“Jadi begini Pak Dani, Jasmine tadi tiba-tiba pingsan di tempat gym. Kebetulan saya teman gym Jasmine dan Aileen,” ujar Darren kembali menjelaskan.
”Oh jadi seperti itu ceritanya. Terima kasih banyak Pak Darren karena sudah mengantarkan adik saya ke sini. Saya berhutang budi dengan Pak Darren,” ucap Dani sembari mengajak Darren bersalaman.
“Pak Dani, sama sekali tidak ada hutang budi. Hal ini sudah sewajarnya saya lakukan ketika ada seseorang yang membutuhkan bantuan. Ketika saya bisa membantu, pasti dengan senang hati saya bantu,” ujar Darren.
“Luar biasa, Pak Darren ini! Saya memang tidak salah dalam memilih rekan bisnis,” ujar Dani memuji Darren.
“Sekali lagi saya ucapkan terimakasih banyak atas bantuan Pak Darren sekaligus saya minta maaf jika sudah merepotkan anda dengan kejadian ini,” ujar Dani yang masih berdiri tepat di depan Darren dan disamping tempat tidur.
“Sama-sama Pak Dani, sudah tak perlu sungkan seperti itu. Seperti apa yang sudah saya jelaskan tadi bahwa ini sudah sewajarnya saya lakukan,” ujar Darren.
“Baik Pak Darren, semoga Tuhan membalas semua kebaikan Pak Darren ini. Selanjutnya biar Jasmine dan Aileen pulang dengan saya. Kebetulan rumah Aileen dekat dengan rumah saya. Nanti untuk mobil Aileen yang masih diparkir di tempat gym, sopir saya yang mengambilnya,” ujar Dani.
Setelah sedikit basa-basi dengan rekan bisnisnya itu, Dani berpamitan dan membawa Jasmine serta Aileen untuk pulang, sedangkan Darren pun mengikuti dengan berjalan dibelakang Jasmine dan Aileen dan disamping Dani.
Sesampainya di tempat parkir klinik tempat dimana Jasmine dibawa saat pingsan tadi di tempat gym, Jasmine, Aileen dan Dani masuk ke dalam mobil Dani. Sedangkan Darren masuk ke dalam mobilnya.
Saat menuju perjalanan pulang ke rumah, di sepanjang jalan, Dani banyak sekali menasehati Jasmine tentang kondisi kesehatannya. Dani sangat paham dengan kondisi adik perempuannya itu, sedari kecil Jasmine memang sudah sering sakit-sakitan. Oleh karena itu, Jasmine tidak boleh melakukan kegiatan yang sekiranya akan banyak menguras tenaga dan pikirannya.
“Kalau kamu nggak mau nurut sama mama dan Mas Dani, lalu siapa lagi yang bisa kamu dengarkan nasihatnya? Kalau kamu terus-terusan egois dan keras kepala, nggak pernah mau mikirin kesehatan kamu, ya ini yang bakalan kamu dapatkan!” Dani yang setelah sepeninggal ayahnya merasa bertanggung jawab dengan kondisi adik dan mamanya itu, sangat kecewa dengan sikap Jasmine yang tidak pernah mau tahu tentang kondisi kesehatannya sendiri.
Jasmine memang dikenal dengan wanita yang gila kerja, sebisa mungkin, dia akan mengusahakan berbagai cara agar pekerjaannya selalu sempurna dan bisa selesai sesuai dengan apa yang dia harapkan serta sesuai dengan apa yang diinginkan atasannya. Bahkan jika dia harus mengorbankan kesehatannya.
Jasmine melakukan itu semua semata-mata hanya ingin membuktikan bahwa meskipun dia anak perempuan dan anak terakhir, akan tetapi Jasmine bukanlah anak manja yang hanya bisa menyusahkan mama dan kakak laki-lakinya. Jasmine berusaha membuktikan bahwa dia pun bisa tanpa harus berada di bawah naungan nama besar perusahaan almarhum ayahnya.
“Mas Dani nggak bisa seenaknya menilai Jasmine, Jasmine melakukan ini semua juga untuk mama dan Mas Dani. Jasmine nggak mau nyusahin mama dan Mas Dani. Jasmine mau mandiri, mau berusaha sendiri,” ujar Jasmine dengan suara yang bergetar menahan air mata yang sudah mulai jatuh membasahi pipinya.
