Selimut itu disematkan di pinggangnya yang ramping. Otot yang bergerak disertai naik turunnya napas, menambah gairah di malam yang gelap.Jason tidak bergerak, dia membuka kelopak mata untuk melihatnya, suaranya terdengar serak karena terbangun."Aku terbangun karena kamu."Callista tercengang, tidak berani mengatakan bahwa dia ingin melarikan diri, dengan tersenyum dan berkata, "Aku ingin ke kamar mandi, takut membangunkan Tuan Jason.""Oh?"Callista tanpa sadar menelan ludah saat mendengar suara meninggi di akhir kalimat.Jason menutup matanya dan mengerutkan bibirnya, "Kupikir aku tidak melayanimu dengan baik sehingga membuat kamu melakukannya sendiri."Telinganya terasa panas, Callista berkata, "Sebenarnya, aku tidak terlalu ingin ke kamar mandi, sudah terlalu larut. Ayo tidur."“Aku ingin tidur, tetapi sepertinya kamu tidak mau.”Callista tahu bahwa dia tidak bisa menyembunyikan darinya sehingga dia mengatakan yang sebenarnya."Edbert sudah mengetahuinya. Kalau dia memergokiku tid
Callista belum sempat bereaksi, lengannya diseret keluar dari mobil.Lalu dia ditampar lagi, "Kurang ajar kamu!"Ketika Peter Wijaya keluar dari mobil, dia melihat Callista ditampar oleh seorang pria, Peter menjadi marah.Peter datang menghampiri dan menendangnya, "Tuan, anda kurang ajar telah memukul wanita, tidak punya ibu, ‘kah!” Edbert telah tertangkap basah hingga dia mundur beberapa langkah, nyaris hampir mengenai kebun bunga."Nona Callista, kamu baik-baik saja, ‘kan?"Peter yang peduli dengan Callista tidak mengetahui siapa yang dia tendang.Melihat tanda jari di wajah Callista, mereka semua menjadi mati rasa.Jason memintanya untuk membawa Callista pulang dengan selamat, Tetapi wajah Callista telah ditampar, nantinya Jason tidak bisa mencari tahu penyebabnya.Namun, Peter tidak bisa disalahkan, dia juga tidak tahu dari mana datang orang gila ini yang langsung memukuli orang.Hei, tunggu, apakah orang gila ini...Saat dia memikirkannya, kerah bajunya ditarik naik."Kamu beran
Rambut Edbert berantakan dan keringat menetes di pelipisnya.Dia pun dapat melihat bahwa meskipun Peter adalah seorang preman, boleh dikatakan dia masih memiliki Teknik bertarung yang cukup baik. Kalau diteruskan, tidak akan mendapatkan apa pun malah akan membuat Edbert terlihat bodoh saja.Edbert menyeka keringatnya dan menatap tajam ke arah Callista, "Aku akan menanganimu saat pulang nanti!"Melihat penampakan Edbert yang tidak baik, Peter merasa khawatir.“Nona Callista, dia tidak akan mempersulit dirimu, ‘kan? Bagaimana kalau sebaiknya aku membawamu kembali ke Paviliun Marlion?”Callista menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu, dapat bersembunyi sementara, tidak berarti akan bisa bersembunyi selamanya. Pada akhirnya ini tetap harus diselesaikan. Ini menjadi merepotkanmu""Hey, tidak apa-apa. Lagipula aku pun tidak terluka."Peter menepuk-nepuk debu di kakinya dan berkata, "Aku akan berjaga di bawah, jika terjadi sesuatu, teleponlah aku."Melihat Callista hendak menolak, Peter menamba
Waktu pun terus berjalan. Wajah Callista tampak tenang, tetapi dia mengepal tangannya karena gelisah.Kalau Edbert bersikeras ingin membatalkan pertunangan mereka, Callista akan berada dalam masalah besar.Dalam keadaan seperti ini, Callista makin tidak boleh terlihat takut. Setelah mengetahui dia tidak ingin membatalkan pertunangan, Edbert pasti akan membatalkan pertunangan itu tanpa ragu-ragu.Setelah beberapa waktu, akhirnya Edbert berbicara.Edbert menghina dan berkata, "Tidak salah. Aku pasti tidak akan menikahi wanita yang sudah dimainkan oleh pria lain sepertimu."Callista mulai merasa tegang.Apakah sudah gagal?"Tapi, aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja! Kamu harus menunggu sampai aku ingin membatalkan pertunangan kita, baru kita bisa berpisah!"Callista pun merasa lega mendengarnya.Selama ada waktu, pasti Callista dapat menemukan jalan keluar.Callista mengangguk kepalanya dengan tenang, "Baiklah."Callista sangat puas dengan keputusan ini. Callista tidak ingin ber
