Kotak itu ….Bukankah itu kotak Lukisan Plum Musim Dingin!Melihat orang di seberang mau naik mobil, Jessica langsung berlari sambil berteriak pada orang di seberang tanpa memedulikan penampilan diri sendiri."Tunggu! Tunggu dulu!""Jangan pergi!"Orang itu tidak mendengar panggilannya, hanya membuka pintu dan naik mobil.Jessica yang mengejar ke sana menepuk kaca mobil dengan panik. "Buka pintunya! Buka pintunya!"Pria berjanggut di dalam mobil baru memperhatikan Jessica, dia pun membuka kaca mobil sambil berkata dengan tak sabar, "Ada apa?"Jessica menunjuk kotak di sampingnya. "Apa di dalam ini adalah Lukisan Plum Musim Dingin yang dibeli di Showroom Mawar, balai lelang barang antik?"Ekspresi orang itu menjadi waspada. "Siapa kamu?"Jessica melihat tebakan dirinya benar, dia pun menghela napas lega."Aku juga suka dengan lukisan ini, awalnya aku sudah memesannya, bisakah kamu menjualnya padaku?"Pria berjanggut melirik Jessica dari atas hingga bawah. "Kamu mau membelinya dengan har
Setelah mendapatkan uang, Callista mengajak Wendry keluar."Uang sudah dikirim ke rekeningmu."Wendry langsung mengeluarkan ponsel untuk memeriksa. Rekening yang tidak dikenal mengirim uang 182 miliar ke rekeningnya.Wendry merasa tak puas. "Kenapa hanya ini saja, sisanya di mana?""Sekarang aku hanya punya sebanyak itu."Callista sengaja berkata seperti itu.Kalau Wendry mau 200 miliar, lalu dia memberinya 200 miliar, Wendry akan mengira dia punya uang, kelak pasti akan mencari keuntungan darinya lagi.Namun, kalau berbeda sangat jauh, juga tidak bisa. Wendry adalah orang yang serakah, kalau berbeda jauh sekali, dia tidak akan setuju.Jadi kekurangan 18 miliar adalah nominal yang cukup baik.Setelah Wendry mendapatkan uang itu, Wendry melihat ke arah Callista dengan niat tidak baik."Tidak usah buru-buru, sisanya kamu bisa pelan-pelan lunasi. Lagian sekarang kamu sudah bersama dengan Tuan Jason. Asalkan statusmu tidak ketahuan, keuntunganku juga tidak akan berkurang. Benar tidak?"Set
Mungkin, dia tahu bahwa lukisan itu palsu?Tidak mungkin. Adrian mengatakan bahwa pengetahuan pria berjanggut itu sangat dalam. Selain orang yang professional, akan sulit bagi mereka untuk membedakannya.Bahkan jika ketahuan, itu tidak akan terjadi begitu cepat.Jangan-jangan Jessica telah mencari seseorang untuk mengidentifikasinya?Saat mengangkat telepon, nada bicara Callista masih cukup tenang. "Halo.""Di mana kamu sekarang?"Pertanyaan tajam itu terdengar melalui telepon.Callista menjauhkan ponsel yang dipegang dari telinganya. "Kamu bisa langsung bilang tujuan kamu meneleponku."Awalnya, Edbert menelepon untuk memberikan kesempatan agar Callista meminta maaf padanya, tetapi tidak menyangka akan mendapat respons dingin dari Callista.Setelah tertegun sebentar, kemarahannya meletus. "Kamu pikir aku ingin mencarimu? Kak Suzy sudah kembali, Kakek memanggil semua orang untuk pulang ke Kediaman Keluarga Davis! Cepat datang!"Berbicara tentang Suzy Davis, anak ketiga dari Keluarga Dav
Saat menghadapi Suzy yang menerjanginya, Jason sedikit menghindar, membuat Suzy memeluk udara kosong.Semangat Suzy langsung padam, dia melipat kedua tangannya di depan dada dan menggertak, "Kak Jason! Kenapa kamu selalu begini?"Jason menjawab dengan acuh tak acuh, "Begini bagaimana?""Kenapa kamu tidak menyambut pelukanku?" tanya Suzy."Aku merasa panas," jawab Jason.Setelah mengatakan itu, Jason berjalan masuk ke dalam ruangan. Saat Suzy, yang masih berdiri di tempat, hendak mengatakan sesuatu, bahunya tiba-tiba dirangkul oleh Gilbert yang mengikuti Jason dari belakang."Sini, Kak Suzy, aku yang akan menyambut pelukanmu," ujar Gilbert."Pergi sana!"Sementara itu, ketika melihat Jason yang semakin mendekat, otak Callista tiba-tiba terhenti sejenak. Terutama ketika Jason menunjukkan senyum menggodanya dan memanggil Callista di depan banyak orang."Callista."Panggilan itu membuat Callista tersadar kembali. Di tengah kerumunan orang, Callista berharap Jason tidak akan mengatakan ses
