Share

BAB VI

Author: depe_
last update Last Updated: 2022-05-14 11:51:03

Semalaman Jasmine tak bisa tidur, pikirannya dipenuhi dengan berbagai ekspektasi jika dia jadi pergi bersama Darren. Hari Minggu yang biasanya menjadi hari yang ditunggu-tunggu Jasmine dan hari yang paling disenangi Jasmine selain hari Sabtu, tetapi lain dengan hari Minggu ini. Rasanya Jasmine ingin sekali mengutuk hari ini. Jasmine tak menginginkan hari ini, bahkan Jasmine sangat rela jika hari ini langsung berganti hari Senin.

“Ya Tuhan malas sekali rasanya,” gumam Jasmine masih dengan posisi rebahan di tempat tidurnya dan masih dengan selimut menutupi tubuhnya yang sedang mengenakan baju tidur dengan model setelan dengan atasan lengan pendek dan bawahan celana di atas lutut dengan bahan satin dan berwarna hitam.

Jasmine meraih handphonenya yang semalam ia letakkan di meja kecil yang terletak tepat di samping tempat tidurnya. Dilihatnya waktu yang tertera di layer handphonenya yang saat ini menunjukkan pukul 08.30. Jasmine yang baru bisa memejamkan matanya pukul 04.00 pagi tadi, masih merasakan rasa kantuk yang luar biasa ditambah dengan rasa malas yang menyelimuti hatinya. Enggan sekali rasanya untuk Jasmine meninggalkan tempat tidurnya bahkan untuk sekedar berjalan ke kamar mandi yang berada di dalam kamarnya itu pun dia merasa malas.

Tok tok tok

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar Jasmine, saat Jasmine masih dengan posisi bermalas-malasan di tempat tidurnya sembari memainkan handphone miliknya.

“Iya?” seru Jasmine dari dalam kamarnya dengan nada yang tak bersemangat.

“Neng Iyas? Neng? Neng Iyas sudah bangun belum?” ujar suara perempuan dari balik pintu kamar Jasmine.

“Mbak Diyah ya? Sudah daritadi, mbak. Ada apa?” seru Jasmine sembari memastikan bahwa suara perempuan itu adalah suara Diyah, Asisten Rumah Tangga yang sudah ikut bekerja dengan keluarga Jasmine selama kurang lebih 6 tahun. Sejak bekerja di rumah Jasmine, Diyah juga yang memanggil Jasmine dengan panggilan kecil Jasmine, Iyas.

Dengan malas-malasan, Jasmine beranjak dari tempat tidurnya menuju pintu kamarnya. Sesaat setelah Jasmine membuka pintu kamarnya, sosok perempuan yang biasa dipanggil Mbak Diyah itu muncul tepat berada di depannya saat ini.

“Neng Iyas, tadi ibu sama Mas Dani nitip pesen sama Mbak Diyah, katanya kalau Neng Iyas sudah bangun diminta telepon ibu,” ujar Diyah.

“Lha mama sama Mas Dani nggak di rumah, mbak? Pagi-pagi begini mereka kemana? Kok pada pergi nggak bangunin aku?” ujar Jasmine sembari mengedarkan padangannya ke seluruh penjuru rumah yang dapat tertangkap pandangan matanya saat ini.

“Ibu sama Mas Dani ada janjian meeting sama klien di kantor, neng. Tadi ibu bilang kliennya minta meeting sekalian sarapan pagi,” ujar Diyah.

“Lha ? Kok nggak bilang saya?” ujar Jasmine dengan nada sedikit kaget. Jasmine yang biasanya malas untuk urusan meeting dengan klien perusahaan travel milik almarhum papanya itu, saat ini kalau bisa dia ingin sekali ikut dengan Ana dan Dani agar bisa menghindar dari Darren.

“Neng Iyas tadi masih tidur. Ibu tidak mau mengganggu tidurnya Neng Iyas,”

“Mbak Diyah ke bawah dulu ya, neng. Neng Iyas kalau mau sarapan, Mbak Diyah tadi masak nasi goreng. Sudah siap di meja makan,” ujar Diyah sembari berpamitan untuk melanjutkan pekerjaannya di bawah.

Setelah Diyah turun ke lantai bawah, Jasmine kembali masuk ke kamarnya. Sesaat dia melirik jam dinding yang menempel di tembok kamarnya. Dilihatnya saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 sedangkan seperti apa yang dikatakan Darren kemarin, tepat pukul 10.00 dia harus sudah bersiap karena Darren akan menjemputnya. Dengan langkah gontai, Jasmine menuju kamar mandinya untuk mandi dan bersiap-siap .

