Di luar gelap gulita dan hujan turun deras, jangankan orang, bayangan saja tidak terlihat.Callista kemudian menyadari, bagaimana mungkin Edbert mau mengikutinya, ini semua hanya karena rasa bersalah yang Callista miliki.Saat dia hendak menjawab, panggilan itu dimatikan oleh sebuah tangan besar, yang datang dari samping.Callista mengerutkan keningnya, sebelum dia sempat bertanya kepada Jason tentang tindakannya, Jason mengangkat dagu Callista, lalu mencium bibirnya sampai mengembuskan asap rokok ke dalam mulutnya."Uhuk uhuk …."Callista batuk tanpa henti.Jason melihat wajah Callista memucat karena ketakutan, batuknya yang keras sampai memunculkan sedikit darah. Dia pun mengangguk kepalanya dengan puas.Ini jauh lebih enak dipandang.Tak lama kemudian, pesan singkat dari Edbert pun masuk.[?][Beraninya kamu menutup panggilanku, di mana kamu sekarang?][Kuberi waktu dua puluh menit, segera kembali atau aku akan meminta Keluarga Garcia untuk membawamu pulang!]Apakah Edbert sudah pul
Edbert menatap Callista dan muncul perasaan aneh di dalam hatinya.Hari ini, entah kenapa Callista terlihat berbeda dari biasanya? Kecantikan wajahnya memang temasuk yang klasik standar. Hanya saja di balik kecantikan itu terkesan hampa. Tatapan matanya sayu dan kosong, bahkan ekspresinya selalu datar dan sering termenung. Secara menyeluruh memancarkan aura kelesuan. Dibandingkan dengan Jessica yang lembut dan perhatian, Callista lebih seperti boneka kayu.Sekarang melihat Callista berdiri di sana, matanya yang indah dan bibirnya merah merona. Terpenting lagi, dia secara tak sengaja memancarkan aura yang genit.Meskipun, tubuhnya tertutup rapat oleh gaun rajut panjang berwarna hijau. Entah kenapa, hal itu membuat Edbert merasa gelisah. Makin melihat penampilan Callista, Edbert makin geram dan langsung menampar wanita itu sambil berkata, "Katakan! Kamu berdandan segenit ini untuk bertemu dengan pria liar mana?"Callista yang mendadak menerima tamparan Edbert, langsung terlihat jejak ja
Callista tidak dibesarkan oleh Keluarga Garcia, dia dididik seperti anak laki-laki sejak dia masih kecil.Tunangannya tidur dengan orang lain, membuat hati Callista merasa jijik dan tidak mungkin menyanjung tunangannya lagi.Pertemuannya dengan Jason semalam, selain karena tergesa-gesa, dia juga menginginkan perlindungan tambahan.Kalau suatu saat rahasia ini terbongkar, setidaknya Jason bisa membantu karena adanya hubungan sesaat ini.Tak disangka, perlindungan yang dia harapkan menimbulkan banyak masalah.Memikirkan jaket yang ditinggalkan Jason, membuat Callista sangat marah sampai sekujur tubuhnya terasa sakit.Enam bulan terakhir ini, dia selalu mengikuti gerak-gerik nona keempat Keluarga Garcia. Callista takut akan membuat kesalahan, jadi dia pun tidak banyak bicara dan bahkan tidak berani melirik.Kalau dia tidak bertemu dengan Jason semalam, dia sudah mempersiapkan dirinya untuk bersembunyi di dalam cangkang palsu ini selama sisa hidupnya.Kemunculan Jason membuat Callista kelu
Jason melirik Callista, kata "tidur bersama" hampir keluar dari tenggorokannya."Pernah berjumpa."Jiwa Callista seperti kembali ke tubuhnya, bisa dikatakan dia sudah selamat dari masalah ini.Kakek Eko yang duduk di kursi utama masih penuh curiga, dia tidak memercayai kalau hanya pernah berjumpa bisa membuat Jason menghormatinya dengan anggur.Kelopak matanya yang turun tidak bisa menyembunyikan tatapan matanya yang tajam, "Tunangan Edbert?"Callista menundukkan kepalanya, "Ya.""Datang dan tuangkan anggur."Menuangkan anggur untuk Kakek Eko merupakan kehormatan besar, bahkan Edbert pun mulai bersemangat. Dia merendahkan suaranya dan mendesak, "Layani Kakek Eko dengan baik. Kalau sampai kamu mempermalukan dirimu, aku tidak akan melepaskanmu!"Callista merasa gelisah, dia khawatir Kakek Eko sudah menyadari sesuatu.Dia berjalan ke belakang Kakek Eko dan mengambil anggur dari pelayan."Silakan diminum."Kakek Eko tidak menjawab dan memandang Callista dengan dingin.Pergelangan tangan Ca
