Home / Romansa / Hutang Barang Mantan / Bab 4. Make A Deal?

Share

Bab 4. Make A Deal?

Author: Fiska Aimma
last update Last Updated: 2022-05-18 15:54:41

Ekpektasi wanita kalau dilamar itu si cowoknya bawa bunga sambil menyodorkan cincin. Kemudian dengan lembut si cowok berbisik di telinga si cewek.

"Will you marry me?"

Sedap!

Namun, aku? Yang ada si cowok membisikan.

"Kamu ingat kan, hutang kamu?"

Gubrak.

Ya Allah! Apa segini susahnya hidup sebagai anak perempuan yatim-piatu? Sekalinya dapat suami ganteng yang mengajak berumah tangga alasannya karena hutang.

Apa nggak ada yang lebih elit lagi?

Bodohnya, dengan berat hati aku terima lamaran Pak Ravi dan berakhirlah aku di sini sebagai calon istri dari seorang Ravi Mahendra yang masih menunggu resepsi satu minggu lagi.

Pasti banyak yang bertanya, kenapa seminggu lagi? Nggak jadi tiga hari? Jawabannya karena Bu Gea--istri Pak Sasongko ingin semua koleganya hadir tanpa terkecuali. Selain itu, jadwal KUA penuh mungkin banyak yang kebelet nikah sehingga meski persyaratan lengkap ada hal lain yang menjadi pertimbangan.

Mendengar itu, tentu saja Pak Ravi awalnya kecewa tapi yang namanya Pak Ravi dia tak hilang akal.

Dia seakan pemburu yang tak ingin kehilangan hewan buruannya, jadi dia menjebakku untuk tinggal bersama ibu angkatnya sementara waktu dengan dalih keselamatan.

Kata Pak Ravi, aku ini yatim-piatu dan kondisi inilah yang dijadikan alasan kenapa harus ada yang menjaga sampai akad dan resepsi tiba.

Padahal aku tahu, Pak Ravi bersikukuh mengajakku tinggal di Bu Gea bukan karena ingin melindungi tapi dia tidak mau rencana balas dendamnya yang dimulai di hari pernikahan Vio gagal.

Entah apa niatnya, tapi aku yakin Pak Ravi punya ide gila.

Dasar mafia cap ikan sarden!

"Tegakan kepalamu! Kamu tidak sedang mencari uang, kan?" tegur Pak Ravi padaku yang berjalan di belakangnya dengan gugup.

Sebenarnya hari ini adalah hari pernikahan Vio dan Bu Hana, sebagai kolega Bu Hana, aku dan Pak Ravi datang sebagai pengganti Pak Sasongko yang berhalangan hadir. Tapi, aku curiga pasti Pak Ravi sengaja menawarkan diri pada ayahnya karena punya rencana aneh.

Bukannya untuk itu juga dia tiba-tiba melamarku?

"Iya, ini juga mau tegak Pak. Tapi aku minder, coba bapak jadi saya pasti gak mau datang ke nikahan mantan," protesku sambil menutupi muka dengan clutch hadiah Pak Ravi.

"Menyanggah terus. Nanti jadi istri kamu bakal kayak gini gak?"

"Ya, tergantung. Kan yang milih saya jadi istri Bapak, kalau gak punya hutang juga saya mah ogah."

"Apa kamu bilang? Sudah, jangan banyak protes! Ingat, kamu di sini untuk bantu saya, titik," ujarnya dingin.

Aku menghembuskan napas berat. Lagi-lagi dia selalu menyuruhku diam semaunya, kebayang kalau udah jadi suami dia akan memintaku apa lagi?

Entah. Yang jelas aku ingin segera pergi dari sini.

Dalam hening, aku dan Pak Ravi pun kembali berjalan beriringan sambil sesekali mengamati kemeriahan pesta yang sangat mewah ini.

