Felicia melihat pakaian yang Emily kenakan sekarang. "Oh iya lo sekolah lagi?"
Emily? ia menganggukkan kepalanya membalas pertanyaan Felicia. "Mau tidak mau. Karna gadis ini masih sekolah,"
"Karna lo sekolah lagi, jadi gue juga mau sekolah lagi bareng lo. Biar lo gak ninggalin gue lagi," tutur Felicia tanpa memikirkan terlebih dahulu.
"Terserah lo," ucap Emily.
"Setelah ini gue akan bilang ke Papa," gumam Felicia tapi masih di dengar oleh Emily. Emily sendiri hanya menggelengkan kepalanya mendengar itu.
"Eh iya lo sekolah dimana?" tanya Felicia.
"High Internasional School," jawab Emily yang dibalas anggukan oleh Felicia.
Lagi? Yah Emily dan Felicia telah lulus sekolah. Oh bukan itu saja, mereka telah lulus kuliah S3. Mereka berdua memiliki otak yang sangat jenius yang sanga jarang dimiliki oleh anak lain. Otak mereka keturunan dari orangtua mereka masing-masing.
Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 2 siang.
"Sudah siang Felic, gue pulang dulu yah." ujar Emily bangkit dari duduknya.
"Gue antar. Sekalian gue mau liat rumah lo yang sekarang," ucap Felicia yang dibalas anggukan oleh Emily. Ia tidak menolak ajakan Felicia.
Beberapa menit kemudian, mobil Felicia telah berhenti di sebuah rumah yang lumayan besar. Felicia melihat rumah itu. "Ini rumah lo?"
Emily menganggukkan kepalanya.
"Lumayan sih," gumam Felicia yang masih di dengar oleh Emily.
"Yah lumayan. Tapi sayang rumah ini diisi dengan binatang semua," ujar Emily dengan nada malas.
Felicia bingung akan ucapan Emily yang baru saja dilontarkan. "Binatang?"
"Yah keluarga gadis ini seperti binatang semua tidak ada yang seperti manusia," ujar Emily tanpa mikir panjang saat mengeluarkan kalimat itu.
Mungkin jika orang lain yang mendengar perkataan Emily sekarang akan sakit hati, tetapi tidak dengan Felicia. Ia malah tertawa mendengar perkataan itu. Felicia menahan tawanya mendengar penuturan Emily.
"Ohiya gue besok jemput lo ya. kita berangkat bareng," ujar Felicia.
Emily menoleh ke arah Felicia dan menaikkan satu alisnya. "Emang besok lo mulai sekolah?"
Felicia melihat ke arah Emily juga dan menjawab pertanyaan Emily dengan membanggakan dirinya sendiri. "Gue pastikan itu. Apa yang tidak bisa dilakukan oleh Felicia."
Emily yang mendengar itu memutar bola matanya malas. "Ya ya ya."
"Jangan gitu napa Kei." ujar Felicia dengan memajukan bibirnya ke depan.
"Gue turun dulu." ujar Emily langsung turun tanpa menunggu balasan dari Felicia.
Setelah turun, mobil Felicia tak terlihat lagi. Barulah Emily masuk kedalam rumah yang dianggap 'binatang' itu.
Ramai
Itulah yang Emily liat saat pertama kali masuk. Emily melihat orang-orang dengan orang yang sama lagi seperti kemarin. Ia memutarkan bola matanya malas melihat orang-orang itu lagi. sampai ada pertanyaan yang di lontarkan padanya. "Dari mana lo? baru pulang sekarang."
"Habis main lo yah?" tutur salah satu dari mereka lagi. Tidak, tidak, tidak, itu bukan pertanyaan melainkan ucapan yang merendahkan Emily.
"Jangan menuduh jika tidak ada bukti Tuan," ujar Emily dengan penekan setiap kalimatnya itu.
