Kehidupan memang seperti itu.
Ada masanya kita harus merelakan sebuah kehilangan,ada kalanya juga kita harus menyambut kehadiran.Yang hilang mungkin tak tergantikan,namun bisa jadi yang hadir lah yang kita butuhkan.Di meja kerjaku ada kotak berwarna pink bergradasi putih dengan pita putih di atasnya. Kusingkapkan pita itu lalu terbaca Versace Bright Crystal Eau Du Toilette 90 ml. Aku buru-buru membuka kotak itu. Sebuah botol parfum bening yang cantik berisi cairan parfum berwarna pink itu membuatku terpesona. Wanginya luar biasa begitu lembut. Pasti bukan barang murah. Siapa yang repot-repot memberiku hadiah ulang tahun semahal ini?
Ponselku
Ada banyak kotak misterius di hidupku.Walaupun setiap kotak berisi kejutan,tak semuanya menyenangkan.Ada yang membuatku sedih dan kecewa,lalu ada satu kotak berisi kamu.Aku masih sibuk mengerjakan laporanku ketika ada suara wanita tertawa dengan riang dari luar ruangan. Aku menengok ke arah pintu. Seorang wanita setengah baya masuk ke ruanganku sambil mendorong kursi roda Mr. Nilsson. Rambutnya dibiarkan tergerai dan jatuh dengan elegan di bahunya. Badannya yang masih terlihat bugar dibalut dengan dress berlengan puff merek H&M warna hitam. Bahu kanannya menyandang tas selempang warna hitam dengan logo emas Tory Burch. Jason langsung berdiri dari kursinya. Dia tersenyum lebar melihat wanita itu.
Ada kisah di masa lalu dimana kamu dan akuterpaksa berpapasan karena takdir.Pertemuan yang menurutku biasa saja itunyatanya malah mengikat hatimu."Wah, yang ini bagus!" seru Bu Rina mengambil salah satudressbatik warna kuning gading yang ada didisplay.Dressdengan lengan lonceng yang lebar dan taburan mutiara pada bagiannecklineitu memang cantik.Mungkin kalau kupakai, panjangdressitu akan jatuh tepat di atas lututku. Aku cuma membayangkannya saja karena aku tidak mungkin membelinya. Tujuh ratus ribu rupiah tertulis pada label harganya. Bukannya aku tidak sanggup membelinya, hanya
Hidupku tidak pernah sepenuhnya menjadi milikku.Kekecewaan dan kesedihan yang kurasakannyatanya melukai orang lain juga.Kini aku harus membahagiakan dirikuuntuk mengobati luka mereka.Laras mengetuk pintu kamarku yang terbuka. Sepertinya dia baru saja pulang kerja karena dia masih memakai seragamnya. Rambutnya yang lepek karena tertutup jilbab seharian, masih diikat ekor kuda."Kok baru pulang? Lembur ya hari ini?" tanyaku sambil meletakkan Men Coblong karya Oka Rusmini yang mulai kubaca sejak satu jam yang lalu."Enggak, Mbak. Tadi sekalian mampir ambil pesanan batik buat seragam lamaran.""Sudah jadi seragamnya?""Kalau seragam laki-laki sudah jadi, siap pakai. Tapi untuk yang perempuan, cuma bentuk kain sepanjang dua meter. Biar jahit sendiri-sendiri. Tahu sendiri lah, Mbak. Ibu-ibu lebih ribet kalau urusan baju."Aku melihat air muka Laras sedikit sedih. "Trus kamu ngapain di sini? Bukannya langsung mandi. Ini sudah jam tujuh malam lho.""Ibu ada di ruang tamu. Mau ketemu sama
Jiwa romantis memang sulit hidup dalam realita.Selalu saja dia butuh kehadiran orang yang dicintainya.Lalu bagaimana jika yang hadir justru yang mencintaitapi tak dicintainya?Aku tidak mau terpuruk dalam patah hati yang berkepanjangan karena nyatanya Sam tak akan kembali. Titik. Aku harus menemukan cinta yang baru untuk membayar waktuku yang telah terbuang sia-sia. Apa susahnya menemukan satu pria yang tepat untukku?There are plenty more fish in the sea, right?Aku cuma butuh satu pria dari ratusan juta pria yang ada di dunia ini. Cuma satu pria, tidak lebih."Dari tadi, Yu?" tanya Jason membuyarkan lamunanku."Baru saja,Mister."
Dengarkan kata hatimu, katanya.Baiklah, aku akan diam dalam sunyimencoba mendengar apa yang dikatakannya.Ternyata, hanya senyap yang menyapa.Sayup-sayup aku mendengar suara dua orang sedang bercakap-cakap. Aku membalikkan tubuhku lalu perlahan membuka mataku yang terasa berat. Entah obat apa saja yang tadi pagi kuminum, rasanya tubuhku lemas sekali. Aku memfokuskan pandanganku pada dua sosok yang sedang bercakap-cakap di depan ranjangku, ternyata Bulik Asmi dan Damar."Akhirnya bangun juga," Bulik Asmi tersenyum padaku."Dari tadi, Mar?" tanyaku pada Damar."Nggak kok. Baru saja sampai."
