Home / Romansa / Hubungan Gelap / Bab 7 Pembunuhan

Share

Bab 7 Pembunuhan

Author: Permen Jahe
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
“Kita tinggal di Mansion malam ini.”

Tangan Callista yang sedang memakai jaket dan bersiap-siap untuk pergi, terhenti sesaat, “Kenapa?”

Mengingat kinerja Callista hari ini lumayan bagus, Edbert terpaksa menjelaskan padanya.

“Kakek memberikan kita hadiah yang begitu besar. Ayah dan ibu menyuruhku untuk menginap dua hari bersama kakek, agar kita bisa lebih akrab dengannya. Pasti tidak ada ruginya.”

Kebetulan Edbert sedang mengirim pesan, matanya menatap layar ponsel dengan penuh rasa sayang. Akan tetapi saat dia mengangkat kembali kepalanya, wajahnya tampak begitu tidak sabaran.

“Sudahlah, aku masih ada urusan. Kamu pergi ke Paviliun Gandaria dulu saja.”

Di kediaman keluarga Davis, selain Paviliun Utama milik Kakek Eko Davis, masih ada Paviliun Gandaria, Paviliun Lily, Paviliun Burgundy dan Paviliun Krisan yang terletak di sebelah utara dan selatan.

Keempat Paviliun ini letaknya paling dekat dengan Pavilium Utama milik Kakek Eko. Saat ini, hanya anggota keluarga dari si sulung, Vincent Davis yang tinggal di Paviliun sebelah Selatan.

Sedangkan anggota keluarga putra kelima keluarga Davis, yakni Edbert Davis sekeluarga, mereka tinggal di Paviliun Gandaria.

Saat Callista diantar pelayan ke Paviliun Gandaria, dia melihat Paviliun Burgundi yang hanya dipisahkan sebuah taman bunga kecil. Ada orang yang berlalu-lalang di Paviliun Burgundi. Callista pun bertanya, “Bukankah tidak ada orang yang tinggal di Paviliun Burgundi?”

“Malam ini Tuan Jason Davis akan menginap di Mansion, beliau akan tinggal di sana, Non.”

Callista tertegun, setelah ditakut-takuti beberapa kali oleh Jason, agak membuatnya merasa sedikit cemas begitu dia mendengar nama Jason disebut.

“Nona Callista?”

Callista terhentak, “Tak apa, kembalilah pada pekerjaanmu.”

“Baik.”

Setelah pelayan pergi, Callista kembali melihat ke arah Paviliun Burgundi.

Hanya satu malam saja, asalkan Callista tidak keluar dari Paviliun Gandaria, seharusnya tidak akan bermasalah.

...

“Apa? Satpamnya berhenti bekerja?"

Jessica sangat kebingungan saat menerima panggilan, “Apakah dia ada mengatakan alasannya?”

“Kalau ini aku kurang tahu, dia hanya mengatakan ingin pulang kampung saja, dia bahkan tidak mengambil gajinya dan langsung pergi begitu saja.”

Jessica sangat kebingungan, padahal tidak terjadi apapun, kenapa satpam itu tiba-tiba berhenti kerja?

Dia lalu melihat ke tas tentengannya, di dalamnya berisi setelan jaket semalam.

Dia kemarin memeriksa merek yang tertera pada jaket itu, harganya membuat Jessica tercengang. Model setelan jasnya juga tidak seperti jaket yang di jual di pasaran pada umumnya, itu adalah jaket pesanan khusus yang dibuat untuk kalangan kelas atas.

Ditambah dengan satpam yang tiba-tiba mengundurkan diri, membuat Jessica makin yakin dengan dugaannya. Setelan jaket ini tidak seperti yang dikatakan oleh Callista, bukan Callista sendiri yang sengaja meninggalkan jaket itu, melainkan pria misterius yang sengaja meninggalkannya.

Jessica segera menelepon sahabatnya yang bekerja di konveksi pakaian bermerek terkenal, memintanya untuk melacak siapa orang yang membeli baju ini. Sahabatnya menjanjikan akan memberikan jawaban dalam tiga hari ke depan.

Jessica semakin bersemangat, jika Callista benar-benar ada pria lain di luar, maka ke depannya Callista akan berada di bawah kendali Jessica.

“Apa yang kamu pikirkan?”

Jessica tenggelam dalam pikirannya, dia bahkan tidak menyadari kedatangan Edbert Davis di sampingnya.

“Kakak, kamu mengagetkanku saja!”

