Home / Fantasi / I Can See You / 4. Si Berlian

Share

4. Si Berlian

last update Last Updated: 2021-04-25 17:49:53

Limora Catty. Siapa yang tidak mengenalnya di pemukiman kumuh ini. Pemukiman Lauht. Limora menamai tempat ini tanpa pikir panjang, dan menandai Lauht sebagai tempat untuk dia dan Buckley berkuasa.

“Tamu istimewa yang mendatangi kita ini, siapa Buck?” Keramahan singkat dari Limora, dia tersenyum.

“Entahlah. Aku melihat dia berjalan ke sana kemari seperti wanita gila. Kupikir, dia pasti suruhan para penggusur atau apalah itu, untuk menyusup ke sini. Dia akan mengacau seperti Irene. Tidak akan kubiarkan itu terjadi lagi,” cerca Buckley. Ada guratan kemarahan di raut wajahnya.

Limora tertawa pelan, dia berusaha menahan dirinya untuk tidak menampar Buckley yang bodoh. Limora sadar, dia mendapatkan berlian dengan cuma-cuma.

“Bisakah kau singkirkan prasangka tidak bergunamu itu, Buck?” Limora melirik Buckley, tajam dalam pandangan menekan. Suaranya saat bicara terdengar manis, tapi mengandung racun.

Buckley membungkam mulutnya sendiri. Dia tahu tidak akan ada gunanya berdebat dengan Limora yang maha benar. Lagipula, dia berhutang banyak pada wanita itu. Hutang budi atas kehidupan kedua untuknya.

Sambil menggerutu, Buckley meninggalkan Limora dan Sia dengan wajah ditekuk. Dia memilih menyerahkan semua masalah rumit pada Limora, dan hanya akan mengurusi hal berbau fisik yang biasanya sulit ditangani oleh seorang wanita.

“Hei, Nona, siapa namamu?” tanya Limora, mendekatkan wajahnya pada Sia. Dia ingin memastikan bahwa wanita basah kuyup di depannya ini, memang benar-benar cantik dan menawan.

Sia memundurkan tubuhnya, dia cemas akan pendekatan Limora, karena itu berarti mereka bisa saja bersentuhan.

“Sia. Namaku Sia.”

“Oh, nama yang bagus. Nama lengkapmu?” Limora menunggu. Dia melihat Sia kebingungan menjawab, membuat Limora mengernyit. “Apa kau sudah bahagia hanya dengan tiga huruf itu saja sebagai namamu?”

Sia memperhatikan bahwa mungkin, dugaan pertamanya, Limora bukanlah seseorang yang ingin berbuat buruk pada dirinya. “Galexia ... Galexia Pandora,” jawab Sia. Dia ragu apakah itu benar nama lengkapnya, tapi dia ingat seorang Perawat Rumah Sakit pernah menyebutkan nama itu saat Dokter memeriksa perkembangan tubuhnya.

“Hmm ... namamu memang bagus. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Limora, dia menatap Sia lekat-lekat. “Aku tidak ingin mendengarnya dari Buckley. Kau lihat sendiri bagaimana dia membenci hampir semua wanita di dunia ini, kecuali aku, bukan?”

Sia mengangguk setuju. Setidaknya, ada seseorang yang bisa diajak bicara dan itu melegakan untuk pertama kalinya, setelah dia diusir oleh Josie.

“Aku ... terjadi kesalahapahaman antara aku dan Bibi dari pihak Ibuku ...” Sia berhenti, menatap Limora yang menunggu dengan senyum terukir di wajahnya yang memiliki bintik-bintik di sekitar pipi kanannya yang penuh, “aku diusir dan berjalan tidak tentu arah, hingga tanpa sadar memasuki pemukiman ini. A-aku tidak berbohong, memang itu yang terjadi padaku ....” Sia menekan telapak tangan kanannya di atas dada, memberi kesungguhan pada ucapannya.

“Aku percaya padamu, Sia.” Limora merapatkan duduknya, mendekati Sia lebih dekat lagi, dia ingin menguatkan hati si berlian yang tiba-tiba muncul tanpa dia perlu bersusah payah mencarinya. Tapi Sia menjauh, hingga Limora kembali mengernyit. “Ada apa? Kau takut padaku?”

