Awas Typo:) Happy Reading .... *** "Come, Dude, aku tidak akan mengganggu waktumu dan Regina, juga tidak akan membuat keributan, santai." "Pegang kalimatmu atau kau ketendang dari sini." Tepat pukul lima sore Raymond sudah pulang bekerja, pria itu sengaja menyelesaikan semua pekerjaannya secepat mungkin, ada satu hal yang ingin pria itu lakukan, sudah pasti berkaitan dengan Regina. Well, tanpa diundang Jefri pun ikut menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin, pria itu merengek ingin ke rumah Raymond, apalagi tujuannya? Yasudah pasti Julia lah. So, di sinilah dua pria tampan itu. Si psikiater tampan dan CEO sinting, melangkah memasuki rumah yang terasa sangat sepi. Cklek. Pintu kamar terbuka. "Loh, Abang udah pulang?" Itu Regina yang baru keluar dari kamar, si wanita mencepol rambut asal bersama kaos polos dan celana pendek. "Kok cepat banget, Sayang?" lanjut bertanya, Regina melangkah mendekati Raymond dan Jefri, dua pria itu duduk di sofa ruang menonton, satu membuka sepatu da
Awas Typo:) Happy Reading .... *** "Kelemahan kamu dimenahan napas, kita fokus di sana terlebih dulu," ucap Raymond menahan tubuh Regina dengan cara memeluk pinggang istrinya itu, Regina sendiri memeluk leher Raymond, harus diingat dia tidak bisa menapak di lantai kolam. "Oke, tapi bertahap ya," pinta Regina sudah menarik oksigen, menabung sebelum harus masuk ke dalam air. "Sepuluh detik?" tanya Raymond menatap paras cantik istrinya, begitu cantik walau belum mandi. "No! Tiga detik." "Are you kidding me?" "Enggak, Abang, serius kok. Tiga detik dulu, baru lima, baru delapan, baru sepuluh," jawab Regina sangat terdengar bersemangat. "Lima, sepuluh, lima belas, dan seterusnya, oke?" tawar Raymond, "Hm ...." Regina berpikir, dia sedang menimbang apakah dia bisa? Tapi masa iya lima detik saja tidak bisa, anak SD saja tamat, yakali dia kalah. Oke fine! "Oke, tapi jangan lepas tubuh seksi ini, kalau dilepas aku marah," setuju dan mengancam, Regina memasang mimik sok seram yang jatu
Awas Typo:) Happy Reading .... *** Regina turun dari mobil saat pintunya dibukakan oleh Thomas, ia pasang senyum kaku nan canggung sebab merasa sangat tidak enak hati. Sumpah Regina tidak menyangka suaminya akan seprotect ini, Raymond Arthur William yang terlihat hidup sederhana walau nyatanya uang melimpah kini mulai memperlihatkan kekayaannya karena Regina. "Hm ..., Thom aku rasa kau tidak perlu ikut masuk," ujar Regina pasang cengiran kaku. "Tidak bisa, Miss, saya ditugaskan untuk bersama Miss. Saya jamin Miss tidak melihat keberadaan saya." Regina lupa Thomas anak buah sang suami bukan anak buahnya, sudah pasti lebih manut dengan Raymond. "Oke, aku pegang kata-katamu, jangan terlihat," balas Regina mengangguk, lalu membawa langkah menjauh dari mobil. Hah! Dia harus membiasakan diri dengan hal begini. Melangkah, Regina merogoh tas selempangnya, hari ini penyerahan tugas lirik lagu, dan dia juga sudah mulai masuk kuliah, masa cuti yang dibuat seenak jidat oleh sang suami sudah
Awas Typo:)Happy Reading ....***Diam, menunduk menatap kedua kakinya, Regina masih merasakan itu, perasaan terkejut, marah, takut, khawatir. Saat ini dia sedang duduk atas rumput taman kampus, menyatukan kedua tangan dan saling meremas, demi apapun Regina tidak tahu lagi harus mengatakan apa.Jadi ... senyum Maria tadi itu karena si wanita merasa bahagia telah ... damn! Regina tidak akan memasukan apapun ke dalam otaknya, dia harus kosong, pokoknya kosong! Jika dia berpikir otaknya semakin gila. Tidak tahu harus bagaimana, ada yang bisa memberikan Regina saran? Dia ingin ini segera cepat selesai lalu semua berjalan lancar."Hah ...." Menghembuskan napas, kepala Regina terangkat. Raymond tidak memiliki salah apapun, Regina harus menyadarkan Maria dari kegilaan yang sudah dimulai oleh wanita itu, sebelum semakin mengerikan, semakin runyam.Sejenak mengambil botol air mineral yang ia bawa di dalam tas, Regina meneguk agar lebih tenang. Setelah itu
