“Apakah aku sudah membiarkanmu pergi?”Jason menahan sebatang rokok di mulutnya, sambil mengangkat alisnya dengan tatapan mata yang tajam. Meskipun kebingungan, Callista tetap duduk kembali.Gilbert melirik ke arah dua orang itu, kemudian berkata, “Walaupun masakan restoran ini lezat, tapi pemandangan di dalam ruangan biasa saja, lain kali kita pergi ke Danau Toba, pemandangannya bagus dan makanan di sana juga enak.”Callista menyadari kalau Gilbert memang sengaja mengatakan hal itu supaya Callista tidak merasa cangguh, Callista tersenyum sambil menganggukkan kepalanya dan berkata, “Iya.”Jadi setelah lagu selingan ini selesai, Gilbert mulai memasuki topik pertemuan hari ini. “Jason, aku dengar-dengar, kamu berencana melelangkan tanah di Pasir Hitam?”Tanah ini mendapat subsidi dari pemerintah, juga berada dalam rencana pengembangan wilayah baru, tanah ini sangat menjanjikan.Awalnya, banyak orang yang menaruh minat pada lahan tanah ini, tentu saja termasuk Keluarga Davis juga. Bahk
“Tidak terburu-buru.”Jason menekuk jarinya dan mengetuk meja dua kali, “Mari perhitungkan kembali masalah kita berdua.” Callista terdiam, menundukkan kepalanya dan sepasang matanya melirik ke sana ke sini seperti anak kecil yang melakukan kesalahan.Saat ini, masalah yang bisa Callista ingat mencakup banyak hal, tetapi tak terbatasi, dia menyebabkan Jason kehilangan sebuah bangunan, mengatasnamakannya untuk melakukan kecurangan dan penipuan, serta Callista kabur ketika melihat Gilbert datang dan menyebabkan Jason diejek olehnya.Terlalu banyak hutang budi yang tidak mampu dibayarkan oleh Callista, dia berniat untuk bersikap patuh dulu, lalu berkata, “Aku bersalah.”Dia tidak berani menatap Jason dan berusaha mati-matian agar suaranya terdengar sangat ikhlas.Terdengar suara tertawa, “Kenapa kepalamu tertunduk.”“Apa karena aku selingkuhanmu?”Mengganggap Jason sebagai selingkuhan ….Callista merasa gugup, tetapi dia tidak mau lagi jadi penakut dan mengeser kursinya. Hingga posisi ke
Callista hampir saja bersuara, mendadak kepikiran kalau status dia sekarang adalah Nona Callista Garcia, memang dia tidak memiliki apapun.Dia terdiam sejenak membuat Jason tertawa dan berkata, “Sudah terpikirkah?”Callista memperlembut nadanya dan berkata, “Bolehkah kita pindah tempat lain? Bukannya kamu memberiku kunci Paviliun Marlion, bagaimana kalau kita pergi ke sana?”Jason meniru suara lembutnya dengan senyuman nakal lalu berkata, “Tidak boleh.”Seandainya pria itu bukanlah Jason, Callista pasti membentaknya, tetapi Callista secara tidak langsung mengetahui kalau dia menghutang sebuah bangunan kepadanya.Akhirnya Callista tidak bisa membentaknya.Apalagi Callista masih membutuhkan Jason, seorang sosok yang memiliki kekuasaan.Callista berdiri perlahan-lahan, kursi itu terdorong sedikit demi sedikit oleh kakinya yang panjang.Semenjak Callista memutuskan untuk melakukannya, dia tidak ragu lagi.Dia berbalik badan menghadap ke arah Jason, Callista mengangkat tangannya dan menyen
"Aku minta maaf, aku tidak jadi mengikutimu.""Berhenti, cepat hentikan mobilnya …."Callista memandang gerbang yang semakin dekat, mulai merasa cemas dan berbicara dengan tergesa-gesa.Callista tidak berani membayangkan, apa yang akan terjadi kalau dia dan Jason muncul bersama di kediaman Keluarga Davis.Kalau sampai terjadi keributan, itu tidak mengherankan.Jason tidak bergeming menghadapi permohonan Callista. Jason memutar kemudi mobil sambil tersenyum dan berkata, "Bukannya kamu tidak ingin berpisah denganku? Jangan-jangan, kamu sudah membohongiku?"Callista menyadari kalau dia sudah menggali liang kuburnya sendiri.Callista terlalu polos, dia mengira kalau kata-katanya dapat membujuk Jason.Jarak ke gerbang kediaman semakin dekat, tetapi Jason tidak berniat menghentikan mobilnya.Callista tahu kalau pria ini hendak membawa Callista bersamanya, jadi Callista pun merasa pasrah.Pada saat belokan terakhir, Callista dengan segera melepaskan sabuk pengamannya dan berpindah dari kursi