Panas dan dingin, itulah hawa yang dirasakan mereka semua. Hawa yang dikeluarkan Emily membuat mereka ketakutan.
"Ciihh." gumam Emily langsung saja naik keatas dan memasuki kamarnya itu. Ia tidak ingin berlama-lama di antara mereka semua.
•••••
Dilain tempat, dirumah yang bertingkat 5. Oh ini bukan rumah lagi melainkan mansion.
Mansion keluarga Williams. "MOMMY MAMA" teriak seorang gadis yang baru saja memasuki mansion itu.
"Jangan berteriak Felicia!" seru seorang wanita cantik.
Yah Felicia, gadis itu.
"Ada apa?" tanya seorang pria.
"Aku tadi ketemu Keisya, Mom." ujar Felicia dengan sangat bahagia dan antusias.
Bukan Aletta saja yang mendengar itu, tetapi seluruh keluarga Williams dan Martinez. Kecuali 'Mereka'.
Aletta Jessie Williams. Mommy dari Keisya Amora Williams, seorang wanita berkepala 4 tersebut masih terlihat cantik, berhati baik.
Maximilian Harison Williams. Suami dari Azae. Daddy dari Keisya, kepala keluarga, tegas, dingin, datar. Tetapi sifatnya itu tidak berlaku pada keluarganya. Jika ada salah satu keluarganya terluka, jangankan terluka, lecet saja sedikitpun ia akan membantai orang itu bahkan sampai keluarganya sekaligus.
Rifaldi Lerdian Martinez. Pria tampan berkepala 4, tetapi itu tidak mengurangi ketampanannya tersebut. Papa dari Felicia. Sifatnya seperti Maxim.
Azara Fransiska Martinez. Wanita berumur kepala 4, istri dari seorang Rifaldi. Azara dan Maxim memiliki hubungan darah. Azara adik dari seorang Maxim. Mama dari seorang gadis Felicia dan mempunyai anak laki-laki 3 tampan yang sekarang berada di Belanda.
Bella Berliana Williams. Wanita berumur kepala 6. Walaupun begitu tidak mengurangi kecantikan yang dimilikinya. Oma dari Keisya dan Felicia. Mama dari Maxim dan Azara.
Kendra Alaskar Williams. Pria yang berusia sama dengan Bella. Opa dari Keisya dan Felicia. Papa dari Maxim dan Azara.
"Keisya?" tanya Bella.
"Iya Keisya Oma," ucap Felicia.
"Jangan bercanda sayang. Kita semua melihat kalau Keisya sudah tidak ada lagi beberapa yang lalu," celetuk Kendra.
"Felic tidak bercanda Opa. Felic benar," balas Felicia.
"Sudah, lebih baik kamu istirahat sana. Pasti kamu sangat capek, makanya berucap seperti itu," tutur Rifaldi.
"Jadi tidak ada yang percaya Felic nih?" tanya Felicia.
Felicia menghela nafas pelannya melihat semua keluarganya tidak ada mempercayai omongannya. "Yaudah deh. Nanti Felic buktikan kalau Felic bertemu Keisya. Kalau perlu Felic bawa langsung kesini Keisya."
Felicia langsung naik ke atas dan masuk ke dalam kamar miliknya.