“Bukan, bukan begitu,” geleng Sia, dia melindungi semua anggota tubuhnya dengan memeluk dirinya sendiri, “aku hanya minta satu hal saja padamu, tolong ... jangan sentuh aku, dalam bentuk apapun itu. Aku mohon,” pinta Sia, hampir menangis.

Sekejap Limora terhenyak, dia penasaran, tapi urung bertanya. Jika ingin mendapatkan hati si berlian, Limora menggunakan pendekatan yang bijak agar Sia percaya padanya.

Limora akan membentuk cara pikir Sia dengan menganggap dirinya sebagai teman, dan akan selalu bersedia membantunya dengan tulus.

“Oh, baiklah, baiklah ...” Limora mundur, menggeser tubuhnya menjauh, “aku mengerti, dan aku akan menuruti keinginanmu, Sia.”

“Terima kasih,” ucap Sia lega. Merasa beruntung bahwa Limora tidak memperlakukannya dengan sedikit buruk seperti Buckley.

“Lalu, apa yang akan kau lakukan setelah ini? Apakah Bibimu itu tidak akan mencarimu?” Limora bertanya hati-hati, dengan tanpa suara yang seharusnya terdengar begitu mendamba.

Sia menggeleng kuat-kuat. “Sisie tidak akan mencariku, dia sudah sangat membenciku.” Sia tidak tersenyum, tidak juga bersedih, nyaris tanpa ekspresi.

Limora membaca hal tidak terduga untuk si berlian utuh belum tersentuh dihadapannya ini. Dia yakin, keberuntungan sedang menghujani dirinya dengan bertubi. Semua begitu sempurna.

“Lalu, apa sekarang kau ingin aku membantumu?”

Sia bukan tidak mencurigai Limora, dia paham akan dirinya yang akan dimanfaatkan dalam hal yang belum bisa dia duga. Tapi bagi Sia, hal buruk sudah terjadi beberapa kali dalam hidupnya, jika terjadi lagi melalui Limora, mungkin dia bisa menghadapinya.

Perlakuan baik dan lembut dari Limora pada orang asing seperti dirinya, tidak mungkin tanpa alasan. Sia tahu itu. Mereka sama-sama tahu bahwa hubungan ini atas dasar saling membutuhkan, memberi keuntungan satu sama lain.

“Ya, aku membutuhkan bantuanmu, dan aku akan membayarnya dengan pantas,” jawab Sia, kini tanpa keraguan.

Sia, yatim piatu dan tidak memiliki siapapun lagi di dunia ini. Jika pun ada sanak saudaranya yang lain, itu hanya akan berakhir sama seperti hubungannya dengan Josie.

*****

Rigel mengernyit ketika melihat rumahnya yang berantakan. Dia ingat, memang dirinya lah yang terakhir kali menjadi penyebab hal ini terjadi semalam.

Tapi seharusnya, tempat ini, rumahnya yang luas ini, sudah harus bersih sebelum dia pulang dari kantor.

“Yoan!” Rigel berteriak sambil melepaskan dasinya. Dia melempar tubuh setinggi seratus delapan puluh empat sentimeternya, ke sofa.

Pria muda, Yoan Bailey muncul dengan langkah tergesa, dia baru saja memarkirkan mobil di garasi, tapi teriakan Rigel seolah mengisi seluruh penjuru rumah hanya untuk memanggil nama Yoan.

“Ya, Tuan?”

“Kau lihat?” Rigel menunjuk seluruh ruangan yang berantakan. “Kenapa aku masih melihat pemandangan ini setelah aku pulang?”

“Itu ...” Yoan menggaruk tengkuknya, dia merasa ini membingungkan, “Bella dan Yasmine tidak lagi bisa bekerja untuk Anda, Tuan—”

“Apa?” Rigel duduk tegak mendengar penuturan Yoan, dia mengernyit marah. “Cari tahu, apa gaji mereka tidak cukup selama ini? Apa aku perlu menambahnya menjadi dua atau tiga kali lipat? Cepat tanyakan pada mereka!”

“Maaf, Tuan. Pagi-pagi sekali aku mendapat kabar dari tetangga Bella, bahwa dia sudah pergi dengan kekasihnya ke luar kota. Mereka akan segera menikah. Sedangkan Yasmine, dia juga sudah pergi merantau ke luar kota, itu menurut Pamannya,” jelas Yoan. Dia sudah bersiap akan amukan dari Rigel yang sudah tampak sangat tidak bersahabat.