“Jasmine, sudah berapa kali Mas Dani minta untuk kamu di rumah saja, tidak usah bekerja ? Berapa kali Mas Dani dan mama harus dihantui rasa bersalah dan sedih karena harus menjemputmu atau mengantarkanmu ke klinik maupun rumah sakit seperti kejadian hari ini?” Dani yang sudah seringkali menasehati tentang kesehatan adik semata wayangnya itu merasa kecewa karena sampai detik ini Jasmine masih saja keras kepala.
Aileen yang duduk di sebelah Dani, sesekali melirik Dani dengan niatan memberikan kode agar Dani meredakan amarahnya dan tak bersikap terlalu keras kepada Jasmine karena seperti yang mereka berdua tahu bahwa kondisi Jasmine saat ini masih lemah.
“Oke kalau begitu. Sekarang terserah kamu saja! Kalau ada apa-apa terjadi padamu, jangan salahkan Mas Dani atau mama. Kami berdua sudah sangat lelah menasehatimu tentang hal ini terus menerus,” ujar Dani akhirny menutup topik pembicaraan tentang hal ini yang apabila pembicaraan ini diteruskan pasti akan berbuntut panjang dan Jasmine pasti akan terus menangis.
Tiba-tiba suara notifikasi pesan w******p di handphone Jasmine berbunyi. Jasmine yang sedang mencoba menahan tangisnya, tiba-tiba dikejutkan dengan suara tersebut. Dilihatnya di menu notifikasi, ada sebuah pesan w******p dari nomor yang tidak dikenal.
[Jasmine Chalondra Maheswari, buka aplikasi My-Martmu dan buka menu keranjang belanjamu!]
Jasmine yang sebelumnya tidak pernah mengenal nomor tersebut tanpa menunggu waktu lama langsung membalas pesan w******p tersebut.
[Maaf ini dengan siapa ya?]
[Nanti kamu juga akan tahu sendiri]
Jasmine sangat penasaran dengan apa yang ada di akun My-Mart nya. Kenapa orang asing itu menyuruh Jasmine membuka akun My-Mart nya.
“Ya Tuhan, apakah dia orang jahat ? Jangan-jangan orang itu berusaha meng-hack akunku,” batin Jasmine sambil segera membuka akun My-Mart nya. Tak lama Jasmine mengklik icon keranjang belanja di aplikasi My-Mart nya tersebut.
“Hah ?!” betapa terkejutnya Jasmine saat semua barang yang ada di keranjang belanjanya sudah tidak ada semua dan saat sudah berpindah ke icon sedang menunggu proses pengiriman.
Sontak suara Jasmine yang kaget tersebut, ikut mengagetkan Aileen dan Dani yang sedang fokus dengan jalanan malam ini. Dani dan Aileen dengan kompak langsung menengok ke arah Jasmine yang duduk sendiri di bangku penumpang bagian tengah.
“Ada apa Jasmine ? Ada yang masih kerasa sakit atau kerasa nggak enak?” ujar Dani sembari menepikan mobil yang sedang mereka tumpangi.
“Eummm ini mas, Jasmine lagi baca artikel berita di handphone, terus kaget sama isi artikelnya, nggak ada apa-apa kok, mas. Maaf,” Jasmine tidak mau kakaknya mengetahui apa yang sebenernya membuatnya kaget dan Jasmine lebih memilih untuk tidak jujur dan berusaha mencari alasan yang sekiranya bisa membuat Dani percaya karena Jasmine tahu nanti akan panjang urusannya kalau Dani tahu masalah ini.
“Yas, serius kamu nggak kenapa-kenapa ? Tapi kamu sepertinya pucet banget gitu?” ujar Aileen sembari memperhatikan Jasmine yang raut wajahnya mengisyaratkan bahwa sedang ada yang tidak beres dengan dirinya. Aileen yang sudah berteman selama 20 tahun dengan Jasmine, sangat hapal dengan segala hal yang terjadi pada sahabatnya. Termasuk saat ini, Aileen merasa ada yang tidak beres dari Jasmine.