Menjaga rahasia tidak pernah mudah dilakukan.Nama baik dan kesetiaan jadi taruhannya.Namun, banyak yang tak mengerti batasan.Mereka pikir mereka berhak tahu segalanya.Selama empat malam aku menginap di klinik dua puluh empat jam karena penyakit yang sering menimpa para karyawan, tipes. Walaupun aku sudah pernah sakit tipes sebelumnya, kali ini aku benar-benar kewalahan. Nafsu makanku hilang. Berat badanku turun empat kilogram. Sampai sekarang pun perutku kadang masih terasa perih.Walaupun aku masih sedikit lemas, kuputuskan untuk mulai bekerja hari ini. Karyawan biasa seperti aku tidak boleh sakit terlalu lama, kan? Aku mengelus meja kerjaku yang sedikit berdebu. Semua barangku masih ada di tempat yang sama sejak kutinggal seminggu yang lalu. T
Untung saja Tuhan menciptakan kemerdekaan yang mutlakuntuk membayangkan sesuatu tanpa diketahui orang lain.Pasti akan terjadi kekacauan yang luar biasajika rekan kerjaku tahu tentang apa yang ada di pikiranku:aku sedang menendang buah zakar bosku!Aku melongo melihat data yang dikirim Jason melalui email. Sembilan ratus lima puluh juta rupiah! Sebesar itu kerugian yang harus ditanggung perusahaan. Minggu lalu Jason mendatangkan auditor untuk memeriksa dan menghitung kerugian atas kasus ini. Mereka belum selesai mengerjakan laporannya, jadi masih ada kemungkinan kalau angka itu akan bertambah."Sudah baca email dari saya?" tanyanya padaku.
Menaiki roller coaster akan menyenangkanselama durasinya tidak lebih dari dua menit.Begitu juga sebaiknya permasalahan hidup.Tak usah lama-lama, supaya hidup bisa dinikmati.Tahu-tahu sudah hari Kamis dan Damar masih tidak mau bicara denganku. Apa perlu aku membacakannya hadist dilarang mendiamkan sesama muslim lebih dari tiga hari ya? Siapa tahu berhasil, kan? Tiba-tiba teleponku berbunyi. NomorextentionMbak Maya muncul di layarnya."Halo, Mbak," sapaku."Halo, Yu. Tolong sampaikan ke Mr. Jason kalau Pak Seno sudah datang.""Oke, Mbak. Terima kasih ya."
Cinta akan menghampiri merekayang menyambutnya tanpa ragu.Selain Jason, setahuku hanya ada empat pasien lain di sini. Masing-masing pasien terbaring di ranjang yang dibatasi korden hijau khas rumah sakit pada umumnya. Sesekali terdengar suara dokter yang memberi instruksi kepada perawat, selebihnya hening. Satu-satunya suara yang terdengar secara konsisten di ruang ini adalah bunyi bip-bip yang dihasilkan alat-alatmonitoringkondisi pasien.Sepuluh menit sudah berlalu sejak aku duduk di samping Jason. Dia masih belum sadar dari pingsannya. Aku menyelimuti tubuhnya dengan selimut putih yang tadinya terlipat di ujung ranjang. Dengan selimut yang menutup tubuhnya sampai ke leher itu, Jason tidak terlihat begitu mengerikan lagi. Lengan kanan
Malam selalu datang terlambat di musim panas.Tapi bulan tak sekali pun mengeluhkan hal itu.Lalu kenapa ketika cinta terlambat dinyatakan,anak manusia meracau di akhir hari?Tak bisakah ia berbesar jiwa seperti si bulan?Aku akan minta maaf pada Jason di kantor pagi ini. Sebenarnya aku bisa saja meneleponnya dari kemarin, tapi rasanya kurang pas kalau meminta maaf lewat telepon padahal kami bisa bertemu langsung. Sebagai pihak yang bersalah dan mengharapkan maaf darinya, hari ini aku ingin menarik simpatinya dengan cara apapun, termasuk memakaidressbatik yang dibelikan ibunya dan parfum Versace yang dihadiahkannya padaku.Dengan rasa percaya diri yang tinggi a
Sebentar panas, sebentar hujan deras.Kadang langit keemasan, sesekali menggelap.Jangan tanya semburat apa yang terpancar nanti sore,belum tentu aku bisa menemuinya.Setelah sholat subuh, aku kembali membaringkan diri di tempat tidur. Mataku masih terasa berat. Sebenarnya sejak pukul sebelas malam aku sudah berbaring di atas kasur, tapi aku baru bisa tidur sekitar pukul dua pagi. Gara-gara membantu Damar melamar Anita di Taman Pelangi, aku jadi ikut-ikutan sumringah seolah-olah aku lah yang dilamar. Perasaan sumringah seperti itu sangat mudah menulariku, begitu mudah juga membuatku terjaga.Aku menguap untuk yang keempat kalinya subuh ini. Peristiwa tadi malam kembali berkelebatan di b
Ketika pelukan selimut tua menghangatkan jiwa,suara detik jam merusak senyap yang tercipta.Bukti nyata bahwa waktu begitu fana.Begitu pula kita.Jatuh cinta selalu menciptakan perasaan menyenangkan. Seolah setiap hari aku melihat pelangi.Masuk ke ruangan Jason dan melihat senyumnya, merah. Kebersamaan kami menikmati kopi selama beberapa menit, jingga. Melihatnya mencuri-curi pandang padaku di tengah rapat yang berlangsung serius, kuning. Sapuan ringan jemarinya di jemariku ketika tidak seorang pun melihat, hijau. Pesan-pesannya di WhatsApp yang membuatku tersenyum sendiri di sela makan siangku dengan Mbak Maya dan Damar, biru. Ciuman yang diberikannya padaku sembunyi-sembunyi setiap sore sebelum bel pulang, nila. Rasa degdegan menyembunyikan itu semua dari orang-orang di kantor, ungu.