Benar saja, tanpa bicara, Rigel menendang meja kecil yang ada di depan sofa. Dia bangkit dan menatap tajam pada Yoan.

“Aku tidak mau tahu, cari pengganti mereka atau kau yang menggantikan semua pekerjaan mereka!”

Yoan mendesah dan mengeluh berulang kali dalam hati. Dia tahu ini akan sangat sulit. Banyak orang yang menolak, bahkan sebelum mereka tahu apa pekerjaan yang harus mereka kerjakan di rumah ini.

Alasannya, tentu saja, karena mereka cukup mendengar bahwa seseorang yang akan membayar upah pekerjaan mereka adalah Rigel Auberon. Sosok menyebalkan yang selalu terlihat bisa menghina hanya dalam sekali dia memandang seseorang.

Bersambung.

Related chapters

  • I Can See You    5. Kesempurnaan

    Sia terbangun karena nama lengkapnya dipanggil dengan lembut oleh Limora Catty. “Bisakah kita bicara? Aku punya berita baik untukmu.” Limora tersenyum. Keramahan yang tampak memiliki maksud dan tujuan tertentu. Sia mengangguk. Menarik tubuhnya untuk duduk bersandar di kepala ranjang. “Kau pasti ingin hidup dengan kedua kakimu sendiri, bukan?” “Ya, tentu saja.” Limora tersenyum senang, karena dia menang. “Seseorang membutuhkan tenagamu untuk membantu mereka membersihkan rumah dan memasak. Apa kau bersedia?” Sia tertegun sesaat, dia harus memikirkan semua kemungkinan terburuk yang akan terjadi di masa depan. Tapi di saat seperti ini apa dia membutuhkan sebuah pertimbangan? Tidak, dia tidak butuh harga diri yang terlalu tinggi untuk bisa menerima pekerjaan itu. Sia tidak ingat siapa dia yang dulu. Di mana dia bekerja, tinggal, siapa teman-temannya, bahkan nama lengkapnya pun dia baru berhasil mengingat itu saat Limora Catty menany

    Last Updated : 2021-04-29
  • I Can See You    6. Kak Yoan

    “Nona Sia, benar?” Yoan langsung bertanya ketika nada tunggu diseberang menghilang.“Ya, benar. Maaf ... dengan siapa aku bicara?” Sia baru saja melepas mantel hijau tua kumal pemberian Limora—lagi—dari tubuhnya. Berdiri terpaku di sudut ruangan. Khawatir akan sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan.“Aku Yoan Bailey, pelayan Tuan Rigel,” jawab Yoan.“Apa? Siapa itu? Lalu ... maksudku, ada hubungan apa—”“Ah, Limora Catty tidak memberitahumu apapun?” sela Yoan. Dia mengusap tengkuk sekilas, merasa sedikit berdebar karena suara halus bergetar dan lembut dari seberang.“Tidak, tidak ada,” jawab Sia cepat. Dia masih berdiri, menatap keluar jendela. Memperhatikan daun-daun berguguran dari pohon samping rumah, sambil berpikir dengan baik, apa ada kesalahan yang telah dia perbuat yang melibatkan Limora, atau tidak.“Akan kujelaskan, singkatnya, kau bekerja di rumah Tuanku yang bernama Rigel Auberon. Mulai hari ini, segala perintah atau hal yang dii

    Last Updated : 2021-05-03
  • I Can See You    7. Sentuhan Pertama

    Sia terperanjat saat berpapasan dengan Rigel di halaman samping. Nyaris tersandung gulungan selang air, Rigel mencegah itu terjadi dengan menangkap lengan kanan Sia.Sadar akan kesulitan yang akan didapatkannya, Sia segera menarik kembali tangannya dari cengkeraman Rigel.Mundur dua langkah, Sia gugup karena yakin bahwa pria dihadapannya ini adalah si pemilik rumah. Meski begitu, Sia bersyukur karena dia tidak melihat sesuatu yang buruk tentang majikannya. Masa depan penuh darah atau kecelakaan yang bisa mengancam nyawa.Rigel memandangi telapak tangannya yang baru saja dia gunakan untuk memegang lengan Sia. Baru kali ini Rigel memegang seseorang lebih dari beberapa detik, jika itu menyangkut hal yang mendesak atau mendadak.Di luar itu, dia berusaha untuk tidak menyentuh, apalagi memegang seseorang. Rigel membenci hal itu. Sentuh menyentuh membuatnya muak.“Maaf, Tuan ...” Sia bergetar, menghindari kesalahan, tapi baru saja dirinya justru be

