Share

Bab 2 Pelarian

Author: Tiyar Sri Widanti
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Dengan napas memburu, Ilona berlari tidak tentu arah. Sesekali menoleh, menghindar dari dua orang yang mengejar. Pelarian diri gadis itu diketahui oleh Janu, juragan sembako yang berstatus menjadi ayahnya.

Semenjak di terminal, gerak-gerik Ilona sudah diketahui oleh Sapto dan Lukman, kuli panggul Janu di toko sembako. Mereka berdua sengaja mengikuti gadis itu atas perintah sang majikan. Suasana ramai di terminal, menyurutkan niat Sapto dan Lukman untuk membawa pulang anak gadis juragan sembako. Mereka menunggu saat yang tepat hingga bus yang dikendarai berhenti di terminal Jombor.

Ketika turun dari bus, Ilona menoleh ke kanan dan kiri, mencari tujuan selanjutnya. Dia belum pernah menginjakkan kaki di kota tetangga seorang diri. Lalu, ke mana Ilona akan pergi. Bahkan, menghubungi nomor kekasih hati pun tidak pernah aktif dalam beberapa hari.

Ketika kebingungan, Sapto segera mendekati Ilona. Namun, gadis itu terlalu pintar, tidak ingin menuruti perintah anak buah ayahnya. Sapto dan Lukman mencengkeram kuat tangan gadis itu. Ilona berteriak minta tolong pun percuma, kondisi jalanan tempatnya berpijak dalam keadaan sepi.

"Ayo, pulang, Mbak!" perintah Sapto.

"Enggak mau! Pak Sapto dan Pak Lukman aja pulang sendiri!"

"Kalau kami enggak membawa Mbak Ilona pulang, Pak Janu pasti marah besar. Mohon pengertiannya, Mbak," timpal Lukman penuh iba.

"Aku enggak mau pulang! Pokoknya selama Bapak masih berniat menjodohkan dengan anak temannya, aku enggak mau pulang! Titik!"

Lukman dan Sapto mengembuskan napas kasar. Mereka lelah membujuk gadis keras kepala seperti Ilona. Di sisi hati lain, mereka tidak tega melihat putri semata wayang Janu itu menikah tanpa cinta. Namun, di sisi lain mereka pun tidak mampu menolak perintah Janu. Jika membangkang sudah pasti pekerjaan jadi taruhan.

Melihat dua orang yang menarik tangannya kelelahan, anak gadis Janu itu pun menginjak kaki Sapto dan Lukman bergantian dengan sekuat tenaga. Kedua laki-laki itu meringis kesakitan, Ilona tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk melarikan diri.

"Mbak Ilona, tunggu kami! Jangan lari terus. Ayo, pulang, Mbak!" teriak Lukman sembari berlari pincang.

"Pulang saja sendiri! Wek ...." Ilona menjulurkan lidah, lalu berlari dengan sisa tenaga.

Di sebuah perumahan, langkah Ilona terhenti. Dia memasuki gang buntu, tidak ada jalan lagi untuk kabur. Berbalik arah pun pasti akan tertangkap Sapto dan Lukman.

Anak semata wayang Janu itu pun menoleh ke kanan dan kiri, mencari celah untuk bersembunyi. Hingga akhirnya, dia melihat sebuah rumah berlantai dua dengan pintu ukiran dari kayu jati yang terbuka. Tanpa berpikir panjang, sebelum anak buah Janu melihat, Ilona segera masuk ke rumah itu untuk bersembunyi.

Gadis berambut terikat jadi satu itu menoleh, takut jika sang pemilik rumah memergokinya. Bisa jadi, dia disangka pencuri. Ilona mengendap, memastikan keadaan aman. Rumah besar itu dalam keadaan sepi, interior dengan ukuran kayu jadi lebih mendominasi. Tampak tradisional, tetapi terlihat mewah. Bisa dipastikan bahwa pemilik rumah itu berasal dari kalangan atas.

Dengan hati-hati, Ilona bersembunyi di balik sofa. Dia berniat menunggu hingga keadaan aman. Namun, semakin lama tubuh lelahnya butuh beristirahat. Perlahan, dia pun memejamkan mata, terbuai oleh mimpi indah.

***

Ilona menggeliat, lalu terperanjat saat melihat ke arah jendela. Hari telah gelap, dia terlalu nyaman terlelap. Bergegas gadis remaja itu bangkit, lalu meraih knop pintu. Namun, ternyata pintu terkunci. Ilona panik.