Sebeneranya dalam hati Jasmine, dia sangat ingin memberitahu mengenai pesan w******p misterius dan kondisi aplikasi My Mart nya saat ini kepada Aileen, tetapi niatan tersebut Jasmine urungkan karena adanya Dani di mobil yang mereka tumpangi.
“Benar, Len. Aku nggak apa-apa, ini aku kaget baca artikel yang muncul di i*******m aku. Artis inisial ALKN bunuh diri di apartemennya,” ujar Jasmine sembari memainkan handphonenya.
Untung saja Dani percaya begitu saja dan tak memperpanjang pembicaraan yang menurutnya tidak penting itu. Dani kemudian melanjutkan mengemudi dengan kecepatan yang lumayan kencang agar dapat cepat sampai di rumah karena saat waktu sudah menunjukkan pukul 22.45.
[Jasmine, pasti ada yang sedang disembunyikan kan ? Ngaku deh!]
Karena rasa penasarannya yang begitu besar, Aileen akhirnya mengirimi Jasmine sebuah pesan w******p. Hal itu Aileen lakukan karena Aileen sama sekali tidak percaya dengan alasan yang tadi disebutkan oleh Jasmine.
[Ada seseorang yang mengirimiku pesan w******p. Kamu tahu ? orang itu membelanjakan semua yang ada di keranjang belanja aplikasi My-Martku]
Jasmine membalas pesan whastapp Aileen dengan dilampiri foto capture dari percakapan whatsappnya dengan orang asing tersebut sekaligus foto capture dari aplikasi akun My-Mart nya.
“Hah?!” pekik Aileen.
Sekarang giliran Jasmine dan Dani yang dibuat terkejut dengan suara Aileen yang cukup keras.
“Sekarang giliran Aileen. Sebenarnya kalian berdua itu kenapa?” ujar Dani dengan nada penasaran.
“Eng-enggak, Mas Dan. Ini baru saja aku lihat artikel berita yang sama dengan artikel yang dibaca Jasmine. Kaget, nggak nyangka sama sekali sama artis yang bunuh diri itu,” Aileen mencoba untuk berkelit dan memberikan alasan yang dirasanya paling masuk akal saat ini.
“Kalian ini bukan siapa-siapa mereka kenapa ikut campur urusan yang bukan urusan kalian? Bahkan kalian tidak mengenal mereka sama sekali,” ujar Dani sembari melanjutkan menyetir mobil.
Tak terasa saat waktu tepat menunjukkan pukul 23.00 dan mobil Dani berhenti di sebuah halaman tempat parkir sebuah rumah bergaya minimalis modern yang memiliki dua lantai dengan dominasi cat tembok yang berwarna abu-abu muda khas rumah mewah masa kini. Rumah tersebut adalah rumah almarhum ayah Jasmine yang saat ini ditinggali oleh Jasmine, Dani dan Ana serta Diyah.
Tak lama Jasmine, Aileen dan Dani turun bersamaan dari mobil. Jasmine yang masih lemah dibantu Aileen untuk memapahnya. Sedangkan saat itu, di pintu masuk menuju rumah, berdiri seorang perempuan paruh baya, di wajahnya terlihat raut kebingungan melihat Dani, Jasmine, dan Aileen pulang bersamaan.
“Kalian bertiga kenapa bisa pulang bersamaan? Ada apa ini?” ujar Ana dengan wajah bingung dan panik melihat Jasmine jalannya dipapah dibantu Aileen.
“Mama, mari kita masuk dulu. Nanti di dalam Dani jelaskan tentang apa yang terjadi sebenarnya,” ujar Dani sembari merangkul Ana masuk ke dalam rumah. Dani, Ana, diikuti Jasmine dan Aileen memasuki kediaman itu.
Dani menjelaskan panjang lebar tentang apa yang terjadi pada Jasmine saat di tempat gym hingga akhirnya dibawa ke klinik terdekat oleh rekan bisnisnya, Darren, dan Aileen. “Jadi begitu ceritanya, ma,” ujar Dani setelah dirasa apa yang harus dia jelaskan sudah dia katakana semua ke mamanya.