    Last Updated : 2021-05-20
  • I Can See You    8. Kehangatan Yoan

    “Kau harus tetap hidup.” Ucapan Yoan membuat Sia membuka kedua matanya. Seakan bagai nyata, dia melihat tubuh Yoan melindunginya dari sesuatu.Kedua mata Sia memicing, keadaan sekeliling memperlihatkan reruntuhan bangunan dari atas satu persatu jatuh ke bawah. Sia berbaring dengan tubuh Yoan di atasnya, melindungi Sia dari reruntuhan.Yakin ini hanya sebuah mimpi, pemberitahuan dari penglihatannya, Sia mengusap darah yang mengalir turun ke pelipis Yoan. “Ya. Aku akan terus hidup bersamamu. Jangan khawatir, mulai sekarang, aku hidup untuk melindungimu.”Sementara di dunia nyata, Yoan sudah membaringkan tubuh Sia di ranjangnya. Dia bahkan tidak meminta Rigel untuk bersedia memberikan kamar tamu agar Sia bisa istirahat di sana.Rigel mengantar Dokter Fredy ke depan pintu dan bicara singkat mengenai tubuh Sia yang kuat, serta dia yang ternyata memiliki riwayat tubuh dalam masa pemulihan, dan memungkinkan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.Berenc

    Last Updated : 2021-05-21
  • I Can See You    9. Bintang Jatuh

    Berjalan beriringan, Rigel memutuskan untuk mematikan mesin mobil saat Sia memberitahu bahwa tempat tinggalnya, berjarak dekat dari rumah mewah Rigel.“Sejak kapan kau tinggal di rumahmu itu?” Pertanyaan Rigel lebih mirip curiga. Dia memang tidak menyukai segala bentuk pengintaian orang asing terhadap dirinya.“Sehari setelah aku bekerja di rumah Anda.”“Kau sengaja mencari yang dekat dengan rumahku?”“Mungkin, ah, maksudku, bukan aku yang mencarinya, tapi Catty yang menyediakannya untukku.”“Catty? Siapa itu?” Rigel mengernyit. Dia tidak tahu apapun dan memang tidak ingin tahu mengenai kehidupan para pekerja di rumahnya, seharusnya begitu, karena Rigel selalu seperti itu sejak dulu, sudah berlangsung dalam waktu yang lama.Tak perlu peduli, mereka tidak setara. Jika Rigel membuka jalan hingga terbuka, para pekerja itu akan masuk dan merusak dinding penghalang antara keinginan tidak tersentuhnya dengan ketamakan mereka yang menginginkan lebi

    Last Updated : 2021-05-22
  • I Can See You    10. Bermalam di Rumah Rigel

    Sia gugup, bingung. “Ke rumah Anda, Tuan?”“He-em, ayo cepat. Aku lelah dan ingin segera tidur di ranjangku.” Rigel tanpa sadar mengulurkan tangannya, tidak memberi Sia waktu untuk berpikir, dia menarik tangan Sia. Melangkah santai menyeberangi jalan.Sia tidak keliru, dia sengaja tidak menepis tangannya dari genggaman Rigel, karena ingin mencoba lagi untuk memastikan bahwa memang benar, Sia tidak bisa melihat apapun masa depan buruk dari Rigel meski mereka sudah bersentuhan beberapa menit.Rigel tidak mengerti ada apa dengan dirinya. Sudah selesai menyeberangi jalan, hati dan isi kepalanya bekerja sama untuk tetap menggenggam tangan Sia dengan niat sampai mereka tiba di rumahnya.Genggaman tangan mereka basah. Itu lucu karena kedua telapak tangan mereka sama-sama berkeringat akibat gugup.“Apa aku pria yang semudah ini? Kenapa berpegangan tangan saja sampai membuatku berkeringat dingin?” gumam Rigel kasar, dalam hatinya. Dia melirik Sia yang diam

