Setelah Jessica menyangkal, dia berpikir dengan cepat dan berkata dengan wajah sedih, "Aku sudah membelikan sarapan dan ingin memanggilmu turun untuk makan bersama. Hanya saja, aku takut akan membangunkanmu. Tak kusangka, kakak akan memukulku dengan jam beker."Ketika Jessica berbicara, suara Edbert terdengar dari luar."Kenapa pagi-pagi begini ribut sekali?"Edbert sepertinya tidak cukup tidur, rambutnya berantakan dan matanya merah.Begitu Edbert melihat Jessica, dia sedikit terkejut."Jessica? Kenapa kamu datang kemari?"Jessica mengabaikan Callista, lalu berjalan menuju Edbert, "Maaf, Kak Edbert. Aku datang kemari membawakan sarapan. Apakah kamu terbangun karena aku?"Melihat wajah Jessica yang sedih, kemarahan Edbert pun mereda."Tidak apa-apa. Kamu sudah sakit flu beberapa hari ini, untuk apa repot-repot …."Tiba-tiba Edbert melihat dahi Jessica yang merah dan bertanya, "Ada apa denganmu?"Jessica menangis dan menatap Callista di tempat tidur dengan hati-hati."Kak Callista tidak
Callista sejenak tertegun. Sebelumnya ketika ada tamu, Nyonya Garcia akan menyuruh Callista untuk menunggu di luar.Lagipula, Callista bukanlah anggota Keluarga Garcia yang sebenarnya, jadi Nyonya Garcia pun merasa waspada terhadap Callista.Namun, ketika Callista ingin memasuki ruangan, dia tidak dihentikan oleh para pelayan. Mereka pun mengizinkan Callista masuk ke dalam.Memikirkan hal ini membuat Callista sadar kalau tamu yang datang ini ada hubungan dengan dirinya.Tanpa izin Nyonya Garcia, Callista tidak dapat berinteraksi dengan para tamu, bahkan dia tidak dapat menemui tamu tersebut."Ibu."Callista menganggukkan kepala dan menyapa."Ya."Nyonya Garcia menjawab dengan tenang, "Ini Tuan Christian Chandra. Ayo, sapa Tuan Christian."Mengikuti arahan Nyonya Garcia, Callista pun memberanikan diri untuk melihat tamu yang sedang duduk di sofa.Seorang pria berusia sekitar tiga puluhan, dia juga mengenakan jaket berkulit harimau.Mata pria itu sayu. Tatapannya sangat seram dan juga ta
Lusianti terhenti, dengan berhati-hati berkata, “Christian Chandra sama Tuan Jason sama-sama menjalankan bisnis gelap.”Dalam perkataan Lusianti, Christian ini sangat sukses pada beberapa tahun sebelumnya.Waktu itu Christian bersama dua kakaknya hampir memonopoli semua bisnis gelap di Kota Sakata.Sampai Jason muncul.Awalnya Christian dan dua kakaknya ingin memonopoli bisnis Jason, tetapi Jason berbeda dengan orang yang mereka hadapi sebelumnya.Bisnis kedua kakak Christian tidak dapat bertahan menghadapi taktik Jason. Christian juga tidak berdaya melihat wilayah kekuasaannya sedikit demi sedikit diambil.Popularitas Jason semakin meningkat beberapa tahun ini, kekuasaan Christian semakin kecil.Sekarang hanya dapat mengambil wilayah yang tidak diinginkan Jason.Callista mengerti setelah mendengar ini.Mungkin awalnya Nyonya Garcia tertarik dengan kehebatan Christian baru berhubungan dengannya.Akan tetapi seiring berjalannya waktu, orang yang ingin Nyonya Garcia sekarang adalah Jason
Jika menyangkut masalah keluarga, tidak ada yang bisa tetap tenang.Dia jelas tahu kalau Nyonya Garcia melakukannya dengan sengaja, tapi Callista tetap saja masih disetir olehnya.“Kakak, ada apa dengannya?”Callista merasa cemas dan panik, tapi Nyonya Garcia tetap tidak peduli dan malah mengambil dan menyesap tehnya.Nyonya Garcia mengerutkan keningnya, lalu menoleh ke arah pelayan dan berkata, “Teh ini sudah dingin, ganti dengan yang baru.”Sampai pelayan tersebut kembali dengan membawa teh baru, Nyonya Garcia sama sekali tidak menatapnya.Callista yang didiamkan olehnya pun menghela napas dalam-dalam dan menundukkan kepalanya.“Maaf Bu, aku telah bersikap tidak sopan tadi.”Mendengar gumanannya yang pelan, Nyonya Garcia baru mengarahkan kembali pandangannya kepadanya.“Kamu harusnya tahu, tanpa diriku, tanpa Keluarga Garcia, jangankan tubuhmu ini, bahkan nyawamu juga tidak ada. Apalagi untuk memilih apa yang kamu inginkan dan apa yang tidak kamu inginkan.”Setelah mendengar hal ini,