"Ah!"Teriakan terkejut keluar dari mulut Melissa.Dia berlari ke arah mereka dengan terhuyung-huyung, melihat pisau yang menancap di kaki Vincent disertai semburan darah yang mengalir, dia hampir pingsan.Melissa berkata dengan bibir gemetar, "Kamu … Kamu gila!"Jason menikmati perubahan warna wajah Vincent yang semakin pucat, lalu mengangkat dagunya, "Aku sudah membalas dendam."Melissa, menyadari bahwa Jason sedang berbicara tentang upaya pembunuhan sebelumnya, tetapi dia kehilangan keberanian untuk mengatakan sesuatu. Vincent menggelengkan kepala dengan sangat pelan, memberikan isyarat bahwa dirinya tidak ingin Melissa buka mulut."Oh, ya." Jason berkata sambil melangkah ke depan, lalu berbalik, "Gadis yang baru kamu temukan belakangan ini cukup menghibur, tulangnya sangat keras."Bahkan dalam situasi seperti ini, emosi Vincent tetap stabil. Dia menghela napas, seolah-olah frustasi pada adiknya yang nakal. "Jason, kamu salah paham padaku lagi."Jason mengabaikan penjelasannya dan
Jason menciumnya dengan keras untuk beberapa menit dan mulai merasa tidak puas. Tangannya mulai merambat ke atas, meninggalkan jejak air basah di kain di atas dadanya.Callista mendesah dengan suara "mmh" sambil sedikit meronta. Baginya, mencium saja sudah cukup menakutkan, tetapi dia tidak menyangka Jason ingin lebih dari itu.Karena tidak bisa mendorongnya, Callista akhirnya menggigit Jason dengan keras."Hiisss!"Pria itu akhirnya melepaskannya, matanya yang hitam menatap Callista seperti pusaran."Apa aku terlalu memanjakanmu sampai kamu berani menggigitku?"Callista langsung gemetar ketakutan dan berkata, "Aku benar-benar harus pergi menyeduh teh sekarang. Kalau tidak, orang mungkin akan mulai curiga kenapa aku tidak kembali begitu lama."Jason berkata dengan santai, "Lalu apa masalahnya?"Mendengar itu, Callista hampir saja pingsan.Callista tahu bahwa dia sedang berbicara dengan pria yang tidak takut dengan konsekuensi apa pun. Jika apa yang mereka lakukan di tepi kolam ketahu
Untungnya, suara kecil itu tidak menarik perhatian orang lain, karena mereka saat ini penasaran dengan apa yang terjadi pada Profesor David."Karena beberapa kejadian tak terduga, Profesor David bunuh diri dengan melompat dari gedung. Keluarganya tewas dalam ledakan gas yang menghancurkan tubuh mereka."Ketika dia mengatakan ini, nada Suzy terdengar sedikit menyesal. "Aku dengar anak laki-laki dan perempuan Profesor memiliki bakat yang luar biasa, tapi sayangnya mereka meninggal begitu saja," lanjut Suzy."Aku bahkan pernah mendengarkan konser music Siarad, mengapa dia memilih untuk bunuh diri?"Suzy ragu sejenak, tetapi ibunya lebih cepat untuk menjawab."Karena hubungannya dengan sejumlah beberapa mahasiswi ... terbongkar, dia mungkin merasa malu untuk menghadapi orang lain."Bibi Silvia tidak menjelaskan sepenuhnya, tetapi orang-orang yang hadir menunjukkan ekspresi bahwa mereka memahami apa yang terjadi.Nada bicaranya penuh dengan perasaan jijik. "Pada awalnya, Suzy bahkan berenca
Pukul 12 tengah malam.Suzy mendengar sesuatu dari arah jendela.Terlihat tangan kokoh seseorang menahan pada pinggiran jendela, sebelum dia melompat masuk ke dalam.Suzy tidak menengadahkan kepala. Dia fokus memoles kuku pada kakinya dengan cat kuku. "Kamu terlambat," kata Suzy."Penjagaan di Keluarga Davis ketat," kata pria itu dengan suara datar."Berlutut!" pinta Suzy.Pada saat itu, Suzy tidak perlu lagi terlihat baik di depan orang lain. Dia memberikan perintah yang sangat mencemooh.Theo berlutut di lantai tanpa ragu-ragu.Suzy memijakkan kakinya pada dada pria itu dan berkata, "Poles yang rapi."Theo dengan diam mengambil botol cat kuku itu.Dilihat dari keahliannya, sepertinya ini bukan pertama kalinya dia melakukan hal seperti itu.Suzy memundurkan badannya dan berbaring di atas kasur, tidak mempedulikan bagaimana pria itu melihat pemandangan di balik roknya.Dia membuka matanya untuk melihat lampu dan berkata, "Apa kamu merasa kalau Callista terlihat sangat familier?”"Aku
Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju
Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m
Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang
Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]
"Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal
Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si
"Apa artinya tidak ada foto?"Raungan terdengar dari sebuah vila kecil di Kota Sakata."Bukankah kemarin kamu telah mengatakan berhasil melacak pelacur itu? Bagaimana bisa tidak ada fotonya?"Jessica berbicara dengan suara serak pada ponselnya.Suara samar seorang detektif swasta datang dari pengeras suara, "Hmm, setelahnya kami kehilangan titik keberadaannya, jadi tidak bisa mengambil fotonya," kata detektif itu berusaha menjelaskan. "Baru-baru ini, kami memiliki terlalu banyak menerima tawaran juga. Jadi tidak ada waktu untuk melakukan ini lagi, Anda bisa mencari tempat lain saja.""Toot toot!" suara telepon dimatikan."Hei? Hei!" teriak Jessica.Melihat orang itu benar-benar menutup teleponnya, Jessica hampir menjadi gila.Sejak Jessica diusir dari Keluarga Davis, dia telah berubah dari status setengah putri di Keluarga Davis menjadi seorang gadis yatim piatu yang bukan apa-apa.Jessica merasa telah menjadi bahan tertawaan kalangan kelas atas di Kota Sakata.Bahkan Edbert, yang sela
"Tak kusangka, Callista, kamu masih memiliki hubungan dengan Keluarga Lopez."Suzy mengambil sepotong kecil makanan penutup dan memandang Callista yang berada di sisi berlawanan sambil tersenyum.Callista berhenti mengunyah dan dia menyesap es buah untuk menekan rasa manis di mulutnya."Kak Suzy memang pandai bercanda, Keluarga Lopez jauh di Kota Guno. Mana mungkin, aku akan ada hubungannya dengan Keluarga Lopez," ucap Callista."Benar juga," ucap Suzy.Suzy melihat ekspresi Callista seperti biasa, dia beralih berbicara dari sisi lainnya."Sepertinya, Wendry telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, jadi membuatmu harus mengeluarkan uang untuk menyumpalnya," ujar Suzy penasaran.Karena Callista telah membiarkan Suzy bertindak, keberadaan uang itu tentu saja tidak dapat disembunyikan darinya.Callista memilih alasan yang masuk akal, "Keluarga Garcia bekerja sama dengan Gedung NYC milik Kak Christian. Kebetulan, Wendry melihatku keluar masuk sana sebelumnya, kalau sampai hal ini menyeba
Mendengar ini, Callista tertegun sejenak.Beberapa kata ingin diucapkan, tetapi tanpa status, semuanya kembali ditahan olehnya.Callista sambil tersenyum ringan berujar, "Baiklah, Tuan Jason. Berhati-hati di jalan, ya." Melihat wajah Callista terlihat seperti biasa, Jason berseloroh langsung, "Ya, nanti ingat kirim sms, kalau tubuhmu sudah mulai nyaman." Kalimat yang terdengar bercanda, malah seperti baskom berisi air dingin yang turun menyirami Callista.Kata-kata ini secara terbuka memberi tahu inti dari hubungan mereka, hanyalah sebatas untuk memuaskan nafsu semata dan bukan atas dasar cinta.Callista menelan emosi di tenggorokannya, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Baik, aku juga berharap Tuan Jason bersenang-senang malam ini." "..."Kekuatan yang menekan sudut bibir Callista sepertinya berbobot seribu kilogram. Semuanya runtuh, begitu pintu kamar itu tertutup.Semangkuk sup di atas meja yang sebelumnya, dia merasa sangat nikmat. Kini, terasa dingin dan kental, juga terlihat s