    Last Updated : 2021-05-24
  • I Can See You    11. Hangat dan Lembut

    “Kau cantik. Tidak berniat menjadi model atau bintang iklan?” Rigel masih memperhatikan wajah Sia tanpa malu-malu. “Aku memiliki teman yang bisa membantumu.”Sia terperangah, menyadari kesalahan fatalnya yang lancang mengusap keringat di kening Tuannya. Tapi berhubung Rigel tidak membentaknya, Sia hanya diam dengan tangan yang sudah dia tarik kembali ke samping tubuhnya.“Sepertinya tidak, Tuan.”Rigel tetap mempertahankan kedekatan mereka, mencari-cari kesungguhan di wajah Sia. Biasanya, tidak ada wanita yang menolak saat ditawari pekerjaan menjanjikan tidak hanya dalam segi materi, tapi juga ketenaran.Sia menolaknya. Rigel tidak habis pikir. “Kenapa? Kau mengira aku akan membohongimu?”“Tidak, tidak. Aku sama sekali tidak berpikir begitu, Tuan.”“Lalu?”“Aku sudah cukup senang bisa bekerja di sini. Membersihkan rumah dan memasak untuk Tuan dan Kak Yoan.”“Begitukah?” Rigel mendadak menemukan ide gila. “Kalau begitu, coba pel

    Last Updated : 2021-05-26
  • I Can See You    12. Di Kamar Rigel

    Sebuah ciuman mendarat di pipi kanan Sia. Semburat merah muda seketika hadir kembali di wajah si gadis pelayan rumah.“Setelah sarapan, temui aku di alamat ini,” kata Rigel, mendorong kartu namanya ke arah Sia, “cepat ambil.”Dengan malu yang tidak tertahankan, Sia mengambil kartu nama itu dan memasukkannya ke saku gaun semalam yang bahkan tidak dia ganti karena tak ada pakaian wanita di rumah ini. Sia menolak dengan halus saat semalam Rigel menawarinya untuk mengganti pakaian Sia dengan kaus longgar milik Rigel, tapi tanpa bawahan.Itu akan sangat memalukan bagi Sia yang harus tetap membersihkan rumah dengan kaus kedodoran, sementara ada satu orang pria lagi di rumah ini yang bisa melihatnya berpakaian seperti itu.Tapi Sia bingung untuk kesekian kalinya, ketika Rigel mengatakan bahwa dia menyukai aroma Sia. Padahal Sia hanya mandi menggunakan sabun cair yang ada di kamar mandi khusus tamu pagi-pagi sekali tadi dan tidak mengganti pakaiannya.Yoan

    Last Updated : 2021-05-27

Latest chapter

  • I Can See You    136. Satu Sama

    Ratu Nimfa. Wanita culas yang tidak menginginkan siapa pun berada didekat Penguasa langit selain dirinya. Janji Vanth untuk mencabut nyawa wanita itu benar-benar diwujudkan, meski akhirnya Penguasa langit melindungi Ratu Nimfa demi dirinya dan kerajaan yang mereka bangun bersama.Minerva tidak menyangka bahwa Vanth mengikutinya ke dunia langit, mengumpulkan banyak tenaga demi bisa menghunuskan belati ke dada kiri Minerva.“Pergilah. Mulai hari ini, kau bukan Putriku. Dan tidak akan ada bahagia yang kau dapatkan setelah berani melakukan banyak hal buruk pada kami. Satu hal yang harus kau ingat, apa pun yang terjadi padamu dan Putra-Putrimu, itu tidak akan ada lagi hubungannya denganku.” Penguasa Langit berbalik, membawa tubuh Ratu Nimfa yang sekarat, tapi wanita itu tidak akan mati. Sekali lagi, mereka bukan manusia. Hidup abadi adalah salah satu hal paling membosankan yang tidak bisa mereka banggakan.“Kau tidak menyesalinya?” Vanth terba

  • I Can See You    135. Aakesh dan Terentia

    “Dia bukan cinta lamaku,” protes Vanth. Kenyataannya memang begitu.“Ya, aku percaya itu.” Yemima mencibir. Menyeringai dibalik punggung Rigel.“Susul Hortensia. Dia mungkin tidak bisa berada di satu ruangan yang sama dengan Sia.” Vanth menatap Rigel yang mulai menggerakkan tangannya.“Yeah, dua wanitamu bersatu.”“Diam dan pergilah.” Vanth dibuat kesal setiap waktu oleh Yemima, meski dia membutuhkan rekan seperti wanita itu di sisinya.Yemima pergi sembari menyeringai, dia tahu Vanth hanya mencintai Minerva, tapi terjebak birahi dengan Aura. Dan dirinya sendiri tidak pernah peduli untuk jatuh cinta, apalagi berkembang biak.*****Sia memperhatikan dua wajah yang terbaring di kiri dan kanannya. Vanth memang baru saja memejamkan kedua matanya, pria itu lelah pastinya. Sementara Rigel sudah terbaring tidur lebih dulu sebelum dirinya merangkak ke sisi