Beberapa saat kemudian, setelah Jasmine selesai mandi, ponsel miliknya yang dia letakkan di atas meja rias berdering. Dilihatnya nama Mama Sayang yang ada di balon notifikasi panggilan w******p di handphonenya. Tak perlu menunggu lama, segera Jasmine menerima panggilan telepon itu.

“Halo?” ujar Jasmine ketika pertama menerima panggilan telepon dari Ana.

“Jasmine sudah bangun, nak?” ujar Ana.

“Sudah daritadi, ma. Mama sama Mas Dani kok pergi nggak bilang-bilang sih?” ujar Jasmine dengan nada kesal karena merasa ditinggalkan oleh Ana dan Dani.

“Jasmine kan tadi masih tidur, mama tidak mau mengganggu tidur Jasmine,” ujar Ana dengan nada bicaranya yang lembut dan sangat khas.

“Tapi kan kalau tau mama sama Mas Dani mau pergi, Jasmine mau ikut! Mama semalem juga nggak bilang kalau mau pergi” ujar Jasmine saat ini dengan nada sedikit merengek.

“Lho, biasanya Jasmine kalau mama sama Mas Dani ada urusan bisnis, jarang sekali mau ikut?” ujar Ana dengan nada sedikit kaget mendengar anak perempuannya itu merengek minta ikut. Karena seperti yang selama ini Ana tahu bahwa Jasmine sangat enggan ikut campur masalah yang menyangkut perusahaan travel keluarganya itu. Jasmine ingin membuktikan bahwa dia bisa mandiri. Selain itu, Jasmine berpikir bahwa Ana dan Dani saja sudah cukup untuk mengelola perusahaan itu.

“Siapa bilang? Jasmine beberapa kali juga ikut kok. Lagian hari ini mendingan Jasmine ikut mama sama Mas Dani deh,” ujar Jasmine masih dengan nada merengek.

“Ya sudah, lain kali Jasmine ikut ya, nak. Sudah jangan merengek seperti itu! Nanti mama belikan makanan kesukaan Jasmine ya untuk makan malam. Mama dan Mas Dani kemungkinan maghrib baru sampai rumah,” ujar Ana.

“Kenapa lama sekali perginya?” ujar Jasmine kaget mendengar bahwa mama dan kakaknya pergi dengan waktu yang cukup lama.

“Hari ini mama dan Mas Dani mengurus tender penting dengan nilai yang cukup besar dan klien ini maunya kami berdua yang turun langsung ke lapangan. Nah, urusan tender ini sepertinya akan memakan banyak waktu. Kalau saja dapat diwakilkan oleh asisten di kantor, mama juga lebih memilih di rumah saja,” ujar Ana menjelaskan panjang lebar tentang pertemuan bisnis dengan kliennya hari ini.

“Hmm, mau bagaimana lagi. Ya sudah kalau begitu,” ujar Jasmine dengan nada yang tidak bersemangat sama sekali.

“Ya sudah, Jasmine hati-hati di rumah, kalau Jasmine mau pergi kemana-mana pamit sama Mbak Diyah dan hubungi mama pake w******p!” ujar Ana yang kemudian mematikan panggilan teleponnya.

Jasmine menatap dirinya lekat-lekat di cermin yang berada di meja riasnya. “Haruskah aku benar-benar pergi dengan Darren ?” gumam Jasmine. Sampai saat ini, Jasmine masih belum yakin untuk pergi dengan Darren. Bahkan tas belanja bingkisan dari Darren kemaren, belum dibukanya sama sekali.

Tak lama kemudian Jasmine mandi dan bersiap-siap. Saat Jasmine sedang mulai bersiap-siap, terlintas keinginan untuk mengembalikan seluruh barang bingkisan yang diberikan oleh Darren dan membatalkan untuk pergi dengan Darren. Saat Jasmine sedang larut dengan pikiran yang memenuhi kepalanya, terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamar Jasmine.

Tok tok tok

“Permisi, Neng Iyas,” ujar Diyah.

“Iya Mbak Diyah?” ujar Jasmine sembari meneruskan bersiap-siap di depan meja riasnya.

“Di bawah ada tamu mencari Neng Iyas,” ujar Diyah memberitahukan bahwa ada tamu yang mencari Jasmine sedang menunggu di bawah.

“Siapa mbak?” ujar Jasmine menghentikan aktivitas berdandannya sejenak.

“Laki-laki, neng. Ganteng, wangi. Sepertinya baru pertama kali Mbak Diyah lihat orang itu datang ke rumah,” ujar Diyah menjelaskan ciri-ciri tamu yang mencari Jasmine.