Jangan ajari kekasihmubagaimana untuk mencinta.Sejatinya tanpa diajari, cinta akan mewujuddalam kata dan sikap.Hubunganku dengan Sam memang sudah berakhir dengan buruk, tapi itu bukan berarti bahwa semua tindakan dan perkataannya selama kami dulu bersama adalah salah. Ada satu hal tentangnya yang tiba-tiba terlintas di benakku. Beberapa tahun yang lalu ketika Sam berulang tahun, aku memasak nasi goreng untuk sarapan kami bersama. Nasi goreng itu terlalu asin, tapi Sam tetap memakannya. Tidak ada lelaki yang akan menolak sarapan yang disiapkan dengan penuh cinta, kata Sam waktu itu.Lalu kenapa memori itu muncul sekarang? Mungkin otakku yang sedang kalang kabut mencari cara untuk mint
Guratan kecewa yang diukir olehnya di masa lalumembuatku ragu meraih tanganmu.Lantas, sampai kapan rasa mamang ini bersarang?Bantu aku menjawabnya, aku bebal tentang cinta.Dengan hati-hati aku meletakkan secangkir kopi panas di atas meja Jason. Dia sedang berdiri menyandarkan pundak kirinya pada dinding di sebelah jendela kaca besar yang ada di ruangannya. Matanya menerawang pada sesuatu di luar sana. Biasanya jendela itu tertutuproller blind. Entah mengapa, pagi iniroller blinditu tergulung rapi di bagian atas jendela."Yu, tolong ke sini sebentar," panggilnya tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela.Aku berjalan ke arahnya. Setelah aku berdiri di sebelahnya, aku menunggu dia untuk mengatakan sesuatu. Setelah sa
Gradasi kesenangan dan keresahanmembalut benak menenggelamkan tanya.Buat apa bertanya?Toh tak semua yang terjadi harus dipahami.Pagi ini Jason memintaku mencari arsip produksi dari dua tahun yang lalu. Dia memintaku mencari arsip purba dari bagian produksi, padahal gara-gara kasus Pak Herman, staf administrasi produksi juga dipecat. Tidak ada yang bisa kumintai tolong. Aku terpaksa ke ruang arsip untuk menemukan berkas yang dia butuhkan. Kenapa sih dia tidak minta tolong Damar saja? Toh laptop yang dulu dipakai Pak Herman sekarang disimpan HR.Aku berjongkok di pojok ruang arsip sambil membaca kode-kode pada tiap odner yang tersusun rapi di rak yang paling bawah. Tubuhku tidak terlih
Di dunia yang riuh dengan ejekan,kesunyian memberi pelukan yang menenangkan.Ketika nyanyian samar tentang kebohongan bergema,menyenandungkan kebenaran tak akan berguna.Aku sedang mempelajari proposal peremajaan mesin pemotong kayu ketika Damar masuk ke ruanganku. Dia berdiri di samping mejaku. Aku bisa mencium wangi parfumnya yang lebih kuat dari biasanya."Agnes sudah minta maaf sama kamu?" tanyanya tanpa basa-basi."Sudah. Kamu yang nyuruh dia?""Iya.""Patas saja minta maafnya nggak ikhlas," ujarku lalu menengadah u
Hujan di tengah siang itu mengelabukan langit.Tajam butir-butir airnya menusuk wajahku.Ketika aku mulai berkawan dengan dingin dan basah,sinar matahari dengan gagahnya menerobos awan,memporak-porandakan sendu, lalu menghangatkan rasa.Kedua tangan Jason meremas lembut tanganku. Jemari tangannya terasa hangat di punggung tanganku. Aku masih menunduk melihat tangan kami yang menyatu di atas lutut kami yang bersentuhan. Isak tangisku sedikit mereda, tapi tubuhku masih sedikit tersenggal-senggal."Saya akan mulai dari Agnes," katanya serius. "Saya akan memastikan dia mendapat sanksi yang tegas. Nggak seorang pun bisa menghina atau merendahkan orang lain di perusahaan ini. Saya sendi