Beranda / Fantasi / I Can See You / 74. Menjemput Kebenaran

Share

74. Menjemput Kebenaran

Penulis: Dwi Sartika Juni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Keadaan sekitar seperti tanpa kehadiran siapapun. Sepi, senyap tidak ada tanda kehidupan. Rigel kebingungan dengan sesekali menyeka darah yang juga mengalir ke keningnya, hampir mengenai mata, mengaburkan pandangannya.

Sesuatu terjadi di sini. Di Yellow Rose High School, dan di sekitar jalanan ini. Dengan sangat putus asa, Rigel kembali masuk untuk memastikan keadaan Nova. Melihat gadis itu kini terjaga dengan kedua mata yang samar-samar ingin menutup kembali.

“Hei, kau baik-baik saja?” Pertanyaan konyol. Jelas Nova tidak baik-baik saja dengan setengah tubuh ke bawah yang terjepit.

“Aku berusaha untuk tidak tertidur seperti saranmu, Rigel. Kau tahu, saat ini aku sangat-sangat mengantuk.” Nova tertawa dengan seyum miris, tenggorokannya terasa kering.

“Aku butuh ponselmu, apa kau membawanya?” Rigel mendekat, membungkuk ke samping Nova. Ponsel miliknya kehabisan daya baterai.

Menggeleng lemah, Nova ingat bahwa dia p

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • I Can See You    75. Sosok Asing Dengan Wajah Serupa

    Semua perasaan bersalah Rigel bertumpuk. Itu artinya Cassie Nova tidak akan ada di kehidupan selanjutnya. Kehidupan terakhirnya ada di masa depan. Delapan tahun kemudian. Sedangkan di masa itu, Nova sudah memilih mengakhiri hidupnya.“Dewa Air ingin aku yang disalahkan atas semua ini?” Rigel bertanya pada dirinya sendiri. Bicara dengan perasaannya yang mulai membeku.“Dia hanya ingin menyelamatkan Putranya dari kematian.”Rigel menoleh. “Maksudmu?”“Jika kau kembali. Kau akan lihat Austin bunuh diri di kamarnya saat ini. Itu karena kau yang tidak kunjung pulang ke masa depan. Dia mengira kau gagal.”Rigel mendekati Vanth, menarik kerah kemejanya dengan marah. “Dari mana kau tahu itu, hah? Jangan coba-coba memprovokasiku! Jangan membodohiku, jangan menipuku!” Rigel berteriak, sangat marah.Vanth tersenyum, mengangkat kedua bahunya dengan ekspresi wajah dingin karena tidak menyukai ca

  • I Can See You    76. Membiru

    “Aku tidak tahu.” Rigel melepas lengannya dari cengkeraman keputusasaan Galenia.“Itu artinya, ada harapan untukku.” Galenia mengepalkan tangannya yang tak lagi mencengkeram lengan Rigel. Dia tersenyum, berhasil tidak diketahui Rigel bahwa senyum itu tanda kemenangan untuknya.“Terserah kau saja.” Rigel melesat pergi, secepat yang dirinya bisa, walau tidak secepat angin. Percuma dia memberitahu Galenia. Lagipula, Rigel tidak berniat memberitahu gadis itu bahwa dia akan segera kembali ke asalnya.Rigel sudah berjalan tidak tentu arah, tapi ada koneksi yang dia tidak tahu berasal dari mana, lalu menggiringnya ke sebuah tempat. Seperti kebun, ya, kebun apel.Berdiri di bawah beratus banyaknya pohon apel yang sedang berbuah, Rigel melihat semua apel yang merah dan ranum itu bergelantungan tertimpa air hujan. Meciptakan bulir-bulir mirip tetesan embun di permukaan buahnya.Sejauh matanya memandang, sekitar sepuluh met

