Willy masih terdiam beberapa saat ketika merasakan rasa sakit yang dirasakan olehnya begitu mendengar isi hati dari gadis yang saat ini tengah dipeluknya. Hingga ia merasakan pergerakan dari Zaara yang melepaskan diri dari pelukannya dan menghapus kasar air mata di pipi putih itu.
"Bagaimana perasaanmu, Zaara? Kamu sudah merasa tidak khawatir lagi, kan? Jadi, batalkan niatmu yang ingin pergi dari sini. Karena aku tidak akan pernah membiarkan kamu pergi." Willy mengarahkan tatapan tajam pada gadis yang membulatkan kedua matanya begitu mendengar ucapannya.
Zaara mundur 1 langkah ketika merasa seperti seorang pencuri yang sudah ketahuan, "Abang Willy, apa maksudmu? Apakah kamu mengetahui kalau aku akan pergi dari sini nanti malam? Astaga," keluh Zaara yang sudah berkali-kali menepuk jidatnya begitu menyadari kebodohannya.
"Dasar bodoh, kenapa kamu malah mengungkapkan sendiri rencanamu," batin Zaara yang merutuki kebod
Arkan saat ini sudah berada di sebuah kamar hotel, ia sengaja memilih menjauh dari Rini dengan tinggal di hotel lainnya. Selain ingin sebuah ketenangan, ia ingin fokus mencari keberadaan Zaara. Terlihat Arkan sudah sibuk mencari tentang informasi mengenai Zaara dan bisa diketahuinya bahwa nama lengkap dari putra Cakra Baihaqi itu."Aisyahzaara Bellova, nama yang sangat cantik secantik wajahmu. Zaara, aku harus menemukanmu. Semoga kamu baik-baik saja, karena jika sampai terjadi sesuatu padamu, aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku."Arkan saat ini tengah memandangi foto Zaara yang ada akun media sosial. Terlihat Zaara sangat cantik saat memakai gaun tanpa lengan yang berwarna putih dengan rambut hitam panjangnya yang terurai di bawah bahu dengan senyuman manis dan beberapa foto yang ada di sana. Bahkan ia sudah menyalin semua foto itu ke dalam ponselnya.Sehingga sekarang, galeri fotonya sudah dipenuhi dengan foto-f
Satu bulan telah berlalu dan hari ini adalah hari di mana Willy akan menikahi Zaara secara siri. Karena permintaan dari Zaara dan juga gadis itu sama sekali tidak membawa tanda pengenal apapun. Sehingga untuk menutupi gunjingan para tetangga yang nanti akan menghina Zaara saat perutnya semakin membuncit, akhirnya hanya itu satu-satunya jalan keluar.Endang Susanti membangunkan gadis yang sudah dianggapnya sebagai putrinya sendiri. Bahkan jauh di lubuk hatinya, ia sangat senang ketika Zaara menikah dengan putranya. Meskipun sebenarnya merasa tidak pantas karena mereka berbeda kasta. Dengan penuh kelembutan, Endang mengusap rambut panjang gadis yang terlihat tertidur dengan posisi memeluk guling."Zaara, bangun Sayang. Ini sudah siang. Kamu harus bersiap."Zaara yang sudah mulai kembali dari alam bawah sadarnya, mengucek matanya beberapa kali. Lalu, bangkit dari posisinya yang awalnya berbaring dan langsung duduk di