“Jangan takut. Ayo, sini.”

Edbert memangkunya dan tangannya mulai meraba masuk ke dalam baju Jessica.

Jessica menghindar sambil tertawa kecil, “Kakak ipar masih menunggumu di kamar, kamu malah datang ke sini diam-diam menemuiku, apa kamu tidak takut ketahuan?”

“Memangnya kenapa kalau ketahuan, mana mungkin seorang pria hanya punya satu perempuan. Dia bagian dari keluarga Gracia, seharusnya sudah paham tentang hal ini.”

Jessica menggerutu, “Kalau begitu, ada aku di sisi kakak, juga belum cukup puas?”

Tangan Edbert mulai meraba, “Kalau kamu bisa melayaniku dengan baik, aku hanya ingin bersamamu saja.”

“Kak, kamu sangat nakal.”

Jessica sangat hebat di ranjang, Edbert bisa bermain dengannya sepanjang malam. Saat Edbert kembali ke kamar, dia masih memikirkan Jessica.

Setelah selesai mandi dan keluar, Callista menyadari ada Edbert di dalam kamar, dia buru-buru membalikkan badannya.

Setiap kali melihat Callista, Edbert selalu menemukan bekas milik pria lain di tubuhnya.

Ironisnya, Edbert sedang menggoda adik sepupu perempuan kesayangannya yang hanya terpisah oleh sebuah tembok melalui ponselnya, pria itu sama sekali tidak memedulikan Callista.

Callista membalikkan badan sambil memegang erat kerah untuk menutupi lehernya, dengan nada yang dingin, “Kenapa kamu bisa masuk.”

Edbert mengangkat kepalanya dengan tidak senang, melihat wajah Callista yang cemas, dia menjadi kesal.

Kenapa masih berpura-pura, bukankah kemarin masih memohon untuk menidurinya? Kenapa sekarang malah berpura-pura seperti gadis suci.

“Ini rumahku. Apa aku masih harus melapor padamu ke mana tujuanku? Kamu pikir, aku mau tidur satu kamar denganmu? Jika bukan karena takut dicemooh yang lain, aku sama sekali tidak ingin melihatmu!”

Edbert sendiri pun tidak menyadari, di dalam dirinya selain kebencian, juga masih ada rasa kekesalan pada sikap Callista yang dingin.

Hanya karena Callista mengetahui perselingkuhannya dengan Jessica, lantas bersikap dingin padanya?

Benar-benar tidak masuk akal.

Dia saja tidak mempermasalahkan Callista membuntuti dirinya!

Lagipula, laki-laki mana yang tidak suka main. Apalagi Jessica itu 'kan adik sepupunya, bagian dari keluarganya. Kenapa tidak bisa menerima keadaan?

Beginilah isi hatinya, begitu pula yang dia ungkapkan pada Callista.

Setelah mendengar alasan Edbert yang tidak masuk akal itu, Callista tersenyum kaku, “Jadi, kalau keluarga maka harus menerimanya?”

“Tentu saja!”

Edbert menegaskan, “Jessica itu bagian dari keluarga!”

Callista menjawab dengan nada yang tajam, “Oh begitu. Camkan ucapanmu hari ini.”

Keduanya bertengkar hebat, Edbert keluar sambil membanting pintu.

Tak perlu ditanya lagi, pasti pergi ke kamar adik sepupu perempuannya itu.

Callista akhirnya merasa sedikit lebih tenang.

Setelah mengeringkan rambut, saat baru berbaring di atas ranjang, punggungnya terasa nyeri.

Dia melihat ke cermin, punggungnya terkena air dan mulai berdarah lagi. Jika tidak segera diobati, besok pasti akan bernanah.

Callista mengenakan jaketnya dan turun ke bawah untuk mencari kotak obat.

Dia sebenarnya tidak familier dengan Paviliun Gandaria. Setelah mencoba mencari di ruang tamu dan masih belum menemukannya, dia berniat untuk keluar dan bertanya pada pelayan.

Angin malam sangat dingin, baru melangkahkan kaki keluar saja, dia langsung menggigil kedinginan.

Sandalnya menginjak batu-batu di jalanan, batu kerikil yang kecil mulai masuk ke celah sandalnya.

Keheningan malam membuatnya bisa mendengar suara angin mengembus, seketika dia mulai merasa panik.

Saat dia baru tiba siang tadi, ada banyak orang yang berlalu-lalang di Kediaman Keluarga Davis, penjagaannya juga sangat ketat, kenapa sekarang malah menjadi sepi sekali.

