Beranda / Romansa / I Got You / Bagian 33 - Bertemu Maria

Share

Bagian 33 - Bertemu Maria

Penulis: Bee Happy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Awas Typo:)

Happy Reading ....

***

Jam makan siang hari ini, hari setelah Regina mempertanyakan kira-kira apa yang sahabatnya alami, Raymond dan istrinya itu kini tidak pakai tunda menunda sudah berdiri tepat di atas lantai kamar kos Maria. Maria yang masih duduk bersama wajah pucat di atas ranjang.

Wanita itu terus menatap Raymond, begitu pintu terbuka, maka Raymond diberi sambutan sebuah pancaran tak senang ala seorang kaum hawa berumur 25 tahun.

Point pentingnya bukan itu, serius bukan itu. Lalu apa? Point pentingnya adalah ..., Maria menatap Raymond dengan pancaran yang luar biasa sinis! Bahkan jika Raymond tidak salah tangkap, dia yakin ada kebencian dari tatapan Maria. Pertanyaannya, why? Bukankah mereka baru pertamakali bertemu?

Ya, mereka baru pertamakali bertemu. Dan ya, satu kata tanya yaitu kenapa pasti terlontarkan.

"Ri, kenalin ini suami aku, Raymond Arthur William," ujar Regina membuka kata, wanita itu berdiri tepat di samping Raymond yang terlihat membalas tatapa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
ara~>125
mungkin kelainan.... eee Maria... Lesbi? may be
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • I Got You   Bagian 34 - Mahal versi Regina

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Well, sepanjang perjalanan dari kos Maria menuju apartemen Raymond keadaan hening, tidak ada suara. Si nyonya muda William mendadak jauh lebih kalem, menutup mulut serapat mungkin sambil membuang wajah dari si mister William. Jujur, Raymond tahu apa yang membuat Regina bersikap begitu, asli deh istrinya ini memang beda, unik kalau kata Raymond. "Hkm-hkm!" berdeham, Raymond cari perhatian dulu. Krik, krik, krik. Sayang bukan Regina yang tertarik, justru si jangkrik sialan. Sekarang menarik napas, Raymond melirik. Kalau boleh dia akan berkata, duh cakep benar istriku walau sedang buang wajah. Tapi mana mungkin, bisa-bisa putus urat gengsi selangit milik Raymond. "Regina," memanggil. "Hm?" menyahut seadanya. "Aku mau bertanya." "Aku nggak mau jawab." Nahkan! Ngambeknya lebih-lebih perawan pasti. "Aku serius, Re." "Aku nggak bercada." Mampus sudah, mampuskan saja Raymond Arthur Willam. "Dulu kenapa kamu mau ngejar aku?" Serobot ajalah, sia

  • I Got You   Bagian 35 - Makan Besar

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Dikarenakan mereka yang belum makan siang, adegan yang kembali terjadi masih sama seperti kemarin. Dimana Regina ke dapur sedang Raymond duduk di meja kerja. Dalam hati Raymond hanya satu, pokoknya ia harus selesai mengerjakan pekerjaanya hari ini dan ..., hkm! Itulah, honeymoon. Well, Regina bersama senyum cerah nan berseri-seri membuka kulkas, melihat sisa stok makanan di sana, harus ia habiskan agar pulang ke rumah belanja stok baru saja. "Abang, mau aku masakin apa?" tanya Regina bersama nada sedikit berteriak. Tidak ada jawaban, bagus, suaminya pasti sudah masuk ke dalam dunia menyebalkan namun sumber rezeky mereka. "Ck!" berdecak kesal lah Regina, bisa-bisanya pria itu selalu tuli. "Aku masakin daging oseng aja ya!" Bodo amat tidak disahuti, Regina akan tetap berucap. Sekarang wanita itu mengambil semua bahan yang ia perlukan. Biar ini Melbourne, dan biar ini kulkas Raymond, namun entah kenapa tetap ada bahan-bahan untuk memasak masakan k

  • I Got You   Bagian 36 - Honeymoon?