Setelah mengantri cukup lama, tibalah aku di depan kedua mempelai lebih dulu sedangkan Pak Ravi di belakangku. Kulirik Pak Ravi yang berdiri tegang dan menatap tajam ke arah ibu kandungnya yang sama sekali tak mengenal Pak Ravi.

Ibaratnya jika aku mantan yang terbuang, maka Pak Ravi adalah anak yang terbuang.

Sadis.

Melihat itu, seenggaknya aku tenang ternyata ada yang lebih buruk perasaannya. Meski dalam hati aku berdoa agar tidak meneteskan air mata di depan Vio.

Bagaimana pun lima tahun bukan waktu yang mudah untuk melupakan, menyaksikannya berdiri di samping janda kaya itu membuatku ingin menambah maskara waterproof biar jika aku menangis tak luntur. Apalagi Vio hari ini kelihatan cakep banget.

Mau nangis rasanya.

"Hey, Ra. Makasih ya udah datang ke acara nikahan saya." Vio mengulurkan tangannya ke arahku.

Aku mematung sejenak. Sumpah ya, sulit banget buat ngomong ucapan selamat.

"Sama-sama Vio," ucapku singkat. Aneh, cuman sekalimat tapi ngilunya sampai ke organ dalam.

"Oh iya, Sayang ini Sara mantanku yang kuceritakan punya hutang sama aku itu," cetus Vio pada Bu Hana.

"Mantan kamu? Mantan kamu yang suka kamu bantu itu?" respon Bu Hana dengan suara keras membuat semua orang yang hadir di podium melihat ke arahku.

Ya Allah. Aku pengen pulaaaaang!

Penghinaan model macam apa ini? Kenapa aku harus datang jika untuk dihina?

Tak kusangka Bu Hana tampak tak beda jauh sifatnya dari Vio, pantas saja jodoh.

Wanita itu menelitiku dari ujung kaki sampai ujung kepala seakan mengukur seberapa pantas aku hadir di sini. Dodolnya, bagai orang b*go aku hanya bisa menunduk malu sampai dia bersuara lagi.

"Oke style kamu boleh juga. Oh iya, betewe terima kasih ya sudah membebani Vio selama ini. Cowok mana lagi yang kamu goda buat kamu tumpangi hidup, Ra? Semoga kamu mendapat yang lebih baik ya," sindir Bu Hana telak menusuk jantung dan itu menyakitkan.

Ingin rasanya membela diri tapi seseorang sudah menyela lebih dulu.

"Anda jangan khawatir Bu, dia sudah mendapat yang lebih baik kok. Dia akan menikah dengan saya, kenalkan saya Ravi Mahendra Sasongko."

Seketika semua terdiam ketika Pak Ravi memperkenalkan diri, terutama Bu Hana. Dia menatap Pak Ravi seolah terkejut.

Wanita kaya itu berucap gugup dengan wajah yang pucat.

"Ravi Mahendra Sasongko? Benar itu namamu? Jadi kamu anaknya ...."

"Iya saya anaknya Pak Sasongko dan ini calon istri saya Sara Elvira. Kenapa? Anda kaget karena telah menghina calon istri partner Anda?" seringai Pak Ravi membuat kedua mempelai sontak membungkam mulutnya rapat-rapat.

Speechless.

(***)

"Huwaaaaa! Tega! Kenapa orang kaya tega semua? Kalau gitu mending jangan jadi orang kaya."

"Bener? Emang kamu gak mau makan nasi padang tiap hari?" sahut Pak Ravi kalem.

"Mau tapi ... huwaaaa!"

Entah berapa kali aku menjerit dan menangis di dalam mobil Pak Ravi yang ada di parkiran hotel. Sementara lelaki itu memilih menunggu di luar karena dia tak ingin mengganggu. Alhasil, kita hanya berkomunikasi via jendela.

Menyakitkan.