  • I Can See You    77. Berpisah Dengan Masa Remaja

    Air mata Rigel benar-benar mengalir tanpa berniat ditutupi. Dia berdiri di antara para bawahan Dewa Air dan tidak melihat Austin Cadee di sana. Tubuh Nova sudah lenyap bersama peti yang ditelan ombak besar, lalu menghilang.Tubuh Rigel sudah sepenuhnya kering, tapi tidak dengan air matanya. Membiarkannya tetap mengalir sampai dirinya bertemu Dewa Air di salah satu tempat pria itu beristirahat.Dewa Air duduk di salah satu kursi kebesarannya ditengah ruangan itu. Menatap Rigel dengan matanya yang berwarna sebiru lautan. Tersenyum bijaksana, tidak tampak kekejian maupun kelicikan di wajahnya.“Selamat datang, Rigel Auberon.”Rigel tidak ingin basa-basi. Dia masih berduka. Dirinya juga ingin pulang segera ke masa seharusnya dia berada. Diam dan berdiri mendengarkan adalah tugasnya saat ini.“Aku ingin kau memahami bahwa sikap serakah Putraku tidak bisa dilanjutkan. Dia terus mencintai manusia yang sudah ditakdirkan memiliki kutukan y

  • I Can See You    78. Greet Dari Beryl

    “Sia?” Mulut Rigel terbuka sedikit karena terkejut, tidak paham pada apa yang dilihatnya sekarang.Wanita itu terkejut, ada senyum lebar menggodanya yang berangsur-angsur menghilang dari wajahnya. “Kau tahu namaku asliku?”Rigel menautkan alisnya. Di kehidupan ini ternyata Sia memiliki peran yang berbeda lagi. “Ah, itu … tidak, bukan. Maksudku, aku hanya menebak, mungkin,” Rigel salah tingkah. Tidak bisa berkata dengan jelas apa yang sebenarnya ingin diucapkannya.“Tidak mungkin kau bisa menebak dengan tepat nama seorang wanita yang bahkan baru kau lihat hari ini,” bantah Sia, curiga dengan kedua mata memicing. Dia memastikan keadaan dengan melihat ke kiri dan ke kanan, lalu mencondongkan wajahnya menjadi lebih dekat ke wajah Rigel diseberang mejanya., “katakan siapa yang membayarmu untuk memata-mataiku?”Rigel menjatuhkan kepalanya ke belakang sembari menggeram. Ini buruk! Penampilan Sia

  • I Can See You    79. Sandiwara Hampir Merenggut Nyawa

    Ingin rasanya Rigel memeluk dan mengatakan bahwa dirinya sangat merindukan Sia, tapi semua seperti tercekat di tenggorokan, tercegah perasaan keberatannya pada kenyataan. “Aku tidak tahu bahwa ada pria tampan di Beryl yang sombong sepertimu,” sindir Sia. Dia masih bersikeras untuk tetap didekat Rigel meski pria itu bergerak pelan menjauhinya, menjaga jarak. “Kalau begitu, menjauhlah.” Rigel mempersilakan dengan senang hati. Galexia dan Galenia remaja tiba-tiba mendatangi benaknya. Mereka bertiga sama persis. Bahkan sikap mereka juga hampir sama. “Apa kau tipikal pria yang takut pada istri?” Sia tersenyum samar, akan ada banyak tantangan untuk pria yang senang menantangnya. “Ya.” Rigel berharap jawaban dustanya akan cukup untuk mengusir Sia. Sia segera berjalan mundur dihadapan Rigel. Menghadang tanpa menghentikan langkah satu sama lain. Dia hafal semua jalan setapak di sekitar sini. Jadi dia yakin bahwa dirinya tidak akan jatuh atau tersandung

  • I Can See You    80. Menerima Permintaan Greet

    Rigel mengusap wajah dan duduk tidak tenang di sisi ranjang kamar hotel.Mereka, si para pria kekar itu memindahkan Sia ke sini agar tidak ada yang tahu pasti keberadaannya, lalu berdatangan mencari ‘Greet’ dari rumah Teratai.Demi keamanan dan kenyamanan Greet, semua harus sesuai aturan yang entah bagaimana, bisa dilakoni dengan sangat baik.“Tidurlah di sisiku,” pinta Sia. Tangan lemahnya melambai setengah terkulai.“Tidak, aku di sini saja.” Berusaha tenang, saat ini pakaian Sia sudah tergantikan dengan bahan yang nyaman untuknya. Tapi tetap saja itu sangat tipis. Dokter wanita tadi yang menggantikan pakaiannya, bahkan tidak dapat menahan diri untuk tak tersenyum.Memalukan sekali!“Apa aku masih kurang berusaha untuk mendapatkan perhatianmu?”“Kau gila! Hentikan itu.” Rigel membentak, tapi kedua matanya bergerak gelisah.Cemas, jika ada hal

  • I Can See You    81. Gigit Aku!