Jason tertawa, lalu berkata dengan suara yang rendah, "Kalau kamu berani mengangkat teleponku, tandanya kamu sudah berhasil membujuk adikku."Callista menerka, pasti Peter yang sudah memberitahukan semua pada Jason. Callista menahan ponsel dengan bahunya, lalu duduk di meja rias dekat jendela kamarnya. Dia pun mengeluh pada Jason sambil melepaskan anting-antingnya."Tidak semudah itu. Aku hanya mengelabuinya untuk sementara waktu.""Heh."Terdengar suara terkekeh."Setelah Edbert melihat kamu berselingkuh dan diantar oleh pria lain, kamu masih bisa membodohinya. Kamu sangat pandai membujuk orang."Gerakan Callista terhenti. Dia merasa ada bahaya, lalu bergumam, "Bagus dari mana? Kalau aku pandai membujuk orang, aku pasti tidak akan membuat Tuan Jason kesal."Keluhan Callista yang terucap dengan manja itu terdengar melalui ponsel."Jadi, kamu menyalahkan aku yang sulit dibujuk?"Callista mengakui hal itu dalam hatinya, tetapi dia tentu tidak berani mengatakannya secara langsung. Callist
"Bukankah sudah pernah kukatakan? Kalau kerjamu bagus, aku akan melindungimu."Jason merendahkan suaranya, lalu berkata dengan nada menggoda, "Kerjamu malam ini sangat baik."Suaranya yang rendah itu membuat Callista terngiang-ngiang di tengah malam ini. Jarak mereka berdua berjauhan. Akan tetapi, Callista dapat merasakan kalau mereka sangat berdekatan, bahkan lebih dekat daripada kemesraan mereka yang membara tadi.Pipi Callista memanas dan dia bergumam, "Bisakah kamu lebih bersikap sepantasnya?""Aku ada sesuatu yang lebih tidak pantas, maukah kamu turun dan dengarkan?"Jason melangkah maju dan menatap Callista dengan nakal.Jantung Callista mulai berbedar kencang, tetapi dia masih dapat berpikir dengan jernih."Edbert berada di ruangan seberang. Kalau aku berjalan keluar, aku khawatir dia akan mendengarnya ….""Kalau begitu, lompat saja ke bawah. Aku akan menangkapmu."Selesai mengatakannya, Jason pun merentangkan tangannya.Callista spontan melihat ke luar jendela. Dia berada di la
Setelah Jessica menyangkal, dia berpikir dengan cepat dan berkata dengan wajah sedih, "Aku sudah membelikan sarapan dan ingin memanggilmu turun untuk makan bersama. Hanya saja, aku takut akan membangunkanmu. Tak kusangka, kakak akan memukulku dengan jam beker."Ketika Jessica berbicara, suara Edbert terdengar dari luar."Kenapa pagi-pagi begini ribut sekali?"Edbert sepertinya tidak cukup tidur, rambutnya berantakan dan matanya merah.Begitu Edbert melihat Jessica, dia sedikit terkejut."Jessica? Kenapa kamu datang kemari?"Jessica mengabaikan Callista, lalu berjalan menuju Edbert, "Maaf, Kak Edbert. Aku datang kemari membawakan sarapan. Apakah kamu terbangun karena aku?"Melihat wajah Jessica yang sedih, kemarahan Edbert pun mereda."Tidak apa-apa. Kamu sudah sakit flu beberapa hari ini, untuk apa repot-repot …."Tiba-tiba Edbert melihat dahi Jessica yang merah dan bertanya, "Ada apa denganmu?"Jessica menangis dan menatap Callista di tempat tidur dengan hati-hati."Kak Callista tidak
Callista sejenak tertegun. Sebelumnya ketika ada tamu, Nyonya Garcia akan menyuruh Callista untuk menunggu di luar.Lagipula, Callista bukanlah anggota Keluarga Garcia yang sebenarnya, jadi Nyonya Garcia pun merasa waspada terhadap Callista.Namun, ketika Callista ingin memasuki ruangan, dia tidak dihentikan oleh para pelayan. Mereka pun mengizinkan Callista masuk ke dalam.Memikirkan hal ini membuat Callista sadar kalau tamu yang datang ini ada hubungan dengan dirinya.Tanpa izin Nyonya Garcia, Callista tidak dapat berinteraksi dengan para tamu, bahkan dia tidak dapat menemui tamu tersebut."Ibu."Callista menganggukkan kepala dan menyapa."Ya."Nyonya Garcia menjawab dengan tenang, "Ini Tuan Christian Chandra. Ayo, sapa Tuan Christian."Mengikuti arahan Nyonya Garcia, Callista pun memberanikan diri untuk melihat tamu yang sedang duduk di sofa.Seorang pria berusia sekitar tiga puluhan, dia juga mengenakan jaket berkulit harimau.Mata pria itu sayu. Tatapannya sangat seram dan juga ta
Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju
Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m
Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang
Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]
"Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal
Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si
"Apa artinya tidak ada foto?"Raungan terdengar dari sebuah vila kecil di Kota Sakata."Bukankah kemarin kamu telah mengatakan berhasil melacak pelacur itu? Bagaimana bisa tidak ada fotonya?"Jessica berbicara dengan suara serak pada ponselnya.Suara samar seorang detektif swasta datang dari pengeras suara, "Hmm, setelahnya kami kehilangan titik keberadaannya, jadi tidak bisa mengambil fotonya," kata detektif itu berusaha menjelaskan. "Baru-baru ini, kami memiliki terlalu banyak menerima tawaran juga. Jadi tidak ada waktu untuk melakukan ini lagi, Anda bisa mencari tempat lain saja.""Toot toot!" suara telepon dimatikan."Hei? Hei!" teriak Jessica.Melihat orang itu benar-benar menutup teleponnya, Jessica hampir menjadi gila.Sejak Jessica diusir dari Keluarga Davis, dia telah berubah dari status setengah putri di Keluarga Davis menjadi seorang gadis yatim piatu yang bukan apa-apa.Jessica merasa telah menjadi bahan tertawaan kalangan kelas atas di Kota Sakata.Bahkan Edbert, yang sela
"Tak kusangka, Callista, kamu masih memiliki hubungan dengan Keluarga Lopez."Suzy mengambil sepotong kecil makanan penutup dan memandang Callista yang berada di sisi berlawanan sambil tersenyum.Callista berhenti mengunyah dan dia menyesap es buah untuk menekan rasa manis di mulutnya."Kak Suzy memang pandai bercanda, Keluarga Lopez jauh di Kota Guno. Mana mungkin, aku akan ada hubungannya dengan Keluarga Lopez," ucap Callista."Benar juga," ucap Suzy.Suzy melihat ekspresi Callista seperti biasa, dia beralih berbicara dari sisi lainnya."Sepertinya, Wendry telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, jadi membuatmu harus mengeluarkan uang untuk menyumpalnya," ujar Suzy penasaran.Karena Callista telah membiarkan Suzy bertindak, keberadaan uang itu tentu saja tidak dapat disembunyikan darinya.Callista memilih alasan yang masuk akal, "Keluarga Garcia bekerja sama dengan Gedung NYC milik Kak Christian. Kebetulan, Wendry melihatku keluar masuk sana sebelumnya, kalau sampai hal ini menyeba
Mendengar ini, Callista tertegun sejenak.Beberapa kata ingin diucapkan, tetapi tanpa status, semuanya kembali ditahan olehnya.Callista sambil tersenyum ringan berujar, "Baiklah, Tuan Jason. Berhati-hati di jalan, ya." Melihat wajah Callista terlihat seperti biasa, Jason berseloroh langsung, "Ya, nanti ingat kirim sms, kalau tubuhmu sudah mulai nyaman." Kalimat yang terdengar bercanda, malah seperti baskom berisi air dingin yang turun menyirami Callista.Kata-kata ini secara terbuka memberi tahu inti dari hubungan mereka, hanyalah sebatas untuk memuaskan nafsu semata dan bukan atas dasar cinta.Callista menelan emosi di tenggorokannya, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Baik, aku juga berharap Tuan Jason bersenang-senang malam ini." "..."Kekuatan yang menekan sudut bibir Callista sepertinya berbobot seribu kilogram. Semuanya runtuh, begitu pintu kamar itu tertutup.Semangkuk sup di atas meja yang sebelumnya, dia merasa sangat nikmat. Kini, terasa dingin dan kental, juga terlihat s