Aku benar-benar kecewa sama Vio dan Bu Hana. Kedua orang itu nggak punya hati, mereka telah dibutakan oleh harta hingga tega menindasku. Beruntung Pak Ravi segera menyela kalau enggak gitu aku bisa jadi bulan-bulanan para manusia sombong yang ada di dalam sana.

Aku pasti nggak kuat.

"Ra! Sara Elvira!" panggil Pak Ravi saat aku masih disibukan dengan tangisan dan ingus yang keluar.

"Apa?" sahutku kesal.

Heran. Ganggu aja orang lagi berduka juga.

"Udah belum nangisnya? Banyak nyamuk nih di sini. Pulang yuk?"

Huwaaaa!

Related chapters

  • Hutang Barang Mantan   Bab 5. Malam Pertama? Astaga!

    Setelah bertemu dengan Vio dan Pak Ravi ada dua hal yang menjadi prinsip dalam hidupku, prinsip kesatu jangan mudah percaya sama mulut lelaki dan prinsip kedua jangan muda menerima pemberian apa pun dari orang lain. Kenapa? Karena akan sangat menyusahkan dan merepotkan. Jika tak ingat kalau aku masih punya iman, aku mungkin sudah bunuh diri. Untunglah, aku pernah dengar kajian kalau orang yang berhutang itu entar di akhiratnya bakal susah. Jadi, dari pada susah mending nikah sama Pak Ravi aja. Sama-sama susah, kan? Maka, dengan segenap hati dan seberat body akhirnya aku sampai juga di hari ini.Tepat seminggu sesudah resepsi Vio akhirnya giliran aku yang menggelar akad dan resepsi yang melelahkan. Meski kata Bu Gea masih sangat sederhana karena hanya mengundang kolega penting dan keluarga terdekat, tapi tetap saja badanku berasa remuk semua. "Hoaaaaam!" Aku kembali menguap ketika tubuh ini berhasil kurebahkan di atas tempat tidur. Mataku mulai menerawang menembus langit-langit kam

    Last Updated : 2022-05-18
  • Hutang Barang Mantan   Bab 6. Cincin Hilang

    Kesan hari pertama jadi istri yang dinikahi akibat hutang itu rasanya seperti kamu jadi Captain America yang kesasar di negeri Alakadabra alias 'OLENG'.Seharusnya kurutuki Pak Ravi yang seenak udelnya tak membangunkanku dan berangkat lebih dulu. Sebagai asisten dosen tentu saja ini bencana bagiku, apa pendapat para mahasiswa kalau dosen lebih dulu datang dibanding asdos-nya? Bisa di-bully habis-habisan aku sama mahasiswa yang lagi praktikum. Mereka kan tengil dan pastinya aku akan jadi bulan-bulanan. Duh Gusti! Heran deh, segitu kejamnya punya laki enggak ada manis-manisnya. Kalau aku kesiangan, bangunkan kek atau elus kek pipinya biar sadar. Ini bukannya empati tapi malah sengaja biar aku terlena.Alhasil, dengan langkah terburu-buru aku pamit sama mertua dan memesan ojek untuk sampai di tempat perkuliahan secepat mungkin. Lalu, berakhirlah aku di sini. Di depan lab Material-1 di mana Pak Ravi sedang berdiri dengan tatapan dingin seraya mengabsen mahasiswa satu-persatu. Biasan