🍃 Tiga tahun kemudian 🍃Terlihat seorang balita laki-laki yang saat ini tengah berlarian di halaman depan rumah. Dengan kakinya yang mungil, balita tersebut tidak merasakan lelah meskipun sudah berlarian kesana-kemari dari beberapa menit yang lalu. Tidak lupa suara tawanya terdengar saat merasa senang karena bisa berlarian dengan memegang bola dan melemparnya.Sementara itu, Zaara terlihat memegangi lututnya karena merasa sangat lelah ketika mengejar putranya yang berusia 2 tahun lebih 1 bulan dan ia beri nama Arza Atharizz. Tentu saja nama itu adalah singkatan dari nama Arkan dan Zaara. Karena meskipun ia berusaha untuk membenci pria yang tidak bertanggungjawab padanya, tetap saja tidak bisa melakukannya.Sehingga ia hanya ingin menyimpan semua kenangan dari pria yang masih dicintainya itu dengan memberi nama putranya Arza. Zaara terlihat berjongkok sambil menormalkan deru napasnya yang memburu. Tidak lupa pandanganny
Willy yang baru saja pulang dari kantor, langsung berjalan masuk ke dalam rumah. Tangan kanannya yang membawa kantong plastik berisi susu dan pampers, serta ada beberapa biskuit untuk Arza. Sementara tangan kirinya menenteng tas kerja. Tentu saja yang dicari pertama olehnya adalah sosok bocah laki-laki berusia 2 tahun lebih yang sangat disayanginya."Arza, Sayang."Zaara yang baru saja selesai memakaikan baju pada Arza, langsung menatap ke arah putranya yang saat ini tengah ia sisir rambutnya. Bahkan ia sudah memakaikan bedak di wajah putranya, sehingga terlihat sangatlah lucu dan semakin menggemaskan. Zaara memang sangat suka memakaikan bedak di seluruh tubuh Arza karena membuat badan anaknya selalu wangi dan segar.Meskipun ada para dokter yang melarang memakaikan bedak, tetapi ia sama sekali tidak memperdulikan hal itu. Karena mempercayai bahwa orang jaman dulu selalu memakaikan bedak pada anak-anaknya, tetapi baik-ba
Zaara membekap mulutnya saat melihat sosok pria yang sangat tidak asing baginya. Meskipun ia sudah lama tidak melihat pria yang berjalan ke arahnya dengan membawa kotak di tangannya. Pria dengan tubuh tinggi tegap dengan wajah yang manis, berjalan semakin mendekat dan menatap ke arahnya."Kamu?" Zaara mengarahkan jari telunjuknya pada pria yang sangat dihafal olehnya, tetapi lupa namanya.Pria yang tak lain adalah Krisna, berpura-pura bersikap biasa pada gadis yang terlihat shock ketika melihatnya masuk ke dalam ruangan bosnya. Ia sengaja masuk duluan karena memang itu merupakan perintah dari Arkan yang ingin memberikan shock terapi pada Zaara. Krisna masih tidak menanggapi perkataan dari Zaara, karena ia sibuk dengan mengeluarkan barang-barang dari kotak berukuran sedang yang ia bawa.Barang-barang itu adalah merupakan milik bosnya dan ada sebuah nama dan sudah ditaruh di atas meja.Zaara berbalik b
Jantung Zaara berdetak sangat kencang saat berada pada posisi yang sangat intim dengan pria yang selama ini sangat dirindukan, sekaligus menjadi pria satu-satunya yang ia cintai selama 3 tahun ini. Hembusan napas beraroma mint yang bisa tertangkap indera penciumannya, seolah membuatnya tidak bisa berpikir rasional dan ingin segera menghambur untuk memeluk sosok pria dengan pahatan sempurna di depannya.Netra pekat dengan silinder hitam yang tajam itu tengah menatapnya dengan tatapan intens dan seolah mengunci dan menyihirnya hingga tidak berkutik berada di antara kuasa lengan kekar Arkan. Begitu juga saat ia mendengar perkataan bernada ancaman dari pria yang wajahnya berada tepat di depannya.Bahkan jika ia bergerak sedikit saja, wajah pria yang sangat dipujanya itu akan menempel dan bibir tebal yang membuatnya tidak berkedip saat menatapnya, bisa mendarat dengan sempurna di bibirnya. Ia meremas celana panjangnya begitu mendengar ancaman dari Arkan yang masih mengunci