    Rigel kembali ke hotel setelah tiga jam bersembunyi di rumahnya, guna berpikir matang-matang tentang keinginan Sia. Rumah Rigel di masa ini, bahkan jauh lebih kecil dari rumahnya di Mindiland. Tapi suasananya terasa hangat dan menenangkan. Sekarang Sia tengah mandi, sesekali menjerit memanggil Rigel dan mengancam saat dia menolak untuk menghampirinya. Benar-benar wanita nakal! “Apa lagi kali ini?” Rigel menjerit kesal di luar. Tadi Sia mengeluh karena tidak ada sikat gigi yang tersedia di kamar mandi. “Masuk dan lihatlah sendiri!” Sia balas berteriak. Semakin menambah kekesalan Rigel. Memutar gagang pintu yang bahkan tidak dikunci oleh Sia, Rigel masuk dengan cepat. Sia sedang meraba-raba ke segala penjuru, kedua matanya tertutup busa dari shampo yang memenuhi kepalanya. Mengerang kesal, Rigel berusaha tidak melihat betapa indah dan berbedanya tubuh Sia di masa ini, dibandingkan dengan semua masa mereka bersama, dan saat terakhir kali Rigel me

  • I Can See You    82. Rigel, Cinta, dan Profesi

    Rigel turun dari ranjang dengan gerak perlahan-lahan setelah memastikan Sia benar-benar tidur dengan nyenyak.Tadi di rumah dia sudah mengambil ponselnya yang tergeletak begitu saja di sofa tamu. Sekarang saatnya dia bertemu Yoan dan melepas lelah dari percintaan yang sudah menahannya berjam-jam lamanya.[Kau di mana? Mau minum kopi bersamaku?]Sepersekian detik, Yoan menghubunginya. Berlari ke kamar mandi, Rigel menjawab panggilan dengan hati-hati.“Hei, bukankah harusnya kau selesaikan dulu pekerjaanmu?” sapa Yoan di sana, ditengah kebisingan orang-orang.“Ah, itu ...” Rigel tidak tahu apa pekerjaannya di masa ini dan di mana tempatnya. Dia benar-benar lupa memeriksanya di rumah tadi, “aku masih ada keperluan, jadi—”“Cepat ke sini, atau Bos akan memecatmu tanpa tunjangan.”Rigel ragu sejenak, lalu menjawab cepat. “Tapi Yoan, itu ....”“Jalan permadani hi

Bab terbaru

  • I Can See You    136. Satu Sama

    Ratu Nimfa. Wanita culas yang tidak menginginkan siapa pun berada didekat Penguasa langit selain dirinya. Janji Vanth untuk mencabut nyawa wanita itu benar-benar diwujudkan, meski akhirnya Penguasa langit melindungi Ratu Nimfa demi dirinya dan kerajaan yang mereka bangun bersama.Minerva tidak menyangka bahwa Vanth mengikutinya ke dunia langit, mengumpulkan banyak tenaga demi bisa menghunuskan belati ke dada kiri Minerva.“Pergilah. Mulai hari ini, kau bukan Putriku. Dan tidak akan ada bahagia yang kau dapatkan setelah berani melakukan banyak hal buruk pada kami. Satu hal yang harus kau ingat, apa pun yang terjadi padamu dan Putra-Putrimu, itu tidak akan ada lagi hubungannya denganku.” Penguasa Langit berbalik, membawa tubuh Ratu Nimfa yang sekarat, tapi wanita itu tidak akan mati. Sekali lagi, mereka bukan manusia. Hidup abadi adalah salah satu hal paling membosankan yang tidak bisa mereka banggakan.“Kau tidak menyesalinya?” Vanth terba

  • I Can See You    135. Aakesh dan Terentia

    “Dia bukan cinta lamaku,” protes Vanth. Kenyataannya memang begitu.“Ya, aku percaya itu.” Yemima mencibir. Menyeringai dibalik punggung Rigel.“Susul Hortensia. Dia mungkin tidak bisa berada di satu ruangan yang sama dengan Sia.” Vanth menatap Rigel yang mulai menggerakkan tangannya.“Yeah, dua wanitamu bersatu.”“Diam dan pergilah.” Vanth dibuat kesal setiap waktu oleh Yemima, meski dia membutuhkan rekan seperti wanita itu di sisinya.Yemima pergi sembari menyeringai, dia tahu Vanth hanya mencintai Minerva, tapi terjebak birahi dengan Aura. Dan dirinya sendiri tidak pernah peduli untuk jatuh cinta, apalagi berkembang biak.*****Sia memperhatikan dua wajah yang terbaring di kiri dan kanannya. Vanth memang baru saja memejamkan kedua matanya, pria itu lelah pastinya. Sementara Rigel sudah terbaring tidur lebih dulu sebelum dirinya merangkak ke sisi