    Last Updated : 2022-05-20
  • Hutang Barang Mantan   Bab 7. Perkara Dalaman

    Kata Mbah G**gle, biar hubungan kita sama pasangan itu aman, tentram dan loh jinawi, jangan pernah membahas dan membawa masalah mantan baik dalam kondisi apa pun kecuali kepepet. Tetapi kayaknya hal itu tidak berlaku bagi aku dan Pak Ravi, wong tujuan misi kita adalah membalas dendam pada istri mantanku beserta Vio kok. Eh, bentar ... emang Pak Ravi mau memberi pelajaran sama si mantan 'enggak ada akhlak juga' gitu? Ah, itu kayaknya aku aja kali dia enggak. Pak Ravi itu lelaki paling egois yang pernah aku temui, mana mungkin dia berpikiran tentang bagaimana perasaanku jika untuk memarahi seorang Sara di depan mahasiswanya saja dia bisa. Bayangkan, hanya karena perkara cincin ketinggalan di kamar mandi, tuh laki repotnya udah sampai ke ubun-ubun. Sampai membuat satu kelas horor hanya karena tingkahnya. Gimana kalau aku ketinggalan dalaman?"Saraaa! B*ha dan CD kamu nih, kok ada di wastafel?" Astaga! Kejadian. Serius? Mendengar teriakan yang tiba-tiba dari arah kamar mandi, aku la

    Last Updated : 2022-05-21
  • Hutang Barang Mantan   Bab 8. Adik Ipar Rese

    Banyak yang bilang cara menaklukan orang sombong bin tukang pamer itu hanya dengan dua cara. Satu mengabaikannya karena kamu nggak peduli dan dua bertindaklah lebih dari 'si sombong' agar dia tahu di atas langit masih ada langit.So, menimbang dan melihat kelakuan suamiku akhirnya aku bisa menyimpulkan. Kurasa langkah kedua itulah yang sedang Pak Ravi jalankan bagi Bu Hana, disebabkan Bu Hana itu emang suka merendahkan orang lain. Hanya karena lingerie dia tega membawa-bawa hutang masa laluku pada suaminya.Beruntung, Pak Ravi itu selain pintar ngomel dia juga pintar melaksanakan misi sehingga harga diriku tadi bisa terselamatkan dan menurutku itu langkah yang cerdas.Walau ... harus kuakui itu berlebihan. Apalagi kalau sampai meluk-meluk pinggang kan kasian hati perawan kayak aku ini, berasa dikasih harapan gitu."Kamu mau sampai kapan bengong gitu? Ini malam hari ya, saya gak mau kamu kesurupan karena nggak kemasukan aja kamu udah ngerepotin saya. Lebih baik kamu bersiap karena seb

    Last Updated : 2022-05-21
  • Hutang Barang Mantan   Bab 9. Balada Barang KW

    Disclaimer:Jika ada yang bertanya apakah aku senang tinggal di perumahan elit? Jawabannya adalah TIDAK.Kenapa? Karena baru seminggu aku tinggal di perumahan rasanya beratku turun beberapa ons.Penyebabnya tak lain dan tak bukan, karena aku kekurangan bahan asupan jajanan kesukaanku seperti bakso, cendol, siomay sampai kue putu. Tragis!Kukira tinggal di perumahan elit itu menyenangkan karena fasilitas lengkap tersedia tanpa memikirkan esok makan apa, tapi setelah aku jalani rasanya gaya hidup seperti ini tak cocok denganku.Jujur, aku belum terbiasa dengan kondisi sepi dan angkuh seperti ini.Di mana para tetangga bersifat individual tanpa mempedulikan satu sama lain. Pantas saja, jika ada kejadian pembunuhan mereka tak akan tahu karena bagiku masing-masing rumah memiliki barier tersendiri bagi pihak asing.Termasuk rumah Bu Hana dan Vio, sepemantauanku akibat pagar yang tinggi, aku jadi tidak tahu aktivitas mereka padahal aku harus tahu demi kelancaran misi. Sudah kuduga membalas d

