ISUITP 6
Ailisha dan Miera memilih untuk langsung pergi dari tempat itu setelah mencapai batas waktu yang telah ditentukan. Mereka sudah menunggu terlalu lama di sana. Jadi kedua gadis itu tidak akan menunggu lebih lama lagi. Mereka masih punya urusan lain yang jauh lebih penting daripada bertemu orang tidak jelas itu. Setelah ini masih ada kelas. Hanya tersisa lima belas menit lagi sebelum jadwal kelas dimulai.
Gadis itu tidak peduli jika Arga akan marah kepadanya. Lagipula, seharusnya Ailisha yang marah kepada pria itu. Karena ia telah mengingkari janjinya. Tadi katanya, rapat itu hanya sebentar. Tapi kenyataannya sungguh berbanding terbalik. Mereka telah menunggu di sana selama berjam-jam. Sampai punggungnya terasa pegal. Sekarang, kedua gadis itu sama sekali tidak memiliki waktu untuk sekedar meluruskan pinggang mereka. Karena sebentar lagi akan ada kelas. Kelas terakhir yang mereka miliki untuk hari ini.
“Liat aja lo nanti!” gerutu Ailisha geram.
Sepanjang perjalanan ke gedung falkultas, ia hanya bisa mendumal sambil sesekali mengumpat. Ailisha sungguh merasa kesal dengan Arga. Dia merasa telah dipermainkan oleh pria itu. Sementara itu, Miera sama sekali tidak menanggapi perkataan gadis itu. Ia tahu jika sahabatnya sedang kesal. Tersulut api emosi. Jadi tidak ada gunanya jika ia buka suara juga. Ailisha malah akan semakin emosi.
***
Ailisha sengaja menonaktifkan data selulernya selama kelas berlangsung. Tentu saja agar tidak ada yang mengganggu konsentrasinya. Saat ini, ia sedang mengikuti kelas untuk mata kuliah nirmana dua dimensi. Bisa dibilang, ini adalah salah satu mata kuliah yang lumayan sulit. Karena selain memerlukan ketekunan, kita juga harus memiliki konsentrasi tingkat tinggi. Sedikit kesalahan saja bisa membuat semua pekerjaannya selama ini sia-sia.
Selesai kelas, kedua gadis itu langsung berencana untuk kembali ke kamar kost mereka yang terletak tidak begitu jauh dari kampus. Ailisha dan Miera berada di kamar yang berbeda, namun masih dalam satu tempat kost yang sama. Seharusnya, mereka bisa saja sekamar berdua. Tapi, kapasitas yang telah ditentukan untuk setiap kamar hanya satu orang. Tidak bisa lebih. Jadi, mau tidak mau mereka harus berpisah.
Dari kejauhan, Miera berhasil menangkap salah satu sosok yang tidak asing lagi baginya. Tanpa pikir panjang, ia kemudian dengan sengaja menyenggol tangan Ailisha yang tengah berada di sampingnya. Mereka berdua sedang berjalan beriringan menuju gerbang.
“Liat tuh!” ujar Miera sembari mengarahkan jari telunjuknya ke arah Arga.
Pria itu dengan berada tepat di gerbang. Sebenarnya ada begitu banyak orang di sana. Tapi entah kenapa, kedua netra Miera langsung tertuju kepada salah satu sahabatnya itu.
Sudah bisa ditebak jika Ailisha akan mengacuhkan pria itu. Dia sedang kesal dengannya. Memangnya apa yang mereka harapkan dari Ailisha. Miera mempercepat langkahnya, sembari menarik Ailisha untuk ikut bersamanya juga. Mereka berdua menghampiri Arga. Semua ini atas kemauan Miera, bukan gadis itu. Jika Ailisha hanya berjalan sendirian saat itu, dia pasti akan langsung menghindari Arga. Melewatinya begitu saja, dengan berpura-pura tidak melihatnya. Seolah-olah mereka tidak pernah saling bertemu, apalagi berkenalan sebelumnya.
