"Maaf nona. Saya permisi," ucap Rayan berlalu"Ta-tapi kau."Ucapan terpotong saat lelaki mirip Raka sudah pergi dari hadapannya. Ia tak mau terlalu berharap jika Raka masih hidup, ia memilih kembali berbelanja tujuan utamanya. Setelah setengah jam, ia buru-buru kembali kerumah.Sampai di rumah, Hilda menaruh belnjaannya di dapur lalu beralih ke kamar melihat buah hatinya. Saat membuka pintu ternyata sudah bangun dan bermain bersama Lia."Hai sayangnya Mami," sapa pada bayi mungilnya"Hai Mami," Lia menirukan gaya bicara anak kecil"Oh ya Li, kamu tunggu ya. Aku mau mandi dulu baru kita masak.""Siap nona."Hilda bergegas mandi karena tubuhnya terasa lengket, 15 menit keudian ia sudah segar kembali dan semakin cantik. Hilda menggendong Berlian dan mereka turun ke dapur, saat keduanya masak bayi mungil di taruh di stroller. Dan ta butuh waktu lama, keduanya sudah selesai masak, kemudian ia menata makanan tersebut ke dalam box untuk di bagikan kepada tetangga."Taraaaa .... sudah siap
"Apakah aku boleh mengenalmu, Hil," tanya Rayan menatap Hilda penuh ketulusan"Lebih baik kau pergi, Ray.""Tapi aku," Rayan menghela nafas saat tahu gadis yang mengambil hatinya pergi begitu saja.Rayan tak mau berhenti disitu saja, ia akan mencari tahu siapa Hilda sesungguhnya. Kini pria tampan itu tengah berada di depan laptop mencari tahu semua. Di situ tertera nama Hilda beserta identitasnya, lelaki tampan itu semakin penasaran karena identitasnya di samarkan."Masak iya, dia hanya sebatang kara, nggak mungkin dilihat dari pakaiannya semua mahal," ucap Rayan bermain dipikirannya sendiri"Baiklah nona, kau buat aku penasaran. Jangan salahkan aku jadi penguntitmu sepanjang hari."Tiba-tiba, ada ketukan dari pintu kamarnya, Rayan beranjak dari kursi dan membukanya"Ray, ayo sarapan dulu. Habis ini kamu ikut Bunda.""Baik Bun.""Oh ya, ini pakai nanti," Sarah memberikan paperbag pada putra angkatnya"Siap Bun," ucapnya menyunggingkan senyuman"Kenapa kamu senyum-senyum. Apa ada sesua
Sudah dua minggu lamanya, Hilda tinggal di kampung terpencil itu. Ia makin bahagia karena hari ini ia akan mendapatkan gaji dari ia bekerja. Ia akan menabung sebagian uangnya untuk modal usaha meski orangtuanya ingin Hilda menerima uang pemberian tapi ia menolaknya. Hilda ingin membuktikan tanpa harta keluarganya ia mampu bertahan.......Pagi ini seperti biasanya, Hilda jogging bersama sang buah hati. Dari kejauhan ada sosok setiap hari melihat aktifitasnya. Siapa lagi kalau bukan Rayan, cowok tampan di sukai banyak perempuan di kampus lebih penasaran pada Hilda yang notabene sudah punya anak.Rayan pun mendekati mereka yang sedang duduk ditaman, langkah kaki Rayan membuat Bisa dikenali oleh Hilda tanpa menoleh ia sudah tahu"Kenapa sih, ngikutin mulu.""Dan kau selalu tahu, Kalah deh peramal. Denger ya nona, aku kan udah bilang pengen berteman denganmu," ucap dengan nada santai"Huh, emang tuan muda tak punya temen perempuan sehingga harus berteman dengan ku.""Maaf nona, aku pun