    Last Updated : 2022-05-21
  • Hutang Barang Mantan   Bab 10. Ancaman Ravi

    Yakinlah sifat dasar manusia itu tidak mungkin langsung berubah dalam satu waktu dan sekarang aku menyesal karena terlalu berharap.Pak Ravi tetaplah dosen menyebalkan yang suka memerintah dan galak. Buktinya, meski semalam dia sudah membelaku di hadapan nenek sihir--Bu Hana, esok harinya dia kembali menjadi manusia paling enggak peka sedunia. Sudah kuduga, baginya aku tak lebih dari sebuah sandiwara.Aku saja yang bodoh membawanya baper sampai ke sumsum tulang. Padahal untuk Pak Ravi, mungkin aku tak lebih dari remahan ranginang di kaleng monde, rasanya ada tapi bukan fokus utama.Luka tapi tak berdarah.Arrh! Apa mungkin dia sebenarnya malu karena ulahku yang memakai barang kawe di pesta kemarin? Sehingga dia kesal kalau aku sudah mempergunakan uangnya untuk hal yang tak berguna.Tuk. Tuk."Sara! Sar! Kamu bisa jaga mereka lebih dekat? Karena mereka mulai berisik," perintah Pak Ravi disertai ketukan di meja berhasil menghancurkan lamunanku.Aku tersentak kaget menatap Pak Ravi yang

    Last Updated : 2022-05-21
  • Hutang Barang Mantan   Bab 11. My Hero

    "Jangan dekati lelaki mana pun, tanpa seijin saya. Kalau nggak, mungkin saya tidak bisa menahan diri lagi!"Aaaa!Aku meremas rambut sendiri lalu membasuh muka berkali-kali.Nggak! Aku yakin Pak Ravi nggak cemburu! Dia mengatakan itu karena gak mau misinya gagal. Sadar, Ra! Sadar!JANGAN BERHARAP LEBIH!Kembali aku menahan napas, memejamkan mata sejenak lalu menghembuskannya lagi perlahan sampai dadaku tenang, aku mencoba mengembalikan rona wajahku yang memerah sambil menatap wastafel. Aku tidak mau siapa pun tahu kalau diri ini sedang kegeeran karena dosen jutek yang ngomong aja pakai muter-muter kayak kipas angin.Sumpah ya, kata-kata Pak Ravi itu emang menyebalkan. Sekalinya bertitah hatiku dibikin gegana (gelisah, galau dan merana) tiada dua. Mana buat nulis kata 'cemburu' aja dia mah pakai TTS, berasa banget aku nikah sama dosen kalau begini.Namun, kali ini aku tidak akan terpancing dan membodohi diri sendiri. Cukup! Aku tak mau lagi ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. Asem."F

    Last Updated : 2022-05-21
  • Hutang Barang Mantan   Bab 12. Honeymoon

    Semenjak menikah dengan Pak Ravi ada satu hal yang paling aku takutkan yaitu melihatnya marah. Entahlah, kukira itu hal yang wajar mengingat Pak Ravi itu tipe lelaki yang jarang ngomong tapi sekalinya ngomong membuat orang ingin bakar rumah.Nyelekit banget, sumpah. Pantas jika Bu Gea--mertuaku bilang, harus sabar jadi istri seorang Ravi Mahendra karena dari kecil dia memang sudah hidup penuh dengan kekerasan.Menjadi sebatang kara sebelum akhirnya ditemukan Pak Sasongko membuat Pak Ravi menjadi pribadi yang tak pandai mengekspresikan rasa. Saking dinginnya, dia sampai tak bisa berdekatan dengan perempuan, kecuali Bu Gea dan Wita. Tapi, untungnya semua itu tidak lantas menjadikannya seorang gay karena kalau sampai dia belok, alamat kiamat memang sudah sangat dekat."Eheum!" Aku berdehem. Memberi kode gugup pada Pak Ravi yang sejak tadi menatap tajam ke arahku.Sudah setengah jam kami duduk berhadapan di ruang tamu dan dia hanya memandangku lurus tak berkedip, seolah mau marah tapi ...