Awas Typo:) Happy Reading .... *** Raymond merapikan barang-barang bawaannya, kelas sudah kosong dan dia siap pulang, tidak hanya membawa tubuh sendiri, tapi pun membawa Regina yang sedang melangkah menuju dirinya. "Aku tunggu bayaranmu telah duduk di sana, Miss William," ucap Raymond detik Regina berdiri di sisi lain meja mengajar. Tubuh Regina maju, condong ke arah tubuh Raymond. Cup. Satu kecupan mendarat di atas ubun kepala si pria yang sedang menunduk. Mengangkat kepalanya, Raymond menatap Regina. Sekarang keadaan terbalik, wanitanya yang menunduk. Bukan hanya menunduk, Raymond pun menangkap ada bibir yang tergigit kecil, penuh gugup. Menghela napas lah Raymond, meletakan apa yang ada di dalam genggaman, memilih mengambil langkah mendekati Regina. Untuk itu dia harus memutari meja, tapi tidak butuh waktu lama, hanya tiga detik Raymond sudah berdiri tepat di depan istrinya. Ia sandarkan tubuh ke sisi meja, lalu ia angkat naik tangan kanan guna menjangkau pergelangan tanga
Awas Typo:) Happy Reading .... *** "Cerita sama aku apa rencana Abang?" tanya Regina menatap Raymond yang sedang memijat lembut kaki kanannya. Saat ini mereka tengah berada di kamar mandi, tepatnya berendam bersama di bathub atas keinginan Raymond. "Nothing," jawaban santai. "Aku serius, Abang." Raymond melirik, menurunkan kaki Regina lantas membuka kedua tangannya. Oh ya sudah pasti si istri bergerak cepat membawa punggung terpisah dari bathub, menghampiri tubuh suaminya hingga air penuh busa itu mengalami ombak kecil. Regina memeluk pinggang Raymond, menjatuhkan dagu ke atas dada si suami. Hening, belum ada kalimat, mereka berdua saling menatap. Tangan kanan Raymond naik menyentuh kecil rambut-rambut nakal Regina yang keluar dari cepolan wanita itu, persis seperti tuannya, nakal, tidak bisa diatur. Kemudian tangan itu beralih menuju pipi gembil Regina, tidak gembil-gembil banget, namun, masuk kategori chubby. Cup. Raymond membawa bibirnya mendarat ke atas dahi Regina ya
Awas Typo:) Happy Reading .... *** Maria menyimpan kedua tangannya ke dalam saku celana, dia tahu dia mulai diawasi, dipantau dan, begitu waktunya pas pasti dia kembali ditarik oleh anak buah Raymond. Melirik ke belakang tubuh. "Fuck!" Maria mendapati Bio berdiri tepat di belakang tubuhnya. Kalau ada yang penasaran Maria di mana, wanita itu sedang berada di kampus Regina, menunggu bermaksud ingin bertemu, namun, agaknya hari ini adalah hari sial untuk Maria. "Bergerak artinya membuat keributan," bisik Bio to the point. Maria diam, ia bawa keluar kedua tangannya dari saku celana. "Dibayar berapa sih?" tanya Maria berbasi-basi. Sekarang gantian, Bio yang diam. Pria itu sudah sangat siap membawa wanita ini ke hadapan bossnya, terutama sang ibu boss yang tadi pagi marah-marah padahal Bio tahu si ibu boss setengah mampus ketakutan. Satu ..., detik mulai bergerak dan yang menghitung adalah Maria. Dua ..., apa niat wanita itu? Kenapa mengambil ancang-ancang? Ti ..., ga! "Lepaskan aku
Awas Typo:) Happy Reading .... *** "Hiks ..., hiks ...." "Aku baik Regina." "Hiks ..., hiks ...." "Regina." Iya itu yang terisak Regina. "Hiks ...." Istri Raymond yang imut nan cantik, tak juga kunjung berhenti terisak. "Hah ...." Menghela napas, Raymond menatap tangan gemetar Regina yang sibuk mengobati tangannya. "Sayang ...." Semakin lembut lah suara pria itu. "Diam," sinis Regina mulai kejam, wanita itu melirik Raymond, terlihat sekali sangat marahnya. Jujur, Raymond tidak punya pengalaman apapun soal wanita, bagaimana cara membujuk atau cara meredakan amarah seorang kaum hawa. Jadi yang ia tahu ya ini, kembali diam. Memikirkan tindakan apa yang tepat agar segera ia lakukan. Bungkam, keduanya tidak lagi saling berlisan, tapi Regina masih tetap terisak. Ya ahli wanita, tolong beri Raymond saran, dia benar-benar sudah tidak tahu lagi harus apa. Regina menangis bukan semenit dua menit tapi sudah dua jam! Wanita itu tadi menatap bagaimana Laura mengobati tangan Raymond sam