Jason melirik pria yang ada di hadapannya dengan tidak yakin, meskipun pria itu berusaha untuk tersenyum, ada kebencian mendalam di balik matanya.Kebencian ini bukannya membuatnya makin waspada, tetapi malah membuatnya makin bersemangat. Benci adalah emosi yang luar biasa.Christian yang ditatap seperti itu oleh Jason langsung merinding, pikiran untuk membunuh Jason di wilayahnya sendiri jadi menciut.Biasanya, orang-orang akan membawa senjata lengkap saat datang ke tempat musuh. Kalaupun tidak, mereka juga akan datang dengan membawa beberapa anggotanya. Namun Jason hanya datang dengan membawa Rudy.Apakah karena Jason terlalu percaya diri, ataukah karena dia tidak menganggap Christian sama sekali.Persepsi semacam ini membuat Christian makin membenci Jason. Dia menyipitkan matanya untuk mencegah agar Jason melihat niat membunuh yang tersembunyi di matanya.“Tuan Jason, karena Anda sudah susah-payah datang ke sini, bagaimana kalau Anda mengganti selera dan bersenang-senang di tempatk
Christian melambaikan tangannya dengan kesal, dia memberi isyarat kepada pelayan tersebut untuk menyingkir terlebih dahulu dan menunggu sampai Jason pergi.Namun siapa yang menyangka, Jason yang tadinya sudah mau pergi malah berbalik dan berkata, “Kali ini, memang tidak mudah bagiku untuk datang ke sini. Karena itu, mohon bantuan dan pelayanan dari Kak Christian.”Christian tertegun sejenak, dia benar-benar tidak menyangka kalau Jason benar-benar akan tinggal.Setelah bereaksi selama beberapa detik, dia baru memaksakan senyumannya dan berkata, "Hahaha, tentu saja.”“Baru-baru ini, Saya punya gadis-gadis baru yang sangat menawan. Saya akan memanggil mereka untuk menemani Tuan Jason.”Jason mengangkat alis matanya dan berbicara dengan nada yang datar, “Apakah kamu pikir, aku kekurangan wanita seperti itu?” ‘Kalau tidak kekurangan wanita, untuk apa datang ke sini,’ pikir Christian dengan emosi.Christian tiba-tiba teringat dengan Keluarga Garcia yang baru-baru ini ingin menggunakan Lusia
Wajah Callista langsung memucat, tangannya yang ada di kedua sisi tubuhnya mengepal dengan erat.Christian mengira kalau Jason membenci Callista. Dia pun menarik Callista ke dalam pelukannya tanpa sungkan, lalu memerintahkan Lusianti untuk menemaninya.“Lusianti, cepat temani Tuan Jason!”Ketika pinggangnya dipeluk oleh Christian, tubuhnya langsung menegang, dia tanpa sadar melihat ke arah Jason.Jason membuka kedua kancing bajunya, lalu duduk di sofa. Dia tidak melihat Callista dan malah melirik ke arah Lusianti dan berkata, “Apakah kamu tuli?”Kondisi seperti ini membuat Lusianti merasa sedikit canggung, dia melangkah maju dan dengan gagap berkata, “Tuan Jason.”Jason menyapukan pandangannya ke arah wajahnya yang pemalu, lalu ke arah samping tubuhnya dan melihat Callista yang sedang dipeluk oleh Christian.Wanita itu sama lembutnya saat berada di samping laki-laki lain, lehernya tertunduk rendah, siap untuk dimanfaatkan orang lain. Wanita lemah lembut dan penuh perhatian yang perna
Christian tidak pernah memperlakukan wanita sebagai manusia. Apalagi saat hatinya dipenuhi dengan api kemarahan.Setelah bekerja keras sekian lama, semua uangnya terbuang dengan sia-sia. Dia bahkan masih dipermainkan oleh Jason. Ditambah dengan Keluarga Garcia yang langsung mendepaknya setelah mencapai tujuannya. Ini membuatnya semakin kesal pada Callista.Melihatnya yang hanya diam saja, Christian pun langsung menarik rambut Callista yang lurus.Dia menamparnya dua kali dan berkata dengan marah, “Dasar jalang, apakah kamu sudah mati? Cepat lakukan yang aku perintahkan!”“Weng Weng” Telinga Callista berdengung, pipinya terasa sangat panas.Pria ini sangat berbeda dengan Jason, dia memukulnya dengan sangat keras.Jason juga sering menggodanya, tetapi tidak pernah menghina dirinya seperti ini.Rambutnya ditarik hingga kesakitan, dia tidak bisa berpikir apa-apa.Rasa sakit memicu refleksnya, tangan Callista diam-diam mencengkeram hak tinggi sepatunya.Kepalanya terangkat, dia mengeluarka
Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju
Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m
Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang
Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]
"Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal
Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si
"Apa artinya tidak ada foto?"Raungan terdengar dari sebuah vila kecil di Kota Sakata."Bukankah kemarin kamu telah mengatakan berhasil melacak pelacur itu? Bagaimana bisa tidak ada fotonya?"Jessica berbicara dengan suara serak pada ponselnya.Suara samar seorang detektif swasta datang dari pengeras suara, "Hmm, setelahnya kami kehilangan titik keberadaannya, jadi tidak bisa mengambil fotonya," kata detektif itu berusaha menjelaskan. "Baru-baru ini, kami memiliki terlalu banyak menerima tawaran juga. Jadi tidak ada waktu untuk melakukan ini lagi, Anda bisa mencari tempat lain saja.""Toot toot!" suara telepon dimatikan."Hei? Hei!" teriak Jessica.Melihat orang itu benar-benar menutup teleponnya, Jessica hampir menjadi gila.Sejak Jessica diusir dari Keluarga Davis, dia telah berubah dari status setengah putri di Keluarga Davis menjadi seorang gadis yatim piatu yang bukan apa-apa.Jessica merasa telah menjadi bahan tertawaan kalangan kelas atas di Kota Sakata.Bahkan Edbert, yang sela
"Tak kusangka, Callista, kamu masih memiliki hubungan dengan Keluarga Lopez."Suzy mengambil sepotong kecil makanan penutup dan memandang Callista yang berada di sisi berlawanan sambil tersenyum.Callista berhenti mengunyah dan dia menyesap es buah untuk menekan rasa manis di mulutnya."Kak Suzy memang pandai bercanda, Keluarga Lopez jauh di Kota Guno. Mana mungkin, aku akan ada hubungannya dengan Keluarga Lopez," ucap Callista."Benar juga," ucap Suzy.Suzy melihat ekspresi Callista seperti biasa, dia beralih berbicara dari sisi lainnya."Sepertinya, Wendry telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, jadi membuatmu harus mengeluarkan uang untuk menyumpalnya," ujar Suzy penasaran.Karena Callista telah membiarkan Suzy bertindak, keberadaan uang itu tentu saja tidak dapat disembunyikan darinya.Callista memilih alasan yang masuk akal, "Keluarga Garcia bekerja sama dengan Gedung NYC milik Kak Christian. Kebetulan, Wendry melihatku keluar masuk sana sebelumnya, kalau sampai hal ini menyeba
Mendengar ini, Callista tertegun sejenak.Beberapa kata ingin diucapkan, tetapi tanpa status, semuanya kembali ditahan olehnya.Callista sambil tersenyum ringan berujar, "Baiklah, Tuan Jason. Berhati-hati di jalan, ya." Melihat wajah Callista terlihat seperti biasa, Jason berseloroh langsung, "Ya, nanti ingat kirim sms, kalau tubuhmu sudah mulai nyaman." Kalimat yang terdengar bercanda, malah seperti baskom berisi air dingin yang turun menyirami Callista.Kata-kata ini secara terbuka memberi tahu inti dari hubungan mereka, hanyalah sebatas untuk memuaskan nafsu semata dan bukan atas dasar cinta.Callista menelan emosi di tenggorokannya, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Baik, aku juga berharap Tuan Jason bersenang-senang malam ini." "..."Kekuatan yang menekan sudut bibir Callista sepertinya berbobot seribu kilogram. Semuanya runtuh, begitu pintu kamar itu tertutup.Semangkuk sup di atas meja yang sebelumnya, dia merasa sangat nikmat. Kini, terasa dingin dan kental, juga terlihat s