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Membuka mata pelan-pelan. "Hoam!" Juga menguap, itu adalah ulah Regina Adinda Putri istri dari Raymond Arthur Willam. Regina langsung mengerutkan dahi begitu melihat sekitarnya, di-dia ..., ada di dalam pesawat! Apa pula ini? Apakah Regina diculik? Menegakan duduk dengan cepat, nyonya muda Willam menoleh menatap ke luar jendela pesawat yang berada di sisi kiri tubuhnya. Gila, gila, gila! Pemandangan di luar sana hanya ada hamparan awan. Maka sekarang waktunya Regina menoleh ke kanan tubuh. "Abang!" Taraaa! Pemandangan kedua Regina adalah suaminya sendiri, suaminya yang sedang duduk menyandarkan punggung membaca satu majalah, bersama pose kaki kanan memangku kaki kiri. Tidak ada sahutan, Raymond masih diam dan fokus. "Abang, kenapa kita di pesawat? Wait-wait, aku mimpi ya?" Habis bertanya dengan Raymond, Regina pun bertanya kepada dirinya sendiri. Menunduk, ciuttt. "Argh!" Regina meringis detik ia mencubit tangannya sendiri, si gila ternyata

  • I Got You   Bagian 37 - Maria?

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** "Sesekali tuh manut kenapa sih, Bang, nurut sama istri, jangan istri aja yang disuruh nurut sama suami." "Ingat-ingat lagi," sahut Raymond tanpa menatap Regina, si pria tengah sibuk dengan layar kecil di hadapannya. Setelah membaca majalah agaknya Raymond mau menikmati satu movie sebentar. "Apanya? Apa yang harus aku ingat?" tanya Regina mendekatkan tubuh dengan suaminya. "Berapakali aku mengikuti kemauanmu." "Itu ...." Tidak bisa melanjutkan kalimat, Regina menghela napas kecil. Iya sih, Raymond lebih banyak menurut padanya. "Ck, tapikan kali ini untuk kesehatan kamu juga. Bang, untuk apa kaya kalau endingnya itu uang habis untuk ke rumah sakit, mau sakit ha? Mau?" Memeluk lengan kiri Raymond yang ada di dekatnya, Regina menjatuhkan dagu ke atas bahu lebar suaminya. Saat ini sudah pukul sembilan pagi, tapi masih waktu Melbourne. Namun ya tetap saja, sembilan pagi loh. Raymond tidak ada tidur, kalau kurang waras harusnya jangan gitu juga. "P

  • I Got You   Bagian 38 - Sayang?

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Menatap wajah Raymond yang terlelap adalah kegiatan Regina saat ini, mungkin wanita itu sudah sekitar tiga puluh menit menatap wajah suaminya, menikmati paras yang tidak mempengaruhi Regina saat pertama mereka bertemu. Berani sumpah Regina memang tidak memandang fisik Raymond, ia tertarik karena sikap yang pria ini perlihatkan kepadanya pertamakali. Menarik napas, tangan kiri Regina terangkat, jatuh ke atas rahang kanan Raymond, membawa kepala si pria untuk menghadap dirinya. "Udah cinta belum ya?" bergumam tanya. "Nggak ngerti ini apa, tapi aku selalu khawatir sama kamu, Ray," berbisik, kepala Regina maju lebih mendekat agar jarak wajahnya dan wajah Raymond semakin menipis. Detik bergerak, diam dan menatap adalah kegiatan Regina. Mau tahu apa isi kepala wanita itu? Lumayan banyak, dan hampir rata semua yang berhubungan dengan Raymond Arthur William. Mengusap lembut rahang Raymond dengan ibu jarinya, Regina tersenyum lembut. Dia merasakan itu,

  • I Got You   Bagian 39 - Ya

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Diam, hanya saling menatap. Regina menelan liur, sebarbar apapun dia, ini ..., urusan perasaan bukan? Sudah pasti wanita itu akan merasa gugup. Apalagi Raymond menatap sangat intens, sabar pula menunggu walau mereka berdiiri di tengah-tengah bandara internasional Soekarno Hatta. Oke-oke, beri waktu Regina menarik napas sejenak. Huh! Juga berikan dia beberapa detik untuk menghembuskan napas. "Iya." Dia jawab tegas. Sekarang gantian, beri Raymond waktu untuk menangkap jawaban Regina. Ini ..., serius istrinya mengaku? "Iya, Abang, aku sayang. Ya perasaannya bertahap dulu ya," jeda. "Pertama suka, terus sayang, besok ..., cinta," lanjut Regina menggigit bibir bawahnya kecil. Dalam hitungan ketiga Regina digendong ala-ala karung beras oleh Raymond. "Abang!" "Shut up," sahut Raymond menarik koper mereka dengan tangan satunya yang tidak menahan tubuh Regina. Coba-coba, apa yang akan Raymond lakukan kali ini? **** "Egh ...," mengerang, Regina ber

