Edbert merasa heran. Melihat Jason melihat ke arah mobil dan tidak bergerak, Edbert mengira kalau Jason sedang menunggu seseorang untuk membukakan pintu mobil.Kebetulan para satpam sedang berganti jam kerja. Edbert pun berinisiatif membukakan pintu mobil untuk Jason.Pintu mobil terbuka. Angin malam mulai masuk ke dalam mobil yang sudah lama tertutup.Callista melirik dari celah antara kursi pengemudi dan kursi belakang. Callista pun bergidik.Edbert berdiri sangat dekat dengan posisi Callista sekarang. Kalau Edbert sedikit membungkukkan badannya saja, pasti akan dapat melihat kalau Callista sedang bersembunyi di dalam mobil Jason.Tidak seperti Callista yang gelisah, Jason berjalan perlahan dengan sebatang rokok di mulutnya.Jason juga tidak langsung masuk ke dalam mobil, melainkan bersandar pada mobil dengan santai sambil merokok.Selama Jason tidak masuk ke dalam mobil, Edbert pun tidak berani bergerak. Edbert hanya berdiri saja sambil membantu membukakan pintu mobil.Bau asap roko
Callista tidak dapat bergerak dalam beberapa saat.Pikiran Callista menjadi kosong dan bahkan merasa seperti sedang bermimpi. Namun, telapak tangannya yang panas menyadarkannya kembali.Callista benar-benar sudah menampar wajah Jason.Saat ini, Callista merasa hidupnya akan berakhir.Callista perlahan mengangkat kepalanya dan berkata, "Maaf, aku … aku tidak sengaja. Mobilnya terlalu sempit. Aku benar-benar tidak bermaksud begitu …."Suara Callista semakin pelan.Apalagi Jason memandang Callista dengan sangat tajam.Meskipun di dalam mobil sangat gelap, Callista dapat melihat dengan jelas kalau Jason sedang menjilat pipi dengan ujung lidahnya. Tatapan mata Jason sangat muram.Buk!Suara pintu yang ditutup mengejutkan Callista."Duduk dengan tenang."Selesai mengatakannya, Jason langsung menginjak gas sekuat tenaga.…"Kak Edbert, kamu sudah pulang."Begitu Edbert memasuki ruangan, Jessica meraih lengan Edbert dengan penuh kasih sayang."Ada apa kakek mencarimu?"Edbert yang jiwa dan rag
Ikat pinggang yang tipis dan digunakan untuk menahan rok pinggang itu pun dilepas. Pergelangan kaki Callista dililit dengan ikat pinggang itu pada tiang ranjang dan diikat dengan erat.Callista tidak bisa kabur lagi.Bahkan Callista juga tidak dapat melawan.Pembuluh darah di tangan Jason yang menyentuh leher Callista mulai terlihat. Leher Callista mulai memerah.Otot bahu dan leher Callista terkadang menegang, terkadang mengendur.Punggung Jason yang lebar menghalangi cahaya lampu. Suara isak tangis bermunculan dari bawah badan Jason.Air mata Callista diseka oleh jemari Jason yang hangat. Suara yang penuh suka cita terdengar di telinga Callista, tetapi ucapannya membuat Callista kecewa."Jangan khawatir. Aku punya waktu semalaman untuk membuatmu menangis."…Bum!Terdengar suara petir bergemuruh.Tetesan hujan rintik-rintik menghantam atap. Suara hujan itu semakin besar, air hujan pun berlekuk-lekuk menetes di jendela kaca.Callista terbangun oleh suara guntur.Kelopak matanya terasa
Untungnya, Edbert memang memberi tahu Julia tentang bantuan yang diberikan dirinya kepada Jason. Julia pun menerima penjelasan ini dengan baik."Tapi, seharusnya kamu memberi tahu kami sebelum datang." Callista melihat Jason dan berkata sambil menahan amarahnya. "Aku khawatir kamu dan Tuan Jason terlalu sibuk hingga lupa makan, jadi aku ingin mengirimkan beberapa lauk. Kalau aku mengganggu pekerjaan kalian, aku bisa pergi sekarang.""Tunggu."Jason berbicara dengan tenang. Dengan satu kata dari Jason, Edbert tidak berani bersuara.Jason beranjak dari kursi berbaring dan berkata, "Kamu sudah sengaja datang, makanlah dulu."Mata mereka saling bertemu, satu dengan iritasi yang terpendam dan yang lain dengan minat besar.“Terima kasih atas pengertiannya, Tuan Jason.”Edbert tidak menyadari gejolak yang kuat di antara Jason dan Callista. Edbert bersikap sangat sopan dan tunduk kepada Jason, tersenyum dengan tulus kepadanya, tetapi saat berurusan dengan Callista, sikapnya menjadi sombong