Ailisha memang begini. Dia akan berubah menjadi ssosok yang menyeramkan jika sudah dalam mode marah. Oleh sebab itu, jangan pernah sekalipun mencari masalah dengannya. Gadis itu bisa menjadi apa saja yang ia mau. Tidak ada yang bisa menduga.
“Ailisha! Miera!” sahut Arka dari kejauhan.
Tak lupa, ia juga melambaikan tangannya ke arah mereka. Tentu saja agar kedua gadis itu mudah menemukan keberadaannya di antara keramaian seperti ini.
Miera yang memang telah memperhatikan Arka sejak tadi, langsung membalas lambaian tangan pria itu. Tetapi tidak dengan Ailisha. Dia tetap pada pendiriannya. Miera semakin mempercepat langkahnya, nyaris berlari. Sehingga membuat Ailisha kewalahan untuk mengimbangi langkah gadis itu.
“Lo berdua dari mana aja sih!” seru Arga.
Begitu mereka sampai di sana, langsung disambut oleh omelan Arga.
“Ya, lo lagian kelamaan! Keburu kita ada kelas!” balas Miera yang tidak ingin kalah.
Sementara itu Ailisha masih tetap bungkam. Ia tetap tidak ingin memberikan tanggapan sama sekali. Bahkan, menatap pria itu saja ia enggan. Gadis itu tidak pernah sekesal ini kepada pria itu sebelumnya. Namun kali ini ia merasa benar-benar dongkol. Menurutnya, perbuatan pria itu sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Menguji kesabarannya adalah perbuatan yang paling tidak bisa ia maafkan. Ailisha bukan tipikal orang yang bisa menahan marah seperti ini.
“Woy! Ily!” sahut Arga.
Gadis yang dimaksud itu hanya menatap orang yang memanggilnya sekilas. Kemudian segera mengalihkan pandangannya ke arah lain lagi.
“Suruh dia masuk ke sini!” perintah seseorang yang berada di dalam mobil.
Ia membuka sedikit kaca bagian belakang, tanpa memperlihatkan wajahnya sama sekali. Kemudian dengan sarkasnya memerintah gadisi ini. Memangnya dia siapa. Apa dia pikir jika Ailisha akan menuruti perkataannya begitu saja. Jangan harap jika hal itu akan terjadi.
“Siapa?” tanya Miera.
“Udah buruan masuk sana!” perintah Arga sembari mendorong tubuh gadis itu.
Kini Arga mulai ikut-ikutan memerintah sahabat karibnya itu dengan seenaknya. Namun sudah bisa dipastikan jika Ailisha akan menolak mentah-mentah permintaan itu. Bahkan sesekali ia sempat memberontak. Bagaimana bisa ia masuk ke mobil orang asing yang bahkan tidak dikenalnya sama sekali. Melihat wajahnya saja tidak. Sungguh tidak masuk akal. Ailisha tidak akan mudah percaya dengan begitu saja kali ini. Waspada akan membuatnya tetap aman. Ia harus tetap berjaga-jaga.
Namun, tanpa sepengetahuannya, seseorang yang sedari tdai bersembunyi di balik kaca mbil itu langsung menriknya masuk ke dalam secara paksa. Tentu saja ia melakukan hal itu saat Ailisha lengah, agar tidak mendapatkan terlalu banyak perlawanan. Beruntung aksinya berjalan dengan lancar. Ailisha sempat melawan, tapi terlambat. Saat ini ia sudah berada di dalam mobil yang semua pintunya terkunci. Tidak ada jalan baginya untuk melarikan diri. Ailisha tidak sempat untuk menarik atensi banyak orang. Sehingga saat ini tidak ada yang bisa membantunya sama sekali.
“Ailisha!” sahut Miera saat mobil tersebut mulai melaju meninggalkan mereka.
“Udah, lo tenang aja,” cegah pria itu.
“Lo apa-apaan sih! Masa lo biarin dia diculik gini sih!” protes Miera tak terima.
“Gue cuma lagi berusaha untuk comblangin dia sama seseorang kok,” jelas Arga.
“Combalngin pala lo!” sarkas gadis itu.