"Gimana aku bisa keluar?" gumamnya dengan wajah bingung.

Gadis dengan tas ransel di punggung itu memeriksa jendela, berharap ada salah satu yang tidak terkunci. Namun, sayangnya seluruh jendela berterali. Ilona semakin bingung, takut jika disangka maling.

Putri semata wayang Janu itu berkacak pinggang, mengamati kondisi di rumah bernuansa ukiran kayu tersebut. Lampu-lampu yang belum menyala menandakan bahwa rumah tidak berpenghuni. Namun, Ilona tidak boleh lengah, bisa saja masih ada anggota keluarga yang tinggal di dalam rumah.

Dengan mengendap-endap, Ilona memberanikan diri untuk menjelajah seisi rumah. Sesekali dia celingukan, memastikan kondisi aman. Suasana rumah begitu sunyi, hanya terdengar bunyi gemuruh di dalam perut yang meminta hak untuk diisi. Ilona tidak bisa menahan lapar lagi, sedari siang belum ada sebutir nasi pun masuk ke lambung. Dia pun menjelajah lebih dalam, mencari posisi dapur untuk mencari makanan.

"Rumah sebesar ini, kenapa tidak ada makanan?" gumam Ilona ketika melihat meja makan dalam keadaan kosong.

Setelah meyakinkan bahwa tidak ada penghuni yang berada di rumah itu, Ilona pun mencari sakelar lampu dapur. Mengganti nyala remang-remang yang terpancar dari kecil dengan lampu utama yang lebih terang. Seketika, pandangan gadis itu lebih leluasa mencari makanan di laci-laci dapur. Dia berkacak pinggang, tidak mendapatkan sesuatu untuk di makan.

Gadis berambut panjang itu pun beralih pada lemari pendingin dengan dua pintu. Dia membuka sebelah pintu, tidak mendapatkan makan apa pun di sana. Hanya botol-botol air mineral berjejer rapi.

"Sebenarnya ada yang tinggal di rumah ini enggak, sih? Kenapa enggak ada makanan apa pun?" gerutu Ilona.

Dia pun beralih ke pintu satunya. Sudut gadis itu tersungging, mendapati sebuah apel tersimpan di sana. Lumayan untuk mengganjal perut yang terus berbunyi.

"Maafkan, aku. Bukan bermaksud untuk mencuri, tetapi aku benar-benar lapar," gumam Ilona sembari meraih apel dan sebotol air mineral.

Gadis itu pun lantas duduk di kursi pada meja makan, menyantap sebuah apel dengan lahapnya. Angan Ilona melayang jauh, membayangkan seseorang yang tinggal di rumah mewah tersebut. Mengapa tinggal di sana tanpa persediaan makanan? Apakah rumah tersebut memang dibiarkan kosong?

"Tidak! Bagaimana kalau tidak ada seseorang yang tinggal di sini? Apakah aku akan terkurung di rumah ini?"

Perasaan cemas menghampiri hati gadis itu. Dia segera meraih ponsel dan memencet sebuah kontak nama. Ilona sengaja menganti nomor ponsel sebelum kabur dari rumah. Gunanya agar orang tua gadis itu tidak menghubungi. Beberapa kali mencoba menelepon, tetapi seseorang di seberang tidak mengangkat.

"Ih! Di mana kamu Arsen? Katanya di Yogja, kenapa tidak membalas pesan-pesanku?" Ilona meletakkan kembali ponselnya, lalu menenggak air mineral dalam botol.

Resah bergelayut dalam hati, memikirkan kekasih hati yang tidak kunjung memberi kabar. Padahal, mereka telah sama-sama berjanji, bertemu di kota yang terkenal sebutan Kota Gudeg tersebut. Namun, semenjak pergi dari rumah, si pemilik hati Ilona tidak kunjung memberi kabar.

"Sepertinya aku harus bermalam di rumah ini dulu. Besok pagi baru bisa keluar dan mencari keberadaan Arsen."

Ilona kembali membuang sisa makan malamnya, lalu kembali mengendap untuk menemukan tempat ternyaman untuk bersembunyi. Dia berharap tidak bertemu dengan pemilik rumah sampai bisa keluar dengan aman.