“Ya Tuhan Jasmine, keras kepala sekali kamu, nak. Mama tak tahu lagi bagaimana cara menasehatimu. Sudah mama ingatkan berkali-kali tentang kesehatanmu. Mama ingatkan, mama tidak mau hal seperti ini terjadi lagi padamu,” ujar Ana dengan nada yang tegas dan kali ini ancamannya pada Jasmine tidaklah main-main.
Jasmine sangat tahu sifat Ana, jika Ana sudah tegas dan bersikap seperti itu, artinya semua kata-katanya harus dituruti dan tidak boleh dibantah.
“Baik, ma,” Jasmine hanya bisa mengangguk tanda dia setuju. Setelah hal yang menimpanya malam ini, Jasmine harus bersiap-siap untuk segala hal yang harus dibatasi oleh Ana.
Hari ini hari Sabtu kebetulan Jasmine dan Aileen libur pada hari Sabtu dan Minggu. Semalam karena sudah larut dan Aileen ingin menemani sahabatnya yang sedang sakit, akhirnya Aileen menginap di rumah Jasmine. Aileen memang sering menginap di rumah Jasmine, begitupun sebaliknya, Jasmine juga sering sekali menginap di rumah Aileen. Akan tetapi setelah keduanya sama-sama bekerja, kegiatan itu sudah jarang mereka lakukan. Hanya sesekali saja.Setelah Jasmine merasa tubuhnya sudah lebih baik dan sudah tidak lemas lagi, Jasmine ingin melanjutkan pencariannya mengenai pesan whatsapp dari seseorang yang misterius yang bisa membuat seluruh barang di keranjang belanja di akun My Mart Jasmine berpindah ke status sedang menunggu pengiriman. Sedangkan, jika di total, jumlah pembelanjaan Jasmine pada keranjang belanjanya yang sebelumnya tidak jadi dibelinya yaitu dua belas juta lima ratus ribu rupiah.“Siapa orang itu sebenarnya? Kenapa orang
Dengan sangat hati-hati, Jasmine mengetuk jendela mobil sedan Hyundai Genesis G90 berwarna hitam yang terparkir di depan rumahnya. Tok tok Pintu mobil depan bagian penumpang dibuka dari dalam, seorang laki-laki dengan kaos oblong berwarna hitam dan celana pendek berwarna khaki, mempersilahkan Jasmine untuk masuk dan duduk. Jasmine dengan hati-hati dan sangat gemetar, akhirnya masuk lalu kemudian duduk menuruti apa yang diperintahkan lelaki tersebut. Saat Jasmine sudah mulai duduk, Jasmine sangat takut dan salah tingkah. “Hai cantik!” sapa lelaki tersebut yang diketahui adalah Darrem. “Kamu pakai baju seperti ini saja sudah terlihat cantik, berarti aku tidak salah menambatkan hati,” ujar Darren sembari memperhatikan Jasmine mulai dari ujung rambutnya hingga ujung kakinya yang dibalut dengan sandal berwarna hitam. Apa yang dikatakan Darren tersebut membuat Jasmine semakin
Dengan langkah gontai dan perasaan yang campur aduk, Jasmine masuk ke dalam rumah. Jasmine masih juga tidak percaya dengan apa yang sudah dia alami barusan.“Ya Tuhan Jasmine, aku betul-betul mencemaskanmu. Apakah kamu sama sekali tida buka handphone? Aku mengirimu puluhan pesan whatsapp menanyakan kondisimu,” teriak Aileen ketika Jasmine mulai menginjakkan kakinya di ruang tamu.“Yas, kenapa kamu diam saja? Yas, kamu kenapa? Apa yang dilakukan Darren padamu sehingga kamu diam saja seperti ini?” Aileen yang panik melihat Jasmine hanya terdiam dan melamun setelah kembali dari bertemu dengan Darren, menganggap bahwa Darren telah melakukan perbuatan tak menyenangkan yang menyakiti hati Jasmine.“Jasmine,” Aileen menggoyang-goyangkan tubuh Jasmine.Jasmine menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu.“Aku sama Darren pacaran, Len,” ujar Jas
