"Ah!"Teriakan terkejut keluar dari mulut Melissa.Dia berlari ke arah mereka dengan terhuyung-huyung, melihat pisau yang menancap di kaki Vincent disertai semburan darah yang mengalir, dia hampir pingsan.Melissa berkata dengan bibir gemetar, "Kamu … Kamu gila!"Jason menikmati perubahan warna wajah Vincent yang semakin pucat, lalu mengangkat dagunya, "Aku sudah membalas dendam."Melissa, menyadari bahwa Jason sedang berbicara tentang upaya pembunuhan sebelumnya, tetapi dia kehilangan keberanian untuk mengatakan sesuatu. Vincent menggelengkan kepala dengan sangat pelan, memberikan isyarat bahwa dirinya tidak ingin Melissa buka mulut."Oh, ya." Jason berkata sambil melangkah ke depan, lalu berbalik, "Gadis yang baru kamu temukan belakangan ini cukup menghibur, tulangnya sangat keras."Bahkan dalam situasi seperti ini, emosi Vincent tetap stabil. Dia menghela napas, seolah-olah frustasi pada adiknya yang nakal. "Jason, kamu salah paham padaku lagi."Jason mengabaikan penjelasannya dan
Jason menciumnya dengan keras untuk beberapa menit dan mulai merasa tidak puas. Tangannya mulai merambat ke atas, meninggalkan jejak air basah di kain di atas dadanya.Callista mendesah dengan suara "mmh" sambil sedikit meronta. Baginya, mencium saja sudah cukup menakutkan, tetapi dia tidak menyangka Jason ingin lebih dari itu.Karena tidak bisa mendorongnya, Callista akhirnya menggigit Jason dengan keras."Hiisss!"Pria itu akhirnya melepaskannya, matanya yang hitam menatap Callista seperti pusaran."Apa aku terlalu memanjakanmu sampai kamu berani menggigitku?"Callista langsung gemetar ketakutan dan berkata, "Aku benar-benar harus pergi menyeduh teh sekarang. Kalau tidak, orang mungkin akan mulai curiga kenapa aku tidak kembali begitu lama."Jason berkata dengan santai, "Lalu apa masalahnya?"Mendengar itu, Callista hampir saja pingsan.Callista tahu bahwa dia sedang berbicara dengan pria yang tidak takut dengan konsekuensi apa pun. Jika apa yang mereka lakukan di tepi kolam ketahu
Untungnya, suara kecil itu tidak menarik perhatian orang lain, karena mereka saat ini penasaran dengan apa yang terjadi pada Profesor David."Karena beberapa kejadian tak terduga, Profesor David bunuh diri dengan melompat dari gedung. Keluarganya tewas dalam ledakan gas yang menghancurkan tubuh mereka."Ketika dia mengatakan ini, nada Suzy terdengar sedikit menyesal. "Aku dengar anak laki-laki dan perempuan Profesor memiliki bakat yang luar biasa, tapi sayangnya mereka meninggal begitu saja," lanjut Suzy."Aku bahkan pernah mendengarkan konser music Siarad, mengapa dia memilih untuk bunuh diri?"Suzy ragu sejenak, tetapi ibunya lebih cepat untuk menjawab."Karena hubungannya dengan sejumlah beberapa mahasiswi ... terbongkar, dia mungkin merasa malu untuk menghadapi orang lain."Bibi Silvia tidak menjelaskan sepenuhnya, tetapi orang-orang yang hadir menunjukkan ekspresi bahwa mereka memahami apa yang terjadi.Nada bicaranya penuh dengan perasaan jijik. "Pada awalnya, Suzy bahkan berenca
Pukul 12 tengah malam.Suzy mendengar sesuatu dari arah jendela.Terlihat tangan kokoh seseorang menahan pada pinggiran jendela, sebelum dia melompat masuk ke dalam.Suzy tidak menengadahkan kepala. Dia fokus memoles kuku pada kakinya dengan cat kuku. "Kamu terlambat," kata Suzy."Penjagaan di Keluarga Davis ketat," kata pria itu dengan suara datar."Berlutut!" pinta Suzy.Pada saat itu, Suzy tidak perlu lagi terlihat baik di depan orang lain. Dia memberikan perintah yang sangat mencemooh.Theo berlutut di lantai tanpa ragu-ragu.Suzy memijakkan kakinya pada dada pria itu dan berkata, "Poles yang rapi."Theo dengan diam mengambil botol cat kuku itu.Dilihat dari keahliannya, sepertinya ini bukan pertama kalinya dia melakukan hal seperti itu.Suzy memundurkan badannya dan berbaring di atas kasur, tidak mempedulikan bagaimana pria itu melihat pemandangan di balik roknya.Dia membuka matanya untuk melihat lampu dan berkata, "Apa kamu merasa kalau Callista terlihat sangat familier?”"Aku