Gadis itu tidak pernah menyesali keputusannya pergi dari rumah dan terkatung-katung di kota orang tanpa arah tujuan. Dia hanya ingin bersama Arsenio, pemuda yang telah menjalin kasih semenjak duduk di bangku kuliah. Namun, restu dari Janu tidak kunjung Ilona dapatkan. Bahkan, laki-laki itu memaksanya untuk menikah dengan anak dari sahabat sang ayah. Demi cintanya, dia terpaksa membangkang pada orang tua.

Related chapters

  • I Love You, My Boss   Bab 3 Gadis Asing

    Hari telah lewat tengah malam, Erlangga baru saja tiba di rumah mewahnya. Usai memarkirkan kendaraan roda empat, laki-laki itu bergegas masuk ke rumah. Tubuhnya sudah sangat lengket, seharian berada di proyek kontruksi mengakibatkan mengalir membasahi.Melihat rumah dalam keadaan gelap gulita, Erlangga segera menyalakan beberapa lampu. Seketika rumah berhias ukiran itu pun terang benderang. Laki-laki bertubuh tegap itu pun beralih ke kamar utama yang berada di lantai dua. Dengan langkah tegap, dia menaiki satu per satu anak tangga. Tepat di ujung tangga, Erlangga meraih knop pintu jati berhiaskan ukiran.Laki-laki itu meletakkan tas kerja pada sofa, lalu segera menuju kamar mandi. Di bawah guyuran shower, Erlangga membasuh tubuh lengketnya. Gemercik air yang membasahi badan kekarnya begitu menyegarkan. Dia merasa lega, tubuhnya telah kembali bersih.Dengan mengenakan handuk yang melingkar di pinggang, Erlangga keluar dari kamar mandi. Dia menghidupkan

  • I Love You, My Boss   Bab 4 Pembantu Cantik

    Mobil putih kesayangan Erlangga sudah melesat di jalanan, membelah gelap malam. Kantuk dan lelah yang semula dirasakan laki-laki tersebut, hilang entah di mana. Demi Ilona yang kelaparan, dia mau berkeliling hanya sekadar mencari tempat makan di sepertiga malam.Gadis manis bertubuh langsing itu pun dengan tenang duduk sampingnya. Dia mengamati jalanan Kota Yogyakarta di malam hari. Geliat manusia masih begitu ketara di malam yang hampir menjelang pagi."Kamu mau makan apa? Tidak banyak makanan yang bisa kita cari pada jam-jam seperti sekarang ini," ujar Erlangga."Apa saja yang terpenting nasi," sahut Ilona santai.Erlangga mendengkus, lalu melirik gadis yang duduk di sampingnya. Dia pun merasakan hal yang sama, rasa lapar yang menyiksa perut. Laki-laki itu teringat, belum mengisi lambung dengan nasi seusai pulang dari proyek bangunan. Erlangga mencari makanan di waktu malam bukan semata-mata mengabulkan keinginan Ilona, tetapi juga kebutuhan dirinya jug

  • I Love You, My Boss   Bab 5 Kejadian Memalukan

    Erlangga menggeliat, lalu mengubah posisi menjadi duduk. Terik sinar mentari yang menelusup dari celah jendela mengganggu tidur nyenyaknya. Laki-laki itu menyipitkan mata, lalu menutup wajah dengan telapak tangan. Dia berusaha mengumpulkan kesadaran.Setelah berdiam beberapa saat, Erlangga melirik jam yang terpasang di dinding. Jarum panjang benda hitam itu menunjuk angka sepuluh, tujuh jam sudah dia terlelap dalam buaian mimpi.Ingatan Erlangga kembali pada kejadian di malam hari. Matanya tiba-tiba terbuka lebar, lalu menyibak selimut dan bergegas keluar kamar. Dengan berlari, dia menuruni anak tangga untuk mencari gadis aneh yang tiba-tiba berada di rumahnya. Erlangga berharap semua hanya mimpi. Namun, setelah mencium aroma masakan yang menguar, laki-laki itu yakin bahwa Ilona nyata.Erlangga memelankan langkah, lalu berdiri di ambang pintu dapur. Dia mengamati aktivitas gadis yang tengah bergelut dengan peralatan memasak."Sedang masak apa kamu?"