Rayan mengusap kepalanya yang terkena telur dari atas, jebakan karyawan lain untuk Hilda. Hilda yang tak nak mencoba membersihkan rambut Rayan, lelaki tampaan itu terkejut karena Hilda perhatian padanya."Jangan percaya diri dulu, aku masih karena kau," bisik Hilda."Tak masalah.""Oh ya kalian boleh pulang dan kerja kembali 2 minggu lagi.""Ayo Hil," ajak Ray ke ruangannya"Eh."Ketiga karyawan itu kesal dan menghentakkan kaki dilantai membuat karyawan lain menatap tajam mereka. Mereka pun akhirnya keluar dengan muka masamnya.Di sisi lain, Hilda sedang mencuci rambut di kamar mandi ruangan Rayan. Rayan bahagia untuk pertama kalinya rambut disentuh wanita yang dia sukai. Hilda melihat Rayan senyum-senyum segera ia mencibirnya."Ganteng-ganteng tapi kerasukan."Seketika Rayan menolehnya."Kau bilang apa tadi.""Nggak ada siaran ulang.""Eh nona, kau tuh cantik kenapa judes amat sih.""Karena aku nggak mau menyukai atau dicintai cowok."Rayan berdiri dan menghampiri Hilda membalikkan b
"Sayang, kau kenapa," Tanya Raka cemas saat Hilda terlihat tergesa-gesa.Hilda melihat Raka di depannya memeluk dan menangis, "Aku kira kehilanganmu lagi.""Tenang, aku disini. Ayo kita pulang, aku udah baik kok.""Tapi kita harus pergi ke suatu tempat dulu, kak.""Kemana?""Bayi kita dan pengasuhnya di culik, kak.""Apa!" pekik Raka mendengar penuturan kekasihnya"Bagaimana bisa sayang.""Saat aku pulang, mereka tak ada di rumah. Tiba-tiba, ada telpon nomor tak dikenal ternyata penculik. Aku kesini ingin mengajakmu mencari. Mereka minta tebusan 1 milyar, aku nggak ada segitu Kak," ucapnya sesegukan"Soal uang, biar kakak. Ayo kita urus para kucing liar itu. Oh ya, aku kabari Bunda dulu.""Halo assalamulaikum Bun.""Waalaikumsalam nak. Ada apa?""Rayan, mau mencari Berlian. Dia diculik, Bun.""Apa! Ya sudah kamu hati-hati.""Iya Bun, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Raka meraih tangan Hilda mereka buru-buru naik mobil menuju alamat yang dituju, Raka sebelumnya sudah menghubungi p
Alden menggendong tubuh Mami nya di atas ranjang lalu mengambil minyak di oleskan di hidung Mami. Yasmine juga membantu mengoleskan di telapak kaki mertuanya. Tak lama Nina sadar, ia mengerjab-ngerjab melihat sekeliling."Al, Yas. Kapan kalian datang," tanya nya sambil berusaha duduk."15 menit yang lalu. Mami kenapa bisa pingsan, untung Alden dan Yasmine datang tepat waktu""Mami menelpon Hilda tapi yang mengangkat Raka, kekasih Hilda. Mami shock, karena tau sendiri dia dinyatakan meminggal.""Apa!" pekik Alden dan Yasmine"Huh, kalian ini kaget juga kan. Nah, Mami juga gitu. Mending kau sekarang coba telpon Hilda, Al. Mami mimpi atau memang kenyataan.""Iya Mi, bentar."Alden mengambil ponsel di saku celana lalu menelpon Hilda adeknya."Halo, assalamuaikum Hil.""Halo kak waalaikumsalam, tumben telpon. Gimana kabarnya?""Pengen aja, Kakak baik. Kamu gimana?""Aku juga baik kak, oh ya esok aku pulang ke rumah.""Hah, yang bener Hil.""Iya kak, pernahkah aku bohong. Oh ya siapkan
Raka menggeleng kepala heran dengan kelakuan calon istrinya, sesaat Hilda bersama Berlian dan Lia masuk ke dalam mobil. Raka mengemudikan mobilnya untuk mampir kerumah menjemput Bunda Sarah dulu. Dan tepat di depan rumah, Sarah sudah menunggu mereka."Pagi Bunda," sapa Hilda dan Lia."Pagi semua. Aduh mana cucuku, biar Bunda yang gendong.""Ini Bun," Hilda menyerahkan Berlian pada Sarah."Udah siap semua," tanya Raka."Udah kak, let's go," seru Hilda semangat"Semangat amat nak.""Iya Bun, karena Hilda bahagia bisa kumpul lagi.""Dan karena Raka kembali bukan," goda Sarah"He ... dan itu salah satunya Bun.""Bunda doakan langgeng terus ya.""Amien."Perjalanan mereka cukup lama sehingga Raka menyuruh semua untuk tidur, sedangkan Raka bergantian mengemudikan mobil dengan temannya Ari.Sedangkan di kediaman Arkha, tengah bersiap menyambut Hilda dan Raka. Rere sebelumnya sudah dikabari agar bisa ke rumahnya karena Raka dan Hilda pulang."Nin, mereka nyampek jam berapa ya?""Kenapa? ud
