksi datang. Terkadang ia berteriak kesakitan sambil memeluk Mikael lebih erat. Kakinya gemetar menumpu berat tubuh dengan posisinya yang terduduk dengan kaki mengangkang lebar.Setengah jam lamanya, Eleana mengejan hingga kepala bayinya terlihat di bawah sana. Air mata terus mengalir membasahi pipi Eleana, ia sudah lemah dan tidak kuat dengan rasa sakit yang masih menghunjam perut bawah dan panggul.“Ayo, mengejan Nona,” ucap Dokter memberi semangat.Eleana melanjutkan mengejan dengan Mikael yang tidak pernah melepaskan tautan tangan mereka. Sesekali, lelaki itu menghujani wajah Eleana dengan kecupan, memberi semangat dengan kata-kata yang bisa ia lontarkan.Eleana istirahat sejenak lalu mulai melanjutkan mengejan lagi. Kali ini rasa sakitnya bertambah dua kali lipat.“Ayo Nona, sedikit lagi. Jangan berhenti mengejan!”Dorongan terakhir dan tangisan bay

  • I Want You   Bab 22

    “Jangan bergerak!” Pistol di tangan Izrael terjatuh begitu saja ke lantai, tangannya bergetar hebat setelah melihat tubuh Mikael meluruh di lantai dan tidak bergerak. Ia pasrah saja, saat dua orang polisi menangkapnya. Keadaan menjadi semakin kalut, setelah tubuh Mikael dibawa menuju mobil ambulans. Tuan Abraham muncul dengan tiba-tiba, melangkah perlahan menuju Izrael dengan tatapan mata yang sulit diartikan. Izrael seperti orang linglung, ia tidak bisa berpikir atau menyikapi kejadian yang begitu cepat terjadi. Ia tidak sengaja menarik pelatuk itu, ia tidak sengaja menembak Mikael. Seharusnya, tidak seperti ini. Izrael hanya ingin memberi pelajaran Mikael, bukan menyakitinya sampai seperti ini. Abraham menampar keras Izrael sampai kepala lelaki itu terpelanting ke samping. “Anak tidak tahu diuntung!” bentak Abraham murka. “Dad tidak pernah mengajarkan kalian seperti ini. Jika kau tidak terima dengan keputusanku dulu, seharusnya kau katakan s

  • I Want You   Bab 23

    Hari ketiga, bayi mungil Eleana dan Mikael tiba-tiba saja demam tinggi dan harus ditempatkan dalam inkubator. Isabelle sampai tak kuasa melihat bayi mungil itu di sana, ia berharap semoga saja ada keajaiban dari kedua orang tuanya hari ini. Sampai pada akhirnya, seorang perawat menghampiri Isabelle dan mengatakan bahwa ada kabar baik dari ruangan Eleana. Ya, wanita itu akhirnya terbangun meski keadaannya masih begitu lemas. Eleana masih harus diperiksa lebih lanjut saat Isabelle sampai di ruangannya. “Bagaimana keadaannya Dokter?” “Keadaannya sudah membaik Nyonya Isabelle, tidak perlu khawatir. Cucu anda akan mendapatkan asi eksklusif pertamanya setelah ini.” Dokter tersenyum. Isabelle dapat bernapas lega sekarang. Ia dengan cepat melangkah masuk ke dalam ruangan Eleana. Bertemu menantu kesayangannya yang terdiam menatap langit-langit kamar. “Menantuku, kau baik-baik saja?” “Mom ....” Eleana memeluk Isabelle. Ia terseny

Latest chapter

  • I Want You   Bab 41

    "Om, Vin ingin es krim." Izrael yang sedang membaca buku di ruang tengah menatap sang keponakan setelah menaruh majalah di tangannya. "Apa, Vin?" "Es krim." Kevin dengan malu-malu menunjuk kulkas yang ada di dapur. Senyum manisnya mengembang, membuat Izrael juga tertular. "Kata Daddy, kau tidak boleh makan yang manis-manis." Seketika Kevin menunduk. "Aku mau." Melihat wajah Kevin yang berubah sedih, Izrael tak sampai hati untuk menolak permintaan keponakan kecilnya. Maka dari itu, Izrael langsung saja menggandeng Kevin dan ia dudukkan di kursi makan. Di rumah tidak ada siapa-siapa, selain dirinya dan Kevin. Mom dan Dad sedang pergi ke sebuah pesta, sementara Mikael dan Eleana yang sejak tadi memberitahu akan menjemput Kevin, belum juga sampai. "Kau jangan bilang Daddymu, ya. Bisa-bisa aku dipenggal." "Dipenggal itu apa, Om?" Pertanyaan polos Kevin membuat Izrael merutuki mulutnya sendiri yang tidak difil