  • I Can See You    134. Anak Panah Beracun

    Rigel pernah punya kenangan di rumah ini. Rumah pertama kali dia dipertemukan kembali dengan Sia, dan rumah yang menjadi tempatnya menghabiskan waktu bersama Yoan Bailey.Beruntung dia tidak pernah membiarkanYoan menjual rumah ini. Walau tampak tidak berpenghuni, tapi Rigel ingat, Yoan mempekerjakan sepasang suami istri untuk menjaga dan merawat rumah ini, serta menyantuni mereka setiap bulan.Mereka disambut, benar, sepasang suami istri yang ramah. Rigel tidak mengenal mereka. Yoan yang selalu mengurus hal yang sering kali tidak dia ketahui.“Jadi selama ini siapa yang membayar gaji kalian?” Rigel bicara tanpa basa-basi, setelah tadi dia mengantarkan Sia masuk ke kamar, agar wanita itu bisa beristirahat.“Tuan Vanth Dier.”Ah, seketika Rigel tidak lagi curiga. Ares Vanth Dier memang selalu bisa diandalkan.*****Vanth menginjak kepala penyerang terakhir, yang lebih tepat disebut pem

  • I Can See You    133. Menjauh

    Selama sepekan, Vanth dan Rigel terus ada di sisi Sia dengan bergantian berjaga, bahkan mereka tidur di ranjang bersama, bertiga.Malam itu, Sia merasa gerah. Dia meminta Rigel melepas pakaiannya dan menggantinya dengan gaun tidur tipis. Saat dengan hati-hati Rigel melakukannya, Vanth sedang berada di dapur bersama Aura, dan Yemima yang baru saja pergi keluar rumah karena bosan.Dua wanita itu sudah diminta pulang ke negeri atas awan, tapi mereka bersikeras tinggal dengan alasan ingin berjaga-jaga jika kemungkinan buruk yang bisa datang dari luar rumah.“Dia akan baik-baik saja, bukan?” Suara halus Aura, terdengar di dapur Sia yang tidak luas, juga tidak sempit.Sejak tadi, Vanth lebih banyak diam. Aura tahu, itu bukan pertanda yang baik.“Pasti.” Hanya itu jawaban Vanth.“Aku merindukanmu,” ucap Aura dengan sadar posisi, tempat, dan waktu saat dia mengakuinya.“Lalu, apa yang kau inginkan?&rd

  • I Can See You    132. Berangsur Membaik

    Sia melihat perseteruan di depan matanya. Berkali-kali dia memutar tubuh ke kiri dan kanan hanya untuk memastikan keberadaannya.Mimpi dan penglihatan itu lagi. Anehnya kali ini, ada pihak lain yang tampak tidak terima dan menyulitkan Rigel.Sia ingin mendekat, tapi rasa kram di perutnya menahan dia untuk melakukan itu. Dia hanya bisa berada di jarak lima meter untuk memandangi mereka, dan terasa aman bagi kondisi perutnya.Saat umpatan wanita histeris itu mengudara, saat itulah Sia bisa melihat cahaya putih sangat menyilaukan, menghantam mereka.Rigel terpental, lalu menghilang di udara yang membuat tubuhnya sempat mengambang. Begitu juga dengan dua lainnya yang sudah hilang tidak berjejak apa pun.Sia tersedot dari sana dan terlempar untuk membuka kedua matanya kembali. Sensasi seolah ini perjalanan waktu.Terengah, Sia membulatkan sepasang matanya dalam kengerian teramat sangat.“Kau bermimpi buruk lagi?” Yemima hadir d

  • I Can See You    131. Bawa Aku!