Alden yang posesif pada istrinya segera mengajak pulang dari acara adeknya karena ia melihat sedari tadi Kenzi tak berkedip manatap Yasmine."Sayang, kita pulang yuk," ajaknya"Loh masih jam 9 lo, sayang," tanya lembut pada suaminya."Mendadak sakit perut, aw."Yasmine panik dan menuruti suami untuk pulang, keduanya pamit pada calon mempelai di meja sebelah."Ka, Hil, kita pulang dulu ya.""Loh kak, kok cepet amat.""Mendadak sakit perut, Hil.""Ya sudah hati-hati, kak.""Mi, Dad. Kami pulang dulu. Tante," pamit Alden dan Yasmine."Iya nak, salam buat twin.""Iya, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Alden menggandeng tangan Yasmine keluar dari gedung, di perjalanan Alden diam membisu membuat Yasmine iseng memegangi paha suaminya. Sontak Alden menoleh ke arah istrinya. Alden menyunggingkan senyuman lalu menggenggam tangan istrinya yang masih setia di paha. Yasmine terkejut Alden merespon, buru-buru ia menarik tangannya namun Alden malah mengeratkan tangannya."Kau yang memancing macan
Raka berjalan menyenggol lengan Alden yang tertawa namun tak berlangsung lama, karena Yasmine menjewernya agar tak iseng. Sedangkan Raka memilih tidur di sofa ruang tamu. Nina dan yang lain menghela nafas berat melihat kelakuan Hilda mengusir suaminya sendiri.......Pagi nya, Hilda bangun pagi sekali dan membangunkan suamnya"Kak, bangun.""Emmm, astaga," ucap Raka terkejut ada Hilda di depannya"Kamu pikir aku hantu, ayo bangun.""Ada apa sayang.""Ayo mandi, aku mau kerumah Bunda Sarah. Ayo.""Hah, tumben.""Udah ah, ayo buruan. Awas aja uler keket ikut lagi.""I-iya, nih bangun."Raka pun mengikuti istrinya menuju kamar membersihkan diri segera. Selesai ritual mandinya mereka bersiap untuk ke rumah Bunda Sarah."Udah semua, sayang.""Udah kak."Mereka keluar, Hilda menggendong Berlian yang masih terlelap dalam mimpi indahnya. Saat sampai di ruang makan, Raka dan Hilda menitip pesan karena Mami da Daddy belum bangun."Bik, kita titip pesen Mami dan Daddy jika ke rumah Bunda Sarah,
"Sayang, udah dunk. Capek nih. Nih," Alden memelas pada istrinya"Hahhahaaha, kau lucu sekali sayang. Aduh perutku sakit.""Ih nyebelin deh."Saat ini Alden di dandani seperti cewek memakai pink polkadot dress serta higtheels pink. Sungguh menggemaskan sekali, jika orangtuanya tahu mungkin diketawain dua hari dua malam."Sini, aku bersihin. Kacian amat."Yasmine pun dengan telaten membersihkan wajah Alden, setelah bersih ia memberi kecupan hangat di seluruh wajah suaminya. Alden mengulas senyuman lalu mencari kesempatan dan menarik dagunya memperdalam pagutannya. Namun, saat dia merasa ingin lebih, Yasmine mencegahnya"Puasa dulu, hahahhaha."Alden mendengus kesal karena hasratnya tak tertuntaskan, dan ia memilih untuk bersolo karier di kamar mandi. Setelah hampir satu jam lamanya, Alden keluar dengan wajah ceria kembali. Ia mendekati istrinya yang mulai gemar nonton drakor dilaptopnya."Sayang, kok nonton drakor mulu.""Seneng aja, romantis sayang. Oh ya kita ke rumah Mami yuk. Aku