“Dia lagi ketemu sama gebetannya waktu SMA kok. Dia juga kenalan gue. Dan kebetulan cowok itu bilang, dia mau balikan lagi sama Ailisha,” jelas Arga dengan panjang lebar.
“Enak aja lo main nyomblangin anak orang! Kalau dia enggak setuju gimana?! Emangnya lo udah minta izin?!”
Miera langsung menyerang pria itu dengan semua pertanyaan yang ada di kepalanya saat itu. Terbukti semua kalimat yang terlontar dari mulutnya, berhasil membungkam pria itu. Membuat Arga kehabisan kata-kata dan bingun harus berkata apa.
ISUITP 7Mobil mewah itu mendadak menepi di halaman sebuah gedung. Tempat ini kelihatan begitu familiar bagi Ailisha. Ini adalah hotel yang ia tinggali kemarin malam. Sungguh memalukan saat mengingat kejadian kemarin. Bagaimana bisa dirinya ketiduran di café saat menunggu Arka menyelesaikan pekerjaannya. Ailisha masih tidak bisa percaya jika yang kemarin itu benar dirinya. Ia berharap agar bisa menghilang dari hadapan pria ini sekarang juga. Sungguh memalukan saat mengingat kejadian kemarin. Sesekali ia merutuki kebodohannya sendiri.“Turun!” perintah Shevandra.Tanpa menunggu jawaban dari gadis itu, ia telah turun lebih dulu.“Apakah aku harus mengikutinya ke dalam? Tapi untuk apa?” batinnya.“Tunggu apa lagi?” tanya pria itu.Ailisha mengangguk cepat, kemudian segera berlari-lari kecil menyusul langkah panjang pria itu. Mereka langsung pergi ke lift untuk naik ke lantai dua puluh
Shevanda menepati ucapannya tadi. Mereka tidak akan berlama-lama di sana. Hanya untuk mengambil gaun itu saja, setelahnya bakal langsung pergi ke tempat lain. Pria ini terkesan sibuk dan ia memang benar-benar sibuk. Ia bahkan tak sempat untuk memilihkan sebuah gaun yang akan dipakai oleh gadis itu nanti pada saat acara. Dia tak akan sempat untuk mengurusi hal seperti itu. Ada banyak hal yang jauh lebih penting dari pada sebuah gaun. Jadi Shevandra sama sekali tidak ingin merasa dirugikan dengan mengorbankan waktu berharganya. Pria itu menyuruh beberapa asisten pribadinya untuk melakukan hal tersebut. Lagi pula kelihatannya baik-baik saja dan tidak ada masalah sama sekali. Ailisha tampak tak keberatan jika harus menggunakan gaun tersebut.Saat ini keduanya sedang dalam perjalanan menuju ke sebuah salon. Seperti yang pernah dikatakan oleh Sevandra sebelumnya, jika gadis ini harus berdandan sedikit. Ia tidak bisa pergi ke suatu acara formal dengan penampilan sepert
Setelah perbincangan mereka tadi, kini suasana kembali menjadi hening. Bahkan terasa lebih canggung dari yang sebelumnya. Ailisha terus menundukkan kepalanya dan memainkan jari tangannya. Ia terlihat begitu gugup saat ini. Entah kenapa pria itu harus membahas masa lalunya yang begitu memalukan. Ia tidak tahu harus menaruh wajahnya dimana lagi.Kini ia bisa merasakan pipinya yang tengah memanas karena malu. Pasti saat ini pipinya sudah berubah menjadi merah seperti tomat matang. Ah, benar-benar memalukan. Rasanya ia ingin menghilang dari hadapan Shevandra saat ini juga. Pria itu tahu betul bagaimana cara mempermalukan Ailisha. Ia pernah membuat gadis ini harus menanggung rasa malu di depan satu angkatan hanya karena Shevandra tahu jika Ailisha menyukainya pada saat itu. Tapi ada bagian yang paling buruk di sini. Ailisha pernah dibenci oleh kakak kelas sebanyak dua angkatan.Hal tersebut berhasil membuat mental Ailisha acak-acakan. Ia tidak lagi fokus denga
