"Emily adik kandung gue juga Van. Selama ini gue ngerasa bersalah sama dia. Gue tidak bisa hidup tenang sampai Emily maafin gue," papar William. Ia memikirkan kembali hidupnya yang merasa tidak tenang setiap hari. Ditambah lagi perasaannya yang benar-benar tidak tenang itu sampai Emily memaafkan dirinya.
"Setelah perbuatan lo yang sebelumnya itu apakah Emily bisa maafin lo dengan mudahnya," ujar Alva.
William melihat ke arah Alva. "Maka dari itu, gue minta bantuannya Darel. Gue juga akan minta maaf sama Emily.”
"Gue tidak bisa bantu lo,
Darel dibuat tambah bingung dengan perkataan Felicia. Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan itu. "Gue akan menerima Emily apa adanya walaupun dia banyak kekurangan.”"Kita akan liat nanti Darel, apakah seperti yang lo katakan atau sebaliknya," kata Felicia.Mereka semua terdiam sejenak, sampai suara Alva menghilangkan keheningan mereka. "Ohiya Felic, tadi lo bilang sebelum pergi. Lo akan jawab pertanyaan Darel semuanya.”Felicia menaikkan satu alisnya. "Tentang apa?"
"Gue tidak bisa kasih tahu lo sekarang. Yang bisa gue kasih tau ke lo sekarang, lo harus siap terima fakta itu jika nanti ketika terbongkar," kata Felicia."Kapan fakta itu terbongkar?" tanya Alex."Sebentar lagi. Mungkin saat perayaan kelulusan," jawab Felicia."Perayaan kelulusan? berarti beberapa bulan depan?" tanya Angkasa."Iya. Lo tunggu aja sampai perayaan kelulusan tiba," balas Felicia.
Darel menoleh ke arah Felicia yang sedang duduk di samping Alva saat ini "Tanya apa?""Lo beneran cinta kan sama Emily?" tanya Felicia.Darel menganggukkan kepalanya. "Ya, gue beneran cinta sama Emily.”"Lo tidak akan ninggalin Emily kan saat semuanya terbongkar?" tanya Felicia. Ia hanya takut Darel akan meninggalkan Emily ketika semuanya terbongkar."Gue janji sama lo, gue tidak akan meninggalkan Emily apapun keadaannya nanti. Gue akan nerima Emily apa adanya," kata Darel dengan tegas."Lo tidak percaya dengan Darel?" tanya Angkasa.Felicia mengedikkan bahunya. "Entah. Gue masih belum bisa percaya sepenuhnya sama Darel.”"Kenapa?" tanya Angkasa."Gue tidak tau. Gue cuman mau ngeliat Emily bahagia. Cukup penderitaan yang dia dapatkan dari orang-orang sekitarnya,” sindir FeliciaAlex dkk yang merasa diri mereka di sindir hanya bisa diam."Lo pegang janji gue. Jika gue ninggalin Emily nantinya, gue
Alva yang namanya dibawa-bawa menoleh ke arah Emily dan Felicia secara bergantian. Kenapa ia dibawa-bawa. Felicia kembali membuka suaranya, ia benar-benar dibuat kesal oleh Emily yang sialnya adalah sahabatnya ini. "Kenapa Alva dibawa-bawa sih. Kan lo yang minum punya gue.”Emily melihat ke arah Felicia dengan tersenyum smrik. "Lo pikir, gue tidak tau apa yang terjadi di antara lo dengan Alva, Felicia.”Felicia melihat ke arah Emily, ia mendapati sang sahabat tersenyum smrik padanya. "Maksud lo apa?"Felicia sedikit kaget dengan p
Emily memberikan minuman yang dibelikan oleh Darel tadi pada Felicia. "Ini.”Felicia langsung saja menerima minuman itu dari Emily. "Gitu dong dari tadi.”Mendengar itu, Emily berdecak lalu memutarkan bola matanya malas. "Ckk.”William membuka suara, ia memanggil Emily dengan menatap ke arah Emily. "Emily!"Emily menoleh ke arah William dan menaikkan satu alisnya. “Apa?”"Gue minta maaf sama lo," kataWilliam dengan sungguh-sungguh minta maaf.Emily yang mendengar permintaan maaf William lagi menghela nafas pelan."Gue benar-benar minta maaf sama lo. Gue setiap hari dihantui rasa bersalah gue ke lo. Hidup gue tenang Emily," kata WilliamDarel dan kedua temannya merasa kasihan juga melihat William sekarang, tapi apa boleh buat mereka tidak bisa membantu William kecuali Felicia."Gue tidak peduli," kata Emily dengan santai.William yang mendengar ucapan Emily merasakan sakit hati y
Emily menahan tangan Felicia yang ingin menghajar wajah Vano. Sedangkan Felicia melihat ke arah Emily dan mendapati Emily menggelengkan kepala. Emily melihat kembali ke arah Vano sebentar lalu melihat ke arah Alex dengan senyum smrik. Aura yang dikeluarkan Emily benar-benar dingin. “Sepertinya salah satu anggota Graventas hanya bisa berkomentar tanpa bukti, benar-benar sangat bodoh! dan ternyata tidak mendengarkan apa yang ku katakan kemarin.”Alex bisa merasakan aura yang dikeluarkan oleh Emily benar-benar dingin di tambah dengan senyum smrik dari Emily. “Bagaimana Alexander? sepertinya sebentar lagi akan ada seseorang yang datang pada markas mu dan menghancurkan semua. Apa kau menerima itu?”“Padahal tadi gue mau memberitahu siapa orang yang memperhatikan dari tadi tapi tidak jadi karena salah satu anggota Graventas menuduhku tanpa bukti,” sambung Emily.Mereka semua terdiam akan perkataan Emily. Alex sendiri terdiam mendeng
Felicia menaikkan satu alisnya. “Siapa?”Emily menyingkirkan tubuhnya dan memperlihatkan seorang perempuan berambut panjang bermasker hitam dengan koper di samping. Felicia menatap bingung orang tersebut di depan itu. “Siapa dia?”“Lo lupa sama gue, Felic?” tanya orang tersebut.Gadis tersebut
Angkasa hanya menganggukkan kepala. Melihat itu, Carissa langsung saja menyendarkan kepalanya di pundak Angkasa. Sedangkan Darel serta Alva tersenyum tipis melihat Agkasa yang tidak bisa berbicara ataupun melawan dari Carissa yang mengklaim sebagai miliknya.Carissa melihat ke arah Alex lalu tersenyum sinis. Alex sendiri pun melihat ke arah Carissa, ia dapat melihat bahwa Carissa tersenyum sinis padanya. “Eh lo ketua Graventas! selamat menanti kehancuran lo.”Felicia serta Emily melihat ke arah Alex dan yang lain lalu mereka berdua tersenyum sinis. “Paling hanya menghancurkan markas Graventas dan membuat beberapa ang