Julia dengan wajah penuh kekesalan dan galak berkata, "Akhirnya datang juga."Callista melirik raut wajah Jessica yang merasa bersalah. Dia mengalihkan pandangannya kepada Julia dan bertanya, "Anda memanggilku, ada apa?""Apa masih perlu kukatakan lagi?" "Kamu memang tidak tahu malu! Bahkan membuat Edbert kehilangan muka. Apa begini aturan Keluarga Garcia?" tanya Julia.Callista berpura-pura bodoh dan berujar, "Ibu, aku tidak terlalu mengerti. Di mana letak kesalahanku?"Julia makin berang ketika melihat Callista yang belum insaf dan langsung berteriak, "Masih berani bertanya! Kamu begitu menggandrungi Edbert, bahkan meninggalkan tanda seperti itu di badannya. Apa bedanya kamu dengan seorang pelacur?"Sontak ekspresi Jessica langsung berubah sebelum berangsur-angsur normal kembali. Dia segera menghibur dengan suaranya yang lembut, "Bibi, jangan marah. Jantung Anda kurang baik." "Kak Callista, cepat minta maaf pada Bibi!"Callista tertawa sambil berujar dengan nada mengejek, "Kalau ak
"Pelan sedikit.""Maaf, kak."Peter membantu mengobati luka di perut yang dialami Jason dengan cekatan. Kemudian berkata, "Kak Jason, lukamu tidak dalam. Akan tetapi kenapa terlihat begitu parah?" Bagaimana mungkin lukanya tidak terbuka? Karena dia semalam bercinta dengan hebatnya, batin Jason sambil menaikkan sudut bibirnya.Setelah Jason selesai diobati, dia segera berdiri untuk memakai kembali bajunya. Peter yang melihat punggung Jason saat berdiri langsung berteriak keras,"Kak Jason, apa yang terjadi dengan punggungmu?""Apa terluka oleh orang suruhan Vincent?"Jason melihat punggungnya dari cermin. Punggungnya yang tegap dan kuat itu dipenuhi banyak bekas cakaran. Jason memukul tangan Peter yang ingin menyentuh punggungnya dan menyahut, "Dasar bodoh!""Wanita yang mencakarmu?" tanya Peter dengan ekspresi terkejut.Jason mengabaikan pertanyaan Peter.Melihat pertanyaannya diabaikan, Peter makin berani dan kembali bertanya, "Apa putri dari Keluarga Garcia itu?" "Tidak! Bukankah k
"Nyonya Melissa, Tuan Gilbert datang," kata pelayan itu."Apa?"Melissa tertegun. Dia bertanya-tanya kenapa Gilbert datang pada saat ini.Dia melihat ke arah Callista dan berkata kepada pengawalnya, “Bawa dia ke atas! Jangan sampai dia mengeluarkan suara!”Kemudian Callista dibawa pergi dengan mulut dibekap. Sesampainya di lantai atas, dia mendengar suara tertawa laki-laki dari lantai bawah."Kakak Ipar."Saat mendengar suara, Callista berusaha sekuat tenaga memberontak menolak pengawal itu untuk membawanya kembali masuk dalam kamar tamu itu. Khawatir akan Callista mengeluarkan suara, pengawal itu hanya bisa menekannya di lantai.Di lantai bawah.Melissa dengan lembut berkata, "Gilbert, tidak biasanya kamu datang pada jam segini. Ada apa?"Gilbert tersenyum, "Aku datang mencari kakak. Apa dia ada?""Sayang sekali, kakakmu sedang keluar." jawab Melissa."Oh, begitu ya," ucap Gilbert.Gilbert kemudian mengamati sekitarnya secara diam-diam. Pandangannya berhenti pada sepatu wanita yang te
Setelah Callista tersakiti karena perkataan Jason, dengan rasa sedih dan kesal dia menangis sambil sedikit terisak-isak.Tangisannya seperti gelombang radio yang langsung masuk ke dalam otak Jason.Jason menggertakkan gigi gerahamnya, "Kamu tunggu saja.""Gilbert Davis!"Gilbert yang melihat kehebohan ini dengan senyum terpaksa berkata, "Iya, kakak kedua. Aku di sini.""Bawa dia keluar."Gilbert seolah-olah sulit melakukannya dan berkata, "Hah?""Kakak kedua, kamu juga tahu kondisi Kediaman Keluarga Davis seperti apa, mau membawa seseorang keluar dengan situasi banyak orang yang akan memerhatikan, sepertinya ini agak sulit.""Ah."Jason tersenyum dingin berkata, "Ingin megambil kesempatan dalam kesempitan?""Tidak berani."Gilbert menghela napas dan berkata, "Hari ini aku telah menyinggung kakak ipar, setelah kejadian ini entah apa yang akan terjadi.""Rumah yang ada di Anta menjadi milikmu."Gilbert tertawa bahagia dan berkata, "Siap, aku segera membawanya."Ada uang segalanya akan be
