"Oh."Jessica seolah-olah baru menyadari bahwa pakaiannya tembus pandang. Dia segera menutupi dadanya dengan kedua tangan, tampak seperti ingin menangis."Bajuku kenapa seperti ini? Tadi aku hanya khawatir agar makanannya tidak terkena hujan, sama sekali tidak memperhatikan bajuku. Hu, ini benar-benar memalukan ....""Tidak apa-apa, aku dan Jason bukan orang asing. Kita semua keluarga, jadi santai saja."Sambil mencoba meredakan situasi, Edbert menatap tajam ke arah Callista. Dia jelas merasa komentar Callista terlalu kasar."Kenapa pikiranmu begitu kotor? Jessica adalah adik sepupuku, berarti dia juga sepupu Jason. Jangan bicara sembarangan!""Oh, kalau kamu tidak bilang, aku hampir lupa. Dia memang adik sepupumu."Callista membalas dengan nada halus, tetapi menekan di kata “adik sepupu”, membuat wajah kedua orang yang sudah mencurigakan itu semakin buruk."Callista! Jangan bicara aneh-aneh di sini!" tegur Edbert dengan keras.Callista tersenyum sinis. "Lebih baik kamu segera antar se
Posisi ini mengingatkan Callista pada kenangan semalam, membuatnya yang baru saja ditegur tidak berani melawan lagi. Ada kemarahan dalam hatinya, tetapi dia memilih untuk diam."Kamu sepertinya cukup keras kepala." Jason berkata sambil memperhatikan suasana hati Callista yang membaik. Dia tidak mau berdebat dengan Callista dan hanya mengencangkan pegangannya sedikit.Callista mengernyitkan keningnya, merasa tidak nyaman dengan pelukan itu dan bergeser sedikit. “Mau lagi?”Jason tertawa dingin dan bertanya dengan santai.Callista menyadari apa yang Jason maksud dan mencoba untuk berdiri, tetapi bahunya langsung dipegang dan dipaksa duduk kembali sebelum dia bisa berdiri sepenuhnya."Kenapa masih marah?" tanya Jason dengan nada yang terdengar tidak sabar.Mengingat tujuannya hari ini, Callista akhirnya duduk kembali. Jason memutar kursinya hingga menghadap meja dan berkata, “Kamu belum makan, ‘kan? Makanlah.”Callista berpikir dalam hatinya, kaget bahwa Jason tahu dia belum makan.“A
Jason tersenyum sejenak. Tangannya membelai wajah Callista sebelum dia berbicara, "Mintalah Peter untuk membawamu belanja pakaian."Sekarang, kemarahannya sudah mereda dan berubah menjadi pria yang penuh kasih seperti kekasih yang baik.Melihat Jason dalam suasana hati yang baik, Callista mulai mempertimbangkan untuk meminta pinjaman. Ketika Jason menarik tangannya, Callista segera meraih pergelangan tangannya.Namun, pergelangan tangannya yang besar tidak mudah digenggam oleh tangan kecil Callista. Jason mengangkat alisnya dan bertanya, "Apa? Kamu sudah menyadari kesalahanmu?"Callista hanya menjawab dengan cepat dan menatapnya dengan ekspresi penuh harapan sambil merangkul lengan Jason."Kamu menyuruh Peter menemaniku, tapi bagaimana denganmu?" Melihat wanita itu kembali menunjukkan sikap manjanya yang familier, Jason tahu Callista pasti memiliki sesuatu yang ingin dimintanya.Jason duduk di sofa dan mengangkat kakinya. "Aku punya urusan," tolak Jason."Oh." Callista duduk di seb
Kawasan bisnis yang dibicarakan Peter berada di sekitar sini dan mereka tiba di tujuan hanya dalam beberapa menit saja. Sepanjang perjalanan, Peter terus mengamati kaca spion mobil, sesekali juga memotret beberapa foto dengan ponselnya.Saat Callista menghentikan mobilnya, Peter keluar duluan dari mobil untuk menelepon, setelah Peter melihat Callista selesai memarkirkan mobilnya, dia pun segera menyimpan ponselnya."Kita mau ke LV atau CHANEL? Ataukah ada merek khusus favorit kamu?" tanya Peter.Ketika mereka masuk ke dalam mal melalui pintu utama, mereka disambut dengan aroma dalam mal dan suara, "Selamat datang."Callista menganggukan kepalanya pada pelayan yang menyambutnya, lalu dia pun berbalik dan bercanda pada Peter, "Kelihatannya begitu akrab, apakah kamu sering membawa wanita Jason membeli baju di sini?" Peter mendengar ada sesuatu dibalik ucapan Callista, dia pun tertawa, "Tidak ada, aku belajar dari pacarku. Memang banyak sekali wanita yang menyukai Kak Jason, tapi dia tid