Begitu mobil itu berhenti, Edbert keluar dari dalam mobil dengan wajah yang cemas.Satpam melangkah maju dan berkata, "Selamat malam, Tuan Edbert. Apakah mobil anda perlu dicuci?"Ketika Callista mendengar nama Edbert, suasana hati Callista menjadi berantakan dan tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.Callista hanya bisa menahan napasnya dan berharap Edbert segera pergi.Edbert menunjuk mobil tempat Callista bersembunyi, lalu berkata dengan wajah terkejut, "Kak Jason sudah datang?""Ya, Tuan Jason baru saja masuk."Edbert semakin panik mendengar berita itu.Setengah jam yang lalu, Edbert menerima panggilan dari Kakek Eko. Kakek Eko menyuruhnya untuk segera datang ke Kediaman Keluarga Davis.Edbert mulai gelisah mendengar Kakek Eko sedang mencarinya, ditambah lagi Jason juga ada di sini.Ketika Edbert memasuki paviliun utama, suasana di dalam ruangan sangat sunyi.Jason menyilangkan kakinya dan menyesap teh dengan santai.Kakek Eko terlihat cemberut sambil memegang japamala di tangan
Edbert merasa heran. Melihat Jason melihat ke arah mobil dan tidak bergerak, Edbert mengira kalau Jason sedang menunggu seseorang untuk membukakan pintu mobil.Kebetulan para satpam sedang berganti jam kerja. Edbert pun berinisiatif membukakan pintu mobil untuk Jason.Pintu mobil terbuka. Angin malam mulai masuk ke dalam mobil yang sudah lama tertutup.Callista melirik dari celah antara kursi pengemudi dan kursi belakang. Callista pun bergidik.Edbert berdiri sangat dekat dengan posisi Callista sekarang. Kalau Edbert sedikit membungkukkan badannya saja, pasti akan dapat melihat kalau Callista sedang bersembunyi di dalam mobil Jason.Tidak seperti Callista yang gelisah, Jason berjalan perlahan dengan sebatang rokok di mulutnya.Jason juga tidak langsung masuk ke dalam mobil, melainkan bersandar pada mobil dengan santai sambil merokok.Selama Jason tidak masuk ke dalam mobil, Edbert pun tidak berani bergerak. Edbert hanya berdiri saja sambil membantu membukakan pintu mobil.Bau asap roko
Callista tidak dapat bergerak dalam beberapa saat.Pikiran Callista menjadi kosong dan bahkan merasa seperti sedang bermimpi. Namun, telapak tangannya yang panas menyadarkannya kembali.Callista benar-benar sudah menampar wajah Jason.Saat ini, Callista merasa hidupnya akan berakhir.Callista perlahan mengangkat kepalanya dan berkata, "Maaf, aku … aku tidak sengaja. Mobilnya terlalu sempit. Aku benar-benar tidak bermaksud begitu …."Suara Callista semakin pelan.Apalagi Jason memandang Callista dengan sangat tajam.Meskipun di dalam mobil sangat gelap, Callista dapat melihat dengan jelas kalau Jason sedang menjilat pipi dengan ujung lidahnya. Tatapan mata Jason sangat muram.Buk!Suara pintu yang ditutup mengejutkan Callista."Duduk dengan tenang."Selesai mengatakannya, Jason langsung menginjak gas sekuat tenaga.…"Kak Edbert, kamu sudah pulang."Begitu Edbert memasuki ruangan, Jessica meraih lengan Edbert dengan penuh kasih sayang."Ada apa kakek mencarimu?"Edbert yang jiwa dan rag
Ikat pinggang yang tipis dan digunakan untuk menahan rok pinggang itu pun dilepas. Pergelangan kaki Callista dililit dengan ikat pinggang itu pada tiang ranjang dan diikat dengan erat.Callista tidak bisa kabur lagi.Bahkan Callista juga tidak dapat melawan.Pembuluh darah di tangan Jason yang menyentuh leher Callista mulai terlihat. Leher Callista mulai memerah.Otot bahu dan leher Callista terkadang menegang, terkadang mengendur.Punggung Jason yang lebar menghalangi cahaya lampu. Suara isak tangis bermunculan dari bawah badan Jason.Air mata Callista diseka oleh jemari Jason yang hangat. Suara yang penuh suka cita terdengar di telinga Callista, tetapi ucapannya membuat Callista kecewa."Jangan khawatir. Aku punya waktu semalaman untuk membuatmu menangis."…Bum!Terdengar suara petir bergemuruh.Tetesan hujan rintik-rintik menghantam atap. Suara hujan itu semakin besar, air hujan pun berlekuk-lekuk menetes di jendela kaca.Callista terbangun oleh suara guntur.Kelopak matanya terasa
Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju
Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m
Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang
Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]
"Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal
Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si
"Apa artinya tidak ada foto?"Raungan terdengar dari sebuah vila kecil di Kota Sakata."Bukankah kemarin kamu telah mengatakan berhasil melacak pelacur itu? Bagaimana bisa tidak ada fotonya?"Jessica berbicara dengan suara serak pada ponselnya.Suara samar seorang detektif swasta datang dari pengeras suara, "Hmm, setelahnya kami kehilangan titik keberadaannya, jadi tidak bisa mengambil fotonya," kata detektif itu berusaha menjelaskan. "Baru-baru ini, kami memiliki terlalu banyak menerima tawaran juga. Jadi tidak ada waktu untuk melakukan ini lagi, Anda bisa mencari tempat lain saja.""Toot toot!" suara telepon dimatikan."Hei? Hei!" teriak Jessica.Melihat orang itu benar-benar menutup teleponnya, Jessica hampir menjadi gila.Sejak Jessica diusir dari Keluarga Davis, dia telah berubah dari status setengah putri di Keluarga Davis menjadi seorang gadis yatim piatu yang bukan apa-apa.Jessica merasa telah menjadi bahan tertawaan kalangan kelas atas di Kota Sakata.Bahkan Edbert, yang sela
"Tak kusangka, Callista, kamu masih memiliki hubungan dengan Keluarga Lopez."Suzy mengambil sepotong kecil makanan penutup dan memandang Callista yang berada di sisi berlawanan sambil tersenyum.Callista berhenti mengunyah dan dia menyesap es buah untuk menekan rasa manis di mulutnya."Kak Suzy memang pandai bercanda, Keluarga Lopez jauh di Kota Guno. Mana mungkin, aku akan ada hubungannya dengan Keluarga Lopez," ucap Callista."Benar juga," ucap Suzy.Suzy melihat ekspresi Callista seperti biasa, dia beralih berbicara dari sisi lainnya."Sepertinya, Wendry telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, jadi membuatmu harus mengeluarkan uang untuk menyumpalnya," ujar Suzy penasaran.Karena Callista telah membiarkan Suzy bertindak, keberadaan uang itu tentu saja tidak dapat disembunyikan darinya.Callista memilih alasan yang masuk akal, "Keluarga Garcia bekerja sama dengan Gedung NYC milik Kak Christian. Kebetulan, Wendry melihatku keluar masuk sana sebelumnya, kalau sampai hal ini menyeba
Mendengar ini, Callista tertegun sejenak.Beberapa kata ingin diucapkan, tetapi tanpa status, semuanya kembali ditahan olehnya.Callista sambil tersenyum ringan berujar, "Baiklah, Tuan Jason. Berhati-hati di jalan, ya." Melihat wajah Callista terlihat seperti biasa, Jason berseloroh langsung, "Ya, nanti ingat kirim sms, kalau tubuhmu sudah mulai nyaman." Kalimat yang terdengar bercanda, malah seperti baskom berisi air dingin yang turun menyirami Callista.Kata-kata ini secara terbuka memberi tahu inti dari hubungan mereka, hanyalah sebatas untuk memuaskan nafsu semata dan bukan atas dasar cinta.Callista menelan emosi di tenggorokannya, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Baik, aku juga berharap Tuan Jason bersenang-senang malam ini." "..."Kekuatan yang menekan sudut bibir Callista sepertinya berbobot seribu kilogram. Semuanya runtuh, begitu pintu kamar itu tertutup.Semangkuk sup di atas meja yang sebelumnya, dia merasa sangat nikmat. Kini, terasa dingin dan kental, juga terlihat s