"Uda ayo buruan anter aku pergi.""Yas tunggu, sebenarnya kamu kenapa dengan Alden.""Aku hamil, La. Hiks ... hiks. Tapi Alden nggak mau," ucapnya sesegukanLala heran kenapa dengan Alden hingga nggak mau menerima kehadiran buah hati mereka."Kenapa dia nggak mau, itu buah hati kalian, Yas.""Dia trauma dulu pas aku ngelahirin sudah kayak orang gila, saat aku berjuang melawan maut.""Astaga, Alden kau gila.""Lalu, aku mau anter kamu kemana Yas," tambahnya"Kita cari tempat yang nggak mungkin di jangkau Alden."Yasmine berfikir ia akan ke New york menemui Bu Rose. Pasti dia akan di tampung lagi pikirnya."Aku ke Bu Rose aja, La.""Hah, New york.""Hem.""Tapi Yas, kalau mertua mu tahu gimana kalian ini.""Tolong jaga rahasia ini, dari semua La."Lala dan Yasmine masuk ke dalam mobil menuju bandara. Sepanjang perjalanan perasaan Yasmine campur aduk. Tiba-tiba, ada dering ponselnya terlihat panggilan dari Alden. Namun ia tak menggubrisnya.Alden baru saja di telpon oleh suster jika Yas
Nina melihat raut wajah Yasmine pucat segera menghampiri menantunya."Yas, kamu kenapa? Kenapa wajahmu pucat.""Kepala Yasmine pusing Mi.""Mana Alden?""Aku usir Mi.""Hah, kenapa sayang. Tumben biasanya kalian kayak perangko.""Pengen sendiri aja Mi.""Mami anter ya ke kamar hotel, ya.""Nggak usah Mi, Yasmine hanya lelah aja kok.""Ya udah kalau butuh Mami, panggil ya. Mami sama Daddy ada di sebelah sana ada Papa Mama mu juga.""Baik Mi."Nina pun berpamitan gabung dengan para sahabat lain, sedangkan Yasmine memijat pelipisnya mersakan kepalanya berdenyut kembali."Kenapa kepalaku pusing banget sih."Tak lama twins dan Babaysitter datang mendekatinya."Mami, kita foto sama aunti dan Om yuk," ajak Sha"Boleh, ayo."Yasmine berjalan bersama kedua buah hatinya menuju pelaminan, Alden melihat istri serta anaknya naik kepelaminan tanpa mengajaknya, merasa diacuhkan ia pun segera mengikuti."Mau kemana kak," tanya Dira"Mau ngejar kakakmu itu."Willi, Revan, Lala dan Dira melihat Yasmin
Setelah kepergian Herlina dari ruangannya, Alden menelpon salah satu bodyguardnya. "Halo bos.""Bagaimana situasi.""Tawanan tak mau makan, bos.""Paksa atau robek mulutnya, setelah itu lempar perempuan itu ke kampung terpencil yang tak ada yang mengenalinya.""Siap bos."Alden menutup telpon lalu beralih mengajak istri untuk pulang karena persiapan ke kampung Ega."Come on ladies, kita siap-siap ke kampung Ega.""Siap tuan raja."Alden menoel hidung macung istrinya lalu mereka turun bersama sampai di lobby pasangan muda tersebut jadi pusat perhatian karena santun dan berwibawa."Sumpah, ceo kita sungguh membuatku baper sama istrinya.""Iya dulu tuan Arkha sekarang keturunannya.""Iya dunk lihat dulu bebet nya makanya jadinya begini.""Udah-udah ghibah nanti lagi, kasihan yang diomongin.""Siap sayang."Alden dan Yasmine bersiap meluncur ke kediamannya, sebelum itu mereka mampir ketempat babyshop membeli keperluan twins karena kebetulan ada yang habis."Udah sayang, ayo.""Oke."Mere
Lala sengaja pagi sekali menemui Revan untuk meluruskan masalah yang ada. Yasmine dan Alden pun mundur masuk ke dalam rumah membiarkan mereka berdua menyelesaikan masalah.Revan menatap gadis yang ia cintai saat ini kebencian, dia hanya bisa membiarkan nya entah omongan yang akan keluar dari mulutnya."Honey, aku minta maaf. Kamu salah paham kemarin dia sepupuku Reno, dia dari kampung. Kalau kamu nggak percaya bisa dateng ke rumahku," ucapnya lirih"Hanya itu saja.""Lalu, apa yang harus aku jelaskan honey. Tak ada lagi.""Kalau ponsel kenapa kamu matiin.""Kemarin aku matiin karena lowbat sekarang udah beli batrenya lagi. Kamu masih nggak percaya sama aku. Kita udah lama, udah 5 tahun. Aku juga sabar menghadapi hubungan kita, terus kamu mau nya harus sabar kayak apalagi, Van."Revan melirik ke arah wajah yang sudah terisak itu, lalu memeluknya."Maafin aku, jika kamu terlalu sabar denganku.""Aku juga minta maaf jika egois memaksamu.""Udah sekarang, senyum dunk," ucap Revan sambil m