ISUITP 10Semua orang sepertinya mengenal Shevandra dengan sangat baik. Apa pria itu memang cukup terkenal? Tapi jika memang benar begitu, kenapa hanya Ailisha sendiri yang tidak mengetahui soal fakta tersebut. Apa ia memang ketinggalan sesuatu di sini? Mungkin Ailisha adalah satu-satunya orang yang tidak mengetahui jika pria itu memang cukup terkenal. Bukan hanya itu. Bahkan sampai-sampai keberadaannya sendiri saat ini memiliki tempat yang tersendiri di mata orang-orang. Lihat saja bagaimana mereka begitu menghormati pria ini. Shevandra bahkan bisa memerintah mereka jika ia mau. Sebenarnya kekuatan macam apa yang ia miliki hingga bisa mengendalikan orang lain seperti ini.Ailisha tenggelam di dalam pikirannya sendiri. Ia bahkan tetap melamun selama proses dirinya dirias. Tidak ada hal lain yang ia pikirkan kecuali beberapa pertanyaan yang sempat muncul di dalam kepalanya tadi. Gadis itu tahu betul jika ia tidak akan menemukan jawabannya begitu saja tanpa bertanya. Y
Menurutnya ia tidak seburuk itu. Lantas kenapa ia tampak begitu burk di mata Shevandra. Memangnya kesalahan apa yang telah ia perbuat sejauh ini. Sepertinya pria itu memang tidak pernah berubah. Sekali ia membenci seseorang, maka ia akan tetap membencinya. Bukankah manusia lebih mudah untuk mengingat satu salah dari pada seribu kebaikan.Ailisha memilih untuk diam dan tak berkomentar sedikit pun. Ia tidak bisa mengubah cara pandang pria itu terhadap dirinya. Mustahil. Ailishaakan tetap menjadi orang yang paling tidak ia sukai di dunia ini selamanya. Shevandra mendadak bersikap baik hanya karena ada keperluan saja. Ada maksud terselubung di balik setiap tindakannya. Ailisha tak tahu apa. Yang jelas pasti pria itu sedang memanfaatkan dirinya untuk keuntungan pribadi. Ailisha menyimpulkan semuanya sendiri.Ternyata pria itu sama sekali belum berubah. Ia masih bisa melihar Shevandra dari empat tahun yang lalu di dalam dirinya. Mereka benar-benar masih sama. Bahkan waktu ti
ISUITP 11Akhirnya kolega bisnis Shevandra datang juga setelah cukup mereka menunggu cukup lama. Hal itu membuat Ailisha bertanya-tanya apakah jalanan di kota sedang macet saat ini. Shevandra dan Ailisha langsung berdiri untuk menyambut mereka yang baru saja datang. Tidak terlalu banyak sesuai dengan ekspektasi gadis itu selama ini. Hanya ada seorang pria yang tak jauh berbeda umurnya dengan Shevandra. Ia juga membawa seorang gadis bersamanya. Mungkinkah jika itu kekasihnya."Selamat datang!" ucap Shevandra sebagai kata sambutan.Mereka saling melempar senyum satu sama lain, kemudian berjabat tangan. Tidak ada yang istimewa di sini. Mereka masih melakukan setiap halnya dengan normal."Apakah ini gadis yang pernah kau ceritakan waktu itu?" tanya pria tersebut secara tiba-tiba.Shevandra hanya mengangguk untuk mengiyakan perkataan temannya. Ia tak mau terlalu banyak bicara. Itu bisa merusak citranya nanti."Memangnya apa yang ia ceritakan
