Share

Hubungan Terlarang
Hubungan Terlarang
Author: DM2112

1. Awal Baru

Author: DM2112
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Happy Reading . . .

***

Paris, France

~

Lima tahun waktu telah berlalu, kini aku baru bisa merasakan kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan normal yang sudah aku inginkan sejak dulu, namun baru kali ini aku bisa mewujudkannya. Memutuskan untuk ikut bersama sahabatku yang memiliki peningkatan karir dengan bekerja sebagai asisten Ava yang kini sudah menjadi kolumnis di Paris, sudah begitu mengubah seluruh kehidupanku ke arah yang lebih baik, bahkan jauh lebih baik. Dan kehidupanku yang terasa sempurna ini, semakin terasa begitu sempurna karena tidak jauh dari keberadaan sosok bernama Jack. Seseorang yang sudah membuatku memberanikan diri untuk mulai membuka hati kembali terhadap sebuah hubungan dan dengan keberadaan seorang pria di hidupku, semenjak masa lalu menyakitkan yang sudah aku alami beberapa tahun yang lalu itu.

Dan di sanalah, senyumanku langsung mengembang bersamaan dengan sosok pria yang bagiku dengan segala kesempurnaannya sedang melangkah memasuki kedai kopi dimana aku sedang menunggunya kedatangannya ini. Jack Dallas, seorang jurnalis yang sudah aku temui dan kenal sejak beberapa tahun yang lalu itu, adalah kekasihku. Sudah hampir berjalan dua tahun hubungan sebagai sepasang kekasih ini kami jalani bersama. Dan rasanya, bersama dengan Jack hidupku menjadi terasa kembali sempurna dan pulih dari segala rasa sakit yang pernah aku terima di masa lalu.

"Tebak, apa yang ada di dalam kantung jaketku?" Bisik Jack tepat di telingaku, setelah ia mendudukkan dirinya tepat di samping kursi yang aku duduki ini.

"Hm..., bunga?"

"Salah."

"Coklat?"

"Hampir."

"Permen kapas?"

"Itu tidak mungkin bisa masuk ke dalam kantung jaketku. Tetapi mereka masih satu keluarga."

"Ayolah, Jack." Rajukku yang mulai merasa sedikit kesal karena ia yang kembali saja selalu menggodaku dengan keromantisannya.

"Aku menyuruhmu menebak. Kau akan mendapatkannya jika berhasil."

"Berikan aku petunjuknya."

"Tadi aku sudah memberitahu, mereka masih satu keluarga."

"Aku tidak tahu," balasku dengan nada sedikit kesal.

"Begitu saja merajuk. Baiklah, aku beritahu lagi petunjuknya. Ia berbentuk bulat, warna-warni, rasanya manis, dan memiliki tangkai. Apakah itu?"

"Lollipop?"

"Kau mendapatkan hadiahmu."

Senyumanku pun kembali mengembang saat Jack mengeluarkan sebuah lollipop dari dalam kantung jaket, dan langsung memberikannya kepadaku. Salah satu sikap sederhana namun begitu manis nan romantis yang Jack berikan itu, selalu saja bisa membuatku merasa semakin jatuh cinta kepadanya. "Awhh..., terima kasih. Kau selalu bisa membuatku tidak jadi kesal terhadapmu, Jack."

"Memangnya kau kesal denganku?"

"Habisnya, datang-datang kau langsung memberikan teka-teki saja kepadaku."

"Tetapi kau mendapatkan lollipop, bukan?"

"Maka dari itu aku jadi tidak kesal denganmu."

"Mudah memang ternyata membujukmu agar tidak jadi kesal."

Aku pun langsung memukul kecil lengan Jack di saat ia yang tertawa karena baru saja meledekku itu.

"Dimana bosmu itu? Kita akan terlambat untuk makan malam." Tanya Jack sambil memperhatikan keadaan sekitar yang menanti kedatangan Ava.

Aku yang sebelumnya memiliki janji dengan Ava untuk bertemu sore ini, ingin memberikan materi pertemuan rapat esok hari yang tidak bisa aku hadiri bersama dengannya.

"Seperti kau tidak tahu saja. Bisa-bisa terjadi keajaiban dunia jika bosku itu bisa datang tepat waktu sesuai dengan janji."

"Benar juga. Tetapi jika kita terlambat bagaimana? Aku sudah jauh-jauh hari memesan satu meja yang sangat sulit untuk di pesan di restauran itu."

"Tenang saja. Jika kita terlambat, aku yang akan meminta kepada Ava untuk menggantikannya di restauran bintang lima sekaligus."

"Ada baiknya juga memiliki bos yang juga merangkap sebagai sahabat," balas Jack yang membuatku terkekeh.