Saat sedang bergumam, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang mendekat.

Tubuhnya bereaksi lebih cepat daripada pikirannya, dia segera bersembunyi di belakang pintu. Di sini ada sebuah patung pahatan yang bisa dipakai untuk bersembunyi.

Tak lama setelah Callista bersembunyi, muncul empat sampai lima pria asing.

Di bawah cahaya malam, mereka berbincang dengan suara kecil.

“Kenapa menghilang?”

“Tadi jelas-jelas melihat dia pergi ke arah Paviliun Gandaria.”

Bersembunyi di kegelapan, Callista bisa melihat senjata yang ada di tangan mereka. Dia segera menutup mulut dengan tangannya sendiri.

Karena di Paviliun Gandaria masih ada yang tinggal dan takut mengganggu penghuni di sana, mereka hanya melihat-lihat sekilas dan langsung pergi.

Saat Paviliun Gandaria sudah kembali tenang, tubuh Callista sudah melemah.

Setelah menyadari tubuhnya melemah, Callista mulai berkeringat dingin. Sekujur punggungnya basah karena berkeringat, membuat Callista merasa kesakitan dan perih.

Setelah itu, dia tidak mencari obat lagi, dia merasa bisa selamat saja sudah cukup.

Saat baru akan berjalan kembali, muncul suara dari belakang Callista.

Bulu kuduknya langsung berdiri, dia menoleh ke belakang secara perlahan. Dengan perasaan wanti-wanti kalau suara itu adalah rekan dari kelompok pria bersenjata tadi.

Di sudut yang gelap, seorang pria duduk di lantai sambil memegangi perutnya. Tatapan mata yang hitam pekat dan tajam seperti seekor cheetah itu melototi Callista.

Begitu melihat pria itu adalah Jason, Callista tidak mengatakan apapun, dia langsung membalikkan badan dan bergegas hendak pergi.

“Walaupun aku terluka, aku tetap bisa membunuhmu.”

Nada bicara pria itu kejam, seperti sudah bertekad untuk membunuh.

Callista berbalik badan sambil tersenyum paksa, “Tuan Jason, ada perintah apa?”

Jason melihat Callista seperti pengecut, dia tertawa ringan dan bertanya “Tidak jadi pergi?”

“Aduh ucapanmu ini, mana mungkin aku meninggalkanmu, aku hanya mau pergi mencari kotak obat saja kok.”

Melihat sikap wanita ini begitu cepat berubah, Jason semakin girang.

Padahal tadi dia jelas-jelas ingin kabur, sekarang dia masih mencari alasan untuk membela diri.

Kemunafikan Callista membuat semuanya terasa semakin menarik.

“Cepat bantu memapahku.”

Related chapters

  • Hubungan Gelap   Bab 8 Kalau Aku Mati, Aku Akan Membawamu Bersamaku

    Jason tidak merasa sungkan sama sekali, dia menyandarkan tubuhnya yang berat di badan Callista.Tangan Jason mencengkeram bahu Callista dengan erat, seolah ingin meremukkan tulang-tulangnya.Callista tahu kalau ini adalah hukuman dari Jason karena dia mencoba untuk kabur tadi. Jadi, dia hanya bisa menggertakkan giginya dan menahannya.“Haruskah aku mengantarmu kembali ke Pavilliun Burgundi?” Jason berbalik bertanya, “Apakah kamu ingin aku mati?”Dia mendekatkan diri ke telinga Callista seperti sepasang kekasih dan berbisik, “Tenang saja, kalau sampai aku mati hari ini, aku pasti akan membawamu bersamaku.”Mendengar perkataannya, Callista pun dengan gemetar berkata, “Di sini adalah kediaman Keluarga Davis, bagaimana mungkin mereka berani bertindak di tempat ini.”Di malam yang gelap, dia tidak bisa melihat sorot mata Jason dengan jelas, tapi suaranya terdengar sangat dingin.“Apa kamu pikir kalau kediaman Keluarga Davis sangat bersih, tempat ini jauh lebih kotor dari pada di luar.”Cal

  • Hubungan Gelap   Bab 9 Bagaimana Malammu?