  • I Love You, My Boss   Bab 6 Mengejar Arsenio

    "Kenapa kita belanja di pasar tradisional, sih, Mas?" tanya Ilona penasaran. Laki-laki bertubuh tegap yang berada di sampingnya tidak langsung menjawab, terlihat berpikir sembari berjalan. Ilona pun mengikuti gerak langkah Erlangga. Sesekali dia melirik, menanti jawaban di pemilik rumah mewah. "Emang ada yang salah?" tanya Erlangga. Ilona mengembuskan napas kasar, malas pertanyaan dijawab dengan sebuah pertanyaan. "Enggak, sih. Namun, biasanya orang kaya itu belanjanya di swalayan. Kenapa ini di pasar?" "Untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Kalau semua belanja di swalayan, lalu kasihan pedagang di pasar tradisional, dong. Dagangan mereka enggak laku," kilah Erlangga. Gadis bermanik mata cokelat itu terdiam, meresapi ucapan Erlangga. Memang benar, jika semua orang belanja di pasar modern, lantas apa kabar penjual di pasar tradisional? Bukankah hidup itu harus ada keseimbangan? "Aku akan mengantar kamu belanja ke sini beberapa

  • I Love You, My Boss   Bab 7 Pertengkaran

    Sesampainya di rumah berukiran kayu, Ilona bergegas keluar mobil. Dia melupakan belanjaan dan keberadaan Erlangga. Gadis itu membuka pintu dengan kunci yang diberikan sang majikan sebelumnya, lalu menuju dapur untuk mengambil segelas air dingin. Dia ingin menghilangkan haus yang sedari tadi menyerang tenggorokan sekaligus mendinginkan hati agar tidak meluapkan emosi."Kenapa meninggalkanku begitu saja?" protes Erlangga dengan membawa barang belanjaan."Aku haus, Mas.""Masih marah sama aku?"Erlangga meletakkan barang belanjaan. Sementara itu, Ilona masih enggan menjawab. Gadis itu malah mengambil barang belanjaan untuk disimpan. Erlangga yang berdiri tidak jauh darinya hanya memperhatikan wajah cemberut gadis tersebut dengan bersandar pada dinding."Aku janji akan membantu mencari pacarmu itu. Tenang saja, sedikit banyak aku memiliki teman di sini. Berikan saja fotonya," ujar Erlangga.Mendengar ucapan laki-laki itu, mata Ilona berbinar. Di

  • I Love You, My Boss   Bab 8 Membujuk Ilona

    "Lona!"Teriakan Erlangga menggema ke seluruh penjuru rumah. Dia menggedor pintu kamar pembantu cantiknya dengan tidak sabar."Lona!"Dengan malas, Ilona segera bangkit setelah mendengar suara Erlangga. Sebelum membuka pintu, dia terlebih dahulu menghapus sisa air mata di pipi. Menangis nyatanya tidak serta merta meredakan emosi, gadis itu masih marah pada si pemilik rumah. Begitu pula dengan Arsenio yang tidak kunjung diketahui kabarnya.Sebelum Erlangga kembali mengetuk pintu, Ilona terlebih dahulu membukakan. Gadis itu terkejut ketika si pemilik rumah merangsek masuk kamarnya. Tidak hanya itu, bahkan laki-laki tersebut menutup pintu dan menguncinya.Debaran dalam dada Ilona kian kencang. Dia memperhatikan raut wajah bingung Erlangga. Perlahan tapi pasti, gadis itu bersiap untuk menjaga diri. Takut bila sesuatu tidak diinginkan terjadi. Bukankah Erlangga juga

  • I Love You, My Boss   Bab 9 Kedatangan Evan

    "Kenapa buka pintunya lama, sih, Lang? Nyembunyiin sesuatu lu, ya?"Erlangga berdiri di ambang pintu sembari memperhatikan tamu yang sedari tadi menekan bel rumah. Dia menatap tak suka pada laki-laki berjaket kulit di hadapannya. Bukan tidak boleh berkunjung ke rumahnya, hanya saja di saja ada Ilona. Erlangga tidak ingin sahabatnya yang buaya darat mengelabuhi Ilona."Selain rumahku, tidak adakah tempat lain yang bisa kamu kunjungi?" Erlangga balik bertanya."Enggak suka banget gue ke sini, harusnya seneng sahabat lu datang kemari," lanjut laki-laki berjaket kulit itu.Erlangga menggeleng pelan saat laki-laki yang mengaku sebagai sahabatnya itu menerobos masuk ke rumah. Dia pun segera menutup pintu dan mengekor di belakangnya. Seseorang yang baru datang itu langsung duduk di sofa, seakan rumah tersebut miliknya juga."Menginaplah di hotel, Van. Biasanya juga begitu,