“Ya ampun, Mbak Diyah lupa tanya, neng. Itu tamunya duduk di bangku teras ya, neng. Mbak Diyah turun dulu,” ujar Diyah lagi sembari meninggalkan pintu kamar Jasmine.

Jasmine kembali meneruskan berdandan sembari berpikir siapa laki-laki yang datang menemuinya itu. “Apa itu Darren?” gumam Jasmine.

Tak lama, setelah selesai Jasmine selesai berdandan, akhirnya Jasmine membuka semua tas belanja yang diberikan Darren. Setelah Jasmine mengeluarkan isi dari semua tas belanja itu, Jasmine tak langsung memakainya. Jasmine berdiri mematung sembari memandangi semua barang-barang yang diberikan Darren padanya itu. Barang yang terdiri dari blazer, celana jeans, tas jinjing, sepatu flat, dan jam tangan ada di depan matanya saat ini.

Setelah memandangi barang-barang itu selama beberapa saat, Jasmine pun akhirnya memutuskan untuk mengenakan semua barang yang diberikan oleh Darren. Blazer berwarna hitam dengan motif yang khas sebuah merk kelas atas dipadukan dengan atasan polos lengan pendek berwarna putih dan celana jeans serta tas jinjing dengan warna hitam membuat penampilan Jasmine kali ini terlihat sangat elegan, seperti Jasmine sehari-hari. Akan tetapi yang membedakannya kali ini adalah merk yang dikenakan, tak pernah Jasmine sebelumnya mengenakan pakaian dengan harga yang tak masuk akal. Tak lupa sepatu flat berwarna hitam dengan hiasan berwarna gold yang senada dengan tas yang dipakai oleh Jasmine melengkapi penampilannya hari ini.

Sebelum meninggalkan kamarnya, Jasmine tak lupa menyemprotkan parfum dengan aroma wangi yang powdery, fruity, lembut, segar dan sensual yang mampu memikat setiap orang yang dapat mencium aromanya.

Jasmine menuruni anak tangga dengan hati-hati sembari mencoba melihat sosok laki-laki yang duduk di teras rumahnya.

“Kalau benar itu Darren, berani sekali dia datang ke rumah, kalau ada Mas Dani kan bisa jadi masalah,” ujar Jasmine dengan nada sangat lirih.

Sesampainya Jasmine di pintu yang menghubungkan antara teras dengan ruang tamunya, terlihat sosok laki-laki seperti yang ia kenal. Laki-laki dengan perawakan tubuh yang atletis dengan kulitnya yang eksotis mengenakan kemeja hitam lengan panjang serta celana Panjang jeans yang terlihat senada dengan pakaian yang dikenakan oleh Jasmine. Darren betul-betul terlihat sangat tampan bahkan belum juga Jasmine berhadapan langsung dengannya, Jasmine sudah gemetar karena sangat gugup.

“Ya Tuhan Jasmine! Kamu betul-betul sangat cantik,” ujar laki-laki yang menunggunya itu. Laki-laki itu memperhatikan Jasmine mulai dari ujung kepala Jasmine hingga ujung kaki Jasmine.

Benar seperti dugaan Jasmine bahwa laki-laki itu adalah Darren. “Tak usah berlebihan!” ujar Jasmine dengan nada sedikit sewot. Jasmine bersikap demikian untuk menutupi rasa gugupnya. Sebenarnya saat ini Jasmine merasa sangat gugup dan salah tingkah.

“Tak ada kata berlebihan untuk wanita yang cantiknya melebihi seorang bidadari,” ujar Darren masih tak berhenti memperhatikan wanita yang saat ini berdiri dihadapannya itu.

“Kak Dey, aku mohon!” ujar Jasmine memohon agar Darren tak lagi membuatnya bertambah gugup dan salah tingkah.

“Sayang, aku mohon, jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi! Kita sudah berpacaran sekarang, aku tak ingin mendengarmu memanggilku dengan sebutan kakak! Aku bukan kakakmu ya,” ujar Darren memohon pada Jasmine untuk memanggilnya dengan sebutan yang lebih mesra.

Jasmine yang masih sangat gugup dan salah tingkah itu tak menggubris apa yang dikatakan Darren.

“Sebeneranya, kita mau kemana?” ujar Jasmine berusaha mengalihkan pembicaraan agar Darren tak membuatnya lebih gugup lagi.

“Nanti kamu juga akan tahu. Yuk! Keburu siang,” ujar Darren mengajak Jasmine untuk segera masuk ke dalam mobilnya.

“Sebentar, aku pamit sama Mbak Diyah dulu,” Jasmine masuk ke dalam rumah dan mencari Diyah untuk berpamitan. Tak lama kemudian, Jasmine sudah berada di teras rumahnya lagi.