“Kita tinggal di Mansion malam ini.”Tangan Callista yang sedang memakai jaket dan bersiap-siap untuk pergi, terhenti sesaat, “Kenapa?”Mengingat kinerja Callista hari ini lumayan bagus, Edbert terpaksa menjelaskan padanya.“Kakek memberikan kita hadiah yang begitu besar. Ayah dan ibu menyuruhku untuk menginap dua hari bersama kakek, agar kita bisa lebih akrab dengannya. Pasti tidak ada ruginya.”Kebetulan Edbert sedang mengirim pesan, matanya menatap layar ponsel dengan penuh rasa sayang. Akan tetapi saat dia mengangkat kembali kepalanya, wajahnya tampak begitu tidak sabaran.“Sudahlah, aku masih ada urusan. Kamu pergi ke Paviliun Gandaria dulu saja.”Di kediaman keluarga Davis, selain Paviliun Utama milik Kakek Eko Davis, masih ada Paviliun Gandaria, Paviliun Lily, Paviliun Burgundy dan Paviliun Krisan yang terletak di sebelah utara dan selatan.Keempat Paviliun ini letaknya paling dekat dengan Pavilium Utama milik Kakek Eko. Saat ini, hanya anggota keluarga dari si sulung, Vincent
Jason tidak merasa sungkan sama sekali, dia menyandarkan tubuhnya yang berat di badan Callista.Tangan Jason mencengkeram bahu Callista dengan erat, seolah ingin meremukkan tulang-tulangnya.Callista tahu kalau ini adalah hukuman dari Jason karena dia mencoba untuk kabur tadi. Jadi, dia hanya bisa menggertakkan giginya dan menahannya.“Haruskah aku mengantarmu kembali ke Pavilliun Burgundi?” Jason berbalik bertanya, “Apakah kamu ingin aku mati?”Dia mendekatkan diri ke telinga Callista seperti sepasang kekasih dan berbisik, “Tenang saja, kalau sampai aku mati hari ini, aku pasti akan membawamu bersamaku.”Mendengar perkataannya, Callista pun dengan gemetar berkata, “Di sini adalah kediaman Keluarga Davis, bagaimana mungkin mereka berani bertindak di tempat ini.”Di malam yang gelap, dia tidak bisa melihat sorot mata Jason dengan jelas, tapi suaranya terdengar sangat dingin.“Apa kamu pikir kalau kediaman Keluarga Davis sangat bersih, tempat ini jauh lebih kotor dari pada di luar.”Cal
Pelayan tersebut mengeluarkan sebuah kotak kecil yang berisi salep untuk mengobati bengkak dan infeksi.Saat melihat tempat penggunaannya, telinga Callista langsung memerah.Bahkan saat dia sampai di ruang tengah pun, rasa panas tersebut tetap saja belum menghilang.Meskipun hanya sebuah upacara penghormatan, dekorasinya sangat megah.Di antara karangan bunga kuning dan putih, ada dua foto hitam putih milik orang tua Jason.Mengenai penyebab kematiannya, Keluarga Davis sama sekali tidak pernah memberikan penjelasan. Namun berdasarkan rumor yang beredar di luar sana, mereka terbunuh dalam sebuah kerusuhan yang terjadi di luar negeri.Begitu Callista berdiri di sana, Julia, ibu mertuanya langsung melihat ke arahnya.Dia mengerutkan keningnya dan menatap Callista dengan rasa ketidakpuasan. Hanya saja, di hadapan begitu banyak orang, dia tidak bisa menegur Callista, dia hanya memelototinya kemudian memalingkan wajahnya.Edbert yang berdiri di sampingnya langsung menegurnya, “Kamu benar-ben
Julia dengan wajah penuh kekesalan dan galak berkata, "Akhirnya datang juga."Callista melirik raut wajah Jessica yang merasa bersalah. Dia mengalihkan pandangannya kepada Julia dan bertanya, "Anda memanggilku, ada apa?""Apa masih perlu kukatakan lagi?" "Kamu memang tidak tahu malu! Bahkan membuat Edbert kehilangan muka. Apa begini aturan Keluarga Garcia?" tanya Julia.Callista berpura-pura bodoh dan berujar, "Ibu, aku tidak terlalu mengerti. Di mana letak kesalahanku?"Julia makin berang ketika melihat Callista yang belum insaf dan langsung berteriak, "Masih berani bertanya! Kamu begitu menggandrungi Edbert, bahkan meninggalkan tanda seperti itu di badannya. Apa bedanya kamu dengan seorang pelacur?"Sontak ekspresi Jessica langsung berubah sebelum berangsur-angsur normal kembali. Dia segera menghibur dengan suaranya yang lembut, "Bibi, jangan marah. Jantung Anda kurang baik." "Kak Callista, cepat minta maaf pada Bibi!"Callista tertawa sambil berujar dengan nada mengejek, "Kalau ak
Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju
Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m
Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang
Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]
"Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal
Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si
"Apa artinya tidak ada foto?"Raungan terdengar dari sebuah vila kecil di Kota Sakata."Bukankah kemarin kamu telah mengatakan berhasil melacak pelacur itu? Bagaimana bisa tidak ada fotonya?"Jessica berbicara dengan suara serak pada ponselnya.Suara samar seorang detektif swasta datang dari pengeras suara, "Hmm, setelahnya kami kehilangan titik keberadaannya, jadi tidak bisa mengambil fotonya," kata detektif itu berusaha menjelaskan. "Baru-baru ini, kami memiliki terlalu banyak menerima tawaran juga. Jadi tidak ada waktu untuk melakukan ini lagi, Anda bisa mencari tempat lain saja.""Toot toot!" suara telepon dimatikan."Hei? Hei!" teriak Jessica.Melihat orang itu benar-benar menutup teleponnya, Jessica hampir menjadi gila.Sejak Jessica diusir dari Keluarga Davis, dia telah berubah dari status setengah putri di Keluarga Davis menjadi seorang gadis yatim piatu yang bukan apa-apa.Jessica merasa telah menjadi bahan tertawaan kalangan kelas atas di Kota Sakata.Bahkan Edbert, yang sela
"Tak kusangka, Callista, kamu masih memiliki hubungan dengan Keluarga Lopez."Suzy mengambil sepotong kecil makanan penutup dan memandang Callista yang berada di sisi berlawanan sambil tersenyum.Callista berhenti mengunyah dan dia menyesap es buah untuk menekan rasa manis di mulutnya."Kak Suzy memang pandai bercanda, Keluarga Lopez jauh di Kota Guno. Mana mungkin, aku akan ada hubungannya dengan Keluarga Lopez," ucap Callista."Benar juga," ucap Suzy.Suzy melihat ekspresi Callista seperti biasa, dia beralih berbicara dari sisi lainnya."Sepertinya, Wendry telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, jadi membuatmu harus mengeluarkan uang untuk menyumpalnya," ujar Suzy penasaran.Karena Callista telah membiarkan Suzy bertindak, keberadaan uang itu tentu saja tidak dapat disembunyikan darinya.Callista memilih alasan yang masuk akal, "Keluarga Garcia bekerja sama dengan Gedung NYC milik Kak Christian. Kebetulan, Wendry melihatku keluar masuk sana sebelumnya, kalau sampai hal ini menyeba
Mendengar ini, Callista tertegun sejenak.Beberapa kata ingin diucapkan, tetapi tanpa status, semuanya kembali ditahan olehnya.Callista sambil tersenyum ringan berujar, "Baiklah, Tuan Jason. Berhati-hati di jalan, ya." Melihat wajah Callista terlihat seperti biasa, Jason berseloroh langsung, "Ya, nanti ingat kirim sms, kalau tubuhmu sudah mulai nyaman." Kalimat yang terdengar bercanda, malah seperti baskom berisi air dingin yang turun menyirami Callista.Kata-kata ini secara terbuka memberi tahu inti dari hubungan mereka, hanyalah sebatas untuk memuaskan nafsu semata dan bukan atas dasar cinta.Callista menelan emosi di tenggorokannya, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Baik, aku juga berharap Tuan Jason bersenang-senang malam ini." "..."Kekuatan yang menekan sudut bibir Callista sepertinya berbobot seribu kilogram. Semuanya runtuh, begitu pintu kamar itu tertutup.Semangkuk sup di atas meja yang sebelumnya, dia merasa sangat nikmat. Kini, terasa dingin dan kental, juga terlihat s