Revan menghela nafas berat saat mendengar nasihat dari Mamanya. Padahal ia tengah menyiapkan sesuatu untuk kekasihnya itu. Revan mencoba menelpon kekasihnya Lala namun tak aktif."Huh, kemana dia. Apa dia masih marah."Revan sungguh tak enak hati, ia buru-buru mandi dan ingin segera menemui kekasihnya lagi. 15 menit kemudian, Revan sudah rapi dan terlihat tampan. Ia menyambar hoodie hitamnya dan kunci mobil llu turun ke bawah. Saat di bawah ada Oma Opa serta orangtuanya sedang asyik berbincang di ruang tamu."Van, kau mau kemana nak," tanya Aldo"Revan mau keluar bentar, Pa," ucapnya sambil melirik Mama nya."Kamu jadi cowok jangan males, Van," Elena menyindir Revan membuat semua menatapnya bingung"Maksudnya apa Ma," tanya Aldo pada istrinya"Tanya sendiri pada putramu.""Ada apa sebenarnya, Van.""Nanti aja ya Pa, Revan jelasin. Revan keluar bentar.""Baiklah, kamu hati-hati."Revan mengangguk dan menyalami punggung tangan kedua orangtua dan Opa, Oma nya."Assalamualaikum.""Waa
"Sayang, kau kenapa?"Alden membopong tubuh istrinya berjalan keluar, Yamsine panik dan berpura-pura lemas"Al,mau kemana," ucap Yasmine lirih"Mau bawa kamu ke dokter sayang, masak mau ke club.""Ih kamu ya, aku minta ke rumah aja.""Kamu kan sakit ngapain ke rumah, sayang. Udah mending nurut.""Aku nggak mau , ayo buruan ke rumah atau kamu nggak dapet jatah sebulan."GlegSeketika Alden menelan ludah kasar mendengar ancaman istri tercinta mau tak mau ia menurutinya. Tanpa berprasangka buruk, Alden segera menuju kediamannya. Yasmine tersenyum geli melihat raut muka panik Alden.Sampai di rumah, Alden mngerutkan dahi melihat suasana ramai . Ia tak ma berprasangka buruk kembali ia melirik istri namun Yasmine pura-pura tidak mengerti. Saat Alden turun mobil dan ingin menggendong istrinya, ditolak."Kenapa sayang.""Pegang tanganku aja," ucapnya manka"Aneh," pikir Alden pada istrinya Dan keduanya berjalan gontai masuk ke dalam rumah dan"Surprise," sorak semuaAlden tersenyum kebingun
"Sayang, kenapa teriak.""Kami merindukan Mommy, hiks ... hiks."Cup ... cup"Jangan nangis dunk, sayang. Mommy nggak akan pergi lagi."Yasmine menenangkan kedua buah hatinya yang memang merindukannya selama dua tahun ini."Udah ya, nggak boleh nangis dunk," ucap Alden membelai keduanya"Ada permintaan nggak buat Mommy dan Daddy, hem.""Apa akan dikabulkan Dad.""Diusahakan pasti.""Kita mau adek," ucap kompak keduanya"Apa!" Kompak Alden dan YasmineSha dan Axel cekikikan melihat keterkejutan orangtua mereka..............Waktupun berganti malam hari, keluarga besar Wiliam dan Wijaya telah merayakan kebahagiaan atas kembalinya Yasmine dan mengadakan pesta resepsi pernikahan Alden dan Yasmine. Mereka juga gak lupa berbagi pada seribu anak yatim piatu di Indo agar merasakan kebahagiaan yang sama.Di kamar pengantin"Sayang," sapa Alden melihat istrinya masih dirias sungguh ia terpesona dengan kecantikan Yasmine."Bentar lagi, Al.""Baiklah aku tunggu."Sembari menunggu istrinya sele