“Yuk!” Darren mengajak Jasmine untuk segera ke mobilnya. Darren membukakan pintu mobilnya dan mempersilahkan Jasmine untuk duduk di bangku penumpang yang berada di sebelah bangku sopir. Setelah menutupkan pintu untuk Jasmine, Darren bergegas untuk masuk ke dalam mobilnya dan duduk di bangku sopir.

“Kamu sudah siap sayang? Kamu pasti belum sarapan kan? Sekarang kita akan makan dulu ya,” ujar Darren sembari menyalakan mesin mobilnya.

Jasmine duduk mematung. Dia hanya bisa pasrah dan mengikuti kemana Darren akan membawanya pergi sekarang. Jasmine yang duduk tepat di samping bangku kemudi tempat dimana Darren duduk dan mengemudikan mobilnya mulai merasakan debaran-debaran yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Sepertinya Jasmine mulai menaruh hati pada Darren.

Related chapters

  • Hubungan Rahasia dengan CEO   BAB VII

    Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit, mobil yang ditumpangi Darren dan Jasmine memasuki halaman sebuah restoran masakan Jepang dengan arsitektur klasik khas Jepang yang tak meninggalkan kesan mewahnya. Setelah menempatkan mobilnya di parkiran VIP, Darren mematikan mesin mobilnya dan mengajak Jasmine untuk turun dari mobil serta segera masuk ke restoran tersebut.Tepat di pintu restoran tersebut terdapat sebuah papan kecil menggantung yang menyebutkan jam operasional restoran. Di papan tersebut tertulis bahwa restoran itu buka dari pukul 11.00 sampai dengan pukul 22.00. Jasmine berdiri mematung di depan pintu sembari melirik jam tangan berwarna rosegold yang melingkar di tangan kirinya, saat ini baru menunjukkan pukul 10.30 tapi Darren sudah mengajaknya makan di restoran ini. Sesuai jam operasionalnya, harusnya saat ini restoran tersebut belum buka.“Sayang, kamu melamun?” ujar Darren sembari menepuk pundak Jasmine.“Oh tidak, ini kan belum jam 11.00 dan restoran ini sehar

    Last Updated : 2022-05-15
  • Hubungan Rahasia dengan CEO   BAB VIII

    Waktu menunjukkan pukul 12.00 siang saat mobil yang dinaiki Darren dan Jasmine berhenti di halaman parkir sebuah bangunan mewah dengan konsep modern dan minimalis. Bentuk bangunannya yang geometrik, serta kolam renang yang terletak tepat di bagian depan bangunan tersebut yang dilengkapi dengan taman yang sangat rapi dan terawat serta dihiasi beberapa pohon palem, menambah kesan mewah dan indah. Bangunan itu adalah salah satu villa milik Darren.Sebagai seorang CEO sebuah perusahaan bisnis digital raksasa, sangat wajar apabila Darren Cameron Barraq memiliki banyak aset properti. Villa ini merupakan salah satu aset yang dimiliki oleh Darren yang dibelinya dari hasil kerja kerasnya selama dia terjun ke dunia bisnis.Villa yang terletak di pinggiran dan sangat jauh dari pusat kota itu membuat suasana disekitarnya terasa sepi dan asri. Sebelumnya, Darren tak pernah mengajak siapapun bahkan keluarganya sendiri pun tidak mengetahui jika Darren memiliki villa ini. Villa dengan didominasi cat b

    Last Updated : 2022-05-16
  • Hubungan Rahasia dengan CEO   BAB IX

    Setelah Kadir berlalu, Jasmine dan Darren kemudian berjalan-jalan mengelilingi villa Darren yang luasnya sekitar seribu dua ratus hektar itu. Sepanjang jalan Jasmine tak henti-hentinya berdecak kagum melihat indahnya pemandangan yang mengelilingi villa milik Darren tersebut.“Ya Tuhan, pemandangan disini sungguh indah. Kalau kata anak sekarang, pas banget buat healing,” ujar Jasmine sembari tersenyum dan pandangannya yang tak luput memperhatikan pemandangan yang ada di depan matanya saat ini. Pemandangan yang ada disekeliling villa Darren ini memang sangat memanjakan mata siapapun yang berada disekitaran villa ini. Saat kita berada di villa Darren, seketika semua masalah hilang semua. Sangat nyaman dan menentramkan hati.“Aku tidak salah kan mengajakmu ke tempat ini? Niatku mengajakmu kesini agar kamu bisa menghilangkan stress karena beban pekerjaanmu yang begitu berat,” ujar Darren sembari menatap lekat-lekat ke arah Jasmine.“Darimana kamu tahu kalau beban pekerjaanku begitu menyita