    Last Updated : 2022-05-21

Latest chapter

  • Hutang Barang Mantan   Bab 30. Hutang Barang Mantan (Ending)

    Aku sungguh tak menginginkan acara penyambutan yang kaku dan menyedihkan seperti ini ketika kembali ke kediaman keluarga Sasongko.Namun, apa yang aku bisa harapkan? Jika kehadiran kami saja membuat semua orang kecewa karena Bang Ravi menyampaikan kabar tentang kehamilanku pada keluarga yang jelas-jelas tak menginginkannya."Sudah berapa bulan?" tanya Bu Gea dengan nada berat sehingga terdengar seperti gumaman.Saat ini kami sekeluarga berkumpul di ruang tamu dengan formasi lengkap. Bu Gea, Wita dan Pak Songko ketiganya seketika diliputi atmosfer gelap terutama Wita. Gadis itu sampai menundukan kepala menahan tangis yang hendak keluar.Aku paham kondisi ini pasti sangat sulit bagi semua. Sebagai wanita, Wita pasti sangat sakit hati ketika tahu lelaki yang ia cintai selama ini ternyata telah memiliki anak dari perempuan yang ia benci. Apalagi pernikahannya pun harus gagal karena Bang Ravi lebih memilih aku."Kata Dokter baru lima minggu Bu, minta doanya," kata Bang Ravi. Kurasakan geng

  • Hutang Barang Mantan   Bab 29. Penghutang Barang Mantan

    Aku memainkan sendok yang kupegang dengan perasaan malas. Sudah setengah jam berlalu tapi aku masih saja tak bisa menghabiskannya. Rendang, nasi, parkedel dan lalaban yang ada di hadapanku benar-benar tak dapat menggugah selera.Hari ini tepat dua minggu berselang dari hari di mana aku diminta pergi dengan paksa dan berakhir di villa persembunyian Bu Hana yang berada di kaki gunung Pangrango. Bu Hana? Bu Hana ibu kandung Bang Ravi? Iya dia. Siapa sangka, di saat aku merasa ingin pingsan di pinggir jalan karena merasa kehilangan tujuan, dialah yang membawaku ke sini. Sungguh kebetulan, aku yang hendak melarikan diri setelah dihina dan diusir bertemu dengan seorang perempuan yang kukira musuh. Beruntung, saat itu tak ada Vio di sana sehingga dengan amannya aku bisa menyembunyikan diri. Entah, ini karena kasian atau dia berpikir sebaiknya merawatku demi rasa bersalahnya kepada seorang Ravi, jujur aku tak peduli. Aku tidak tahu ada modus apa di balik kebaikan Bu Hana yang tiba-tiba ini

  • Hutang Barang Mantan   Bab 28. Unboxing? (POV RAVI)

    Langkah ini begitu gontai saat keluar dari ruang perawatan Pak Sasongko. Pikiranku berkecamuk tak tentu arah karena memikirkan permintaan Ayah angkat yang tetap mau menikahkanku dengan Wita. Kata beliau hanya aku harapan dia untuk menjaga anak bungsunya.Sejujurnya, sampai saat ini aku masih belum bisa memberi jawaban. Sekali pun Ibu mendesak dan Wita tentu saja berharap, aku memilih bersikeras menunda keputusan. Aku tak ingin emosi dan mengambil jalan yang salah. Terutama, aku tak ingin menyakiti Sara.Aku mencintainya. Itu pasti. Hanya saja aku belum menemukan cara agar membuat Sara tetap di sisiku tanpa menjadikannya objek kemarahan keluarga Sasongko. Sebagai lelaki aku tak boleh gegabah bertindak."Ravi tunggu!" Suara tegas milik Ibu menahan langkahku yang hendak menuju ke arah pintu keluar. "Ibu ingin bicara."Aku berbalik dan memaksakan senyum. "Iya Bu. Ada apa lagi?" tanyaku menahan rasa enggan.Otakku benar-benar penat dan butuh istirahat."Kamu bisa jagain Wita malam ini?""L