    Waktu penjemputan. Rigel harus segera bersiap. Dia melihat Aura Hortensia Dikova yang berdiri di ambang pintu saat dia keluar untuk membuka dan melihat dengan perasaan tidak menentu di sana.“Kau?”“Bukan hanya dia, tapi juga aku.” Yemima Zvon Yolanthe bahkan ikut muncul dibalik punggung Aura.Rigel mengernyit. Dia tahu siapa wanita ini, bahkan keduanya. “Seharusnya kau datang untuk menjaga Sia.”“Yap. Tapi Ratu Nimfa sudah membebaskan aku. Dia memberikan pilihan padaku. Membantunya atau mantan rekanku. Jelas bukan, aku memilih siapa. Aku di sini sekarang.”Mendengus, Rigel meninggalkan pintu, mendekat ke arah kamar Sia. “Kupikir Ratu pendamping Penguasa langit itu tidak akan pernah mudah melepas sanderanya.”“Aku bukan sandera mereka. Aku hanya melakukan kesalahan kecil hingga harus menjalani hukuman.”Aura melangkah maju hingga berada di antara mereka. “Ba

  • I Can See You    130. Cadee

    Austin ingin tertawa mendengarnya. Ini kesalahpahaman yang bahkan tidak pernah terjadi padanya dan Disi. Kenapa bisa Irene berpikir terlalu jauh seperti itu? “Aku punya kesibukan yang lain beberapa waktu lalu hingga ketika tiba di rumah, aku lebih mengutamakan bayi Cassie karena dia jarang sekali bisa bertemu denganku. Denganmu, aku bisa melihatmu selalu. Kita tidur bersama sepanjang malam. Jadi kupikir, aku tidak ingin kehilangan momenku sebagai seorang Ayah bersamanya. Dan ... aku memikirkan ini lebih jauh Irene. Ketika kita bercinta, aku selalu lepas kendali. Kekuatanku menindih tubuhmu bisa mematahkan ranjang. Kau sedang hamil, dan aku tidak ingin lepas kendali yang bisa berakhir dengan menyakitimu dan bayinya. Apa hal itu justru menyakiti hatimu?” Austin mengangkat dagu Irene agar berani menatapnya. “Tidak. Kau tidak pernah menyakitiku. Justru aku takut diriku bisa membuatmu terluka dan kecewa.” Irene meraih tangan Austin, menggenggamnya sesaat,

  • I Can See You    129. Ibu Yang Pantas

    Rigel mengangkat tubuh Sia ke tempat tidur. Wanita itu kembali pingsan untuk kesekian kalinya.“Temani dia. Aku harus kembali sebentar ke negeri atas awan.” Vanth sudah bergerak untuk pergi.“Aku tidak bisa meninggalkan Sia seorang diri saat akan melakukan penjemputan.”“Aku tahu.” Vanth mengusap kusen, merapalkan mantra di sana. “Jika aku terlambat kembali, seorang teman akan datang menemani Sia.”“Harus seseorang yang tahu tentang kondisi kehamilannya.” Rigel memperingatkan. Seorang manusia normal pasti akan panik saat menghadapi situasi kesakitan Sia, dan pasti memilih untuk membawanya ke Rumah Sakit.“Ya. Dia temanku, bukan teman Sia. Jadi sudah pasti dia paham akan kondisinya.” Setelah bicara, Vanth pergi. Ada rasa sedih yang disimpannya rapat-rapat di dalam hati, dia harus kembali karena ada beberapa tugasnya sebagai Pemimpin yang belum selesai.Rigel melihat wajah

  • I Can See You    128. Ayah dan Ayah

    Tersadar dari pingsannya, Sia mengalami sesak napas.“Sayang, cobalah bernapas dengan perlahan.” Vanth yang tidak tidur sama sekali dan terus terjaga saat Sia terlelap, tetap tenang walau ada gelisah yang menghantuinya.Sia coba mengikuti saran Vanth, tapi tetap tidak membuahkan hasil apa pun. Sia terus kesulitan bernapas dan Vanth segera membawanya ke Rumah Sakit.“Selain kesulitan bernapas, tubuhnya juga kehilangan cairan cukup banyak. Dan ...” Dokter wanita itu melepas kacamatanya, mencubit pangkal hidungnya, dan bingung harus bagaimana menyampaikannya, “maaf, Tuan.Seperti ada parasit yang coba menyerap darah dan mengganggu kinerja organ tubuh lainnya. Parasit yang sampai saat ini belum bisa kami temukan berada di bagian tubuh mana di dalam tubuh istri Anda. Jujur saja, ini aneh. Seperti di luar akal sehat kami, para Dokter. Bukan tidak mungkin, tapi—”“Aku mengerti.” Vanth menarik diri, per

DMCA.com Protection Status