  • I Can See You    134. Anak Panah Beracun

    Rigel pernah punya kenangan di rumah ini. Rumah pertama kali dia dipertemukan kembali dengan Sia, dan rumah yang menjadi tempatnya menghabiskan waktu bersama Yoan Bailey.Beruntung dia tidak pernah membiarkanYoan menjual rumah ini. Walau tampak tidak berpenghuni, tapi Rigel ingat, Yoan mempekerjakan sepasang suami istri untuk menjaga dan merawat rumah ini, serta menyantuni mereka setiap bulan.Mereka disambut, benar, sepasang suami istri yang ramah. Rigel tidak mengenal mereka. Yoan yang selalu mengurus hal yang sering kali tidak dia ketahui.“Jadi selama ini siapa yang membayar gaji kalian?” Rigel bicara tanpa basa-basi, setelah tadi dia mengantarkan Sia masuk ke kamar, agar wanita itu bisa beristirahat.“Tuan Vanth Dier.”Ah, seketika Rigel tidak lagi curiga. Ares Vanth Dier memang selalu bisa diandalkan.*****Vanth menginjak kepala penyerang terakhir, yang lebih tepat disebut pem

  • I Can See You    133. Menjauh

    Selama sepekan, Vanth dan Rigel terus ada di sisi Sia dengan bergantian berjaga, bahkan mereka tidur di ranjang bersama, bertiga.Malam itu, Sia merasa gerah. Dia meminta Rigel melepas pakaiannya dan menggantinya dengan gaun tidur tipis. Saat dengan hati-hati Rigel melakukannya, Vanth sedang berada di dapur bersama Aura, dan Yemima yang baru saja pergi keluar rumah karena bosan.Dua wanita itu sudah diminta pulang ke negeri atas awan, tapi mereka bersikeras tinggal dengan alasan ingin berjaga-jaga jika kemungkinan buruk yang bisa datang dari luar rumah.“Dia akan baik-baik saja, bukan?” Suara halus Aura, terdengar di dapur Sia yang tidak luas, juga tidak sempit.Sejak tadi, Vanth lebih banyak diam. Aura tahu, itu bukan pertanda yang baik.“Pasti.” Hanya itu jawaban Vanth.“Aku merindukanmu,” ucap Aura dengan sadar posisi, tempat, dan waktu saat dia mengakuinya.“Lalu, apa yang kau inginkan?&rd

  • I Can See You    132. Berangsur Membaik

    Sia melihat perseteruan di depan matanya. Berkali-kali dia memutar tubuh ke kiri dan kanan hanya untuk memastikan keberadaannya.Mimpi dan penglihatan itu lagi. Anehnya kali ini, ada pihak lain yang tampak tidak terima dan menyulitkan Rigel.Sia ingin mendekat, tapi rasa kram di perutnya menahan dia untuk melakukan itu. Dia hanya bisa berada di jarak lima meter untuk memandangi mereka, dan terasa aman bagi kondisi perutnya.Saat umpatan wanita histeris itu mengudara, saat itulah Sia bisa melihat cahaya putih sangat menyilaukan, menghantam mereka.Rigel terpental, lalu menghilang di udara yang membuat tubuhnya sempat mengambang. Begitu juga dengan dua lainnya yang sudah hilang tidak berjejak apa pun.Sia tersedot dari sana dan terlempar untuk membuka kedua matanya kembali. Sensasi seolah ini perjalanan waktu.Terengah, Sia membulatkan sepasang matanya dalam kengerian teramat sangat.“Kau bermimpi buruk lagi?” Yemima hadir d

  • I Can See You    131. Bawa Aku!