  • Hutang Barang Mantan   Bab 27. Penjelasan Hati

    Patah hati adalah sebuah kejadian yang pasti dialami oleh hampir seluruh manusia yang mengaku pernah jatuh cinta. Kisah patah hati pun nggak sama, semua orang punya kisah berbeda. Tapi, berkali-kali patah hati karena suami tak membuat hatiku menyerah. Entah mungkin karena sudah terbiasa.Bang Ravi, pria itu terlalu nyata untuk aku lupakan. Kenangan dan segala sesuatu tentangnya membuatku tak bisa beralih pikiran. Lalu, aku harus apa? Ketika aliran sesak ini semakin tak tahu diri.Menangis? Ah, aku lelah! Bahkan rasanya aku seperti menjilat ludahku sendiri.Dulu, aku mengatakan, menangis untuk Bang Ravi sama saja dengan menangisi kebodohan tapi fakta membuktikan kalau aku malah tenggelam dalam kebodohanku sendiri.Baru seminggu saja aku bersembunyi, ternyata diri ini sudah sangat merindu seorang Ravi.Aku rindu wanginya.Aku rindu suaranya.Aku rindu tatapannya, tawanya, ciumannya, dekapannya dan semua tentangnya.Aku hampir merasa gila tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Tak kusangka

  • Hutang Barang Mantan   Bab 26. Sebuah Pilihan

    Apa yang kamu harapkan Sara? Ngimpi!Sejak awal pernikahanku memang sudah salah. Tak seharusnya mempermainkan pernikahan dan kutahu Bang Ravi hanya ingin memperalatku sebagai objek balas dendam.Tak lebih! Sepantasnya aku sadar itu hingga tak terlalu menyuapi angan dengan harapan. Namun, aku saja yang bodoh masih merasa semua akan baik-baik saja.Padahal setelah ini selesai, dia tetap milik keluarganya dan aku tetap kembali ke titik semula seorang gadis yang berhutang barang pada mantannya.Bruk!Aku menutup pintu dengan keras. Entahlah, ubun-ubunku terasa mendidih melihat Bang Ravi memeluk Wita.Apakah arti dari pelukan itu adalah mereka akan menikah? Dan lelaki itu akan menuruti perintah orang tua angkatnya?"Sialan!" Spontan aku membanting bantal ke lantai. Mulai dari sekarang, aku tak akan percaya mulut lelaki satu pun.Aku tak akan mendengarkan Bang Ravi sama sekali. Aku akan bertindak sesukaku, kami hanya suami-istri di atas kertas. Untuk apa aku setia? Jika pada akhirnya akulah

  • Hutang Barang Mantan   Bab 25. Sakit Tak Berdarah

    "Sebelum dia menjadi suami kamu. Ravi adalah anak angkat kami. Jadi, saya harap kamu sadar kedudukanmu Sara."Kata-kata Pak Sasongko terus saja terngiang di kepalaku. Bagaikan sebuah kaset yang terus diputar di kepala dan membuat gelisah.Emang seharusnya aku tak perlu sekhawatir ini karena Bang Ravi sudah berjanji mau menjagaku. Namun, tetap saja rasa keberatan itu timbul karena bukan Bu Gea yang berbicara tapi Pak Sasongko.Ayah angkat Bang Ravi yang terbiasa diam itu sekarang seolah bersebrangan denganku. Sebagai menantu aku jadi merasa serba salah dan juga tak yakin akan hubungan ini. Lambat-laun belang dari keluarga ini terlihat, sekali pun mereka baik jika berkenaan dengan anak kesayangan pasti apa pun dikorbankan termasuk perasaan orang lain.Karena Wita. Rasa cinta Wita pada Bang Ravi-lah yang menjadi alasan aku menjadi ragu dan sekarang adik iparku itu kecelakaan tepat di mana aku sedang berbulan madu.Haruskah aku curiga? Mungkinkah ini disengaja?Memikirkan ini semua membua