Arkan mengarahkan tatapan tajam dan menusuk pada Zaara yang saat ini berada dalam kuasanya. "Apa kamu mendengarku, Aisyahzaara Bellova!" Mengeratkan pelukannya hingga tubuh Zaara menghantam tubuhnya. Bahkan ia bisa merasakan dada sintal nan padat itu baru saja menabrak dadanya.Zaara yang lagi-lagi dibuat shock dengan perbuatan Arkan yang selalu menyentuh dan mendesaknya, semakin membuat perasaannya kacau balau. Akan tetapi, ia dengan sekuat tenaga menolak setiap sentuhan dari Arkan dengan cara mengarahkan tangannya ke dada bidang itu, untuk memberi jarak pada tubuhnya dan tubuh kekar yang hanya berjarak beberapa centi darinya."Tolong lepaskan saya, Presdir!" Zaara benar-benar memohon agar pria yang masih menguncinya itu mau melepaskan cengkeramannya."Jawab dulu perkataanku tadi, baru aku akan melepaskanmu!" Arkan semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Zaara.Akhirnya Zaara yang meras
Beberapa saat setelah Zaara berdiam diri cukup lama di dalam toilet, ia yang sudah berhasil menormalkan perasannya yang tidak menentu, kini terlihat berjalan keluar dari sana. Kaki jenjangnya telah melangkah menuju ke arah ruangan pantry yang tidak jauh dari ruangan kerja presiden direktur.Awalnya ia merasa sangat aneh saat melihat ruangan tersebut di lantai atas dekat dengan ruangan pemimpin perusahaan. Namun, semua keanehan dan kejanggalan yang dirasakannya seolah musnah setelah mengalami kejadian sangat mengejutkan hari ini.Karena merasa sangat stres, Zaara membuat kopi untuk mencoba menenangkan diri. Sebenarnya ia sama sekali belum pernah minum kopi, tetapi karena ia merasa membutuhkan sebuah asupan untuk hatinya yang gundah gulana, membuatnya melampiaskan pada sebuah minuman."Jika ada anggur merah di sini, mungkin aku sudah meneguknya hingga habis." Mengaduk kopi susu yang baru saja ia buat. Hingga ia pun mendengar ketukan pintu dan suara bariton d
Sepuluh bulan setelah Zaara membulatkan tekad untuk hamil lagi telah berlalu. Kini, keinginannya telah terwujud dan benar-benar hamil anak perempuan setelah melakukan USG. Kehamilan Zaara kali ini benar-benar jauh berbeda dari yang pertama, karena semua kemewahan dan kasih sayang serta perhatian dia dapatkan.Arkan benar-benar sangat memperhatikan semuanya, mulai dari asupan gizi dan dokter pribadi yang setiap bulan datang ke rumah untuk mengecek kehamilannya. Itu semua karena Arkan sangat over protective dan sama sekali tidak mengizinkan Zaara keluar, yang malah membuat kecapekan jika harus menempuh perjalanan ke rumah sakit.Meskipun jarak rumah dan rumah sakit hanyalah beberapa kilometer saja, tetapi karena tidak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk pada Zaara yang kandungannya lemah, sehingga tidak mau mengambil resiko.Saat ini, kehamilan Zaara sudah menginjak minggu ke 36 dan tinggal menghitung hari saat kelahiran.