Semalaman Jasmine tak bisa tidur, pikirannya dipenuhi dengan berbagai ekspektasi jika dia jadi pergi bersama Darren. Hari Minggu yang biasanya menjadi hari yang ditunggu-tunggu Jasmine dan hari yang paling disenangi Jasmine selain hari Sabtu, tetapi lain dengan hari Minggu ini. Rasanya Jasmine ingin sekali mengutuk hari ini. Jasmine tak menginginkan hari ini, bahkan Jasmine sangat rela jika hari ini langsung berganti hari Senin.“Ya Tuhan malas sekali rasanya,” gumam Jasmine masih dengan posisi rebahan di tempat tidurnya dan masih dengan selimut menutupi tubuhnya yang sedang mengenakan baju tidur dengan model setelan dengan atasan lengan pendek dan bawahan celana di atas lutut dengan bahan satin dan berwarna hitam.Jasmine meraih handphonenya yang semalam ia letakkan di meja kecil yang terletak tepat di samping tempat tidurnya. Dilihatnya waktu yang tertera di layer handphonenya yang saat ini menunjukkan pukul 08.30. Jasmine yang baru bisa memejamkan matanya pukul 04.00 pagi tadi, mas
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit, mobil yang ditumpangi Darren dan Jasmine memasuki halaman sebuah restoran masakan Jepang dengan arsitektur klasik khas Jepang yang tak meninggalkan kesan mewahnya. Setelah menempatkan mobilnya di parkiran VIP, Darren mematikan mesin mobilnya dan mengajak Jasmine untuk turun dari mobil serta segera masuk ke restoran tersebut.Tepat di pintu restoran tersebut terdapat sebuah papan kecil menggantung yang menyebutkan jam operasional restoran. Di papan tersebut tertulis bahwa restoran itu buka dari pukul 11.00 sampai dengan pukul 22.00. Jasmine berdiri mematung di depan pintu sembari melirik jam tangan berwarna rosegold yang melingkar di tangan kirinya, saat ini baru menunjukkan pukul 10.30 tapi Darren sudah mengajaknya makan di restoran ini. Sesuai jam operasionalnya, harusnya saat ini restoran tersebut belum buka.“Sayang, kamu melamun?” ujar Darren sembari menepuk pundak Jasmine.“Oh tidak, ini kan belum jam 11.00 dan restoran ini sehar
Waktu menunjukkan pukul 12.00 siang saat mobil yang dinaiki Darren dan Jasmine berhenti di halaman parkir sebuah bangunan mewah dengan konsep modern dan minimalis. Bentuk bangunannya yang geometrik, serta kolam renang yang terletak tepat di bagian depan bangunan tersebut yang dilengkapi dengan taman yang sangat rapi dan terawat serta dihiasi beberapa pohon palem, menambah kesan mewah dan indah. Bangunan itu adalah salah satu villa milik Darren.Sebagai seorang CEO sebuah perusahaan bisnis digital raksasa, sangat wajar apabila Darren Cameron Barraq memiliki banyak aset properti. Villa ini merupakan salah satu aset yang dimiliki oleh Darren yang dibelinya dari hasil kerja kerasnya selama dia terjun ke dunia bisnis.Villa yang terletak di pinggiran dan sangat jauh dari pusat kota itu membuat suasana disekitarnya terasa sepi dan asri. Sebelumnya, Darren tak pernah mengajak siapapun bahkan keluarganya sendiri pun tidak mengetahui jika Darren memiliki villa ini. Villa dengan didominasi cat b
Setelah Kadir berlalu, Jasmine dan Darren kemudian berjalan-jalan mengelilingi villa Darren yang luasnya sekitar seribu dua ratus hektar itu. Sepanjang jalan Jasmine tak henti-hentinya berdecak kagum melihat indahnya pemandangan yang mengelilingi villa milik Darren tersebut.“Ya Tuhan, pemandangan disini sungguh indah. Kalau kata anak sekarang, pas banget buat healing,” ujar Jasmine sembari tersenyum dan pandangannya yang tak luput memperhatikan pemandangan yang ada di depan matanya saat ini. Pemandangan yang ada disekeliling villa Darren ini memang sangat memanjakan mata siapapun yang berada disekitaran villa ini. Saat kita berada di villa Darren, seketika semua masalah hilang semua. Sangat nyaman dan menentramkan hati.“Aku tidak salah kan mengajakmu ke tempat ini? Niatku mengajakmu kesini agar kamu bisa menghilangkan stress karena beban pekerjaanmu yang begitu berat,” ujar Darren sembari menatap lekat-lekat ke arah Jasmine.“Darimana kamu tahu kalau beban pekerjaanku begitu menyita