  • I Want You   Bab 40

    Seperti menemukan keluarga baru, Kevin begitu lengket dengan Izrael. Bahkan ia sering ikut Omnya pergi ke beberapa tempat makan dan bertemu teman-teman Izrael. Mungkin karena saat masih dalam kandungan, Izrael merawat Kevin jadi dia tidak perlu waktu lama untuk dekat.Mengenai Mikael, dia sering cemburu. Tentu saja. Bahkan saat belajar menghitung, Kevin lebih memilih diajari Izrael daripada dirinya. Mungkin ini hal yang sepele, tapi Mikael merasa sudah di ayah tirikan oleh putra kecilnya.Tapi, pagi ini, Mikael benar-benar menitipkan Kevin sepenuhnya pada Izrael karena tiba-tiba Eleana demam lagi. Padahal kemarin masih baik-baik saja, tapi malam tadi demamnya begitu tinggi. Susahnya, Eleana selalu menolak untuk dibawa ke rumah sakit dengan alasan masih trauma saat dirawat pasca melahirkan dulu."Aku titip, besok kuambil lagi," ucap Mikael, mencium pipi Kevin sebelum putranya masuk ke dalam rumah besar Mom Isabelle."Sudah seperti barang saja, dioper sana

  • I Want You   Bab 39

    Mikael memijat pangkal hidungnya. Jika dihadapkan dalam keadaan seperti ini, ia lebih memilih meeting dan membuat laporan daripada harus mengajari Kevin berhitung.Bukannya tidak mau, hanya saja putra kecilnya ini lebih banyak bicara menanyakan gambar sebagai objek belajarnya, bukan menghitung. Lalu, jika Mikael mengatakan hitungannya salah. Dia akan marah dan kesal."Vin, diamlah. Dad pusing sekarang." Mikael menyandarkan punggungnya, saat Kevin mulai bertanya sebaiknya kelinci di buku menghitung diwarnai apa."Daddy, aku bertanya.""Terserahmu saja, pilih yang kau suka."Kevin mendengkus, kesal. Ia melipat kedua tangannya di depan dada, menatap Mikael tidak suka. "Aku mau belajar dengan Mom saja.""Jangan...!"Mikael mengangkat Kevin ke pangkuannya, memeluk tubuh mungil itu dan membuatnya nyaman dalam kungkungan Mikael. "Mom sedang sakit Vin."Dua hari ini Eleana batuk dan demam, tadi pagi ia baru saja pergi ke dokter d

  • I Want You   Bab 38

    "Pagi, Daddy.""Pagi, Vin."Mikael mencium pipi putra kecilnya, ia ikut duduk di sebelah Kevin yang sedang sarapan roti selai buatan Oma. Pukul delapan pagi, ketika Mikael turun dari lantai atas."Mom di mana?" tanya Kevin, menatap Mikael dengan mata bulatnya."Mom masih tidur."Kevin mengerutkan kening, tidak biasanya Mommy masih tertidur saat matahari sudah menyengat seperti ini. Bocah kecil itu sampai memiringkan kepalanya bingung."Mom kecapekan, sayang.""Hm?""Mom sakit?" tanya Kevin, kaki gembulnya berusaha turun dari kursi setelah menanyakan itu pada Mikael."Vin, mau ke mana?" tanya Mikael setelah menurunkan bocah itu.Kevin tidak menjawab, ia mengambil piring berisi roti selainya yang tinggal setengah, lalu menaiki tangga dengan hati-hati."Kevin, mau ke mana, Nak?" Mom Isabelle yang melewati bawah tangga meringis, melihat bagaimana cucu pertamanya dengan susah payah menaiki tangga."Oma, V

  • I Want You   Bab 37

    Brankar pesakitan itu didorong oleh dua perawat sekaligus, melewati lorong-lorong rumah sakit yang sepi dan masuk ke dalam UGD.Sebuah tangan yang menghantam tembok, seperti saksi bahwa sebenarnya seseorang tidak ingin kejadian tiba-tiba ini terjadi.Ponsel di sakunya bergetar, sebuah panggilan masuk dari seorang bodyguard yang ia tugaskan untuk mengejar seseorang berpakaian serba hitam di bandara tadi."Bagaimana?""Kami menangkapnya, Tuan.""Jaga dia, usahakan jangan sampai kabur.""Baik, Tuan."Darah yang mengalir di buku-buku jari, tidak ia hiraukan. Ia berjalan mondar-mandir di depan ruang UGD, menunggu kabar dan berharap itu bukan kabar buruk."Tuan Mikael, Nyonya Isabelle menelepon."Mikael menoleh, pada seorang bodyguard yang tadi menemaninya untuk pergi ke rumah sakit. Ia mengambil ponsel di tangan bodyguardnya dengan ragu."Kau di mana? Eleana menangis sejak tadi," cerita Isabelle."Mom, katakan p