Satu tahun telah berlalu, Zaara dan Arkan menjadi pasangan paling romantis sekaligus fenomenal, tak lupa para paparazi yang selalu memburu berita tentang mereka. Bahkan Arza pun kini menjadi selebgram kecil yang selalu menjadi perbincangan di media sosial karena ketampanannya, mewarisi gen daddy dan mommy-nya.Seperti hari ini, saat Arkan menghabiskan waktu liburnya bersama Zaara dan Arza di Mall of America yang terletak di Bloomington, Minnesota. Salah satu pusat perbelanjaan terbesar dan paling banyak dikunjungi di Amerika Serikat. Dengan 520 toko, 50 restoran dan atraksi termasuk Nickelodeon Universe, taman hiburan dalam ruangan terbesar dan toko American Girl yang baru, pilihan tidak terbatas di Mall of America.Arza yang tidak mau digendong oleh Arkan, terlihat sangat ceria saat berlarian di area pusat perbelanjaan terbesar tersebut. Zaara pun terlihat sangat bahagia melihat interaksi dari ayah dan anak yang berada di depannya. Tidak lu
Tangan Arkan yang tadinya sibuk di rahang Zaara, kini menuruni leher jenjang putih yang sudah mulai berpeluh, lalu meremas dua benda membusung yang sudah tidak terlapisi apapun. Bisa dilihatnya puncak yang mengeras dan Arkan pun mengeluarkan suara yang mungkin sangat menggoda.Zaara bisa merasakan tangan dengan buku-buku kuat itu menggoda tubuhnya yang bergairah dan mengirimkan denyut kenikmatan luar biasa, menembus tubuhnya. Sensasi paling nikmat yang diciptakan Arkan dan membuat Zaara menginginkan lebih banyak yang membuatnya lepas kendali.Bahkan hasratnya meledak seketika saat Arkan mengisap puncak yang mengeras dan menciptakan lonjakan kenikmatan yang teramat luar biasa, seolah melenyapkan ketakutan yang tadi dia rasakan.Arkan tidak membuang waktu karena tangannya sudah menarik penutup terakhir dan lepas dari tangannya.Zaara sebenarnya merasa sangat malu, tetapi karena sudah digulung gairah, dia membiarkan mata Arkan yang indah dan begitu gelap, te
Setelah menceritakan semuanya pada Zaara, Arkan kini mengamati ekspresi dari wanita yang menurutnya terlihat semakin cantik dan mempesona. Selain karena ia selalu membelikan kosmetik terbaik dan termahal untuk perawatan Zaara, juga aura kebahagiaan menjadi penyebab wanita tersebut semakin cantik. “Menurutmu bagaimana, Sayang? Apakah kamu senang Rini mendapatkan karmanya?”Awalnya, Zaara masih terdiam seolah tengah memikirkan apa yang ada di otaknya saat ini. Ia menatap ke arah Arza yang ada di hadapannya. Wajah tidak berdosa yang terlihat dari puteranya, membuatnya memikirkan apa yang puteranya alami satu bulan lalu. “Sudah sepantasnya wanita ular itu mendapatkan karma dari perbuatannya. Aku memang sangat senang dia menuai apa yang selama ini ia tanam. Dari dulu dia selalu membuatku menderita. Jadi, sekarang dia harus menderita di sisa umurnya.”Arkan menganggukkan kepala dan menggeser tubuhnya untuk semakin mendekati Zaara d
Raut wajah kesal yang bisa dilihat Zaara dari pria yang terlihat babak belur tersebut, sebenarnya membuatnya ingin tertawa. Akan tetapi, ia sekuat tenaga untuk menahan diri. Tentu saja agar tidak membuat kemarahan Arkan semakin bertambah. Namun, ia masih ingin merahasiakan semuanya sampai nanti menikah dengan pria yang sangat dipujanya tersebut."Iya, Daddy Arkan sangat bodoh! Karena tidak bisa mengerti perasaan seorang wanita." Zaara berusaha melepaskan kuasa dari jemari dengan buku-buku kuat yang baru saja merangkum pipinya. Karena ingin mengalihkan pandangannya dari netra pekat dengan iris tajam yang mengunci tatapannya dari tadi.Jawaban bernada ambigu yang sama sekali tidak dimengerti, membuat Arkan tidak kunjung melepaskan tangannya yang dari tadi menahan pipi putih Zaara. "Jangan coba-coba untuk kabur, Sayang. Aku tidak akan pernah melepaskanmu sebelum menjelaskan dengan detail tentang maksud dari perkataanmu tadi. Memangnya aku kuran