    Waktu penjemputan. Rigel harus segera bersiap. Dia melihat Aura Hortensia Dikova yang berdiri di ambang pintu saat dia keluar untuk membuka dan melihat dengan perasaan tidak menentu di sana.“Kau?”“Bukan hanya dia, tapi juga aku.” Yemima Zvon Yolanthe bahkan ikut muncul dibalik punggung Aura.Rigel mengernyit. Dia tahu siapa wanita ini, bahkan keduanya. “Seharusnya kau datang untuk menjaga Sia.”“Yap. Tapi Ratu Nimfa sudah membebaskan aku. Dia memberikan pilihan padaku. Membantunya atau mantan rekanku. Jelas bukan, aku memilih siapa. Aku di sini sekarang.”Mendengus, Rigel meninggalkan pintu, mendekat ke arah kamar Sia. “Kupikir Ratu pendamping Penguasa langit itu tidak akan pernah mudah melepas sanderanya.”“Aku bukan sandera mereka. Aku hanya melakukan kesalahan kecil hingga harus menjalani hukuman.”Aura melangkah maju hingga berada di antara mereka. “Ba

  • I Can See You    130. Cadee

    Austin ingin tertawa mendengarnya. Ini kesalahpahaman yang bahkan tidak pernah terjadi padanya dan Disi. Kenapa bisa Irene berpikir terlalu jauh seperti itu? “Aku punya kesibukan yang lain beberapa waktu lalu hingga ketika tiba di rumah, aku lebih mengutamakan bayi Cassie karena dia jarang sekali bisa bertemu denganku. Denganmu, aku bisa melihatmu selalu. Kita tidur bersama sepanjang malam. Jadi kupikir, aku tidak ingin kehilangan momenku sebagai seorang Ayah bersamanya. Dan ... aku memikirkan ini lebih jauh Irene. Ketika kita bercinta, aku selalu lepas kendali. Kekuatanku menindih tubuhmu bisa mematahkan ranjang. Kau sedang hamil, dan aku tidak ingin lepas kendali yang bisa berakhir dengan menyakitimu dan bayinya. Apa hal itu justru menyakiti hatimu?” Austin mengangkat dagu Irene agar berani menatapnya. “Tidak. Kau tidak pernah menyakitiku. Justru aku takut diriku bisa membuatmu terluka dan kecewa.” Irene meraih tangan Austin, menggenggamnya sesaat,

  • I Can See You    129. Ibu Yang Pantas

    Rigel mengangkat tubuh Sia ke tempat tidur. Wanita itu kembali pingsan untuk kesekian kalinya.“Temani dia. Aku harus kembali sebentar ke negeri atas awan.” Vanth sudah bergerak untuk pergi.“Aku tidak bisa meninggalkan Sia seorang diri saat akan melakukan penjemputan.”“Aku tahu.” Vanth mengusap kusen, merapalkan mantra di sana. “Jika aku terlambat kembali, seorang teman akan datang menemani Sia.”“Harus seseorang yang tahu tentang kondisi kehamilannya.” Rigel memperingatkan. Seorang manusia normal pasti akan panik saat menghadapi situasi kesakitan Sia, dan pasti memilih untuk membawanya ke Rumah Sakit.“Ya. Dia temanku, bukan teman Sia. Jadi sudah pasti dia paham akan kondisinya.” Setelah bicara, Vanth pergi. Ada rasa sedih yang disimpannya rapat-rapat di dalam hati, dia harus kembali karena ada beberapa tugasnya sebagai Pemimpin yang belum selesai.Rigel melihat wajah

  • I Can See You    128. Ayah dan Ayah

    Tersadar dari pingsannya, Sia mengalami sesak napas.“Sayang, cobalah bernapas dengan perlahan.” Vanth yang tidak tidur sama sekali dan terus terjaga saat Sia terlelap, tetap tenang walau ada gelisah yang menghantuinya.Sia coba mengikuti saran Vanth, tapi tetap tidak membuahkan hasil apa pun. Sia terus kesulitan bernapas dan Vanth segera membawanya ke Rumah Sakit.“Selain kesulitan bernapas, tubuhnya juga kehilangan cairan cukup banyak. Dan ...” Dokter wanita itu melepas kacamatanya, mencubit pangkal hidungnya, dan bingung harus bagaimana menyampaikannya, “maaf, Tuan.Seperti ada parasit yang coba menyerap darah dan mengganggu kinerja organ tubuh lainnya. Parasit yang sampai saat ini belum bisa kami temukan berada di bagian tubuh mana di dalam tubuh istri Anda. Jujur saja, ini aneh. Seperti di luar akal sehat kami, para Dokter. Bukan tidak mungkin, tapi—”“Aku mengerti.” Vanth menarik diri, per

DMCA.com Protection Status