Sebelum berangkat ke Bogor, Tian bermaksud untuk ke kantor polisi terlebih dahulu. Pria itu hanya ingin memastikan Zaki menderita di sana. Dan sudah tiga menit yang lalu ia sampai di kantor polisi dan saat ini sedang berhadapan dengan Zaki dibalik sebuah kaca yang jadi pembatas mereka.Tian menatap bengis pria yang sudah babak belur tersebut. Sungguh, wajah Zaki tak terlihat tampan lagi seperti sebelumnya. "Ternyata nyalimu besar juga. Sudah kukatakan padamu jangan menggangguku lagi. Aku tak memakan uangmu sepersen pun dan aku tak butuh itu. Aku sudah mengatakan dulu untuk jangan menggangguku dengan Alin, tapi sepertinya ancaman yang aku berikan tak kau indahkan sama sekali." Ucap Tian sembari menatap tajam Zaki.Zaki tersenyum sinis, "Sebenarnya bukan aku yang pengganggu di sini, sialan. Kau lah orang sebenarnya. Kau tiba-tiba mengambil Alin dariku padahal aku dan Alin sudah bersama sejak lama.""Harusnya yang kau tuntut itu orang tua Alin, karena manusia rakus itu menjual Alin pada
Alin mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar. Ia tersenyum bangga karena kamar yang tadi terlihat porak-poranda kini tampak begitu bersih dan rapi. Ia menepuk tangannya pertanda ia selesai dengan tugasnya. Ia membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Meregangkan otot-ototnya yang penat karena kerja kerasnya tadi dalam membersihkan perpecahan yang ia buat sendiri.Ia meraih ponselnya dan mencari kontak chat Tian. Membuka room chat terbaru dirinya dan Tian lalu membaca kembali kalimat kalimat gombal yang Tian kirimkan padanya. Dan itu berhasil membuat penatnya lenyap seketika. Sebegitu dahsyatnya kekuatan cinta.Seperti ada kontak batin, tak lama setelahnya, Alin semakin dibuat tersenyum karena Sebuah panggilan dari Tian masuk menyapa ponselnya. Dengan cepat ia menerima panggilan tersebut. "Kangen ya. Cepat amat angkat teleponnya." Goda Tian dari seberang sana. Alin seketika tersipu malu."Kapan pulangnya?""Hahahaha. Baru juga berapa jam nyampe Bogor udah di suruh balik." Alin lagi
Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam saat Tian sampai di rumah. pria itu memijit tengkuknya yang terasa pegal karena terlalu lama duduk di dalam mobil. selama perjalanan menuju Jakarta, Tian dihadang macet panjang yang membuatnya terjebak selama lima jam di perjalanan. saat langkahnya memasuki kamar, ia tersenyum saat melihat Alin yang meringkuk terlelap di bawah selimut dan hanya memunculkan bahu sampai kepalanya saja. Tian mengunci pintu kamar lalu melangkah menuju kamar mandi. ia ingin berendam air hangat terlebih dahulu sebelum ia ikut mengarungi mimpi bersama Alin.sesampainya di dalam kamar mandi, Tian melepas semua pakaiannya bahkan tak ada yang bersisa satu benangpun menutup tubuhnya. saat ia melangkah menuju bathup, ia dikejutkan dengan pintu kamar mandi yang terbuka."Ih Tian. kok nggak dikuci sih pintunya." pekik ALin sambil menutup matanya.Tian yang mendapati ALin di sana, langsung tersenyum usil. ia melangkah menuju wanitanya itu dan memeluk Alin dari belakang mem