"Pesanlah kopi dulu, agar kau tidak kesal menunggu Ava yang tidak datang-datang juga."

"Aku tidak ingin kopi. Cukup memandangi dirimu saja, semua rasa lelah dan kesalku langsung hilang."

"Perayu!"

"Biarkan saja," balas Jack yang membuatku tersenyum.

Beberapa saat aku pun menunggu kedatangan Ava yang belum juga terlihat sosoknya sampai membuatku dan Jack mulai merasa bosan.

"Jika aku menjadi dirimu, sudah sejak lama aku mengundurkan diri dari bosmu yang terkadang suka tidak tahu diri itu."

"Tetapi aku senang bekerja untuk Ava. Walaupun terkadang ia memang suka bersikap menyebalkan, hanya Ava sajalah yang ingin mempekerjakan seseorang yang tidak memiliki banyak pengalaman bekerja seperti diriku."

"Jangan pernah mengingat kesedihanmu itu lagi. Aku tidak ingin melihatmu yang bersedih."

"Aku tidak bersedih. Aku hanya..., tidak perlu kita bicarakan lagi,". Memang begitu sulit rasanya jika aku harus mengingat kembali masa-masa menyakitkan di masa lalu itu. Masa lalu yang tidak pernah aku bagi kepada Jack, tetapi pria itu yang cukup mengetahui mengenai perasaanku akan betapa beratnya masa lima tahun lalu yang sudah tidak ingin aku ingat-ingat lagi.

"Akhirnya, penantian datang juga." Ucapku saat melihat kedatangan Ava yang baru saja memasuki pintu masuk kedai ini.

"Apakah kali ini aku sudah memecahkan rekor?" Tanya Ava dengan nada meledek.

"Memecahkan rekor? Aku lebih ingin memecahkan kepalamu saat ini juga."

"Jack..." Protesku sambil memukul lengan pria itu untuk menegurnya.

"Habisnya, bosmu itu hampir membuat rencana makan malam kita jadi berantakan."

"Tetapi masih dua jam dari sekarang lagi, bukan? Jadi kita tidak akan terlambat, Jack."

"Kekasihmu itu memang sangat kejam. Baiklah, berikan materinya. Sehabis ini aku juga memiliki undangan makan malam, asal kau tahu?"

"Apa pria yang kemarin? Sepertinya ia pria yang menarik," tanyaku sambil memberikan map berisi dokumen materi untuknya menemui pertemuan esok.

"Sayangnya, bukan. Karena kali ini hanya undangan dari kepala editor saja."

"Sayang sekali."

"Kalau begitu aku pergi duluan, okay?"

"Sudah datang terlambat, langsung pergi begitu saja." Cibir Jack yang lagi-lagi harus membuatku memukul kecil lengannya.

"Jangan dengarkan Jack. Sehabis ini aku juga langsung ingin pergi. Jadi, tidak masalah jika kau ingin duluan."

"Kau memang asistenku yang sangat pengertian. Kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa besok”. Sambil tersenyum, aku pun melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan kepada Ava yang sudah melangkah keluar dari kedai kopi ini. Lalu, aku pun langsung memberikan tatapan tajam kepada Jack bermaksud untuk menegur pria itu yang tidak bisa terus seenaknya terhadap Ava.

"Jack, kau tidak bisa seperti itu dengan Ava. Walaupun ia memang sahabatku, tetapi kau tidak bisa seenaknya saja seperti tadi. Ia itu adalah bosku."

"Aku hanya bergurau saja."

"Gurauanmu itu bisa-bisa membuatku sampai kehilangan pekerjaan, kau tahu?"

"Baiklah. Aku berjanji tidak akan seperti itu lagi dengan Ava."

"Kau janji?"

"Janji."

"Ya sudah, kalau begitu kapan kita akan berangkat?"

"Tentu saja sekarang. Aku tidak ingin kehilangan kesempatan untuk makan malam bersama denganmu di restauran itu."

Aku pun langsung beranjak dari dudukku, yang disambut dengan genggaman tangan Jack yang hangat itu. Dan kami pun melangkah keluar dari kedai kopi, menuju motor milik Jack yang terparkir tepat di depan kedai ini. Sepeda motor milik Jack yang antik namun banyak dimodifikasi inilah motor kesayangan Jack yang selalu dipakainya kemana pun ia pergi.

"Tidak lupa mengisi bahan bakarnya, bukan? Nanti seperti kemarin lagi." Ucapku yang mengingatkan.

"Tidak, tenang saja. Kali ini sudah terisi dengan penuh," balasnya yang sambil mengenakanku sebuah helm untuk melindungi kepalaku.

"Foxxie, tidak akan mogok lagi?"

"Yang itu bisa kemungkinan akan terjadi."