Pagi telah tiba. Seorang gadis cantik baru saja keluar dari rumahnya, bertepatan dengan sebuah mobil keluaran terbaru datang. Sang pemudi membuka kaca mobilnya. "Masuk Kei."Yah, gadis itu Emily. Tapi oleh sang pengemudi memanggil namanya dengan sebutan Kei, siapa lagi jika bukan Felicia yang memanggilnya seperti itu. Emily masuk kedalam mobil Felicia lalu Felicia menjalankan mobilnya setelah dirasa Emily telah duduk dengan sempurna di jok sampingnya. Emily melihat mobil yang dikendarai oleh Felicia. "Lo ganti mobil?"Felicia menoleh ke arah Emily sebentar lalu melihat ke arah depan lagi. "Iya hehehe.""Mobil kemarin pasti lo baru pakai kan?" tanya Emily. Itu bukan pertanyaan melainkan tebakan yang dikeluarkan oleh Emily.Felici
Azka Nughroho Steele. Seorang laki-laki tampan, wakil ketua gengster Graventas. Bermulut pedas seperti cabai. Dan satunya lagiWilliam Maxime Wilson, kembaran Emily. Anggota inti gengster Graventas. Sangat membenci Emily, dulu tidak, tetapi karna sahutan titisan dajjal. William terpengaruh dan ikut membenci Emily."Samperin yok," ujar Gio pada temannya.Gionino Putra Smith. Anak tunggal dari keluarga Smith. Tampan dan tidak jauh beda dengan Azka yaitu bermulut pedas seperti cabai dipasar. Gio juga salah satu anggota inti dari gengster GraventasMereka menuju meja Emily dan Felicia. Mereka mendengar perkataan yang di lontarkan oleh siswa-siswi."Heh liat! Graventas menuju meja
Setelah kejadian di kantin tadi, Emily dan Felicia sekarang berada di rooftop sekolah. Sehingga Felicia membuka suaranya."Kei!" panggil FeliciaEmily berdehem menanggapi panggilan Felicia. Ia sedang menutup matanya, menikmati udara yang di rooftop. Padahal sekarang telah menuju siang hari."Gue minta nomor lo dong," ucap Felicia.Emily langsung membuka matanya, ia tidak menjawab melainkan mengambil handphone miliknya dan memberikannya pada Felicia.Felicia langsung saja mengambil handphone milik Emily. Lalu, mengembalikan nya kembali pada sang pemilik. Emily menerima itu."Kei!" panggil Felicia lagi.
Felicia yang merasa ada yang memandang dirinya, langsung sjaa mendongak. Ia melihat Emily memandang dirinya, ia menaikkan satu alisnya pada Emily."Apa maksud mu, membuat caption seperti itu Felicia," kesal Emily."Biarkan saja," ucap Felicia dengan santainya.Tidak tau saja kalau Emily sedang kesal padanya."Lo sangat gampang berkata seperti itu Felic. Jika 'mereka' tau sekarang bagaimana. Kau tau'mereka' bagaimana!" geram Emily pada Felicia.Felicia menghela nafas pelan lalu dengan santainya Felicia berbicara. "Yah tinggal lo jelaskan Kei sama 'mereka'.""Lo sangat mudah bicara seperti itu Felic,"
Jakarta tak mengalami kemacetan,untuk hari ini. Tidak tau hari esok bagaimana. Jadi tak membutuhkan waktu yang sangat lama, mobil Felicia telah sampai di depan gerbang rumah Emily."Thanks," ucap Emily.Felicia menganggukkan kepalanya."hati-hati lo," sambung Emily yang dibalas anggukan oleh Felicia kembaliEmily turun dari mobil Felicia. Felicia tentunya saja langsung menjalankan mobilnya setelah sang sahabat turun. Emily masuk ke dalam gerbang rumahnya dan mendapati Bi Sri sedang menunggu seseorang.Bi Sri melihat Emily yang baru saja pulang, langsung saja Bi Sri menghampiri Emily. "Non Emily baru pulang.""