Langkah Haris terhenti karena melihat kehadiran Tian dan Alin yang keluar dari rumah. pria itu mendadak salah tingkah entah karena apa. "Kau mau ke mana?" tanya Tian menatapnya curiga. Tian juga melirik Naura yang mengekor di belakang Haris.Naura sendiri juga dibuat salah tingkah karena dirinya yang kepergok keluar dari paviliun Haris. "Kau Naura ngapain dari sana?" tanya Alin yang juga menatapnya curiga."Kenapa gadis ini dibawa tinggal di sini?" Haris tak menjawab justru memberikan pertanyaan baru sambil menatap Alin. tatapan bingung Alin membuat Haris menghela nafas panjang. "Sejak kakakmu ini ada di sini, hidupku sama sekali tak tenang lagi. kenyamananku lenyap entah ke mana." ucap Haris tanpa basa-basi. Naura yang mendengar semua itu seketika mendengus kesal."dan kamu pikir aku ingin seperti ini? kamu pikir apa yang akan dilakukan orang tuaku saat aku kembali ke rumah? ya Tuhan, aku pastikan aku hanya akan tinggal namanya saja. kalau itu benar terjadi, kau orang pertama yang ak
Sejak kalimat frontal yang Haris katakan tadi pada Naura di dalam mobil, Naura mendadak diam dan takut berbalas kata lagi dengan Haris, bahkan sampai mobil mereka pun berhenti di sebuah warung makan yang menjual beberapa menu sarapan pagi yang cukup menggugah selera.Haris turun dari mobil lebih dulu, disusul Naura setelahnya. gadis itu memilih mengekor di belakang Haris ketimbang berjalan beriringan. setelah keduanya memesan, Haris dan Naura mencari kursi kosong yang memang tak terlalu banyak. mereka memilih kursi yang ada di sudut warung yang memang bisa diisi untuk dua orang saja.selama menunggu pesanan mereka tiba, Naura tak berani menatap mata Haris. dan hal itu disadari oleh Haris. pria itu bahkan terus menatap Naura sampai membuat Naura gugup."Kau sariawan?" tanya Haris secara tiba-tiba."Tidak." jawabnya."Lalu kenapa kau diam?""Ha? tidak. aku hanya ingin diam.""Jangan ngelawak di sini. apa ini karena kalimat yang terakhirku di mobil tadi?"Naura mendongakkan kepalanya dan
Alin berlari ke dalam rumah saat mobil Tian yang ia tumpangi sampai di rumah. saat mendapat panggilan dari Haris, Alin dan Tian langsung pulang ke rumah. bahkan sepanjang perjalanan Alin tak berhenti menangis membuat Tian ikut cemas.ia langsung berlari ke dalam kamar Naura dan mendapati Naura tengah tertidur dalam selimut dan sedang ditangani dokter."Bagaimana Kak Naura?" tanya Alin pada Haris yang juga sedang menunggu di samping Naura. Haris ingin menjawab, namun karena dokter sudah selesai memeriksa Naura, Haris menyerahkan semuanya pada dokter tersebut."Dia hanya terkejut dan syok. hal itu yang membuatnya demam. sekarang panasnya mencapai 39,4 derajat celcius. dan ini sangat panas. saya sudah menyuntikkan obat penurun panas padanya. kita lihat reaksi obatnya beberapa jam kemudian. dan jika dalam waktu empat-lima jam panasnya tak ada perubahan, beri dia obat ini. ini alternativ terakhir sebelum dibawa ke rumag sakit." ucap dokter tersebut.Alin mengangguk. "Dan jika saya cerna ka
kehebohan terjadi di kediaman Tian pagi-pagi sekali. bukan karena si pemilik rumah, melainkan karena kehadiran Delon dan juga Tiara. pasalnya jam sepuluh nanti, mereka harus berangkat ke Jepang dan semuanya harus berkumpul di rumah Tian.Alin keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah rapi melekat di tubuhnya. tak hanya Alin, Naura juga sudah siap sedari tadi. Alin memperkenalkan Naura pada Tiara."Haris mana?" tanya Tiara pada Alin yang langsung menarik perhatian Naura. gadis itu melirik ke arah Tiara yang sedang tersenyum manis pada Alin."Masih di Paviliun." jawab ALin. seperti orang yang sudah paham, Tiara langsung keluar dan melangkah menuju Paviliun. sementara Naura yang penasaran langsung mengekori dari belakang. terlihat dari kejauhan, HAris yang baru keluar sambil membawa kandang Hana dan juga Hana."Haris." sapa Tiara yang langsung membuat gerak Haris terhenti."Tiara? kapan sampai?""Barusan. ih kucingnya lucu banget. punya kamu?" Haris hanya tersenyum menanggapi. sementar