    Last Updated : 2022-06-02
  • Hubungan Rahasia dengan CEO   BAB X

    Dret dret dretTepat pukul tiga pagi, handphone Jasmine bergetar. Terlihat notifikasi panggilan suara yang terdapat di layar handphonenya. Saat panggilan yang pertama, Jasmine masih asik terlelap, masih hanyut dalam mimpinya. Sampai pada akhirnya panggilan suara yang ketiga kalinya tak mampu lagi menahan Jasmine untuk tetap terlelap dan mengabaikan panggilan tersebut.Dengan rasa malas yang menyelimutinya, Jasmine meraih handphonenya yang terletak di meja kecil tepat di samping tempat tidurnya. Sembari mengerjap matanya yang masih terasa berat, Jasmine melirik nama yang tertera di notifikasi panggilan suara aplikasi whatsapp di handphonenya itu.“Bahkan ini masih jam tiga pagi, ngapain sih gangguin orang tidur aja!” gerutu Jasmine yang merasa tidur nyenyaknya terganggu oleh panggilan suara yang tak lain adalah dari Darren. Dengan rasa malas dan rasa kantuk yang masih belum pergi, Jasmine menerima panggilan dari Darren tersebut.“Hmmm?” sapa Jasmine sekenannya.“Halo Tuan Putri Jasmine

    Last Updated : 2022-06-03
  • Hubungan Rahasia dengan CEO   BAB XI

    “Ma, Jasmine berangkat dulu ya?” ujar Jasmine sembari mencium tangan Ana yang sedang menikmati sarapannya.“Jasmine nggak sarapan dulu, nak?” ujar Ana yang melihat anak perempuannya itu hanya menyeruput susu coklat kesukaannya dan tak menyentuh sedikitpun sarapan yang sudah terhidang di meja makan.“Nanti saja di kantor, ma. Jasmine buru-buru, udah pasti telat sampai kantor ini. Jasmine berangkat, ma,” setelah mengucapkan salam kepada Ana, Jasmine bergegas menuju mobilnya yang sudah terparkir di halaman rumahnya. Setiap pagi, sesampainya Anto di rumah Ana, Anto akan selalu menyiapkan mobil yang akan digunakan oleh Dani dan Jasmine, baik mengecek kondisi mobil dan memanaskan mesinnya. Kondisi mobil di pagi hari selalu dalam kondisi siap digunakan.“Terima kasih Pak Anto,” sembari tersenyum Jasmine menerima kunci mobil miliknya yang dibawa Anto dan bergegas masuk ke dalam mobil sedan kesayangannya yang berwarna putih itu.“Hati-hati, Neng Jasmine. Jangan ngebut!” ujar Anto sembari mela

    Last Updated : 2022-06-04
  • Hubungan Rahasia dengan CEO   BAB XII

    Tak sampai setengah jam setelah Darren memutus panggilan suaranya, dering pesawat telepon khusus antar ruangan di kantor tempat Jasmine bekerja yang terdapat di ruangan Jasmine berbunyi. Pesawat telepon itu terletak di meja kerja Erin, tak lama Erin langsung menerima panggilan suara tersebut.“Halo selamat pagi, dengan divisi penelitian dan pengendalian, ada yang bisa saya bantu?” ujar Erin saat pertama mengangkat gagang peswat telepon yang ada di depannya itu.“Selamat pagi, Mbak Erin, ini Anto, mbak. Mbak Erin, mohon maaf mengganggu, boleh minta tolong disampaikan kepada Mbak Jasmine kalau dibawah ada kurir makanan mau antar sarapan buat Mbak Jasmine,” ujar Anto menjelaskan maksud dirinya melakukan panggilan suara ke ruangan Erin dan Jasmine.“Oh, Pak Anto. Siap bapak, nanti saya sampaikan sama Jasmine. Terimakasih banyak informasinya Pak Anto,” ujar Erin. Setelah Anto mengucapkan terimakasih, gagang telepon dikembalikan ke tempat semula.“Saudari Jasmine Chalondra Maheswari,” ujar