  • I Love You, My Boss   Bab 10 Kenangan Masa Lalu

    "Aduh! Mas Erlangga marah enggak, ya. Aku putar musiknya malah agak kencang. Tamunya Mas Erlangga dengar enggak, ya?" gumam Ilona di dalam kamar. Beberapa kali gadis itu mendengarkan keadaan luar dari melalui pintu kamarnya. Dia takut jika persembunyiannya sampai diketahui. Sunyi. Ilona tidak dapat mendengar apa-apa di luar kamarnya. Dia kembali menajamkan pendengaran. Nihil. Suara Erlangga dan sahabatnya tidak terdengar sama sekali. "Apakah mereka pergi? Apakah Mas Erlangga sudah berhasil membawa tamunya keluar rumah?" ucapnya lagi. Ilona hendak meraih kenop pintu, tetapi nada dering ponsel miliknya lebih dahulu terdengar. Gadis itu segera meraih ponsel di nakas. Sebuah pesan dari pemilik nama Erlangga masuk di aplikasi hijau miliknya. Tidak menunggu lama, Ilona segera membukanya. [Dasar! Hampir

Latest chapter

  • I Love You, My Boss   Bab 18 Rasa Khawatir

    Kenapa belum tidur, Mas?” tanya Ilona ketika melihat Erlangga duduk di beranda belakang. Laki-laki itu menoleh, lalu menyunggingkan senyuman melihat Ilona yang berdiri di ambang pintu dengan mata menyipit. “Aku belum mengantuk, Lon. Kalau kamu masih ngantuk, tidur lagi sana!” perintah Erlangga. Bukannya menuruti ucapan sang bos, Ilona malah mendekat dan duduk di samping Erlangga. Awalnya, dia terbangun sebab haus dan mengambil air minum di dapur. Akan tetapi, ketika hendak kembali ke kamar, Ilona melihat pintu belakang yang terbuka. Oleh sebab itu, dia mendekat dan mendapati Erlangga tengah termenung di sana. “Mas Erlangga lagi ada masalah, ya?” tanya Ilona lagi. “Enggak.” “Lalu, kenapa belum tidur jam segini?” “Ada hal yang sedang aku pikirkan saja.” Satu pukulan mendarat di lengan Erlangga. Sontak saja laki-laki pemilik bisnis kontruksi itu mengaduh kesakitan. Dia menoleh dan memperlihatkan tatapan tajam pada Ilona. “Sakit tahu, Lon! Kamu itu wanita atau laki-laki, sih? Ka

  • I Love You, My Boss   Bab 17 Pernyataan Cinta Mario

    “Apa perasaanmu lebih baik?” tanya Mario di sela-sela menikmati makan malam. “Ya, seperti yang kamu lihat saat ini. Aku baik-baik saja,” balas Bianca. Keduanya pun saling berbalas senyuman, lalu kembali menyuap makanan ke mulut masing-masing. Sepulang bekerja, Mario sengaja menanti Bianca di tempat biasanya. Laki-laki itu tidak ingin hubungan dekatnya dengan sang baawahan diketahui karyawan lainnya. Bukan tanpa sebab, jika kedekatan mereka tercium, maka akan menimbulkan gosip dikalangan karyawan. Hal itu tidak baik untuk karir keduanya. Terlebih, Mario merupakan anak dari pemilik perusahaan yang akan meneruskan bisnis sang papa. Hubungan tersembunyi keduanya sudah berlangsung sekitar tiga tahun. Tepatnya, setelah Mario mulai bekerja di perusahaan sang papa usai mengurus cabang di luar kota. Dia yang tertarik pada Bianca, langsung mencoba mendekatinya. Sayangnya, pengakuan Bianca bahwa dirinya telah memiliki tunangan membuat Mario kecewa. Laki-laki itu pun memutuskan untuk berteman