  • I Got You   Bagian 40 - Mau

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Ternyata oh ternyata Raymond sudah menyiapkan semua keperluan mereka berlibur sebaik mungkin, pria itu ingin trip selama tiga sampai lima hari dengan Regina di pulau Jawa, hanya Jawa ujung ke ujung. Jadi kota-kota yang ada di sini adalah incaran Raymond, hal uniknya mereka pergi tanpa supir, benar-benar hanya mereka berdua. Lalu untuk apa keturunan William itu meminta disediakan apartemen di Jakarta? Satu jawabannya, hanya untuk istirahat satu malam agar jet lag hilang terlebih dulu. Lucunya ternyata bukan hanya untuk menghilangkan jet lag, apartemen itu saksi bisu Regina berulang kali mengerangkan nama suaminya penuh rasa sayang. Juga menjadi saksi bahwa Raymond bahagia mendengar pernyataan si istri. "Abang yakin tanpa supir? Nanti Abang capek bagaimana?" "Yakin." Sekarang mereka berdua sama-sama sedang sibuk, Regina sibuk mengepang rambut, Raymond sibuk mengabari bawahannya agar ia tidak diganggu selama seminggu ini, kecuali ada hal yang san

  • I Got You   Bagian 41 - Liburan Bentar

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** "Yuhuuu liburan!!!" Regina berteriak kuat mengangkat kedua tangannya. Raymond yang mendengar dan melirik itu tersenyum kecil, terus menyetir mobil Lamborghini pesanannya. Ya benar sekali, mereka sudah di jalan, dan detik ini sudah memasuki tol. Incaran pertama Regina adalah Jogja, dan Raymond memenuhi permintaan itu. Ini memang liburan mereka, maka apa yang Regina minta sebisa mungkin akan ia kabulkan, termasuk menjadikan Jogja sebagai kota pertama. Well, setelah berteriak kuat Regina menoleh ke arah Raymond, sumpah suaminya terlihat sepuluh juta kali lebih tampan saat menyetir sesantai itu, mana sedang memakai kacamata hitam lagi, semakin menjadi-jadi saja. Regina pun yang memakai kacamata mendorong benda itu ke atas kepalanya, pasang senyum lebar penuh rasa bahagia. "Abang!" memanggil Raymond. "Abang, aku mau nyetir! Boleh ya?!" lanjut menyuarakan apa yang ia mau, Regina langsung mendapatkan jawaban, "Tidak." "Abang please, setengah jam saj

Bab terbaru

  • I Got You   Bagian 94 - Halaman Tertutup (Thanks)

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Cklek. Raymond membuka pintu kamar mandi bertepatan dengan gerakan tangan istrinya yang duduk ke pinggir ranjang, memakai kaos super kebesaran milik Raymond sendiri. Mereka baru selesai, tepat pukul satu siang dan thanks tidak ada yang mengganggu. Gairah Raymond rasanya tidak habis kepada Regina, selalu berdebar setiap menyentuh kulit lembut sang istri. Memang yang halal rasanya jauh jauh jauh!!! Lebih nikmat. "Husband ...." Regina memanggil lirih sambil menoleh untuk menatap Raymond yang diam bersandar di ambang pintu kamar mandi, dan hal itu sudah membuat Raymond siap bertempur lagi jika tidak ingat kondisi kehamilan wanita itu. "Iya, Sayang, ada apa?" menyahut tanya, tangan Raymond terlipat di depan dada. Regina bergerak berdiri, berbalik menatap suaminya yang pun menatapnya. "Kerja?" tanya Regina mengusap keringat sendiri di bagian leher dengan punggung tangan. "Tidak minat," jawab Raymond sambil tersenyum kecil akan pemandangan seksi itu

  • I Got You   Bagian 93 - Special Bukaan Puasa

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** "Aku janji akan pelan." Tangan Raymond menyentuh pipi kiri Regina, mengusap dengan gerakan lembut namun erotis. Regina memejakan mata, menikmati apa yang memang ia incar, sentuhan suaminya. "Janji?" tanya Regina masih menikmati usapan jari Raymond di pipi. "Of course." Regina membuka mata, menatap Raymond yang sudah menindihnya. "Suamiku tidak bekerja?" Oh ya ayolah, kenapa bertanya perihal itu jika adik di bawah sana sudah menggeliat bangun? "Setelah makan siang?" Raymond balik bertanya, mencoba sabar walau tenggorokannya sendiri sudah tercekat oleh gairah. Masa bodoh dulu dengan kerjaan, sebulan lebih dia berpuasa, belum lagi kemarin lembur, biarkan Raymond melepas lelah. "Oke, sini." Lembut Regina tersenyum genit yang langsung disambut Raymond dengan lumatan manis ala mereka. Raymond mendapatkan lampu hijau tentu harus mengumandangkan janjinya dalam otak, pelan, harus lembut. Argh! Sebulan lebih Raymond berpuasa, sudah seperti bulan ramadh