Saat Callista baru saja duduk kembali di sofa, terdengar suara ketukan di pintu."Edbert, Jason, apakah kalian sedang sibuk? Bolehkah aku masuk?" Suara manis seorang wanita terdengar dari luar dan ekspresi Edbert terlihat canggung sejenak."Sepertinya itu adalah Jessica," ujar Edbert. Jason sedang membersihkan tangannya dengan tisu basah. Setelah dia mendengar bahwa ada tamu, dia melirik ke arah Callista yang duduk di sofa dengan senyum misterius."Hari ini benar-benar ramai, ya." Edbert tertawa ringan, "Hehe, tadi Jessica bilang dia ada di dekat sini dan ingin datang membawakan makanan. Aku sudah bilang padanya tidak perlu. Aku akan segera memintanya untuk pulang."Di luar pintu, Jessica membawa beberapa kotak makanan dalam keadaan basah kuyup. Gaunnya melekat pada tubuhnya yang basah, dan beberapa helai rambut basah menempel di pipinya."Edbert," sapa Jessica.Melihat keadaan lusuh Jessica, Edbert segera melupakan niat awalnya untuk memintanya pergi dan menunjukkan ekspresi heran.
"Oh."Jessica seolah-olah baru menyadari bahwa pakaiannya tembus pandang. Dia segera menutupi dadanya dengan kedua tangan, tampak seperti ingin menangis."Bajuku kenapa seperti ini? Tadi aku hanya khawatir agar makanannya tidak terkena hujan, sama sekali tidak memperhatikan bajuku. Hu, ini benar-benar memalukan ....""Tidak apa-apa, aku dan Jason bukan orang asing. Kita semua keluarga, jadi santai saja."Sambil mencoba meredakan situasi, Edbert menatap tajam ke arah Callista. Dia jelas merasa komentar Callista terlalu kasar."Kenapa pikiranmu begitu kotor? Jessica adalah adik sepupuku, berarti dia juga sepupu Jason. Jangan bicara sembarangan!""Oh, kalau kamu tidak bilang, aku hampir lupa. Dia memang adik sepupumu."Callista membalas dengan nada halus, tetapi menekan di kata “adik sepupu”, membuat wajah kedua orang yang sudah mencurigakan itu semakin buruk."Callista! Jangan bicara aneh-aneh di sini!" tegur Edbert dengan keras.Callista tersenyum sinis. "Lebih baik kamu segera antar se
Posisi ini mengingatkan Callista pada kenangan semalam, membuatnya yang baru saja ditegur tidak berani melawan lagi. Ada kemarahan dalam hatinya, tetapi dia memilih untuk diam."Kamu sepertinya cukup keras kepala." Jason berkata sambil memperhatikan suasana hati Callista yang membaik. Dia tidak mau berdebat dengan Callista dan hanya mengencangkan pegangannya sedikit.Callista mengernyitkan keningnya, merasa tidak nyaman dengan pelukan itu dan bergeser sedikit. “Mau lagi?”Jason tertawa dingin dan bertanya dengan santai.Callista menyadari apa yang Jason maksud dan mencoba untuk berdiri, tetapi bahunya langsung dipegang dan dipaksa duduk kembali sebelum dia bisa berdiri sepenuhnya."Kenapa masih marah?" tanya Jason dengan nada yang terdengar tidak sabar.Mengingat tujuannya hari ini, Callista akhirnya duduk kembali. Jason memutar kursinya hingga menghadap meja dan berkata, “Kamu belum makan, ‘kan? Makanlah.”Callista berpikir dalam hatinya, kaget bahwa Jason tahu dia belum makan.“A
Jason tersenyum sejenak. Tangannya membelai wajah Callista sebelum dia berbicara, "Mintalah Peter untuk membawamu belanja pakaian."Sekarang, kemarahannya sudah mereda dan berubah menjadi pria yang penuh kasih seperti kekasih yang baik.Melihat Jason dalam suasana hati yang baik, Callista mulai mempertimbangkan untuk meminta pinjaman. Ketika Jason menarik tangannya, Callista segera meraih pergelangan tangannya.Namun, pergelangan tangannya yang besar tidak mudah digenggam oleh tangan kecil Callista. Jason mengangkat alisnya dan bertanya, "Apa? Kamu sudah menyadari kesalahanmu?"Callista hanya menjawab dengan cepat dan menatapnya dengan ekspresi penuh harapan sambil merangkul lengan Jason."Kamu menyuruh Peter menemaniku, tapi bagaimana denganmu?" Melihat wanita itu kembali menunjukkan sikap manjanya yang familier, Jason tahu Callista pasti memiliki sesuatu yang ingin dimintanya.Jason duduk di sofa dan mengangkat kakinya. "Aku punya urusan," tolak Jason."Oh." Callista duduk di seb
Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju
Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m
Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang
Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]
"Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal
Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si
"Apa artinya tidak ada foto?"Raungan terdengar dari sebuah vila kecil di Kota Sakata."Bukankah kemarin kamu telah mengatakan berhasil melacak pelacur itu? Bagaimana bisa tidak ada fotonya?"Jessica berbicara dengan suara serak pada ponselnya.Suara samar seorang detektif swasta datang dari pengeras suara, "Hmm, setelahnya kami kehilangan titik keberadaannya, jadi tidak bisa mengambil fotonya," kata detektif itu berusaha menjelaskan. "Baru-baru ini, kami memiliki terlalu banyak menerima tawaran juga. Jadi tidak ada waktu untuk melakukan ini lagi, Anda bisa mencari tempat lain saja.""Toot toot!" suara telepon dimatikan."Hei? Hei!" teriak Jessica.Melihat orang itu benar-benar menutup teleponnya, Jessica hampir menjadi gila.Sejak Jessica diusir dari Keluarga Davis, dia telah berubah dari status setengah putri di Keluarga Davis menjadi seorang gadis yatim piatu yang bukan apa-apa.Jessica merasa telah menjadi bahan tertawaan kalangan kelas atas di Kota Sakata.Bahkan Edbert, yang sela
"Tak kusangka, Callista, kamu masih memiliki hubungan dengan Keluarga Lopez."Suzy mengambil sepotong kecil makanan penutup dan memandang Callista yang berada di sisi berlawanan sambil tersenyum.Callista berhenti mengunyah dan dia menyesap es buah untuk menekan rasa manis di mulutnya."Kak Suzy memang pandai bercanda, Keluarga Lopez jauh di Kota Guno. Mana mungkin, aku akan ada hubungannya dengan Keluarga Lopez," ucap Callista."Benar juga," ucap Suzy.Suzy melihat ekspresi Callista seperti biasa, dia beralih berbicara dari sisi lainnya."Sepertinya, Wendry telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, jadi membuatmu harus mengeluarkan uang untuk menyumpalnya," ujar Suzy penasaran.Karena Callista telah membiarkan Suzy bertindak, keberadaan uang itu tentu saja tidak dapat disembunyikan darinya.Callista memilih alasan yang masuk akal, "Keluarga Garcia bekerja sama dengan Gedung NYC milik Kak Christian. Kebetulan, Wendry melihatku keluar masuk sana sebelumnya, kalau sampai hal ini menyeba
Mendengar ini, Callista tertegun sejenak.Beberapa kata ingin diucapkan, tetapi tanpa status, semuanya kembali ditahan olehnya.Callista sambil tersenyum ringan berujar, "Baiklah, Tuan Jason. Berhati-hati di jalan, ya." Melihat wajah Callista terlihat seperti biasa, Jason berseloroh langsung, "Ya, nanti ingat kirim sms, kalau tubuhmu sudah mulai nyaman." Kalimat yang terdengar bercanda, malah seperti baskom berisi air dingin yang turun menyirami Callista.Kata-kata ini secara terbuka memberi tahu inti dari hubungan mereka, hanyalah sebatas untuk memuaskan nafsu semata dan bukan atas dasar cinta.Callista menelan emosi di tenggorokannya, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Baik, aku juga berharap Tuan Jason bersenang-senang malam ini." "..."Kekuatan yang menekan sudut bibir Callista sepertinya berbobot seribu kilogram. Semuanya runtuh, begitu pintu kamar itu tertutup.Semangkuk sup di atas meja yang sebelumnya, dia merasa sangat nikmat. Kini, terasa dingin dan kental, juga terlihat s