    Last Updated : 2022-06-11
  • Hubungan Rahasia dengan CEO   BAB XIII

    Saat Jasmine sedang menikmati sarapan paginya, tiba-tiba Anto datang membawakan dua buah bungkusan untuk Jasmine. Satu bungkusan berisi sekotak besar donat, sedangkan satu bungkusan lagi berisi es kopi susu kesukaan Jasmine yang berasal dari kedai kopi langganannya. Di kedai kopi langganan Jasmine itu memang menjual kue donat dan berbagai macam jenis minuman, baik kopi maupun yang bukan kopi“Mbak Jasmine, ada kiriman makanan lagi buat Mbak Jasmine. Sudah dibayar katanya, mbak,” ujar Anto sembari meletakkan dua bungkusan tersebut ke atas meja kerja Jasmine.“Ini apa Pak Anto? Kayaknya aku nggak pesen,” Jasmine terhenyak melihat bungkusan yang saat ini berada di atas meja kerjanya itu.“Tukang ojeknya nggak bilang dari siapa, mbak,” ujar Anto yang terlihat sama bingungnya dengan Jasmine.“Tapi aku beneran nggak pesen apa-apa, pak,” ujar Jasmine masih dengan memperhatikan bungkusan yang ada di depannya itu. Lagi-lagi Jasmine menemukan sebuah catatan yang menggantung di bungkusan yang di

    Last Updated : 2022-06-13
  • Hubungan Rahasia dengan CEO   BAB XIV

    “Jasmine belum mau pulang?” ujar Erin sembari membereskan barang-barangnya dan bersiap untuk pulang. “Belum, mbak. Ini tanggung, sebentar lagi selesai. Mbak Erin udah mau pulang ya?”Jasmine melirik Erin sesaat, kemudian kembali menghadap layar monitor yang ada di hadapannya untuk melanjutkan pekerjaannya. “Ini aku lagi siap-siap mau pulang. Kamu mau aku tinggal atau mau aku tungguin?” Erin yang khawatir dengan Jasmine karena ruangan kerjanya sudah mulai sepi, teman-temannya yang lain sudah pulang dan hanya menyisakan mereka berdua. Saat ini waktu sudah menunjukan pukul setengah tujuh malam, sedangkan aturan jam pulang kerja di kantor mereka adalah pukul empat sore. “Kalau Mbak Erin udah nggak selesai terus buru-buru juga, aku ditinggal aja nggak apa-apa, mbak. Lagian udah malam juga,”ujar Jasmine masih terus menghadap layar monitor yang ada dihadapannya serta beberapa kali menekan tombol keyboard. “Kerjaan kamu masih belum selesai? Masih banyak banget ya?” Erin melirik layar monito

    Last Updated : 2022-07-20

Latest chapter

  • Hubungan Rahasia dengan CEO   BAB XXIII

    Darren masih tak berkedip mengamati wanita pujaannya itu. "Memang aku tak salah menambatkan hatiku padamu, Jasmine. Kamu benar-benar wanita yang sempurna," Darren pun tak berhenti memberikan pujian untuk kekasihnya itu."Ish, kamu ini, bisa nggak kalau nggak berlebihan kaya gitu," Jasmine memukul pelan pundak Darren. Tak bisa dipungkiri bahwa pujian dan tatapan Darren membuatnya salah tingkah. Wanita mana yang tidak meleleh mendangar pujian dan perlakuan seperti yang didapatkan Jasmine itu."Sayang, aku jujur. Kamu benar-benar wanita sempurna yang pernah aku temui. Aku bahkan rela melakukan hal apapun hanya untuk melihat senyum di wajah cantikmu itu, untuk melihatmu tetap ada disisiku," Darren menggenggam erat kedua tangan Jasmine, sembari menatap lekat-lekat ke wajah wanita pujaannya itu. "Jasmine, berjanjilah padaku, bahwa apapun dan bagaimanapun keadaan yang akan terjadi kedepannya, berjanjilah bahwa kau tak akan meninggalkanku! Berjanjilah bahwa kau akan selalu bersamaku dan berja

  • Hubungan Rahasia dengan CEO   BAB XXII

    Tak lama kemudian, helikopter yang ditumpangi Darren dan Jasmine telah mendarat. Setelah mengemasi barang pribadi milik mereka, keduanya menuruni helikopter tersebut dengan hati-hati. Raymond ternyata sudah turun terlebih dahulu dan mengantarkan koper keduanya ke resort yang berada tak jauh dari helipad yang ada di pulau pribadi milik keluarga besar Darren itu.Sebuah pulau pribadi dengan garis pantai yang cukup panjang, hamparan pasir putih yang sungguh cantik dan air lautnya yang jernih memancarkan warna turquoise, serta suasananya yang masih asri juga alami, membuat siapapun akan terpesona dengan keindahan pulau pirbadi milik keluarga Darren tersebut. Dari air lautnya yang jernih, dapat terlihat karang yang beraneka ragam bentuk serta warnanya. Selain itu, terdapat hutan yang subur nan hijau yang kaya dengan berbagai jenis burung, binatang dan juga tumbuhan liar menambah kesan asri dari pulau tersebut.Tak hanya itu, di pulau pribadi milik keluarga besar Darren ini terdapat dua bua