Dret dret dretTepat pukul tiga pagi, handphone Jasmine bergetar. Terlihat notifikasi panggilan suara yang terdapat di layar handphonenya. Saat panggilan yang pertama, Jasmine masih asik terlelap, masih hanyut dalam mimpinya. Sampai pada akhirnya panggilan suara yang ketiga kalinya tak mampu lagi menahan Jasmine untuk tetap terlelap dan mengabaikan panggilan tersebut.Dengan rasa malas yang menyelimutinya, Jasmine meraih handphonenya yang terletak di meja kecil tepat di samping tempat tidurnya. Sembari mengerjap matanya yang masih terasa berat, Jasmine melirik nama yang tertera di notifikasi panggilan suara aplikasi whatsapp di handphonenya itu.“Bahkan ini masih jam tiga pagi, ngapain sih gangguin orang tidur aja!” gerutu Jasmine yang merasa tidur nyenyaknya terganggu oleh panggilan suara yang tak lain adalah dari Darren. Dengan rasa malas dan rasa kantuk yang masih belum pergi, Jasmine menerima panggilan dari Darren tersebut.“Hmmm?” sapa Jasmine sekenannya.“Halo Tuan Putri Jasmine
Darren masih tak berkedip mengamati wanita pujaannya itu. "Memang aku tak salah menambatkan hatiku padamu, Jasmine. Kamu benar-benar wanita yang sempurna," Darren pun tak berhenti memberikan pujian untuk kekasihnya itu."Ish, kamu ini, bisa nggak kalau nggak berlebihan kaya gitu," Jasmine memukul pelan pundak Darren. Tak bisa dipungkiri bahwa pujian dan tatapan Darren membuatnya salah tingkah. Wanita mana yang tidak meleleh mendangar pujian dan perlakuan seperti yang didapatkan Jasmine itu."Sayang, aku jujur. Kamu benar-benar wanita sempurna yang pernah aku temui. Aku bahkan rela melakukan hal apapun hanya untuk melihat senyum di wajah cantikmu itu, untuk melihatmu tetap ada disisiku," Darren menggenggam erat kedua tangan Jasmine, sembari menatap lekat-lekat ke wajah wanita pujaannya itu. "Jasmine, berjanjilah padaku, bahwa apapun dan bagaimanapun keadaan yang akan terjadi kedepannya, berjanjilah bahwa kau tak akan meninggalkanku! Berjanjilah bahwa kau akan selalu bersamaku dan berja
Tak lama kemudian, helikopter yang ditumpangi Darren dan Jasmine telah mendarat. Setelah mengemasi barang pribadi milik mereka, keduanya menuruni helikopter tersebut dengan hati-hati. Raymond ternyata sudah turun terlebih dahulu dan mengantarkan koper keduanya ke resort yang berada tak jauh dari helipad yang ada di pulau pribadi milik keluarga besar Darren itu.Sebuah pulau pribadi dengan garis pantai yang cukup panjang, hamparan pasir putih yang sungguh cantik dan air lautnya yang jernih memancarkan warna turquoise, serta suasananya yang masih asri juga alami, membuat siapapun akan terpesona dengan keindahan pulau pirbadi milik keluarga Darren tersebut. Dari air lautnya yang jernih, dapat terlihat karang yang beraneka ragam bentuk serta warnanya. Selain itu, terdapat hutan yang subur nan hijau yang kaya dengan berbagai jenis burung, binatang dan juga tumbuhan liar menambah kesan asri dari pulau tersebut.Tak hanya itu, di pulau pribadi milik keluarga besar Darren ini terdapat dua bua