Matahari telah menyelesaikan tugasnya yaitu menyinari bumi, sekarang giliran bulan menjalankan tugasnya yaitu menerangi bumi. Di sebuah rumah yang lumayan besar. Terlihat ada dua mobil asing terparkir depan rumah mereka.Pemilik kedua mobil? sudah berada dalam rumah yang mereka datangi. Mereka semua tampak berbicara serius sekali.Sebut saja itu adalah rumah keluarga Wilson yang kedatangan tamu dari keluarga Watson."Panggil Emily, William!" seru Damar pada sang anak.William yang mendengar itu langsung saja menoleh ke arah Damar dan menatap Damar dengan kesal. "Kenapa harus aku sih Pa.""Cepat William!" seru Damar.William dengan sangat malas memanggil adeknya. Oh tidak, Willia
Terlihat cincin perak melingkari jari manis miliknya. Darel memberikan sebuah cincin pada Emily. Emily menaikkan satu alisnya, Darel langsung mengerti apa ekspresi Emily pada nya. "Sekarang giliran lo, pasangkan cincin ini di jari manis gue."Emily mengambilnya dengan kasar tentunya, lalu memasang kan cincin itu di jari manis Darel dengan sangat terpaksa.Darel tersenyum melihat itu, lalu ia mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Emily.CuppDarel mengecup kening Emily, itu sukses membuat Emily terkejut."Ckk." decak Emily kesal.Darel tersenyum mendengar itu, ia kembali duduk di samping mama nya.
Pagi telah tiba. Emily telah rapi dengan pakaian sekolahnya, ia turun ke bawah dan lagi mendapati keluarga itu sarapan tanpa menunggu dirinya. Tapi Emilly tidak memperdulikan itu semua, ia langsung memakan sarapan yang telah di siapkan untuk nya."Ah sangat sangat membosankan." batin Emilly melihat keluarga itu satu persatu secara bergantian.Ia tak ingin berlama-lama bersama mereka semua. Ia langsung saja berdiri dari duduk nya dan pergi sekolah. Sedangkan mereka semua merasa ada yang menghilang antara mereka semua.Saat Emily berada depan gerbang, ia melihat sebuah mobil terparkir di depannya dan seorang pria bersandar di pintu mobil. "Mau apa?""Berangkat bareng," balas Pria itu
Tetapi saat mereka berjalan menjauh, sebuah pisau melayang mendekati Keisya. Gadis itu yang mempunyai insting yang sangat kuat, langsung saja menangkap pisau itu dengan tangan kosong. Dan itu membuat tangan putihnya dipenuhi darah sendiri. Itu membuat Darel serta yang lain kaget dan terkejut, tetapi gadis itu tidak memperdulikan mereka semua.Keisya berjalan mendekat ke arah Lara. Sesuatu dalam dirinya ingin keluar sekarang, tetapi ia tahan. Bukan sekarang waktunya dan ia tidak ingin sesuatu terjadi seakrang. Ia tersenyum smrik pada Lara, sementara gadis itu mengeluarkan keringat dingin sebab Keisya telah berada depan wajahnya sekarang.Keisya memainkan pisau tersebut dengan sangat santai, itu membuat Darel sangat takut. Walaupun ia mengetahui siapa Keisya, tetapi masih ada rasa takut dalam dirinya setiap gadis itu melakukan hal yang berbahaya.“Bawa senjata tajam ke kampus. Melanggar peraturan.” Lara terdiam tidak bisa mengeluarkan kata sedikit pun.