  • Hubungan Rahasia dengan CEO   BAB XXI

    Lima menit berjalan, Jasmine dan Darren terlihat masih sangat menkmati percumbuan itu. Darren merasakan degup jantungnya berdetak sangat cepat, debaran-debaran cinta yang sudah lama tak ia rasakan, kini kembali dirasakannya. "Gila, wanita ini memang berbeda. Aku tak pernah merasakan senyaman ini berada di pelukan seorang wanita. Jasmine, aku benar-benar mencintaimu, kau tak boleh meninggalkanku," ujar Darren dalam hatinya.Darren yang sudah mulai merasakan puncak gairahnya, segera membopong tubuh Jasmine untuk duduk di pangkuannya. Sama halnya dengan Darren, Jasmine yang sudah merasakan berada di puncak gairahnya, tak dapat menolak perintah Darren, Saat ini tubuh Jasmine berada di pangkuan Darren dan wajah cantiknya saat ini tepat berada di depan wajah tampan Darren Cameron Barraq."Jasmine, aku sungguh mencintaimu, sangat mencintaimu. Tolong, jangan ada pikiran untuk meninggalkanku, aku tak akan tahu bagaimana hidupku setelah ini jika tak ada kamu disisiku," tak menunggu Jasmine menj

  • Hubungan Rahasia dengan CEO   BAB XX

    Sebuah helikopter berwarna hitam mengkilap dengan simbol sebuah perusahaan yang ternyata adalah simbol perusahaan milik Darren sudah menunggu Darren dan Jasmine di landasan helikopter yang berada di lantai paling atas gedung rumah sakit tersebut. "Silahkan Pak Darren dan Bu Jasmine, helikopternya sudah siap," ujar Sari mempersilahkan Darren dan Jasmine untuk masuk ke dalam helikopter yang sudah dari dua jam yang lalu tersedia di landasan helikopter tersebut. "Terimakasih banyak atas bantuannya Mbak Sari dan Mas Gusti, saya sudah menitipkan sesuatu untuk kalian lewat Pak Bagas. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih untuk pelayanan kalian yang luar biasa," Darren menjabat tangan Sari dan Gusti secara bergantian. "Wah, saya merasa tersanjung dengan apa yang bapak katakan. Terimakasih sekali bapak, hati-hati dalam perjalanan dan selamat berlibur," ujar Gusti saat Darren menjabat tangannya. Lagi-lagi Jasmine dibuat berdiri seperti patung ketika melihat kenyataan yang ada didepannya saat

  • Hubungan Rahasia dengan CEO   BAB XIX

    Jasmine bergegas memasuki mobil sedan berwarna hitam yang telah terparkir di depan rumahnya. Darren sudah menunggu disitu lebih dari dua puluh menit. Sebelumnya Darren sudah berjanji akan menjemput Jasmine tepat pukul sembilan, dan seperti yang telah dijanjikan Darren, pukul sembilan tepat Darren sudah berada di depan rumah Jasmine. Sedangkan Jasmine masih ternyata belum siap, dia masih bersiap dan mengemasi barang apa saja yang akan dibawanya liburan bersama kekasihnya itu. Jasmine hari ini kesiangan, dia baru bangun pukul setengah sembilan dan langsung mandi, bersiap-siap dan berkemas."Ya Tuhan, terimakasih karena Kau sudah mengirimkan bidadari untukku," Darren mengamati setiap inci tubuh Jasmine sembari menyalakan mesin mobilnya."Kamu ini bukannya marah karena lama nunggu akunya," ujar Jasmine. Terlihat rona merah muncul di kedua pipinya."Sayang, aku mana bisa marah-marah sama bidadari. Lagipula, aku memang orangnya paling nggak bisa marah-marah, apalagi sama orang yang aku saya

  • Hubungan Rahasia dengan CEO   BAB XVIII

    "Jasmine sudah pulang, nak?" ujar Ana ketika melihat sosok Jasmine yang berjalan masuk dari pintu ruang tamu. Saat itu memang lampu ruang tamu dalam keadaan remang-remang. Membuat pandangan mata tak begitu jelas."Lho, mama kok disini? Mama kenapa jam segini belum tidur?" Jasmine sedikit terkejut melihat Ana yang saat ini sedang duduk santai di sofa ruang tamu sembari menyilangkan kedua kakinya dan memainkan alat komunikasi selularnya."Iya sayang, mama belum bisa tidur. Daritadi sudah coba untuk tidur tapi belum bisa tidur juga. Mama bosen di kamar, jadi mama memutuskan duduk-duduk di sini sambil cari suasana lain, ya sudah sekalian nungguin Jasmine sama Mas Dani," Ana meletakkan alat komunikasi selularnya itu ke atas meja kaca yang berada disampingnya."Mama kenapa? Ada yang sedang mama pikirkan? Atau mama sakit? Tidak enak badan?" Jasmine menjatuhkan tubuhnya di sofa dimana Ana duduk kemudian memeluk tubuh wanita paruh baya yang ada disampingnya itu. Jasmine terlihat sangat mengkha