angin dingin di malam hari menusuk tulang jika tak mengenakan pakaian hangat. untuk destinasi mereka di malam pertama mereka di Jepang ini, Tian sudah menyiapkan sebuah destinasi romantis di malam hari. destinasi mereka malam ini sengaja diambil Tian karena jika dilihat, mereka bertiga bisa berpasangan. jadi apa salahnya mereka berenam sama-sama menikmati walaupun hanya dirinya dan Alin saja yang sepasang kekasih.Tokyo, Skytree menjadi tempat pilihan Tian. karena memang Alin ingin ke tempat ini. sebenarnya ALin ingin siang hari. namun apa salahnya mereka pergi di malam hari bukan? menikmati keindahan Tokyo di malam hari dari puncak Sky tree.dan mereka baru saja sampai di puncak menara tersebut. Saat lift terbuka, ALin langsung berseru takjub. ia bahkan sampai berlari sampai pembatas kaca dinding menara dan memperlihatkan begitu kerlap-kerlipnya Jepang di malam hari.Tian bahkan dibuat gemas dengan reaksi Alin. mungkin karena ini memang yang pertama untuk Alin sendiri. dan ia sangat
Tak jauh beda dengan Delon, Haris dan Naura pun baru saja merasakan pelepasan mereka. Dan kini keduanya sedang berada di bawah selimut, setelah tadi Haris berkali-kali melepaskan benihnya dalam rahim Naura. "Capek?" Tanya Haris pada sang istri.Naura mengangguk, "Ngantuk yank." Ucapnya."Ya udah, kamu tidur ya. Aku mandi dulu." Naura lagi-lagi mengangguk. Ia mengeratkan selimutnya untuk kembali tidur, sementara Haris memilih untuk mandi. Tubuhnya terasa begitu lengket setelah pertempuran penuh nikmat yang ia lakukan bersama Naura.Seperempat jam setelahnya, Haris selesai dan kembali masuk ke dalam selimut. Ia memeluk Naura Yang sudah terlelap dan sama-sama mengarungi mimpi.*****Paginya, Kediaman Tian sedang Tak baik-baik saja. Pasalnya sang istri merajuk karena perkara ia minum pakai gelas warna merah. Bahkan keributan itu menarik perhatian pengantin baru.Naura yang saat itu baru masuk ke dalam langsung dibuat heran dengan Alin yang sedang menangis sesenggukan di sofa keluarga. Di
Tita masih syok. satu kalimat yang tak ia bayangkan akan keluar dari mulut Mas Delon, satu kalimat yang tak pernah ia bayangkan akan ada yang meminta itu padanya, berhasil membuat kerja jantungnya meningkat. Tita menyentuh dadanya lalu menatap Delon. "Mas, Jantung aku." bisik Tita. Delon langsung panik. ia mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi seseorang, namun langsung dicegat Tita. "Mas mau ngapain?" tanya Tita cepat."Nelpon dokter. tapi jantung kamu--""Iiiihh Mas Delon. kok dokter sih." Dengan tanpa sadar dan spontan, Tita menarik telapak tangan Delon dan meletakkannya tepat di dadanya. sebenarnya tujuan Tita ingin meminta Delon merasakan detaknya, namun sepertinya yang Tita lakukan adalah sebuah kesalahan. karena bukan merasakan detak jantung Tita, justru Delon yang dibuat berdetak tak karuan."Kerasa nggak?" Tanya Tita polos.Delon belum menjawab. Ia menatap Tita Lamat. Sampai Tita sadar jika ia sudah sedikit keterlaluan. Tia langsung menarik tangan Delon dari dadany