“Dia bukan Keisya. Jika lo ke sana, maka lo tidak akan bisa melihat dunia lagi dan tinggal nama lo saja nanti.” Darel terdiam di tempat mendengar perkataan itu, ia tidak mengerti. Ia ingin melakukan sesuatu pada gadis itu tetapi ia juga tidak ingin kenapa-kenapa pada dirinya.Darel menetapkan hatinya untuk mendekat pada gadis itu, Felicia belum sempat menahan tangan pria itu tetapi dia lebih dahulu pergi. “Shit! Darel memang menyerahkan nyawanya pada Alexa.”Sementara Darel sekarang sudah babak belur karena sedari tadi menahan gadis itu. Sementara mereka semua menatap Darel dengan tatapan yang sulit untuk diartikan, mereka tidak ada yang membantu pria tersebut bahkan kedua gadis itu. “Sudah gue bilang, jangan ke sana. Tetap ke sana, lihat sekarang.”Tak lama dari itu, terdengarlah suara langkah kaki berlari dari belakang mereka semua. Sontak saja, mereka membalikkan badan. Kedua gadis itu bernapas lega melihat keenam pria itu
Mereka semua dapat melihat kilatan amarah di sana, kedua gadis itu semakin takut sekarang. Apa yang mereka rasakan sedari tadi, sekarang terjadi. Kedua gadis itu kembali saling memandang satu sama lain. “Cepat hubungi kak El sekarang. Hanya dia bisa.”Felicia langsung saja menghubungi Elvino dan tak lama diangkat oleh pria itu.“Halo, Kak.”[Ada apa?]“Lo sekarang ke sini. Dia kembali.”[APA? bagaimana bisa? sekarang lo di mana?]“Gue share lokasi sekarang. Secepatnya sekarang ke sini, Kak.”Carissa langsung saja memutuskan sambungan telepon itu sepihak dan langsung mengirimkan lokasinya pada Elvino. Sontak itu membuat mereka semua bingung dan khawatir. Sebenarnya apa yang terjadi sekarang.“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Alva.“Dia kembali,” papar Carissa.“Dia siapa?&r
Sesuai perkataan gadis itu tadi. Sekarang mereka berada di sebuah Gudang tua. Saat ini kedua gangster berada di sebuah Gudang. Di sana terlihat banyak orang-orang, semua anggota kedua gangster berada di sana.Audrey, Febi, serta semua anggota gangster Rinex berada di depan ketiga gadis cantik tersebut, mereka semua dibuat berlutut. Ketiga gadis itu tersenyum smrik, Emily perlahan mengangkat dagu Audrey dengan jari telunjuknya. “Hai Shareena.”Setelah mengatakan itu, gadis itu melepaskan jarinya dari wajah Audrey. Gadis itu meludah ke arah samping. Ia meniup jari telunjuknya. “Ah jari gue habis pegang anjing.”“Shareena Aurora Gebiri, seorang jalang Aldeo Darvin Alendra. Mengikuti jejak sang mama tercinta yang pernah masuk dalam rumah tangga yang dulunya harmonis tetapi karena kedatangan kalian berdua, keluarga tersebut tidak harmonis lagi. Dan pada akhirnya Alya Putri Nafisha membunuh seorang lelaki yang tak lain adalah Samuel Raja
Gadis itu melihat ke arah Felica, sedangkan Felicia yang melihat itu lalu menganggukkan kepala. Ia kemudian memutarkan sebuah foto yang mana terdapat Sembilan orang di sana. Foto pertama membuat semua anggota Graventas terutama Alex, di sana terdapat foto sang mama.“Kalian pasti mengetahui siapa dia. Ava Belvina Hernandez, mama dari Alex ketua gangster Graventas. Dia cantik, baik pula tapi sayang dia telah meninggal. Gue mau nanya sama kalian semua, kalian mengetahui penyebab kematian dia?”“Bagaimana kalua anaknya saja yang menjawab, Emily. Pasti dia mengetahui penyebab sang mama tercinta meninggal,” timpal Carissa.“Boleh deh. Jawab Alexander, bagaimana sang mama tercinta lo meninggal?” papar Emily.“Bunuh diri.” Emily tersenyum smrik ketika mendengar jawaban Alex, bukan hanya Emily saja tetapi kedua gadis tersebut.“Yakin bunuh diri? tapi gue tidak yakin deh dan serratus persen bukan karena