  • Hubungan Rahasia dengan CEO   BAB XVII

    Sepanjang perjalanan ke rumah Jasmine, suasana di mobil sangat hening. Hanya terdengar suara musik yang diputar pada pemutar musik yang berada di dashboard mobil Darren.Waktu yang telah kita lalui, buatmu jadi lebih berartiLuluhkan kerasnya dinding hati, engkaulah satu yang aku cari“Kamu tahu lagu ini, Jasmine?” ujar Darren memecah suasana hening suasana di mobil Darren itu.“Iya, kenapa?” ujar Jasmine singkat. Jasmine masih merasa tidak enak dengan apa yang sudah dikatakannya pada Darren saat makan di tempat Alif tadi.“Ini yang aku rasakan padamu saat ini,”“Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku,” Darren menirukan Ariel yang menyanyikan lagu yang diputar saat itu.Lai-lagi pipi Jasmine memerah, dia sangat tersanjung dengan apa yang baru saja diutarakan Darren. Meskipun Darren hanya menyanyikan sebuah lagu, tapi Jasmine yakin bahwa itu memang apa yang benar-benar dirasakan Darren padanya saat ini.“Kak Day, eh maksud aku, sa..yang,” ujar Jasmine sedikit ragu. Jasmine masih belum y

  • Hubungan Rahasia dengan CEO   BAB XVI

    “Kita makan dulu ya. Aku tahu kamu pasti belum makan kan? Jadi nggak ada alasan buat nolak,” ujar Darren dan pandangannya terus tertuju pada jalanan yang ada di depannya.“Tapi ini udah malem, emang kamu nggak apa-apa kalau nemenin aku makan dulu?” Jasmine merasa tidak enak jika harus menahan Darren lebih lama dengannya.“Jasmine, kamu kira aku anak SD yang kalau sebelum senja belum sampai rumah dicari orang tuanya? Aku sudah kepala tiga Jasmine,” Darren gemas dengan pertanyaan Jasmine. Dia melirik Jasmine sesaat dan mengacak rambutnya.“Bukan gitu, tapi nanti-,”“Pokokya kita makan dulu, takutnya kalau kamu telat makan nanti bakalan pingsan lagi kaya waktu itu di tempat gym,” belum selesai Jasmine bicara, Darren sudah memotong pembicaraan Jasmine dan memaksa Jasmine untuk tetap makan malam dulu dengannya.“Baiklah kalau memang kamu memaksa. Terserah kamu saja, aku menolak pun tak ada gunanya,” ujar Jasmine pasrah. Jasmine sangat paham dengan lawan bicaranya itu. Menolakpun tidak ada

  • Hubungan Rahasia dengan CEO   BAB XV

    “Ih Mbak Erin memang yang terbaik lah pokoknya. I love you full, Mbak Er,” ujar Jasmine terlihat semringah sembari memeluk Erin dengan sangat erat.“Jasmine ih dari kapan kamu lebay kayak gini? Jangan-jangan kamu sudah terkontaminasi Darren ya?” Erin dengan wajah gelinya perlahan melepas pelukan Jasmine.“Enak aja, Mbak Er. Kan aku emang udah lama kayak gini, mbak,” ujar Jasmine dengan nada sedikit kesal karena enggan dihubung-hubungkan dengan Darren. Dari dulu memang Jasmine sedekat itu dengan Erin, hal yang dilakukan Jasmine pada Erin tadi memang bukanlah hal yang baru.“Astaga, kan hampir saja aku lupa, katanya Mbak Erin dijemput? Jemputan Mbak Erin mana? Kok belum kelihatan? Mbak Erin dijemput siapa sih?” Jasmine melontarkan beberapa pertanyaan pada Erin, layaknya reporter berita yang sedang haus akan informasi.“Astaga, nggak kurang banyak pertanyaannya. Udah kaya wartawan lagi wawancara artis. Hahaha," ujar Erin sembari terkekeh mendengar banyaknya pertanyaan yang Jasmine lontar

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status