Arkan termangu di tempatnya saat merasa terkejut dengan penolakan mentah-mentah dari Zaara yang sudah kabur darinya. Bahkan ia seperti orang yang terlihat linglung dan menatap kosong ke sembarang arah dengan berbagai macam pertanyaan yang memenuhi otaknya. Saat ini, ia sibuk bertanya-tanya di dalam hati mengenai sikap Zaara yang dirasanya sangat aneh dan langsung menghindar begitu ia membahas tentang masalah anak."Sebenarnya apa yang terjadi pada Zaara? Kenapa dia terlihat sangat ketakutan? Apakah terjadi sesuatu dulu tanpa sepengetahuanku? Sepertinya aku harus menanyakan pada Zaara mengenai hal ini."Puas ber-agumen sendiri, kaki panjangnya kini melangkah masuk ke dalam ruangan perawatan Arza untuk menyusul sosok wanita yang tadi meninggalkannya. Begitu ia membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan kamar presidential suite tersebut, bisa dilihatnya sosok pria dengan tubuh tinggi tegap hampir sama dengannya sudah membungkuk untuk mencium putr
Flashback on ...Arkan masih berlutut di hadapan sosok pria yang terlihat mengarahkan tatapan menusuk penuh kebencian padanya. Ia sama sekali tidak memperdulikan tanggapan pria yang menurutnya tidak jauh lebih baik darinya tersebut. Sehingga ia sudah mulai menjelaskan tentang semua hal mengenai masa lalunya dengan Zaara tiga tahun yang lalu.Selama beberapa menit, ia menjelaskan dengan tidak ada yang ditutupi sama sekali. Begitu selesai, ia yang dari tadi menundukkan kepala, kini menunggu tanggapan dari pria yang akan menjadi mertuanya dengan perasaan tidak menentu.Cakra Baihaqi yang dari tadi berdiri menjulang di hadapan sosok pria yang sangat dibencinya, tadinya mengunci rapat bibirnya saat mendengarkan penjelasan panjang lebar mengenai awal mula perkenalan dari putrinya dengan Arkan. Sehingga kini, ia mulai mengingat semua dosa-dosanya yang telah lalu. Namun, harga dirinya terlalu tinggi di hadapan pria yang ma
Zaara yang tadinya hendak membuka pintu ruangan perawatan putranya, karena ingin segera mengetahui apakah permasalahan dari dua pria yang sangat dicintainya saat berbicara empat mata selesai atau malah bertambah besar, akhirnya berhenti dan menoleh ke arah sosok pria dengan paras tampan yang sudah dianggapnya sebagai kakaknya sendiri."Iya, Abang Willy. Apakah Abang sudah mengambil keputusan?"Dengan tangan mengepal erat, Willy yang kini berdiri di sebelah wanita yang telah melahirkannya, sesaat menoleh ke arah ibunya. "Ibu tunggu di sini. Aku akan membebaskan belenggu yang selama ini menyiksa kami."Endang Susanti yang merasa terenyuh dengan perkataan lirih dari putranya, hanya bisa mengarahkan tangannya untuk memberikan sebuah kekuatan dengan usapan lembut di punggung kokoh Willy. Tidak lupa sebuah anggukan kepala kini menjadi jawabannya."Pergilah, Putraku. Sudah saatnya kamu melepaskan rantai yan
Zaara awalnya berjenggit kaget saat mendengar suara bariton dari papanya yang terdengar sangat murka saat baru masuk ke dalam ruangan perawatan putranya. Bahkan saat ini, ia tengah ber-sitatap dengan netra pekat sosok pria yang juga tengah terlihat sangat gelisah dan menandakan sedang banyak pikiran. Kini, tangannya mengusap lembut lengan kekar Arkan, ia berusaha untuk menenangkan perasaan pria tampan yang terlihat babak belur tersebut dengan sebuah tatapan mata yang penuh keteduhan.Di saat yang bersamaan, seorang perawat baru saja masuk ke ruangan setelah sebelumnya mengetuk pintu dengan membawa peralatan medis. "Tuan Arkan, dokter menyuruh saya datang ke sini untuk mengobati luka, Anda."Awalnya Arkan ingin menolak, tetapi saat ia hendak membuka mulut, didengarnya suara dari Zaara yang memberikan sebuah perintah padanya."Daddy Arkan keluar saja bersama perawat ke ruangan lain. Aku ingin berbicara dengan papa," seru Z