Balai Lelang Barang AntikPaviliun Elderwies yang sangat terkenal di Kota Sakata, tempat di mana hampir semua pelelangan utama semuanya berasal dari tempat ini.Ini merupakan pertama kalinya Callista menginjakkan kakinya di tempat ini, Callista baru menyadari tempat ini tidak semewah yang dibayangkan sebelumnya, malah ini lebih mirip toko buku kuno.Depan pintu ada konter meja yang setinggi pinggang manusia, di dalamnya duduk seorang pria yang berkepala plontos sedang tidur siang."Halo, apakah bosnya ada? Halo?"Callista memanggilnya beberapa kali, tetapi yang menjawabnya hanya suara dengkuran saja.Ini?Callista meninggikan suaranya sedikit, "Paman?"Suara lemas terdengar dari balik tangga kayu yang tidak jauh dari sana."Tidak ada gunanya memanggilnya, dia tidak bisa mendengar."Saat berjalan mengitari rak kayu tua yang ada di dalam toko, papan lantai mengeluarkan bunyi derit.Belakang tangga ada balkon.Seseorang yang mengenakan kemeja bermotif bunga dengan wajah tertutup oleh buku
Jason berseloroh, "Itulah yang kumaksud."Adrian berkata dengan penuh emosi, "Apakah kamu ini teman atau bukan?""Aku tidak bisa menjadi seorang wibu.""Ada apa dengan wibu? Apa itu sangat kekanak-kanakan? ""Seorang gadis cosplay seperti Sailormoon untuk menemanimu termasuk kekanak-kanakan?" tanya Adrian hampir tersedak."Lupakan saja, aku tidak berminat berbicara denganmu lagi, besok ada Nona Garcia yang akan menemaniku, tak ada dirimu juga tidak apa-apa.""Dari Keluarga Garcia?""Benar!" Adrian tersenyum puas, "Keluarga Garcia yang konservatif seperti itu, tidak kamu sangka bukan?""Oh? Putri keberapa dari Keluarga Garcia?"Adrian tidak mendengar keganjilan dalam nada bicara Jason dan masih dengan bangga berkata lagi, "Sudah kubilang, kamu bahkan tidak bisa menyangkanya ...""Callista." ucap Jason datar.Tawa Adrian tiba-tiba berhenti, "Bagaimana kamu bisa menebak tepat seperti itu?""Ah, adik iparku ‘kah?"Adrian merinding mendengar nadanya, "Mmm, kenapa cara kamu memanggilnya begi
Pada pukul dua siang, saat posisi matahari berada tepat pada titik paling panas, membuat orang di kursi pengemudi sampai harus menyipitkan matanya untuk berbicara."Aku sudah memberitahu harga lukisan itu. Soal dia akan beli atau tidak bukanlah urusanku.""Baiklah, aku mengerti." ujar Callista memandang ke luar jendela mobil menyisiri arah pepohonan yang layu karena terpaan sinar matahari lalu lanjut berkata, "Ke mana kamu ingin aku menemanimu?"Adrian mendengus sambil berkata, "Ini hanya jamuan kecil, kamu akan tahu ketika tiba di sana."Callista melihat penampilannya yang tidak jelas dan tahu Adrian menyembunyikan sesuatu.Callista berpikir kemungkinan terburuknya hanyalah tidur bersama. Bagaimanapun juga, Adrian telah berjanji padanya dia tidak akan memintanya untuk melakukan hal itu.Namun ....Callista tercengang saat dia melihat pria dan wanita mengenakan kostum berbagai karakter anime berjalan melewati aula dan sekeliling terasa buruk.Tidak habis keterkejutannya, Adrian sangat
“Jangan katakan lagi.”Callista yang tadinya sudah merasa sangat malu dengan bulu-bulu tersebut, sekarang jadi semakin malu karena kata-kata Jason barusan.Dia menundukkan kepalanya untuk menghindari pandangan Jason yang mengerikan, tetapi kepalanya malah diangkat dengan paksa.“Tidak mau mengatakannya? Apakah hari ini, kamu sedang menunggu seorang pria untuk menyetubuhimu dengan berpakaian seperti ini?”Karena dipermalukan berulang kali, Callista jadi merasa sedikit kesal dan langsung memelototinya.“Jangan berbicara omong kosong, ini adalah kostum pesta dansa kartun, ini tidak seburuk yang kamu katakan," ucap Callista.“Ah.”Jason mengangkat ekornya dan menepuk pantatnya dengan ringan."Apakah kamu mengira kalau Adrian memintamu untuk berdandan seperti ini agar kamu bisa menemaninya mengenang masa kecilnya? Dia hanya ingin mempermainkanmu.”Mendengar perkataannya, Callista merasa sangat terkejut.Bukan hanya karena perkataannya, tetapi juga karena dia bisa dengan akurat menyebut nama
Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju
Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m
Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang
Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]
"Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal
Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si
"Apa artinya tidak ada foto?"Raungan terdengar dari sebuah vila kecil di Kota Sakata."Bukankah kemarin kamu telah mengatakan berhasil melacak pelacur itu? Bagaimana bisa tidak ada fotonya?"Jessica berbicara dengan suara serak pada ponselnya.Suara samar seorang detektif swasta datang dari pengeras suara, "Hmm, setelahnya kami kehilangan titik keberadaannya, jadi tidak bisa mengambil fotonya," kata detektif itu berusaha menjelaskan. "Baru-baru ini, kami memiliki terlalu banyak menerima tawaran juga. Jadi tidak ada waktu untuk melakukan ini lagi, Anda bisa mencari tempat lain saja.""Toot toot!" suara telepon dimatikan."Hei? Hei!" teriak Jessica.Melihat orang itu benar-benar menutup teleponnya, Jessica hampir menjadi gila.Sejak Jessica diusir dari Keluarga Davis, dia telah berubah dari status setengah putri di Keluarga Davis menjadi seorang gadis yatim piatu yang bukan apa-apa.Jessica merasa telah menjadi bahan tertawaan kalangan kelas atas di Kota Sakata.Bahkan Edbert, yang sela
"Tak kusangka, Callista, kamu masih memiliki hubungan dengan Keluarga Lopez."Suzy mengambil sepotong kecil makanan penutup dan memandang Callista yang berada di sisi berlawanan sambil tersenyum.Callista berhenti mengunyah dan dia menyesap es buah untuk menekan rasa manis di mulutnya."Kak Suzy memang pandai bercanda, Keluarga Lopez jauh di Kota Guno. Mana mungkin, aku akan ada hubungannya dengan Keluarga Lopez," ucap Callista."Benar juga," ucap Suzy.Suzy melihat ekspresi Callista seperti biasa, dia beralih berbicara dari sisi lainnya."Sepertinya, Wendry telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, jadi membuatmu harus mengeluarkan uang untuk menyumpalnya," ujar Suzy penasaran.Karena Callista telah membiarkan Suzy bertindak, keberadaan uang itu tentu saja tidak dapat disembunyikan darinya.Callista memilih alasan yang masuk akal, "Keluarga Garcia bekerja sama dengan Gedung NYC milik Kak Christian. Kebetulan, Wendry melihatku keluar masuk sana sebelumnya, kalau sampai hal ini menyeba
Mendengar ini, Callista tertegun sejenak.Beberapa kata ingin diucapkan, tetapi tanpa status, semuanya kembali ditahan olehnya.Callista sambil tersenyum ringan berujar, "Baiklah, Tuan Jason. Berhati-hati di jalan, ya." Melihat wajah Callista terlihat seperti biasa, Jason berseloroh langsung, "Ya, nanti ingat kirim sms, kalau tubuhmu sudah mulai nyaman." Kalimat yang terdengar bercanda, malah seperti baskom berisi air dingin yang turun menyirami Callista.Kata-kata ini secara terbuka memberi tahu inti dari hubungan mereka, hanyalah sebatas untuk memuaskan nafsu semata dan bukan atas dasar cinta.Callista menelan emosi di tenggorokannya, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Baik, aku juga berharap Tuan Jason bersenang-senang malam ini." "..."Kekuatan yang menekan sudut bibir Callista sepertinya berbobot seribu kilogram. Semuanya runtuh, begitu pintu kamar itu tertutup.Semangkuk sup di atas meja yang sebelumnya, dia merasa sangat nikmat. Kini, terasa dingin dan kental, juga terlihat s