Callista tanpa sadar menarik selimut untuk menutupi dirinya, kemudian ketika dia menundukkan kepalanya, dia baru menyadari kalau dia berpakaian dengan rapi, rasa lengket di tubuhnya sudah tidak ada, sepertinya sudah dibersihkan.“Kamu ….”Peter dengan cepat menjelaskan keadaannya, “Aku tidak berbuat apa-apa, dari tadi aku bermain game ponsel di sebelah sana.”Callista mengangguk, lalu mulai bangun dari tempat tidur, tetapi begitu dia berdiri, dia terhuyung jatuh.Peter secara spontan ingin membantu. Dia langsung mengulurkan tangannya, tetapi ditarik kembali, lalu menggosok tangannya, “Apa kamu bisa berjalan sendiri?”“Bisa.”Callista menguatkan dirinya, “Ayo, kita pergi.”Begitu keluar, dia baru menyadari kalau di sini merupakan halaman dari bangunan terpisah. Di dalam sini sangat kosong dan tidak ada tanda-tanda kehidupan.Peter tampak sembrono, tetapi dia sangat berhati-hati.Dia pun langsung menjelaskan, "Ini tempat kak Jason, yang paling dekat dengan Kediaman Keluarga Davis."Calli
Sesuatu yang tidak terduga terjadi.Begitu selimut diangkat, Callista tampak sedang tertidur lelap.Setelah dibangunkan, dia pun duduk dengan wajah linglung, “Ibu, kakak, kenapa kalian ada di sini?”Callista mengenakan baju tidur, seolah-olah dia baru saja bangun, tetapi di balik selimut, dia masih mengenakan celana luar, bahkan dia tidak sempat melepaskan sepatunya.Melissa tertegun sejenak, lalu tersenyum lagi, “Tidak apa-apa, aku melihat kalau kamu tidak enak badan ketika sedang berjalan tadi, jadi aku datang menjengukmu.”“Huh, kerja kamu itu tidur saja,” ucap Julia yang hendak menyindir Callista, lalu dia tiba-tiba teringat sesuatu, “Kenapa hanya kamu sendiri, di mana Edbert?”“Ibu, kamu memanggilku?”Edbert datang setelah mendengar ucapan itu sambil terlihat bersalah.Melissa memandang Callista, lalu menghadap Edbert, kemudian berkata dengan nada bercanda, “Edbert, kamu dari mana saja? Kenapa kamu membiarkan adik ipar tinggal di kamar kosong sendirian."“Ah? Aku … aku baru saja p
Edbert sama sekali tidak menginginkannya, dia mendengar kabar kalau temperamen Miriam Lopez putri ketiga keluarga Lopez itu sama seperti kepala keluarga Lopez.Ditambah lagi kedudukan Keluarga Lopez di Kota Guno sama dengan kedudukan Keluarga Davis di Kota Sakata, dengan kekuasaan Keluarga Lopez, dia bisa melakukan apa pun dengan sewenang-wenang.Menikahi wanita seperti itu benar-benar hanya akan mempersulit diri sendiri.Dia menjawab dengan asal, “Tadinya juga bukan giliranku, Kakek bermaksud untuk menikahkan Kakak Kedua dengan Miriam.”Mendengar perkataan Edbert, Julia pun langsung tertawa mencibir dan berkata, “Lupakan saja, Kakekmu ingin bertemu dengan Tuan Jason saja sangat sulit, mana mungkin dia mau menurut dan mendengarkan perkataan kakekmu.”“Benar juga,” jawab Edbert.Berbicara soal Jason, Edbert langsung gemetaran saat memikirkan tatapan pria itu pada dirinya hari ini.-Malam terasa lebih dingin.Saat Peter pulang, Jason sedang berdiri di samping jendela sambil merokok.Men
Callista lalu berkata dengan suara pelan, “Kenapa kamu menelepon jam segini? Orang lain yang ada di villa tidak ada yang mengetahuinya, ‘kan?”“…”“Apa katamu?”Callista masih belum bereaksi, jantungnya berdetak dengan kencang.“Kakakmu sudah siuman?!!“Aku akan ke sana sekarang!”Callista merasa sangat antusias, tangannya gemetaran hingga tidak bisa memegang kunci mobil, dia bahkan mencoba memasukkan kunci tersebut beberapa kali, tapi tidak bisa.Dia menyetir mobil keluar dari komplek berdasarkan kemampuannya.Dua tahun lalu, sebuah insiden terjadi di rumah Callista.Ayahnya melompat dari gedung, sedangkan kakak laki-lakinya yang merupakan satu-satunya orang yang mengetahui apa yang terjadi, malah mengalami kecelakaan mobil, dia mengalami koma dan dalam kondisi vegetatif.Jika bukan karena Yulita menyukai wajahnya dan membantu mereka memalsukan kematian mereka, serta melarikan diri ke Kota Sakata, mereka sekeluarga pasti tidak akan bisa keluar dari Kota Guno secara hidup-hidup.Callis
Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju
Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m
Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang
Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]
"Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal
Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si
"Apa artinya tidak ada foto?"Raungan terdengar dari sebuah vila kecil di Kota Sakata."Bukankah kemarin kamu telah mengatakan berhasil melacak pelacur itu? Bagaimana bisa tidak ada fotonya?"Jessica berbicara dengan suara serak pada ponselnya.Suara samar seorang detektif swasta datang dari pengeras suara, "Hmm, setelahnya kami kehilangan titik keberadaannya, jadi tidak bisa mengambil fotonya," kata detektif itu berusaha menjelaskan. "Baru-baru ini, kami memiliki terlalu banyak menerima tawaran juga. Jadi tidak ada waktu untuk melakukan ini lagi, Anda bisa mencari tempat lain saja.""Toot toot!" suara telepon dimatikan."Hei? Hei!" teriak Jessica.Melihat orang itu benar-benar menutup teleponnya, Jessica hampir menjadi gila.Sejak Jessica diusir dari Keluarga Davis, dia telah berubah dari status setengah putri di Keluarga Davis menjadi seorang gadis yatim piatu yang bukan apa-apa.Jessica merasa telah menjadi bahan tertawaan kalangan kelas atas di Kota Sakata.Bahkan Edbert, yang sela
"Tak kusangka, Callista, kamu masih memiliki hubungan dengan Keluarga Lopez."Suzy mengambil sepotong kecil makanan penutup dan memandang Callista yang berada di sisi berlawanan sambil tersenyum.Callista berhenti mengunyah dan dia menyesap es buah untuk menekan rasa manis di mulutnya."Kak Suzy memang pandai bercanda, Keluarga Lopez jauh di Kota Guno. Mana mungkin, aku akan ada hubungannya dengan Keluarga Lopez," ucap Callista."Benar juga," ucap Suzy.Suzy melihat ekspresi Callista seperti biasa, dia beralih berbicara dari sisi lainnya."Sepertinya, Wendry telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, jadi membuatmu harus mengeluarkan uang untuk menyumpalnya," ujar Suzy penasaran.Karena Callista telah membiarkan Suzy bertindak, keberadaan uang itu tentu saja tidak dapat disembunyikan darinya.Callista memilih alasan yang masuk akal, "Keluarga Garcia bekerja sama dengan Gedung NYC milik Kak Christian. Kebetulan, Wendry melihatku keluar masuk sana sebelumnya, kalau sampai hal ini menyeba
Mendengar ini, Callista tertegun sejenak.Beberapa kata ingin diucapkan, tetapi tanpa status, semuanya kembali ditahan olehnya.Callista sambil tersenyum ringan berujar, "Baiklah, Tuan Jason. Berhati-hati di jalan, ya." Melihat wajah Callista terlihat seperti biasa, Jason berseloroh langsung, "Ya, nanti ingat kirim sms, kalau tubuhmu sudah mulai nyaman." Kalimat yang terdengar bercanda, malah seperti baskom berisi air dingin yang turun menyirami Callista.Kata-kata ini secara terbuka memberi tahu inti dari hubungan mereka, hanyalah sebatas untuk memuaskan nafsu semata dan bukan atas dasar cinta.Callista menelan emosi di tenggorokannya, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Baik, aku juga berharap Tuan Jason bersenang-senang malam ini." "..."Kekuatan yang menekan sudut bibir Callista sepertinya berbobot seribu kilogram. Semuanya runtuh, begitu pintu kamar itu tertutup.Semangkuk sup di atas meja yang sebelumnya, dia merasa sangat nikmat. Kini, terasa dingin dan kental, juga terlihat s