Lima menit berjalan, Jasmine dan Darren terlihat masih sangat menkmati percumbuan itu. Darren merasakan degup jantungnya berdetak sangat cepat, debaran-debaran cinta yang sudah lama tak ia rasakan, kini kembali dirasakannya. "Gila, wanita ini memang berbeda. Aku tak pernah merasakan senyaman ini berada di pelukan seorang wanita. Jasmine, aku benar-benar mencintaimu, kau tak boleh meninggalkanku," ujar Darren dalam hatinya.Darren yang sudah mulai merasakan puncak gairahnya, segera membopong tubuh Jasmine untuk duduk di pangkuannya. Sama halnya dengan Darren, Jasmine yang sudah merasakan berada di puncak gairahnya, tak dapat menolak perintah Darren, Saat ini tubuh Jasmine berada di pangkuan Darren dan wajah cantiknya saat ini tepat berada di depan wajah tampan Darren Cameron Barraq."Jasmine, aku sungguh mencintaimu, sangat mencintaimu. Tolong, jangan ada pikiran untuk meninggalkanku, aku tak akan tahu bagaimana hidupku setelah ini jika tak ada kamu disisiku," tak menunggu Jasmine menj
Sebuah helikopter berwarna hitam mengkilap dengan simbol sebuah perusahaan yang ternyata adalah simbol perusahaan milik Darren sudah menunggu Darren dan Jasmine di landasan helikopter yang berada di lantai paling atas gedung rumah sakit tersebut. "Silahkan Pak Darren dan Bu Jasmine, helikopternya sudah siap," ujar Sari mempersilahkan Darren dan Jasmine untuk masuk ke dalam helikopter yang sudah dari dua jam yang lalu tersedia di landasan helikopter tersebut. "Terimakasih banyak atas bantuannya Mbak Sari dan Mas Gusti, saya sudah menitipkan sesuatu untuk kalian lewat Pak Bagas. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih untuk pelayanan kalian yang luar biasa," Darren menjabat tangan Sari dan Gusti secara bergantian. "Wah, saya merasa tersanjung dengan apa yang bapak katakan. Terimakasih sekali bapak, hati-hati dalam perjalanan dan selamat berlibur," ujar Gusti saat Darren menjabat tangannya. Lagi-lagi Jasmine dibuat berdiri seperti patung ketika melihat kenyataan yang ada didepannya saat
Jasmine bergegas memasuki mobil sedan berwarna hitam yang telah terparkir di depan rumahnya. Darren sudah menunggu disitu lebih dari dua puluh menit. Sebelumnya Darren sudah berjanji akan menjemput Jasmine tepat pukul sembilan, dan seperti yang telah dijanjikan Darren, pukul sembilan tepat Darren sudah berada di depan rumah Jasmine. Sedangkan Jasmine masih ternyata belum siap, dia masih bersiap dan mengemasi barang apa saja yang akan dibawanya liburan bersama kekasihnya itu. Jasmine hari ini kesiangan, dia baru bangun pukul setengah sembilan dan langsung mandi, bersiap-siap dan berkemas."Ya Tuhan, terimakasih karena Kau sudah mengirimkan bidadari untukku," Darren mengamati setiap inci tubuh Jasmine sembari menyalakan mesin mobilnya."Kamu ini bukannya marah karena lama nunggu akunya," ujar Jasmine. Terlihat rona merah muncul di kedua pipinya."Sayang, aku mana bisa marah-marah sama bidadari. Lagipula, aku memang orangnya paling nggak bisa marah-marah, apalagi sama orang yang aku saya
"Jasmine sudah pulang, nak?" ujar Ana ketika melihat sosok Jasmine yang berjalan masuk dari pintu ruang tamu. Saat itu memang lampu ruang tamu dalam keadaan remang-remang. Membuat pandangan mata tak begitu jelas."Lho, mama kok disini? Mama kenapa jam segini belum tidur?" Jasmine sedikit terkejut melihat Ana yang saat ini sedang duduk santai di sofa ruang tamu sembari menyilangkan kedua kakinya dan memainkan alat komunikasi selularnya."Iya sayang, mama belum bisa tidur. Daritadi sudah coba untuk tidur tapi belum bisa tidur juga. Mama bosen di kamar, jadi mama memutuskan duduk-duduk di sini sambil cari suasana lain, ya sudah sekalian nungguin Jasmine sama Mas Dani," Ana meletakkan alat komunikasi selularnya itu ke atas meja kaca yang berada disampingnya."Mama kenapa? Ada yang sedang mama pikirkan? Atau mama sakit? Tidak enak badan?" Jasmine menjatuhkan tubuhnya di sofa dimana Ana duduk kemudian memeluk tubuh wanita paruh baya yang ada disampingnya itu. Jasmine terlihat sangat mengkha