Dua minggu telah berlalu, semua berjalan sesuai rencana ketiga gadis itu. Ah tidak lebih tepat, rencana Emily a.k.a. Keisya Gadis itu benar-benar membuat semua keluarga pemilik raga ini sangat menyesal sampai tidak bisa menunjukkan wajah lagi depannya.Entah apa yang dilakukan gadis itu pada mereka semua, hanya gadis itu yang mengetahui. Yang pasti gadis itu membuat mereka semua sangat menyesal bahkan William sangat menyesal sekarang.Dulu ia tidaak pernah membela Emily saat semua siswa-siwi mengatakan hal yang buruk pada gadis itu. Sekarang ia sangta menyesal, ia tidak pantas disebut sebagai kakak. Kakak mana yang bisa disebut sebagai kakak jika dia tidak menolong ataupun membela sang adik Ketika terkena masalah.William benar-benar sangat menyesal, sekarang ia benar-benar sangat menyesal. Masalah keluarga belum selesai juga sampai sekarang, dan sekarang masalah markas yang semakin rumit saja. Teka-teki terlalu banyak yang harus mereka pecahkan.'Gue
“Dia sangat cerdas dalam memecahkan teka-teki itu,”“Ya, lo benar. Kita lihat sampai mana kedua gengster itu bisa memecahkan kode-kode itu,”Terdapat beberapa orang di tempat yang hanya ada cahaya redup. Mereka melihat apa yang dilakukan kedua gengster tersebut. Dari awal itu tak luput dari penglihatan merka semua. Seseorang tersenyum smrik, ia sangat senang. Semakin hari ini semua semakin seru.“Semakin hari semakin seru. Gue tidak sabat bagaimana tanggapan mereka saat puncak nanti.”••••Waktu terus saja berjalan, jam terus saja berputar tanpa henti. Telah lima minggu terlewat, semakin hari kedua gengster tersebut dibuat pusing akan kode-kode tersebut. Semenjak hari itu, kedua gangster tersebut tidak mendapatkan kode apa pun lagi dari Rick Devil dan itu membuat kedua gengster tersebut sangat bingung.Itu adalah rencana ketua Rick Devil, ia hanya mengirimkan kode hanya sampai di situ.
‘Datang ke markas baru Graventas.’“Siapa yang berikan sama lo itu?” tanya Gio.“Orang suruhan Rick Devil,” jawab Wildan.“Sebenarnya mau mereka itu apa sama kita?” tanya Gio.Geryy menatap Graventas dengan bingung. “Kalian dapat surat juga dari Rick Devil?”“Ya kami dapat juga. Dan surat itu tertulis sebuah kode yang memiliki arti kambing hitam. Siapa yang dimaksud mereka itu,” jawab William.“Kenapa isi surat kita sama? kami juga mendapatkan surat berisi kode dan memiliki arti kambing hitam,” papar Wildan.“Rick Devil memberikan gangster kita sebuah kode yang harus kita pecahkan dengan kata lain ini ada hubungan dengan gangster kita ini,” tutur salah satu anggota Graventas tiba-tiba.Sontak itu membuat mereka semua melihat ke arah orang tersebut. “Maksud lo apa?”“Dari yang gue tangkap seka
Berbeda di markas Graventas, mereka baru saja mendapatkan sebuah kertas dari seseorang yang mengatakan dia utusan dari ketua Rick Devil. Itu sukses membuat mereka heran, mengapa ketua Rick Devil mengutus orang tersebut dan memberikan sebuah kertas. Mereka berpikir akan ada pertarungan kembali. Walaupun begitu, mereka sangat senang bahwa tidak ada yang Namanya pertarungan sekarang.Kertas tersebut berada pada Alex, ia membuka kertas tersebut. Ia menatap bingung pada isi kertas tersebut, ia tidak mengerti apa isi kertas tersebut. “Apa isi kertas itu, Lex?”Alex memberikan kertas tersebut pada Gio, sementara Gio langsung saja mengambil kertas tersebut dari tangan Alex. Sama dengan Alex, pria itu dibuat bingung denga nisi kertas tersebut. Terlihat wajah bingung di wajah Gio, itu sukses membuat para anggota Graventas bertanya-tanya. Ada dengan ekspresi wajah mereka berdua, kenapa ketika melihat isi kertas tersebut mereka menunjukkan wajah bingung.Langsun