    Pelayan tersebut mengeluarkan sebuah kotak kecil yang berisi salep untuk mengobati bengkak dan infeksi.Saat melihat tempat penggunaannya, telinga Callista langsung memerah.Bahkan saat dia sampai di ruang tengah pun, rasa panas tersebut tetap saja belum menghilang.Meskipun hanya sebuah upacara penghormatan, dekorasinya sangat megah.Di antara karangan bunga kuning dan putih, ada dua foto hitam putih milik orang tua Jason.Mengenai penyebab kematiannya, Keluarga Davis sama sekali tidak pernah memberikan penjelasan. Namun berdasarkan rumor yang beredar di luar sana, mereka terbunuh dalam sebuah kerusuhan yang terjadi di luar negeri.Begitu Callista berdiri di sana, Julia, ibu mertuanya langsung melihat ke arahnya.Dia mengerutkan keningnya dan menatap Callista dengan rasa ketidakpuasan. Hanya saja, di hadapan begitu banyak orang, dia tidak bisa menegur Callista, dia hanya memelototinya kemudian memalingkan wajahnya.Edbert yang berdiri di sampingnya langsung menegurnya, “Kamu benar-ben

  • Hubungan Gelap   Bab 10 Wajahnya Harus Terekam dalam Video

    Julia dengan wajah penuh kekesalan dan galak berkata, "Akhirnya datang juga."Callista melirik raut wajah Jessica yang merasa bersalah. Dia mengalihkan pandangannya kepada Julia dan bertanya, "Anda memanggilku, ada apa?""Apa masih perlu kukatakan lagi?" "Kamu memang tidak tahu malu! Bahkan membuat Edbert kehilangan muka. Apa begini aturan Keluarga Garcia?" tanya Julia.Callista berpura-pura bodoh dan berujar, "Ibu, aku tidak terlalu mengerti. Di mana letak kesalahanku?"Julia makin berang ketika melihat Callista yang belum insaf dan langsung berteriak, "Masih berani bertanya! Kamu begitu menggandrungi Edbert, bahkan meninggalkan tanda seperti itu di badannya. Apa bedanya kamu dengan seorang pelacur?"Sontak ekspresi Jessica langsung berubah sebelum berangsur-angsur normal kembali. Dia segera menghibur dengan suaranya yang lembut, "Bibi, jangan marah. Jantung Anda kurang baik." "Kak Callista, cepat minta maaf pada Bibi!"Callista tertawa sambil berujar dengan nada mengejek, "Kalau ak

  • Hubungan Gelap   Bab 11 Diberi Obat

    "Pelan sedikit.""Maaf, kak."Peter membantu mengobati luka di perut yang dialami Jason dengan cekatan. Kemudian berkata, "Kak Jason, lukamu tidak dalam. Akan tetapi kenapa terlihat begitu parah?" Bagaimana mungkin lukanya tidak terbuka? Karena dia semalam bercinta dengan hebatnya, batin Jason sambil menaikkan sudut bibirnya.Setelah Jason selesai diobati, dia segera berdiri untuk memakai kembali bajunya. Peter yang melihat punggung Jason saat berdiri langsung berteriak keras,"Kak Jason, apa yang terjadi dengan punggungmu?""Apa terluka oleh orang suruhan Vincent?"Jason melihat punggungnya dari cermin. Punggungnya yang tegap dan kuat itu dipenuhi banyak bekas cakaran. Jason memukul tangan Peter yang ingin menyentuh punggungnya dan menyahut, "Dasar bodoh!""Wanita yang mencakarmu?" tanya Peter dengan ekspresi terkejut.Jason mengabaikan pertanyaan Peter.Melihat pertanyaannya diabaikan, Peter makin berani dan kembali bertanya, "Apa putri dari Keluarga Garcia itu?" "Tidak! Bukankah k

  • Hubungan Gelap   Bab 12 Tuan Jason, Tolong Bantu Aku Sekali Lagi

    "Nyonya Melissa, Tuan Gilbert datang," kata pelayan itu."Apa?"Melissa tertegun. Dia bertanya-tanya kenapa Gilbert datang pada saat ini.Dia melihat ke arah Callista dan berkata kepada pengawalnya, “Bawa dia ke atas! Jangan sampai dia mengeluarkan suara!”Kemudian Callista dibawa pergi dengan mulut dibekap. Sesampainya di lantai atas, dia mendengar suara tertawa laki-laki dari lantai bawah."Kakak Ipar."Saat mendengar suara, Callista berusaha sekuat tenaga memberontak menolak pengawal itu untuk membawanya kembali masuk dalam kamar tamu itu. Khawatir akan Callista mengeluarkan suara, pengawal itu hanya bisa menekannya di lantai.Di lantai bawah.Melissa dengan lembut berkata, "Gilbert, tidak biasanya kamu datang pada jam segini. Ada apa?"Gilbert tersenyum, "Aku datang mencari kakak. Apa dia ada?""Sayang sekali, kakakmu sedang keluar." jawab Melissa."Oh, begitu ya," ucap Gilbert.Gilbert kemudian mengamati sekitarnya secara diam-diam. Pandangannya berhenti pada sepatu wanita yang te

  • Hubungan Gelap   Bab13 Uang dapat Menyelesaikan Segalanya.