Foxxie. Jack menamai sepeda motornya itu dengan nama tersebut. Terdengar menggelitik, namun cukup unik juga untuk diucapkan.

"Menyebalkan. Nanti kita terlambat."

"Tidak akan. Foxxie akan sangat mengerti dengan kita yang saat ini sedang ingin pergi berkencan."

"Aku harap ia akan sangat mengerti."

"Kalau begitu naiklah," ucap Jack yang sudah siap di atas motornya, dan membuatku langsung mendudukkan diri bagian penumpang yang posisi lebih tepatnya di belakang Jack. Setelah memeluk pinggang Jack dari belakang, ia pun langsung melajukan motornya dengan kecepatan sedang menuju restauran yang akan kami tuju.

Namun baru saja beberapa ratus meter motor ini berjalan, tanda-tanda mogok pun mulai terasa hingga pada akhirnya Jack menepikan motornya dan mesinnya benar-benar langsung mati.

"Kau, tahu? Hari ini Foxxie sedang tidak ingin mendengarkanmu," ucapku sambil beranjak turun dari motor tersebut dan membuka helm yang aku kenakan.

"Ia sedang merajuk."

"Karena kau jahat dengan Ava, kau jadi terkena akibatnya." Sindirku yang ikut jongkok di samping Jack, yang sedang melihat dan mencoba memperbaiki mesin motornya itu.

"Apa hubungannya?"

"Setiap hal yang jahat, pasti akan dibalas dengan kesialan atau kejahatan juga."

"Mengada-ada saja."

"Diberitahu, tidak percaya."

"Sepertinya aku tidak bisa memperbaiki. Kita jalan kaki sampai menemukan parkiran tidak masalah, bukan?"

"Aku sudah biasa dengan hal itu. Tetapi saat ini kita ingin makan malam, Jack. Kita bisa terlambat."

"Jika terlambat, kau jadi sedih?"

"Tentu saja. Kita sudah menanti makan malam di restauran itu sejak lama. Pada saat sudah dikasih kesempatan, kita justru menyia-nyiakannnya. Kesempatan itu akan hilang jika kita terlambat, Jack."

"Maafkan aku yang selalu membuatmu menjadi susah seperti ini. Aku dan motorku selalu menyusahkanmu."

"Tidak seperti itu, Jack. Sudahlah, jika kita tidak bisa makan malam di sana, aku tidak mempermasalahkannya. Kita bisa makan di tempat biasa saja."

"Maafkan aku," ucap Jack sambil membelai wajahku dengan lembut.

"Tidak apa. Tidak perlu kau pikirkan lagi. Kita jalan kaki sekarang saja?"

"Kau tidak kecewa?"

"Sedikit."

"Marah denganku?"

"Tidak. Untuk apa aku marah denganmu. Memangnya aku bisa?"

"Aku mencintaimu,”. Senyuman Jack yang langsung terbit itu membuat senyumanku juga menjadi ikut terbit bersamaan dengan ia yang membelai wajahku kembali dengan lembut. Mengapa aku bisa kembali dibuat luluh olehnya, hanya karena sebuah belaian penuh kelembutan di tangannya itu?

***

To be continued . . .

Related chapters

  • Hubungan Terlarang   2. Kejutan Lamaran

    Happy Reading . . . *** "Jack, kau ingin membawaku kemana?" Tanyaku yang sangat penasaran bercampur dengan sedikit bersemangat. Kedua mataku yang saat ini sedang ditutup oleh sehelai kain, membuatku tidak mengetahui kemana Jack ingin membawaku. Setelah aku dan Jack yang bertemu selepas kami sama-sama selesai bekerja tadi, mataku ini langsung ditutup olehnya karena ia yang mengatakan ingin mengajakku ke suatu tempat dan juga memberikanku sebuah kejutan. "Jika aku beritahu, itu bukanlah sebuah kejutan namanya.". Genggaman tanganku yang begitu erat pada tangan Jack ini, membuat pria itu yang dengan perlahan menjadi mataku untuk menuntun setiap langkah pada jalanan yang sedikit berbatu dan tidak rata ini. "Kaki ku sakit," keluhku. "Itu karena kau yang sedang menggunakan sepatu hak tinggi." "Kau yang tidak memberitahuku ingin mengajak ke tempat dengan jalanan seperti ini," balasku dengan protes. "Jika aku beritahu, ini bukan kejutan." "Kau menyebalkan! Gendong aku," pintaku dengan