  • I Got You   Bagian 92 - Special Kode Suami

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Raymond ada di posisi urut pelipis sebab keinganan aneh Regina. Ini masih terlalu pagi, perlu diketahui jarum jam masih menunjukan angka tiga pagi. Dan kepala Raymond serasa siap meledak karena mata lelah dan telinga menjerit marah. "Husband ...." Istrinya merengek lagi dan dia bingung mau bagaimana. "Abang ...." Kalau boleh Raymond memilih, ia lebih memilih mengurusi semua pekerjaan saja daripada mendengar rengekan Regina dikala matanya sangat amat berat. "Regina, kita tunggu matahari naik," bisik Raymond yang sudah duduk di atas ranjang, menoleh lemas ke arah istrinya yang menatap cemberut. "Babynya mau sekarang!" Regina mulai memakai nada ngegas. "Kita cari ke mana, Re?" tanya Raymond pada Regina bersungut-sungut lelah agar wanita itu paham. For your information, Raymond baru pulang pukul satu sebab lembur memeriksa essai mahasiswa, dan begitu pulang Raymond belum bisa langsung tidur karena masih harus mengisi beberapa pendataan ke dalam

  • I Got You   Bagian 91 - Happy Ending Happy Reader

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Raymond melumat bibir Regina, kali ini dengan gairahnya. Jika tadi sesi mereka saling mengungkapkan isi kepala dan hati maka sekarang sesi Raymond Arthur William menerima hadiahnya. "Hah ...." Napas Regina terengah. Well, nyonya muda William sudah menyiapkan itu. Setelah acara syukuran Raymond sangat sibuk bekerja, suaminya jauh lebih sibuk dari yang Regina bayangkan, maka dari itu hadiah darinya double. "Suamiku tegang aku senang," bisik Regina genit, sukses membuat Raymond menggendong tubuhnya ala ibu koala. "Kita butuh kamar utama." Raymond juga berbisik, segera mengambil langkah menuju anak tangga. Kepala Regina mengangguk, senyumnya masih genit pakai banget. Oke jangan ragukan Regina Adinda Putri dalam menggoda Raymond Arthur William, wanita itu sudah wisuda, tamat! Bersama mata yang saling menyelami, bersama debaran yang saling terasa, Raymond selalu memimpin, maka kakinya melangkah lembut menaiki anak tangga. Cklek. Tidak mau lama-la

  • I Got You   Bagian 90 - Hadiah

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** "Udah kali natapnya, Abang, nanti tambah cinta baru tahu," ujar Regina tersenyum bersama kepala menunduk, wanita itu sedang sibuk memotong bolu gulung buatan suaminya sendiri. Raymond diam, tidak menjawab. Pria itu mana ambil peduli, selama ia mau maka akan ia lakukan. Well, detik ini jarum jam sudah ada diangka setengah dua belas malam. Awan tidak mungkin masih bergabung dengan kedua orangtuanya, anak itu sudah terlelap di dalam kamar, Regina sendiri membuat pesta kecil-kecilan berdua dengan sang suami. Mereka duduk di meja makan, niatnya akan pindah ke ruang televisi, tapi tunggu, Regina ingin mencicipi hasil tangan Raymond bersama Awan. "Selesai," ujar Regina setelah memindahkan dua potong bolu gulung ke atas piring. Kepala Regina terangkat dari tunduk, menatap ke arah Raymond yang ternyata oh ternyata masih betah menatapnya. "Udah jatuh cintanya?" tanya Regina bermaksud menggoda si suami. Raymond tersenyum manis, sangat tiba-tiba! Jangan