Sepanjang perjalanan ke rumah Jasmine, suasana di mobil sangat hening. Hanya terdengar suara musik yang diputar pada pemutar musik yang berada di dashboard mobil Darren.Waktu yang telah kita lalui, buatmu jadi lebih berartiLuluhkan kerasnya dinding hati, engkaulah satu yang aku cari“Kamu tahu lagu ini, Jasmine?” ujar Darren memecah suasana hening suasana di mobil Darren itu.“Iya, kenapa?” ujar Jasmine singkat. Jasmine masih merasa tidak enak dengan apa yang sudah dikatakannya pada Darren saat makan di tempat Alif tadi.“Ini yang aku rasakan padamu saat ini,”“Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku,” Darren menirukan Ariel yang menyanyikan lagu yang diputar saat itu.Lai-lagi pipi Jasmine memerah, dia sangat tersanjung dengan apa yang baru saja diutarakan Darren. Meskipun Darren hanya menyanyikan sebuah lagu, tapi Jasmine yakin bahwa itu memang apa yang benar-benar dirasakan Darren padanya saat ini.“Kak Day, eh maksud aku, sa..yang,” ujar Jasmine sedikit ragu. Jasmine masih belum y
“Kita makan dulu ya. Aku tahu kamu pasti belum makan kan? Jadi nggak ada alasan buat nolak,” ujar Darren dan pandangannya terus tertuju pada jalanan yang ada di depannya.“Tapi ini udah malem, emang kamu nggak apa-apa kalau nemenin aku makan dulu?” Jasmine merasa tidak enak jika harus menahan Darren lebih lama dengannya.“Jasmine, kamu kira aku anak SD yang kalau sebelum senja belum sampai rumah dicari orang tuanya? Aku sudah kepala tiga Jasmine,” Darren gemas dengan pertanyaan Jasmine. Dia melirik Jasmine sesaat dan mengacak rambutnya.“Bukan gitu, tapi nanti-,”“Pokokya kita makan dulu, takutnya kalau kamu telat makan nanti bakalan pingsan lagi kaya waktu itu di tempat gym,” belum selesai Jasmine bicara, Darren sudah memotong pembicaraan Jasmine dan memaksa Jasmine untuk tetap makan malam dulu dengannya.“Baiklah kalau memang kamu memaksa. Terserah kamu saja, aku menolak pun tak ada gunanya,” ujar Jasmine pasrah. Jasmine sangat paham dengan lawan bicaranya itu. Menolakpun tidak ada
“Ih Mbak Erin memang yang terbaik lah pokoknya. I love you full, Mbak Er,” ujar Jasmine terlihat semringah sembari memeluk Erin dengan sangat erat.“Jasmine ih dari kapan kamu lebay kayak gini? Jangan-jangan kamu sudah terkontaminasi Darren ya?” Erin dengan wajah gelinya perlahan melepas pelukan Jasmine.“Enak aja, Mbak Er. Kan aku emang udah lama kayak gini, mbak,” ujar Jasmine dengan nada sedikit kesal karena enggan dihubung-hubungkan dengan Darren. Dari dulu memang Jasmine sedekat itu dengan Erin, hal yang dilakukan Jasmine pada Erin tadi memang bukanlah hal yang baru.“Astaga, kan hampir saja aku lupa, katanya Mbak Erin dijemput? Jemputan Mbak Erin mana? Kok belum kelihatan? Mbak Erin dijemput siapa sih?” Jasmine melontarkan beberapa pertanyaan pada Erin, layaknya reporter berita yang sedang haus akan informasi.“Astaga, nggak kurang banyak pertanyaannya. Udah kaya wartawan lagi wawancara artis. Hahaha," ujar Erin sembari terkekeh mendengar banyaknya pertanyaan yang Jasmine lontar