  • Hubungan Terlarang   3. Enam Bulan Dari Sekarang

    Happy Reading . . . *** Pikiranku saat ini benar-benar sedang begitu kosong. Permintaan serta ucapan Jack dua hari yang lalu, membuatku benar-benar tidak bisa berhenti untuk memikirkannya. Tidak hanya itu saja, aku seakan merasakan hal yang berbeda setelah Jack melamarku. Entahlah hal apa yang membuatku merasakan perbedaan setelah Jack menyampaikan keinginannya untuk bisa memilikiku selama-lamanya. Tetapi yang jelas, di sini aku masih merasa tidak siap untuk bisa melangkah lebih jauh lagi untuk bisa memiliki hubungan yang serius dengan komitmen di dalamnya. Katakan aku ini seorang wanita yang bodoh, karena masih tidak berani untuk melangkah lebih jauh lagi di saat sudah ada pria yang begitu siap dan berani untuk mengajak berkomitmen bersama. Tetapi, aku masih tidak siap jika hubungan yang sudah terlanjur semakin jauh dan dalam ini pada akhirnya nanti, akan kembali membuatku kecewa. Membuatku harus kembali merasakan sebuah pengkhianatan dan hancurnya kembali hati yang sudah sejak la

Latest chapter

  • Hubungan Terlarang   3. Enam Bulan Dari Sekarang

    Happy Reading . . . *** Pikiranku saat ini benar-benar sedang begitu kosong. Permintaan serta ucapan Jack dua hari yang lalu, membuatku benar-benar tidak bisa berhenti untuk memikirkannya. Tidak hanya itu saja, aku seakan merasakan hal yang berbeda setelah Jack melamarku. Entahlah hal apa yang membuatku merasakan perbedaan setelah Jack menyampaikan keinginannya untuk bisa memilikiku selama-lamanya. Tetapi yang jelas, di sini aku masih merasa tidak siap untuk bisa melangkah lebih jauh lagi untuk bisa memiliki hubungan yang serius dengan komitmen di dalamnya. Katakan aku ini seorang wanita yang bodoh, karena masih tidak berani untuk melangkah lebih jauh lagi di saat sudah ada pria yang begitu siap dan berani untuk mengajak berkomitmen bersama. Tetapi, aku masih tidak siap jika hubungan yang sudah terlanjur semakin jauh dan dalam ini pada akhirnya nanti, akan kembali membuatku kecewa. Membuatku harus kembali merasakan sebuah pengkhianatan dan hancurnya kembali hati yang sudah sejak la

  • Hubungan Terlarang   2. Kejutan Lamaran

    Happy Reading . . . *** "Jack, kau ingin membawaku kemana?" Tanyaku yang sangat penasaran bercampur dengan sedikit bersemangat. Kedua mataku yang saat ini sedang ditutup oleh sehelai kain, membuatku tidak mengetahui kemana Jack ingin membawaku. Setelah aku dan Jack yang bertemu selepas kami sama-sama selesai bekerja tadi, mataku ini langsung ditutup olehnya karena ia yang mengatakan ingin mengajakku ke suatu tempat dan juga memberikanku sebuah kejutan. "Jika aku beritahu, itu bukanlah sebuah kejutan namanya.". Genggaman tanganku yang begitu erat pada tangan Jack ini, membuat pria itu yang dengan perlahan menjadi mataku untuk menuntun setiap langkah pada jalanan yang sedikit berbatu dan tidak rata ini. "Kaki ku sakit," keluhku. "Itu karena kau yang sedang menggunakan sepatu hak tinggi." "Kau yang tidak memberitahuku ingin mengajak ke tempat dengan jalanan seperti ini," balasku dengan protes. "Jika aku beritahu, ini bukan kejutan." "Kau menyebalkan! Gendong aku," pintaku dengan

  • Hubungan Terlarang   1. Awal Baru

    Happy Reading . . . *** Paris, France ~ Lima tahun waktu telah berlalu, kini aku baru bisa merasakan kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan normal yang sudah aku inginkan sejak dulu, namun baru kali ini aku bisa mewujudkannya. Memutuskan untuk ikut bersama sahabatku yang memiliki peningkatan karir dengan bekerja sebagai asisten Ava yang kini sudah menjadi kolumnis di Paris, sudah begitu mengubah seluruh kehidupanku ke arah yang lebih baik, bahkan jauh lebih baik. Dan kehidupanku yang terasa sempurna ini, semakin terasa begitu sempurna karena tidak jauh dari keberadaan sosok bernama Jack. Seseorang yang sudah membuatku memberanikan diri untuk mulai membuka hati kembali terhadap sebuah hubungan dan dengan keberadaan seorang pria di hidupku, semenjak masa lalu menyakitkan yang sudah aku alami beberapa tahun yang lalu itu. Dan di sanalah, senyumanku langsung mengembang bersamaan dengan sosok pria yang bagiku dengan segala kesempurnaannya sedang melangkah memasuki kedai kopi dimana ak

DMCA.com Protection Status