Pagi telah tiba. Emily telah rapi dengan pakaian sekolahnya, ia turun ke bawah dan lagi mendapati keluarga itu sarapan tanpa menunggu dirinya. Tapi Emilly tidak memperdulikan itu semua, ia langsung memakan sarapan yang telah di siapkan untuk nya.
"Ah sangat sangat membosankan." batin Emilly melihat keluarga itu satu persatu secara bergantian.
Ia tak ingin berlama-lama bersama mereka semua. Ia langsung saja berdiri dari duduk nya dan pergi sekolah. Sedangkan mereka semua merasa ada yang menghilang antara mereka semua.
Saat Emily berada depan gerbang, ia melihat sebuah mobil terparkir di depannya dan seorang pria bersandar di pintu mobil. "Mau apa?"
"Berangkat bareng," balas Pria itu
Emily telah sampai dikelas, dan ia mendapati Felicia telah datang. Langsung saja Emily duduk di sebelah Felicia, sedangkan Felicia merasa ada yang duduk di sebelahnya langsung saja menoleh ke arah samping dan mendapati Emily di sampingnya. "Lo berangkat sama tadi? gue tidak jemput lo tadi, sorry.”"Sama Darel tadi," ucap Emily.Felicia bingung mendengar nama yang sangat asing di telinga nya. "Darel siapa? anak sekolah sini?"Emily menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan Felicia padanya. Mata Felicia menangkap sesuatu yang baru di jari manis Emily. Ia mendapati sebuah cincin yang melingkar di jari manis itu. "Cincin apa itu Kei?"Emily menunduk sedikit lalu melihat cincin yang melingkar di jari manisnya. "Oh ini cincin dari Darel, lebih tepatnya cincin pertunangan.”Felicia sedikit terkejut akan jawaban Emily. "Cincin pertunangan? Kalian sudah tunangan?""Iya. Lebih tepatnya sih, Darel
Darel yang mendengar pertanyaan yang dilontarkan Felicia padanya, ia hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Felicia. Sedangkan Felicia kembali membuka suara yang masih menatap ke arah Darel. "Gue cuman mau bilang sama lo. Lo harus sabar dan terbiasa sama sifat dingin nya. Dia sangat tidak banyak bicara pada orang asing.” Emily hanya menyimak pembicaraan mereka semua, ia memakan dengan tenang bakso miliknya. Darel melihat ke arah Emily yang makan dengan tenang. "Tapi Darel
Emily langsung menatap ke arah Vano denham tatapan dinginnya. Felicia yang melihat tatapan Emily itu, langsung menenangkan Emily. Ia memegang tangan Emily. "Tenang, jangan terpancing dengan dia. Tahan emosi lo.”Emily berusaha menenangkan emosi nya. Saat dirasa emosi Emily telah hilang, baru lah Felicia berbicara. "Jangan pernah lo nyebut sahabat gue dengan sebutan menjijikkan itu," "Kenapa? Sebutan itu cocok bukan untuk nya?" ujar Vano dengan meremehkan.
Mereka berlima pergi dari kantin. Alex dkk terdiam mendengar apa yang dilontarkan oleh Emily barusan. William? ia merasa sakit hati mendengar ucapan Emily yang notabenenya adalah adek kandung nya sendiri.Emily dan yang lain saat ini sedang di rooftop sekolah. Felicia mengajak nya kesana untuk Emily bisa tenang kembali. Saat di jalan tadi, amarah Emily naik kembali dikarenakan ia mengingat kembali perkataan Vano ditambah ejekan para murid di koridor. Saat Darel ingin membuka suara, ditahan oleh Felicia. Darel mendapati Felicia menggelengkan kepalanya. "Biarkan dulu sebentar.”Mereka semua terd
Walaupun kedua matanya tertutup, Emily bisa merasakan itu. Dan juga sedari dikantin seseorang yang dimaksud oleh Emily menatap ke arah Felicia terus menerus. "Siapa?" Feliciaa mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang menatap dirinya. "Lo tau siapa orangnya?" Mendengar itu, Emily hanya menganggukkan kepalanya dan kembali Felicia bertanya pada Emily dengan melihat ke arah Emily. "Dia punya niat jahat atau niat baik sama gue?”
Emily melihat ke arah gelang miliknya. "Ada apa dengan gelang gue?” "Lo lupa?" tanya balik Felicia. Emily menaikkan satu aslinya. "Lupa apa?" "Gelang itu, kita berdua beli sama-sama waktu lo masih di raga lo sendiri dan kak Xavier sangat tau gelang itu," jelas Felicia.
Emily baru saja ingin menjawab tapi di potong oleh lelaki di depannya itu, sehingga membuat Emily sedikit kesal. "Sebelum lo jawab. Gue mau nanya sama lo dari mana lo tau tentang Keisya? kalian saling kenal?" "Sangat kenal," jawab Emily yang dibalas anggukan oleh lelaki itu."Jadi hal menarik apa yang lo maksud itu?" tanya kembali lelaki itu.
Mendengar itu, Emily menganggukkan kepala lalu berdiri dari duduknya dan pergi dari hadapan mereka semua. Sedangkan Felicia mengerti tatapan Darel pada Emily saat ini. Darel mengira, ia salah berbicara. Maka dari itu Emily pergi dari hadapannya tanpa mengatakan satu kata pun. "Lo tenang aja, Emily tidak marah kok sama lo”Darel menoleh ke arah Felicia yang sedang duduk di samping Alva saat ini. "Terus kenapa tadi Emily langsung pergi setelah gue bilang begitu?" "Emily hanya ingin mandi saa