Sepertinya hanya Ailisha satu-satunya orang yang tidak mengerti dengan pembahasan mereka. Menurutnya topik yang diangkat terlalu berat. Mereka bahkan membahas soal proposal. Entah sejak kapan pria itu menjadi pebisnis yang cukup handal. Padahal dulu Shevandra merupakan lulusan dari jurusan teknik waktu masih duduk di sekolah menengah. Kemudian melanjutkan kuliah dengan jurusan hukum. Dan sekarang, lihat saja pekerjaan seperti apa yang tengah ia tekuni saat ini. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan pendidikan yang pernah ia ambil sebelumnya. Iya, pria itu siswa SMK bukan SMA. Yang lulusan SMA adalah Ailisha. Ia merupakan salah satu siswa jurusan IPA sebelumnya. Bahkan gadis itu pernah berada di kelas unggulan. Meski hanya berlangsung selama satu tahun, setidaknya hal itu bisa ia banggakan.Mereka berdua sama-sama tidak sinkron. Hidupnya nyaris tanpa arah, tapi mereka tetap bisa bertahan. Shevandra memutuskan untuk terjun ke dunia bisnis dan telah membangun
Ailisha langsung menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke atas kasur miliknya. Ia bahkan tidak sempat untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu. Sudah tidak ada lagi tenaga yang tersisa, membuatnya merasa tak berdaya untuk melakukan apa pun.Baru saja ia akan memejamkan matanya untuk memasuki alam bawah sadar. Gadis itu nyaris terlelap. Namun, secara mengejutkan ponselnya bergetar pelan. Sontak Ailisha terperanjat kaget. Ia kembali membuka kedua kelopak matanya secara spontan.“Ck! Siapa sih malam-malam gini nelpon?!” gerutunya sebal.Ia menatap layar ponsel miliknya dengan seksama. Tidak bisa dipungkiri jika pandangannya mulai terasa buram dan tidak fokus akibat mengantuk. Jadi, ia harus melakukan usaha ekstra untuk membaca nama yang tertera di sana.Malam-malam begini siapa yang mau meneleponnya. Seperti tidak ada kerjaan lain yang jau lebih penting saja.“Nomer enggak dikenal,” gumamnya malas.Sebe
Apa yang terjadi hari ini benar-benar berada di luar ekspektasinya. Shevandra sama sekali tidak pernah mengira jika hal semacam itu akan terjadi. Mulai dari kabar Ailisha kecelakaan, hingga ia harus terpaksa tetap berada di rumah sakit sampai larut malam.Padahal sebelumnya ia berencana untuk tidak berlama-lama di sini. Sebelum matahari keluar dari sarangnya esok hari, ia harus sudah sampai di Seoul lagi. Tapi, yang terjadi malah sebaliknya. Tidak apa-apa. Shevandra tidak akan menyalahkan Ailisha atau siapa pun itu.“Sepertinya dia datang kemari sendirian,” gumam pria itu sambil menyantap makan malamnya.Sekarang ia tengah berada di kantin rumah sakit. Shevandra tidak bisa pergi jauh-jauh dari rumah sakit. Seperti yang sudah ia katakan beberapa saat lalu, jika dirinya akan selalu berada di sisi gadis itu. Paling tidak sampai ia sembuh dan bisa merawat dirinya sendiri.“Tapi, kenapa mendadak Ailisha datang kemari?” tanyanya.