Pesta pernikahan sudah usai. yang tersisa hanyalah lelahnya saja. namun beda dengan penagntin baru. bukan sisa, melainkan hal baru. bagaimana tidak, keduanya bahkan tak canggung lagi sama sekali berbicara soal malam pertama. dan itu membuat Delon menatap keduanya kesal. adn saat ini mereka sedang berkumpul di rumah Tian. di sana juga ada Tita."Bisa disortir sedikit kalimat kalian?" Ucap Delon sewot. Naura menatap Delon dengan tatapan usil, "Makanya, buruan nikah. jangan sampai Tita disalip yang lain."Tita langsung tersipu. sementara Delon menggerutu kesal."Bro, kalimat yang di pesta tadi serius?" kini giliran Tian mengambil alih."Yang mana?""Kamu lihat? Dia yang saat ini sedang abang--"Buugghh!Sebuah bantal kursi melayang ke arah Tian. dan pelakunya adalah Delon sendiri. gugupnya Delon membuat semuanya tertawa."Ngapain malu. kalau benar ya diakui saja. toh nggak ada yang salah kok. kalau Tita sendiri, mau nggak sama om om seperti Delon?" Delon menatap tajam Alin. namun hanya
Hari pernikahan."Kak, selamat ya. Akhirnya nikah juga." Ucap Alin dengan bahagia. Ia tak menyangka jika kakaknya akhirnya berakhir di pelaminan dengan kak Haris.Dan status Naura berubah menjadi istri orang tepat satu jam yang lalu. Pesta pernikahan yang bertemakan white garden itu dihadiri banyak tamu. Khususnya dari rekan-rekan Haris dan Tian di perusahaan dan kawan nongkrong.Di tengah-tengah tamu yang hadir, juga ada Delon dan Tita. Gadis itu terlihat begitu cantik. Delon berhasil menyulap Tita menjadi seorang ratu yang begitu sempurna. Dan selama pesta berlangsung, Tita hanya duduk dan sesekali saja berdiri. Delon juga terlihat melayani Tita dengan sangat baik. Sepertinya pria itu sudah tersihir dengan pesona Tita.Sebelum h-1 pernikahan Haris dan Naura berlangsung, Delon datang ke kediaman Tian. Pria itu berkunjung untuk berkumpul bersama sekaligus mengatakan jika besok Tita akan datang ke pesta dan Delon juga mengatakan bagaimana kondisi Tita sebenarnya membuat Naura dan Alin
Haris dan Naura melihat tim dari WO sedang menyulap aula gedung perusahaan di kantor Tian menjadi ruangan yang dipenuhi berbagai jenis bunga dan lebih mendominasi warna putih. Dan persiapan itu sudah hampir rampung. Setelah dua Minggu pengurusan semuanya, mulai dari surat-surat yang dibutuhkan sampai penentuan konsep pernikahan, bahkan Haris menemui ayah kandung Naura yang sudah pindah ke Bandung untuk memberitahukan rencananya tersebut. Dan kini tibalah saatnya memasuki H-3 pernikahan dirinya dan Naura.Haris merangkul pinggang Naura. "Kamu suka?" Tanyanya pada Naura. Naura mengangguk. "Sangat." Jawab Naura penuh haru. Ia tak menyangka jika dirinya dan Haris akan menikah juga. Dan setelah menikah, mereka tak perlu dipisahkan jarak, karena Haris sudah mendapat izin cuti dari Tian untuk menemani dirinya selama kuliah di Aussie."Oya, kamu sudah dapat info terbaru dari Delon?" Haris menatap Naura yang tiba-tiba menanyakan soal Delon. "Jangan mikir yang aneh-aneh dulu. Kamu sadar nggak
Alin dan Tian baru saja sampai di Jakarta setelah satu minggu lamanya mereka berbulan madu. dan kedatangan mereka siang ini di sambut oleh Haris dan Naura di bandara. dan sepasang kekasih itu sudah menunggu pengantin baru sejak setangah jam yang lalu.Naura asik menyantap es krim yang Haris belikan di cafe bandara. "Enak banget kayaknya." Goda Haris pada gadis itu."Banget yank. kamu mau?"Haris menggeleng, "Kamu aja. aku lagi nggak mau makan es krim.""Kenapa? panas-panas gini mending makan atau minum yang dingin dingin." Tak tergoda sama sekali, Haris tetap menggeleng. Naura mencibir. Ia kembali menyantap es krim coklat kesukaannya. Dari tempatnya berdiri, Haris bisa melihat pengantin baru tersebut keluar dari pintu kedatangan. Ia segera melambaikan tangannya memberi kode pada Tian di mana posisinya saat ini.Naura yang melihat kehadiran sang adik langsung keluar dari mobil dan berlari mengejar Alin. "Aaaaa kangeeennn." Teriak Naura yang langsung memeluk Alin saat dia sudah sampai