  • I Want You   Bab 36

    "Mom, Vin ingin bertemu Dad." Eleana seperti diserang ribuan lebah berbentuk gumpalan menggemaskan dalam satu tubuh, Kevin. Putra kecilnya yang bicara tanpa henti, menanyakan sosok Daddy-nya yang sedang pergi untuk melakukan perjalanan bisnis ke luar kota. Rasanya Eleana sudah tidak punya alasan untuk membujuk Kevin. Karena semua bujukan yang ia buat, tidak berhasil membuat Kevin tenang. Adonan kue yang sedang ia buat sampai kebanyakan tepung terigu. "Vin, Mom sedang memasak." "Vin ingin bertemu Daddy," rengeknya, menarik-narik kaus Eleana. Seperti dengan begitu Mommy-nya akan luluh dan mempertemukannya dengan Mikael. "Mommy." Tangisan Kevin yang menggelegar membuat Eleana menaruh adonan kuenya dan langsung menggendong bocah itu. Mungkin, Kevin sudah kesal terlalu lama diabaikan oleh Eleana. "Berhenti menangis," ucap Eleana, mendudukkan Kevin di atas meja. Kevin justru memperkeras tangisannya. Membuat Eleana mendengus,

  • I Want You   Bab 35

    Ada banyak hal yang perlu diurus di kantor. Mikael sampai melupakan sarapan yang sudah disiapkan Eleana, ketika menerima telepon dari Lucas. Ia juga melupakan rutinitas paginya membangunkan Kevin. Pagi ini, begitu sangat kacau. "Aku berangkat, ya." Mikael mencium kening Eleana begitu lama, lalu masuk ke mobil. Eleana menunggu mobil Mikael sampai keluar dari gerbang, lalu masuk ke rumah. Sampai ia mendengar tangisan Kevin dari lantai dua. "Daddy," panggil Kevin, menatap mobil Mikael yang sudah berjalan menjauh. "Vin." "Mom, Daddy tidak membangunkanku." Kevin merengek. "Dad sedang buru-buru, kan, sudah ada Mommy." Kevin merengut, ia menghela napas panjang sebelum akhirnya memeluk Mom Eleana dan dibawa ke kamar mandi, untuk mandi dan bersiap-siap ke sekolah. Melupakan Daddy yang pergi begitu saja tanpa menyapanya dulu. Kesal sekali sebenarnya, tapi ya sudahlah. *** Mikael menutup berkas di tanga

  • I Want You   Bab 34

    Lima tahun kemudian .... "Mom, Vin mau beli roti itu." Eleana menolehkan kepalanya pada sesuatu yang membuat putranya tertarik. Ia kemudian menghela napas. "Nanti Mom buatkan roti bolu di rumah, ya." "Aku tidak mau Mom, nanti dimakan Dad lagi." Kemarin, Kevin meminta kue ulang tahun sebagai hadiah untuk ulang tahunnya yang ke lima tahun. Eleana secara spesial membuatkan kue itu untuk Kevin dan dia simpan di lemari pendingin. Namun, ketika Eleana pulang setelah menjemput Kevin ke sekolah, kue itu sudah hilang dari lemari pendingin. Dan, Mikael adalah pelakunya. Kevin menangis dan tidak bicara semalaman pada Eleana, menuduh Eleana jika dirinya sudah tidak menyayangi Kevin lagi. "Nanti Mom beritahu Dad, kau mengerti." Kevin menghela napas, ia menurut saja ketika Mom menggandeng tangannya meninggalkan taman yang ia lewati sebelum ke teman parkir. Padahal, roti bolu di kedai kecil dekat sekolahnya terlihat menggiurkan untuk dicicipi

  • I Want You   Bab 33

    Abraham menutup berkas di tangannya dengan kasar. Ia menatap Mikael yang sekarang duduk dengan gelisah di hadapannya. Abraham mencoba menebak apa isi kepala putra keduanya ini. “Kenapa kau ingin menangguhkan Izrael?” Mikael menghela napas. “Aku merasa bersalah padanya, Dad.” “Aku tidak setuju.” Menurut Abraham, Izrael pantas mendapatkan hukuman atas perbuatan yang ia lakukan. Biarkan saja merugikan dirinya sendiri, itu sudah konsekuensi. Berani berbuat harus berani bertanggung jawab. “Dad, Izrael depresi di penjara.” Abraham berdecak. “Biarkan saja,” ucap Abraham tegas. “Dia juga anakmu, Dad.” “Dia sudah mencoreng nama baikku!” tandas Abraham. Mikael mengusap kasar wajahnya. “Kau hanya memikirkan nama baikmu?” “Sudahlah, El. Lebih baik kau urus keluargamu dengan baik. Biarkan saja Izrael menjalani masa hukuman atas kejahatan yang dia perbuat.” “Izrael melakukan percobaan bunuh diri,” ungkap Mikae

DMCA.com Protection Status