  • I Love You, My Boss   Bab 16 Kejutan Kecil

    “Yakin cuma belanja ini saja, Mbak?” tanya Pak Paiman, tukang sayur keliling langganan Ilona. “Iya, Pak. Mas Erlangga sedang tidak ada di rumah. Jadi, aku hanya masak sedikit saja,” jawab Ilona. “Lagi ada tugas luar kota?" Ilona mendekat, lalu berkata dengan sedikit berbisik, “Mas Erlangga sedang ke Jakarta menemui kekasihnya, Pak.” Pak Paiman manggut-manggut. Tangan legamnya dengan terampil memasukkan belajaan Ilona ke kantong plastik sembari menghitung. Setelah itu, laki-laki paruh baya tersebut menyerahkan plastik berisikan sayur bayam beserta tahu dan tempe kepada Ilona. Gadis itu pun menerima dan mengeluarkan sejumlah uang sesuai harga belanjaan. “Mbak Ilona enggak cemburu gitu Mas Erlangga ke Jakarta?” lanjut Pak Paiman. “Cemburu? Kenapa aku harus cemburu? Pak Paiman ini ada-ada aja.” Ilona terkekeh, lucu mendengar pertanyaan laki-laki paruh baya tersebut. “Lah iya, dilihat-lihat itu Mas Erlangga ganteng, banyak gadis-gadis di sini yang naksir, loh. Bisa saja Mbak Ilona ju

  • I Love You, My Boss   Bab 15 Penolakan Bianca

    [Aku sudah sampai. Kamu baik-baik saja di rumah, 'kan?]Ilona membaca sekilas pesan dari Erlangga yang masuk ke ponsel miliknya. Setelah itu, dia meletakkan benda pipih itu tanpa berniat membalas. Ilona bersyukur majikan tampannya telah sampai di Jakarta. Selama berada di sana, gadis itu berjanji tidak akan mengganggu Erlangga.Ilona keluar dari aplikasi hijau, lalu beralih ke aplikasi berlogo F. Dia kembali memeriksa pesan masuk, barangkali Arsenio mengirim pesan. Akan tetapi, angannya tidak sesuai kenyataan. Akun milik Arsenio tidak aktif.Untuk menenangkan hati, Ilona beralih ke dapur dan menyeduh secangkir cokelat hangat. Gadis itu tersenyum bahagia ketika menghidu aroma cokelat yang begitu lezat. Dia pun membawa secangkir cokelat itu beserta setoples camilan ke ruang televisi.Setelah meletakkan minuman serta makanan ke meja, Ilona mencari remote televisi. Akan tetapi, dia tidak menemukan benda tersebut. Ilona membuka laci meja satu per satu, barangk

  • I Love You, My Boss   Bab 14 Bertemu Bianca

    Cukup lama Ilona menunggu, tetapi pesannya tidak kunjung mendapat balasan. Gadis itu berdecak kesal, Arsenio sungguh telah menguji kesabaran."Ish, kenapa enggak aktif lagi? Apa dia melupakanku? Apa dia sudah memiliki wanita lain? Enggak ... enggak ... enggak." Ilona menggeleng cepat, menepis pikiran buruk.Untuk mendinginkan hati, Ilona pun berniat mencari minuman dingin. Dia mengayunkan kaki melewati ruang keluarga untuk menuju dapur. Ilona meraih gelas, lalu menuang minuman dingin yang diambil dari dalam kulkas. Perlahan, dia meneguk hingga habis. Setelah puas, tangannya mengusap mulut yang basah."Aku pasti akan menemukanmu, Arsen!" gumam Ilona.Gadis berambut sebahu itu memilih kembali ke kamar. Tidak ada Erlangga di rumah membuatnya sedikit santai. Dia tidak harus menyiapkan makanan. Ilona sendiri bisa makan sesuka hati, apa yang diinginkan.Ketika melewati ruang keluarga, tiba-tiba Ilona terbayang wajah Erlangga. Biasanya, laki-laki itu dudu

  • I Love You, My Boss   Bab 13 Rindu yang Salah

    "Baik-baik di rumah. Kalau butuh belanja sayur, cukup di tukang sayur depan rumah. Jangan keluyuran enggak jelas. Tunggu aku pulang, baru kita cari Arsenio!" pesan Erlangga.Ilona menyunggingkan senyuman. Sudah puluhan kali dia mendengar pesan yang sama dari bibir Erlangga. Gadis itu hanya bisa mengatakan 'iya' sebagai jawaban.Sebuah koper telah digenggam Erlangga. Laki-laki itu berhenti di ruang televisi, lantas berbalik menatap Ilona yang berada di belakangnya. Sementara itu, Ilona mengernyitkan kening. Dia heran dengan polah laki-laki berkemeja kotak tersebut. Padahal, Erlangga ingin ke Jakarta untuk menemui kekasih hatinya. Namun, mengapa dia malah mengkhawatirkan dirinya yang berada di rumah?"Ada apa lagi, Mas?" tanya Ilona."Ingat pesanku!" tegas Erlangga."Iya. Iya. Iya. Aku tahu My Boss paling ganteng. Jangan khawatirkan aku. Tenang saja."Mendapat jawaban yang begitu manis, Erlangga merasakan sesuatu yang berbeda. Dadanya me