Beruntung kondisi jalanan hari ini tidak begitu padat. Sehingga mobil pria itu bisa langsung menuju ke rumah sakit yang dimaksud dalam waktu yang lumayan cepat. Begitu sampai, Shevandra langsung menepikan mobil miliknya di parkiran rumah sakit.Dengan langkah yang tergesa-gesa, nyaris seperti berlari ia pergi ke dalam. Sementara itu Tiodora hanya bisa membuntuti langkahnya dari belakang. Bagi gadis itu akan sulit untuk menyamakan posisinya dengan Shevandra. Sebab pria itu bisa bergerak dengan begitu cepat. Langkah yang ia ciptakan panjang, berbeda dengan Tiodora.“Permisi, boleh aku tahu dimana korban kecelakaan pewasat tadi ditempatkan?” tanya Shevandra kepada salah satu perawat yang kebetula sedang lewat tepat di hadapannya.“Oh, mereka ada di bangsal sebelah kiri ini. Sisanya berada di ruang UGD karena masih belum sadarkan diri juga sampai sekarang,” jelas perawat tersebut sambil menunjuk ke arah yang dimaksud.Shevandra dan Tio
Perjalanan mereka baru dimulai tepat setelah jam makan siang selesai. Kebetulan hari ini tidak ada rapat sama sekali. Selain itu pekerjaan Shevandra juga tidak banyak-banyak amat. Dia masih bisa menyelesaikannya nanti setelah urusannya di sana selesai. Pria itu sama sekali tidak berencana untuk menetap di sana selama beberapa hari ke depan. Mungkin nanti malam ia juga sudah kembali ke Seoul. Sebab, besok ada audisi tahap dua yang akan langsung ditangani olehnya.Selaku pemilik perusahaan, Shevandra berhak untuk memilih calon pekerjanya. Tentu saja hal ini berkaitan dengan kualitas serta eksistensi perusahaannya nanti. Masa depan perusahaan ini tidak hanya berada di tangan Shevandra sendiri. Juga melainkan para pekerja di depan layar.Mereka yang bekerja di belakang layar hanya memiliki potensi yang sangat kecil utuk memcemarkan nama perusahaan. Sebab, mereka tidak akan pernah disorot oleh media. Jangankan disorot. Publik saja tidak mengenal mereka. Karena memang para s
BREAKING NEWS“Sebuah pesawat dengan nomer penerbangan berikut ini telah melakukan pendaratan darurat di pesisir laut Busan. Pesawat dari Jakarta dengan tujuan Incheon tersebut terpaksa mendarat darurat karena kesalahan sistem yang masih belum diketahui sampai saat ini. Dua orang awak kabin dan satu orang penumpang dikabarkan mengalami kondisi kritis dan segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Sementara itu, penumpang lainnya hanya mengalami luka-luka biasa. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini.”Shevandra masih berada di kantor saat ini. Ia bahkan sama sekali tidak berniat untuk pergi keluar dan mencari makan siang seperti yang lainnya. Padahal kalau dipikir-pikir, pekerjaannya tidak sedang menumpuk belakangan ini. Pria itu bisa saja meluangkan waktunya sebentar untuk pergi makan siang jika ia mau. Namun, pada kenyataannya Shevandra malah hanya bersantai di ruang kerjanya sembari menonton berita dari ponsel.“Sungguh ma
Turbulensi di awal penerbangan saat akan lepas landas sudah merupakan hal yang cukup biasa untuk terjadi. Meski terasa agak mengerikan pada awalnya, namun Ailisha sama sekali tidak mempermasalahkan hal tersebut. Itu bukan lagi sesuatu yang baru baginya. Paling tidak, untuk sekarang Ailisha sudah mulai berhasil untuk beradaptasi.“Apa aku akan bertemu dengan Kak Shevandra di sana?” batinnya di dalam hati.Informasi terakhir yang ia dengan soal pria itu adalah kepergiannya menuju Korea Selatan. Bukan pergi. Lebih tepatnya kembali. Ada bisnis yang perlu ia urus dengan segera. Sebab sejak awal Shevandra memang sudah merintis bisnisnya di negeri ginseng itu.Yang kemarin itu hanya kunjungan bisnis. Oleh sebab itu Shevandra datang ke Indonesia. Dan kebetulan mereka bertemu. Setelah sekian tahun lamanya, Ailisha sama sekali tidak mendengar kabar apa pun dari pria itu. Meskipun hanya sekedar kabar burung.“Tapi, bukankah Korea Selatan terlalu be