Alin melenguh dalam tidurnya. ia merasakan tubuhnya remuk seketika saat ia baru saja terbangun. ia membuka matanya dan melihat suaminya masih terlelap. Alin menatap wajah tenang Tian. ia sangat suka dengan pahatan wajah Tian yang sempurna baginya. bahkan saking sempurnanya, ia akan memasang mata elangnya saat ada perempuan yang melirik pada sang suami. bahkan saat mereka di sini pun, Tian tak lepas dari tatapan para pemangsa. dan ia tak akan pernah mengizinkan pemangsa itu mendekati miliknya.Alin menyentuh pipi Tian lembut membuat Tian terbangun. "Suamiku tersayang, bangun." bisik Alin. Tian tersipu. ia menarik Alin semakin masuk dalam pelukannya membuat Alin tertawa. "bangun sayangku. sudah jam sebelas. kita melewatkan sarapan kita sayang." "Sebentar lagi istriku. atau aku ganti sarapan saja gimana?"Alin menautkan alisnya tak paham. "Ganti sarapan? maksudnya?"Tian tersenyum penuh makna. ia masuk ke dalam selimut dan detik berikutnya Alin memekik saat Tian bermain dengan puncak ke
Tian menatap istrinya yang sudah terlelap. Seharian jalan-jalan membuat Alin lelah dan memilih untuk cepat tidur. Baginya juga tak masalah, biar besoknya Alin punya tenaga lagi untuk kembali menjelajahi Jepang. Masih banyak tempat yang ingin ia tunjukkan pada Alin. Tian turun dari tempat tidur. Ia meraih ponselnya lalu berjalan keluar menuju balkon. Ia mencari kontak ponsel Haris dan langsung menghubungi pria tersebut.Tak lama panggilan itu pun tersambung dan langsung diangkat oleh Haris."Bagaimana di Indonesia?" Tanya Tian tanpa basa-basi."Ck! apa kau tak bisa basa-basi terlebih dahulu?" ucap Haris membuat Tian berdecak kesal.. "Kau tahu aku tak terlalu suka hal itu. bahkan darahku mendidih saat melihat pria sialan itu berani masuk ke dalam rumahku. sialnya aku tak meminta orang-orangku untuk berjaga di sana." jawab Tian dengan nada suara yang begitu dingin.Haris paham itu. ia sangat tahu jika Tian tak suka rumahnya dimasuki oleh orang sembarangan. bahkan untuk Naura bisa di sa
Haris dan Naura menikmati makanan yang mereka pesan dengan sangat nikmat. Naura yang awalnya ingin Haris makan bersamanya di tempat tidur rumah sakit, berubah menjadi ia yang mengikuti Haris makan di meja beserta sofa yang sudah di siapkan di ruangan tersebut.Setelah makanan habis, Naura belum ingin kembali ke tempat tidur. Toh ia juga tak butuh apa di tempat tidur. Makanya ia mengatakan jika ia sudah bisa pulang sebenarnya. Namun karena dokter mengatakan belum, jadi ia pasrah saja. Dari pada ia ribut lagi dengan pria yang ada di sampingnya ini."Alin kapan balik?" Tanya Naura pada Haris yang sedang mengupas buah."Katanya sih cuma liburan seminggu. Kamu tahu sendiri Tian. Dia bos nya di sini. Jadi seminggu katanya, belum tentu seminggu. Bisa jadi sebulan.""Ih jangan. Kok sebulan."Haris langsung menatap Naura,"kenapa kalau sebulan?""Kalau sebulan, berarti aku udah balik dong ke Aussie, terus kita nikahnya kapan?" Ucapnya cemberut. Tawa Haris nyaris meledak kalau ia tak menahannya