    Setelah Callista tersakiti karena perkataan Jason, dengan rasa sedih dan kesal dia menangis sambil sedikit terisak-isak.Tangisannya seperti gelombang radio yang langsung masuk ke dalam otak Jason.Jason menggertakkan gigi gerahamnya, "Kamu tunggu saja.""Gilbert Davis!"Gilbert yang melihat kehebohan ini dengan senyum terpaksa berkata, "Iya, kakak kedua. Aku di sini.""Bawa dia keluar."Gilbert seolah-olah sulit melakukannya dan berkata, "Hah?""Kakak kedua, kamu juga tahu kondisi Kediaman Keluarga Davis seperti apa, mau membawa seseorang keluar dengan situasi banyak orang yang akan memerhatikan, sepertinya ini agak sulit.""Ah."Jason tersenyum dingin berkata, "Ingin megambil kesempatan dalam kesempitan?""Tidak berani."Gilbert menghela napas dan berkata, "Hari ini aku telah menyinggung kakak ipar, setelah kejadian ini entah apa yang akan terjadi.""Rumah yang ada di Anta menjadi milikmu."Gilbert tertawa bahagia dan berkata, "Siap, aku segera membawanya."Ada uang segalanya akan be

  • Hubungan Gelap   Bab 14 Bukan Seseorang yang Bisa Dia Provokasi

    Callista tanpa sadar menarik selimut untuk menutupi dirinya, kemudian ketika dia menundukkan kepalanya, dia baru menyadari kalau dia berpakaian dengan rapi, rasa lengket di tubuhnya sudah tidak ada, sepertinya sudah dibersihkan.“Kamu ….”Peter dengan cepat menjelaskan keadaannya, “Aku tidak berbuat apa-apa, dari tadi aku bermain game ponsel di sebelah sana.”Callista mengangguk, lalu mulai bangun dari tempat tidur, tetapi begitu dia berdiri, dia terhuyung jatuh.Peter secara spontan ingin membantu. Dia langsung mengulurkan tangannya, tetapi ditarik kembali, lalu menggosok tangannya, “Apa kamu bisa berjalan sendiri?”“Bisa.”Callista menguatkan dirinya, “Ayo, kita pergi.”Begitu keluar, dia baru menyadari kalau di sini merupakan halaman dari bangunan terpisah. Di dalam sini sangat kosong dan tidak ada tanda-tanda kehidupan.Peter tampak sembrono, tetapi dia sangat berhati-hati.Dia pun langsung menjelaskan, "Ini tempat kak Jason, yang paling dekat dengan Kediaman Keluarga Davis."Calli

  • Hubungan Gelap   Bab 15 Isyarat Pada Pandangan Pertama untuk Menghalangi Orang-orang

    Sesuatu yang tidak terduga terjadi.Begitu selimut diangkat, Callista tampak sedang tertidur lelap.Setelah dibangunkan, dia pun duduk dengan wajah linglung, “Ibu, kakak, kenapa kalian ada di sini?”Callista mengenakan baju tidur, seolah-olah dia baru saja bangun, tetapi di balik selimut, dia masih mengenakan celana luar, bahkan dia tidak sempat melepaskan sepatunya.Melissa tertegun sejenak, lalu tersenyum lagi, “Tidak apa-apa, aku melihat kalau kamu tidak enak badan ketika sedang berjalan tadi, jadi aku datang menjengukmu.”“Huh, kerja kamu itu tidur saja,” ucap Julia yang hendak menyindir Callista, lalu dia tiba-tiba teringat sesuatu, “Kenapa hanya kamu sendiri, di mana Edbert?”“Ibu, kamu memanggilku?”Edbert datang setelah mendengar ucapan itu sambil terlihat bersalah.Melissa memandang Callista, lalu menghadap Edbert, kemudian berkata dengan nada bercanda, “Edbert, kamu dari mana saja? Kenapa kamu membiarkan adik ipar tinggal di kamar kosong sendirian."“Ah? Aku … aku baru saja p

Latest chapter

  • Hubungan Gelap   Bab 210 Kamu Telah Banyak Membantuku

    Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju

  • Hubungan Gelap   Bab 209 Dia Masih Ada Rencana Terakhir

    Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m

  • Hubungan Gelap   Bab 208 Aku akan Melakukannya dengan Pelan

    Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang

  • Hubungan Gelap   Bab 207 Terkejutkah?

    Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]

  • Hubungan Gelap   Bab 206 Sampai Jumpa Saat Turun Nanti

    "Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal

  • Hubungan Gelap   Bab 205 Untuk Memotong Lidah Pembohong Kecil

    Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si

  • Hubungan Gelap   Bab 204 Orang yang Bersembunyi di Kamar Mandi itu adalah Callista

    "Apa artinya tidak ada foto?"Raungan terdengar dari sebuah vila kecil di Kota Sakata."Bukankah kemarin kamu telah mengatakan berhasil melacak pelacur itu? Bagaimana bisa tidak ada fotonya?"Jessica berbicara dengan suara serak pada ponselnya.Suara samar seorang detektif swasta datang dari pengeras suara, "Hmm, setelahnya kami kehilangan titik keberadaannya, jadi tidak bisa mengambil fotonya," kata detektif itu berusaha menjelaskan. "Baru-baru ini, kami memiliki terlalu banyak menerima tawaran juga. Jadi tidak ada waktu untuk melakukan ini lagi, Anda bisa mencari tempat lain saja.""Toot toot!" suara telepon dimatikan."Hei? Hei!" teriak Jessica.Melihat orang itu benar-benar menutup teleponnya, Jessica hampir menjadi gila.Sejak Jessica diusir dari Keluarga Davis, dia telah berubah dari status setengah putri di Keluarga Davis menjadi seorang gadis yatim piatu yang bukan apa-apa.Jessica merasa telah menjadi bahan tertawaan kalangan kelas atas di Kota Sakata.Bahkan Edbert, yang sela

  • Hubungan Gelap   Bab 203 Ayo, Kita Kawin Lari

    "Tak kusangka, Callista, kamu masih memiliki hubungan dengan Keluarga Lopez."Suzy mengambil sepotong kecil makanan penutup dan memandang Callista yang berada di sisi berlawanan sambil tersenyum.Callista berhenti mengunyah dan dia menyesap es buah untuk menekan rasa manis di mulutnya."Kak Suzy memang pandai bercanda, Keluarga Lopez jauh di Kota Guno. Mana mungkin, aku akan ada hubungannya dengan Keluarga Lopez," ucap Callista."Benar juga," ucap Suzy.Suzy melihat ekspresi Callista seperti biasa, dia beralih berbicara dari sisi lainnya."Sepertinya, Wendry telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, jadi membuatmu harus mengeluarkan uang untuk menyumpalnya," ujar Suzy penasaran.Karena Callista telah membiarkan Suzy bertindak, keberadaan uang itu tentu saja tidak dapat disembunyikan darinya.Callista memilih alasan yang masuk akal, "Keluarga Garcia bekerja sama dengan Gedung NYC milik Kak Christian. Kebetulan, Wendry melihatku keluar masuk sana sebelumnya, kalau sampai hal ini menyeba

  • Hubungan Gelap   Bab 202 Semoga Tuan Jason Bermain dengan Puas

    Mendengar ini, Callista tertegun sejenak.Beberapa kata ingin diucapkan, tetapi tanpa status, semuanya kembali ditahan olehnya.Callista sambil tersenyum ringan berujar, "Baiklah, Tuan Jason. Berhati-hati di jalan, ya." Melihat wajah Callista terlihat seperti biasa, Jason berseloroh langsung, "Ya, nanti ingat kirim sms, kalau tubuhmu sudah mulai nyaman." Kalimat yang terdengar bercanda, malah seperti baskom berisi air dingin yang turun menyirami Callista.Kata-kata ini secara terbuka memberi tahu inti dari hubungan mereka, hanyalah sebatas untuk memuaskan nafsu semata dan bukan atas dasar cinta.Callista menelan emosi di tenggorokannya, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Baik, aku juga berharap Tuan Jason bersenang-senang malam ini." "..."Kekuatan yang menekan sudut bibir Callista sepertinya berbobot seribu kilogram. Semuanya runtuh, begitu pintu kamar itu tertutup.Semangkuk sup di atas meja yang sebelumnya, dia merasa sangat nikmat. Kini, terasa dingin dan kental, juga terlihat s

DMCA.com Protection Status