  • Hutang Barang Mantan   Bab 24. Keraguan Sara

    POV RAVIAku tersenyum saat melihat Sara dengan gembira bermain pasir putih yang terbentang sepanjang pantai. Rambut panjangnya yang tertiup anginberkibar menjadikannya lebih cantik.Sara adalah istimewa. Itulah yang kuketahui sejak pertama kali mengenalnya. Kuakui rasa pada Sara terasa lebih dalam dan kuat seiring berjalannya waktu. Maka, ketika hari ini aku melihatnya bersama ibu kandung yang telah kuanggap mati, jiwa ini seakan memberontak.Aku tak rela Sara dekat-dekat dengan wanita kejam itu, aku takut dia terpengaruh sehingga meninggalkanku seperti Ibu.Setiap melihat wajah Sara, entah kenapa aku kadang ragu apakah hubungan kami bisa berjalan lama? Bukan. Bukan karena aku menyangsikan kesetiaannya tapi aku takut tak sanggup bertahan tanpanya."Makasih ya Pak, Bapak udah bawa aku ke pantai," kata Sara dengan senyuman di bibirnya yang kemerahan."Iya, sama-sama tapi bisakah kamu gak panggil saya lagi dengan sebutan Bapak? Saya suamimu dan udah mengambil kesucianmu pula, masa ma

  • Hutang Barang Mantan   Bab 23. Ketagihan

    Mataku terbuka saat suara dorongan pintu paling pelan menyapa gendang telinga. Samar aku melihat warna cat kamar yang berbeda.Perasaan kamarku nggak bercat abu. Kok, ini jadi abu? Terus baunya ini ... sepertinya aku kenal.Di mana aku? Aku memegang kepalaku yang terasa pening lalu mencoba bangkit dan mendudukan diri."Aw!" Aku meringis saat kurasakan daerah selangkanganku yang sedikit sakit.Ah, kenapa ini? "Sudah bangun?" Sebuah suara menyapa. Aku sontak mendongak melihat sosok yang baru saja masuk ke dalam kamar. Melihatnya di kamar ini membuatku dengan cepat menyembunyikan wajah malu.Seketika otakku cepat berfungsi dengan baik dan sadar kalau semalam kami sudah melewati batas tapi entah mengapa aku tak merasa bersalah.Kami halal. Ya, toh?Pak Ravi tersenyum melihatku yang seperti kucing ketahuan mencuri ikan. Wajahku pasti sangat merah karena siapa sangka kalau yang merebut keperawananku adalah Pak Ravi.Entah harus bahagia atau sedih."Sudah jangan malu-malu gitu. Minum air

  • Hutang Barang Mantan   Bab 22. Jebol Juga (1)

    Orang bilang kentut di depan suami itu adalah bagian dari bentuk keakraban sekaligus tanda kita sudah nyaman. Nah, masalahnya kentut yang kulakukan itu terbilang kentut yang kurang ajar jauh dari kata bentuk akrab.Orang lagi sakit malah dikasih kentut. Untung jadi sembuh, coba kalau jadi nambah sakit? Bisa bahaya jika Pak Ravi pingsan karena baunya."Udah buang air besarnya?" tanya Pak Ravi saat aku baru keluar dari toilet.Aku nyengir kuda. Merasa bersalah juga lega. Pantas saja kentutku bau soalna aku baru ingat belum BAB."Udah Pak. Hehe ... oh ya, buburnya enak gak?" kataku sambil menghampiri Pak Ravi yang sedang duduk di atas kursi meja makan. Mengalihkan issu adalah jalan ninjaku.Aku mengambil tempat tepat di depan Pak Ravi yang masih sibuk menyantap bubur yang kubuat tadi.Melihat Pak Ravi terlihat lebih baik dan segar, dalam hati aku tersenyum senang, setidaknya dia tak nampak mengkhawatirkan lagi meski masih sedikit pucat."Mau jawaban jujur atau modus?"Bukannya menjawab,

DMCA.com Protection Status