  • I Love You, My Boss   Bab 12 Cerita Senja

    Erlangga tidak pernah mengingkari janjinya. Dia sengaja pulang dari kantor lebih awal hanya untuk mengajak Ilona ke pantai. Selama perjalanan, mereka saling diam. Masih ada rasa canggung antara keduanya sebab pelukan tiba-tiba pada pagi hari. Di boncengan motor Erlangga, Ilona duduk sedikit menjaga jarak. Dia takut berbuat di luar batas lagi. Ilona tahu, tidak sepantasnya dia memeluk Erlangga. Akan tetapi, dia hanya refleks karena bahagia. Nyatanya, pelukan itu menimbulkan perasaan berbeda di hati. Ilona selalu berdebar setiap melihat si pemilik rumah. Sialnya, mobil Erlangga sedang tidak di rumah dan mereka harus pergi naik motor. Selama perjalanan, Ilona menikmati indahnya Kota Yogyakarta. Kota tersebut termasuk daerah yang ramai dan menjadi tujuan berwisata. Selain itu, di sana termasuk tujuan untuk mengenyam pendidikan di tingkat perguruan tinggi. Dahulu, Ilona pun bermimpi bisa kuliah di Yogyakarta. Akan tetapi, Janu tidak merestuinya. Dia tidak ingin anak perem

  • I Love You, My Boss   Bab 11 Pelukan Itu

    "Ke mana si Ilona, Pak? Sudah beberapa minggu, tetapi belum ada kabar tentang dia. Kalau Ilona terjerumus pada hal yang ndak-ndak gimana?" Rahma memijit kening yang berdenyut. Sejak Ilona pergi, dia tidak pernah tidur nyenyak.Sementara itu, Janu yang duduk di kursi lain tampak berpikir keras. Dia sudah berusaha mencari Ilona di beberapa tempat di Yogyakarta. Akan tetapi, belum ada kabar tentang gadis itu. Dia sendiri dilanda bingung sebab sahabatnya, Lukito, selalu menanyakan perihal Ilona."Pak!" bentak Rahma."Lalu, Bapak harus gimana, Bu? Bapak sudah berusaha mencari ke beberapa tempat di Yogya. Terutama di sekitar terminal. Tapi, Ilona belum ketemu." Nada suara Janu sedikit meninggi, kesal selalu di desa. Padahal, dia pun sedang berpikir keras mencari cara untuk menemukan sang putri."Ibu enggak mau tahu, temukan Ilona secepatnya, Pak! Dia anak kita satu-satunya. Ibu enggak akan memaafkan Bapak kalau Ilona sampai kenapa-napa!"Rahma bangkit, l

  • I Love You, My Boss   Bab 10 Kenangan Masa Lalu

    "Aduh! Mas Erlangga marah enggak, ya. Aku putar musiknya malah agak kencang. Tamunya Mas Erlangga dengar enggak, ya?" gumam Ilona di dalam kamar. Beberapa kali gadis itu mendengarkan keadaan luar dari melalui pintu kamarnya. Dia takut jika persembunyiannya sampai diketahui. Sunyi. Ilona tidak dapat mendengar apa-apa di luar kamarnya. Dia kembali menajamkan pendengaran. Nihil. Suara Erlangga dan sahabatnya tidak terdengar sama sekali. "Apakah mereka pergi? Apakah Mas Erlangga sudah berhasil membawa tamunya keluar rumah?" ucapnya lagi. Ilona hendak meraih kenop pintu, tetapi nada dering ponsel miliknya lebih dahulu terdengar. Gadis itu segera meraih ponsel di nakas. Sebuah pesan dari pemilik nama Erlangga masuk di aplikasi hijau miliknya. Tidak menunggu lama, Ilona segera membukanya. [Dasar! Hampir

DMCA.com Protection Status