  • I Got You   Bagian 89 - Keluarga Kecil William

    Awas Typo:) Happy Reading... *** Raymond tidak tahu lagi harus berkata apa. "Hahaha!!! Daddy, lucu!" "Ah ..., suamiku seksi." Ia habis-habisan ditertawai oleh Awan karena permintaan konyol istrinya sendiri, mana yang minta pakai acara menatap mupeng segala alias muka pengen. Ya Tuhan. Raymond tidak tahu harus malu atau bangga, satu sisi ditertawakan, satu lagi ditatap penuh cinta. Jadi, dia memilih keduanya, malu dan, bangga. "Awan, diam atau Daddy ke sana?" tanya Raymond sedang menuang tepung ke dalam mangkuk sedang. Istrinya meminta bolu, sudah pasti ia butuh tepung juga pengembang. "Awan saja yang ke sana!" Semangat Awan menyahuti, si gadis kecil itu menoleh menatap ke arah Regina. "Boleh, 'kan Mom?" Meminta izin kepada mommynya. "Hm? Ya, sure. Ganggu daddy," jawab Regina pasang senyum manis. Tentu saja ia memberi izin, sedang ia bayangkan Raymond bekerjasama dengan Awan untuk memenuhi keinginannya, pasti manis. "Okay, Mommy juga belgabung kalau ingin," bisik Awan, mengec

  • I Got You   Bagian 88 - Ngidam? Masa?

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** "Abang janji akan pulang pukul delapan, awas kalau telat, aku usir dari kamar." "Masih pagi, Re," balas Raymond menarik tali pinggangnya. "Karena masih pagi itu aku ingatkan." Oke, Raymond kalah. Ia tidak mau melawan istri yang semakin hari semakin bawel saja, dan semakin hari semakin posesif, sungguh Raymond tidak tahu apa yang salah dengan istrinya. Namun, saat ia bertanya pada mama, si wanita paruh baya yang melahirkannya itu berkata, sudah wajari saja, namanya juga sedang hamil, Ray. Begitu. "Sini." Tiba-tiba Regina sudah berdiri saja di depan tubuh Raymond, mengambil alih pekerjaan tangan si suami yang sedang memakai tali pinggang. Kalau kata Regina, dikarenakan Raymond bekerja tanpa dasi yang membuat ia tidak bisa melakukan adegan seperti di novel dan film, maka pekerjaan mengancing kemeja atau memakai tali pinggang menjadi urusan Regina. Aneh? Sangat! Raymond pun merasakan itu, istrinya terlalu menikmati tapi Raymond terlalu sengsara k

  • I Got You   Bagian 87 - Semoga

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** What?! Kedua netra Regina membulat mendengar kalimat suaminya. "Mau!!!" Awan sendiri berteriak kuat, membuat kedua netra Regina semakin membulat saja, tidak hanya itu, semua mata auto menatap ke arah si anak. Senyum kecil Raymond terbit, untuk Awan Putri Letta. "Oh my god!" gumam Awan terkejut ala-ala anak enam tahun. Si cantik dengan rambut pirang itu menutup mulut menganganya karena mendapati senyum manis seorang Raymond Arthur William, walau kecil. "Oke, welcome to my life, Awan." Titik, Raymond menggerling sebelum pergi dari hadapan dua kaum hawa berbeda usia. ***** "Abang, are you serious?" Raymond baru menegak jus digelasnya, lantas suara Regina sudah terdengar saja. Cepat juga si istri sadar dari keterkejutan. "Ya," jawab Raymond santai, kembali melanjutkan kegiatannya. Kedua mata Regina berkedip, ini dia berhalusinasi apa bagaimana? Dia mabuk ya? Tapi wait, sejak kapan dia meminum alkohol? Artinya dua kemungkinan, ini nyata atau m

  • I Got You   Bagian 86 - Syukur

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Raymond tidak bisa berkata-kata, serius. Demi para leluhur, rumahnya yang biasa seperti kuburan alias sunyi sepi senyap, kini layaknya pasar pagi, ramai heboh dan gila. Apa yang bisa Raymond lakukan dengan kondisi seperti ini? Tidak ada, hanya berdiri, diam, melihat. Sangkin luar biasanya keturunan William itu tidak bisa berkomentar lagi. Look, halaman belakang rumahnya penuh oleh anak-anak, dari yang usianya sekitar enam tujuh tahun, hingga sembilan sampai sepuluh tahun. keuntungan di sini hanya satu, untung halaman rumahnya, bukan di dalam rumahnya. "Hi, ganteng!" Terdengar sapaan dari belakang tubuhnya, Raymond tahu itu sang istri- Regina. "Kamu tidak mengatakan sebanyak ini." Langsung berujar to the point, Raymond melirik sang istri yang bergerak memeluk lengannya, manja sekali. "Ya namanya anak yatim, Sayang, paling tidak dua sampai tiga puluh lah." Iyaps, right! Benar sekali. Di rumah yang Raymond bangun dengan hasil keringatnya sendir

DMCA.com Protection Status