Butuh waktu selama kurang lebih delapan jam perjalanan jika menggunakan mobil dari Jakarta menuju Jogja. Jika Jeri baru berangkat tepat pada pukul tujuh malam tadi, maka bisa dipastikan jika pria itu sekarang pria itu sudah berhasil menempuh lebih dari setengah perjalanan.Tiga jam lagi pria itu akan sampai. Tepat pada pukul tiga dini hari. Hanya selisih satu jam saja sejak jadwal keberangkataan Ailisha dari bandara. Pria itu tidak akan tiba lebih cepat dari perkiraannya. Bahkan jika kondisi jalanan tidak ramai atau bahkan macet sama sekali.Sepertinya rencananya untuk menghindari pria itu akan berhasil kali ini. Jeri tidak akan langsung menemuinya ketika sampai. Sudah larut malam. Tentu saja ia masih memiliki etika dan sopan santun. Jeri tidak akan melakukan hal tersebut jika masih memiliki akal sehat. Lagipula ia berencana untuk langsung pergi ke hotel begitu sampai. Kemungkinan besar, besok baru Jeri akan berusaha untuk mencari Ailisha.***&
Pergerakan pria itu terlalu cepat untuk dibaca. Aaron melakukan segalanya secara tiba-tiba, tanpa ada peringatan sama sekali. Sehingga gadis itu tidak sempat melakukan apa pun untuk mencegahnya.Kedua bola mata Agatha membulat dengan sempurna, ketika ia mengetahui kalau Aaron sudah mengunci pergelangan tangannya. Mustahil untuk melarikan diri di saat seperti ini. Pria itu terlalu kuat. Dia tidak akan bisa melawannya hanya dengan tangan kosong. Agatha pasti sudah jelas akan kalah. Paling tidak ia perlu sebuah taktik sederhana di sini untuk menolong dirinya sendiri.Satu-satunya kesempatan untuk melarikan diri yang dimiliki oleh gadis ini adalah ketika Aaron lengah. Mungkin sebentar lagi. Agatha harus berhasil mengalihkan perhatian pria itu.“Apa yang kau inginkan?!” seru Agatha.Kali ini nada bicaranya terdengar jauh lebih nyaring dari pada sebelumnya.Satu detik, dua detik, tiga detik berlalu. Tidak ada jawaban sama sekali dari Aaron. B
18.00Ailisha baru saja selesai berkemas. Ia masih punya cukup banyak waktu sebelum pesawatnya berangkat pukul dua nanti. Jeri pun tampaknya belum berangkat dari Jakarta. Meskipun pada akhirnya nanti pesawat gadis itu akan transit lebih dulu di Bandara Internasioanl Soekarno-Hatta untuk bertukar pesawat, hal itu jauh lebih baik.Setidaknya jika Ailisha pergi ke Jakarta dengan jalur udara, ia tidak akan berpapasan dengan pria itu. Maka hal sebaliknya mungkin saja terjadi jika Ailisha pergi ke Jakarta melalui jalur darat. Ia tidak ingin mencari gara-gara. Pergi dari jalur darat sama saja dengan merusak rencananya sendiri. Ia tidak mau kalau sampai hal itu terjadi.Rencananya yang kali ini tidak boleh sampai gagal. Meski Ailisha sendiri merencanakannya dalam waktu yang terkesan serba mendadak. Tidak ada persiapan yang benar-benar matang. Namun meski begitu, keputusannya sudah bulat. Tidak ada yang bisa mengganggu gugat. Termasuk Jeri sekali pun. Sebab, perjalanan y
Setelah punggung pria itu menghilang dari pandangannya, tepat di ujung jalanan sana, Ailisha segera berbalik badan. Awalnya ia berniat untuk segera masuk ke dalam. Tidak ada lagi alasan untuk tetap berada di sini lebih lama. Lagipula sekarang langit sudah tampak kelabu. Sepertinya hujan akan turun sebentar lagi.Begitu sampai di dalam kamar kost, gadis itu langsung melemparkan tasnya ke sembarang arah. Tidak hanya sampai di situ saja. Ia bahkan langsung merobohkan dirinya di atas kasur, tanpa sempat mengganti pakaiannya terlebih dahulu.“Pingganggku akan patah rasanya,” keluh Ailisha.Wajar saja jika ia merasa kelelahan. Akhir-akhir ini jadwal kegiatan gadis itu memang sedang padat-padatnya. Tidak bisa dipungkiri. Lihat saja bagaimana ia harus membantu Arga dalam mempersiapkan segala keperluan acara pentas. Padahal, namanya tidak terdaftar dalam kepanitiaan sama sekali. Namun, Arga tetap memintanya secara paksa untuk berpartisipasi.Ditambah b