Sesaat setelahnya.Callista melihat ke arah orang yang duduk di kursi kemudi dan berkata, "Maksudmu, kamu memintaku untuk mengalihkan Jason sehingga kamu bisa mencuri proposal?”"Apa maksudmu dengan mencuri? Aku ini Edbert Davis, anak kelima Keluarga Davis, bagaimana bisa aku melakukan hal buruk seperti itu?"Setelah berteriak, dia berkata, "Kakek tidak yakin apa mitra yang dipilih oleh Jason sesuai atau tidak. Ini karena dia khawatir tentang Jason."Edbert jarang mempunyai kesempatan untuk memperlihatkan kemampuannya kepada Kakek Eko dan sekarang Kakek Eko sendiri yang memberikannya pekerjaan, dia harus melakukannya dengan baik.Hanya saja semua informasi mitra yang lolos ronde pertama tersimpan di kabinet Jason.Edbert memikirkan cara untuk menemukan seseorang untuk mengalihkan Jason dan kemudian dia mengambil kesempatan untuk melihat.Orang yang dia pikirkan adalah Callista.Setelah mendengar rencananya, Callista hanya merasa itu adalah rencana yang tidak masuk akal, terutama ketika
Siapa yang bisa membayangkan kalau dalam hidupnya, Callista merasakan menjadi agen ganda.Di bawah pandangan kedua orang itu, langkah Callista menjadi kaku.Saat berjalan ke dispenser air, Callista jelas merasakan salah satu tatapan dari kedua orang itu memanas saat dia membungkuk.Suara air berhenti dan Callista berjalan menuju Jason dengan membawa air."Jason, ini airnya diminum."Jason yang bersandar malas ke kursi malas, tidak ada niat untuk bangun.Callista harus membungkuk untuk memberikan air itu.Edbert yang sudut pandangnya tertutupi oleh Callista merasa bersemangat.Pikirannya penuh dengan kata 'jatuh!'Callista tidak ingin membantunya sama sekali. Dia memegang pegangan cangkir di satu tangan dan tangan satunya menopang bagian bawah cangkir, berhati-hati untuk tidak menumpahkan air dalam cangkir itu.Saat sudah hampir dekat dengan tubuhnya, Jason baru bersedia merentangkan tangannya.Saat Jason akan menyentuh cangkir, tangannya tiba-tiba berubah arah."Aduh!"Callista yang me
Memegang baju yang masih tersisa panas tubuhnya dan melihat pria tak berbusana itu, Callista merasa hal ini akan mengarah ke arah yang ganjil.Takut gairahnya bergejolak, Callista tidak berani melihat ke arah Jason dan berjalan ke alat pengering untuk mengeringkan pakaian.Suara 'Ngung!' dari alat pengering rambut setidaknya agak membantu menutupi gejolak dalam diri Callista saat ini.Terdapat sebuah pernyataan metafisika, kalau manusia punya mata ketiga, yang dapat merasakan medan magnetik yang tidak terlihat oleh indra penglihatan manusia biasa.Seperti saat ini, tanpa melihat ke belakang, dia masih bisa merasakan seseorang mendekatinya dari belakang.Rasa panas menekan punggungnya dan perlahan-lahan menyelubungiya.Dia tidak benar-benar berusaha untuk melepaskannya sambil berkata, "Jangan bercanda terus, aku sedang mengeringkan pakaian."Tangan Jason yang menyilang memeluknya dari belakang, dia bisa mendengar suara tawa ringannya ditengah suara dengungan alat pengering."Kamu lanjut
Pupil mata Callista menyempit dan pandangannya ke Jason tampak seperti seseorang yang sedang melihat orang gila.Kata-kata itu sangat keterlaluan, Edbert pun merasa kata-kata itu tidak enak di dengar.Dia melihat Callista dan kemudian Jason, tatapan kecurigaan muncul di matanya.Callista melihatnya dan tahu kalau dia menaruh curiga.Hanya saja situasi ini tidak bisa dijelaskan. Sekalinya dijelaskan, itu akan menjadi kenyataan.Callista hanya bisa mempertahankan ketenangannya dan berkata, "Terima kasih, Jason. Kalau begitu kami pergi dulu."Setelah berbicara, Callista secara naluriah memegang lengan Edbert.Edbert juga menyadari kalau pergi adalah hal yang paling penting saat ini, jadi dia pergi bersama Callista.Segera setelah keluar dari Sunsity, dia menghempaskan tangan Callista."Apa yang kamu dan Jason lakukan di kamar mandi?"Mata Callista bergerak sedikit dan bertanya, "Kamu yang mengaturnya sendiri, kenapa malah bertanya padaku?"Edbert tersedak sebentar dan berkata, "Aku mengat
Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju
Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m
Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang
Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]
"Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal
Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si
"Apa artinya tidak ada foto?"Raungan terdengar dari sebuah vila kecil di Kota Sakata."Bukankah kemarin kamu telah mengatakan berhasil melacak pelacur itu? Bagaimana bisa tidak ada fotonya?"Jessica berbicara dengan suara serak pada ponselnya.Suara samar seorang detektif swasta datang dari pengeras suara, "Hmm, setelahnya kami kehilangan titik keberadaannya, jadi tidak bisa mengambil fotonya," kata detektif itu berusaha menjelaskan. "Baru-baru ini, kami memiliki terlalu banyak menerima tawaran juga. Jadi tidak ada waktu untuk melakukan ini lagi, Anda bisa mencari tempat lain saja.""Toot toot!" suara telepon dimatikan."Hei? Hei!" teriak Jessica.Melihat orang itu benar-benar menutup teleponnya, Jessica hampir menjadi gila.Sejak Jessica diusir dari Keluarga Davis, dia telah berubah dari status setengah putri di Keluarga Davis menjadi seorang gadis yatim piatu yang bukan apa-apa.Jessica merasa telah menjadi bahan tertawaan kalangan kelas atas di Kota Sakata.Bahkan Edbert, yang sela
"Tak kusangka, Callista, kamu masih memiliki hubungan dengan Keluarga Lopez."Suzy mengambil sepotong kecil makanan penutup dan memandang Callista yang berada di sisi berlawanan sambil tersenyum.Callista berhenti mengunyah dan dia menyesap es buah untuk menekan rasa manis di mulutnya."Kak Suzy memang pandai bercanda, Keluarga Lopez jauh di Kota Guno. Mana mungkin, aku akan ada hubungannya dengan Keluarga Lopez," ucap Callista."Benar juga," ucap Suzy.Suzy melihat ekspresi Callista seperti biasa, dia beralih berbicara dari sisi lainnya."Sepertinya, Wendry telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, jadi membuatmu harus mengeluarkan uang untuk menyumpalnya," ujar Suzy penasaran.Karena Callista telah membiarkan Suzy bertindak, keberadaan uang itu tentu saja tidak dapat disembunyikan darinya.Callista memilih alasan yang masuk akal, "Keluarga Garcia bekerja sama dengan Gedung NYC milik Kak Christian. Kebetulan, Wendry melihatku keluar masuk sana sebelumnya, kalau sampai hal ini menyeba
Mendengar ini, Callista tertegun sejenak.Beberapa kata ingin diucapkan, tetapi tanpa status, semuanya kembali ditahan olehnya.Callista sambil tersenyum ringan berujar, "Baiklah, Tuan Jason. Berhati-hati di jalan, ya." Melihat wajah Callista terlihat seperti biasa, Jason berseloroh langsung, "Ya, nanti ingat kirim sms, kalau tubuhmu sudah mulai nyaman." Kalimat yang terdengar bercanda, malah seperti baskom berisi air dingin yang turun menyirami Callista.Kata-kata ini secara terbuka memberi tahu inti dari hubungan mereka, hanyalah sebatas untuk memuaskan nafsu semata dan bukan atas dasar cinta.Callista menelan emosi di tenggorokannya, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Baik, aku juga berharap Tuan Jason bersenang-senang malam ini." "..."Kekuatan yang menekan sudut bibir Callista sepertinya berbobot seribu kilogram. Semuanya runtuh, begitu pintu kamar itu tertutup.Semangkuk sup di atas meja yang sebelumnya, dia merasa sangat nikmat. Kini, terasa dingin dan kental, juga terlihat s