Saat keluar dari mobil, Callista menundukkan kepalanya dan berusaha untuk tidak menatap mata Jason."Kak Jason."Suara Edbert terdengar lirih, bahkan terkesan kecil di tempat parkir yang kosong.Jason menjepit rokok disela jari-jarinya, dia tampak tersenyum dan berkata, "Edbert, bukankah setelah mengantar adik ipar pulang akan kembali ke Sunsity untuk balik bekerja, kenapa malah membolos?"Seperti pada umumnya kalangan anak muda yang tertangkap basah saat membolos kerja, ekspresi Edbert tidak bisa lagi mengamuk seperti tadi, dia tergagap-gagap untuk menjelaskan."Ah! Ini Callista yang bilang dia lapar dan memintaku menemaninya makan siang."Pandangan Jason langsung tertuju pada Callista, "Benarkah begitu, Callista?"Callista tidak ingin banyak bicara, hanya menganggukkan kepalanya.Sementara Jason melihat Callista, Edbert juga mengamati Jason, kecurigaan di matanya makin meningkat.Suasana di antara mereka terkesan aneh, Gilbert terpaksa bertindak untuk menjernihkan suasana."Tempat pa
Mendengar kata pujian, Lusianti memasang raut wajah yang bahagia dan suaranya menjadi lebih lembut."Terima kasih Tuan Jason atas pujiannya."Mendadak sebuah nada sarkasme terdengar, "Bukankah Keluarga Garcia itu terbaik dalam melayani orang?"Penghinaan di mata Edbert tidak disembunyikan.Wajah Lusianti memucat dan merasa malu untuk berbicara."Teknikku dalam melayani orang juga bagus, aku akan memberikan piring ini kepada Nona Lusianti saja." Gilbert tersenyum dan memberikan siput panggang yang baru saja dia potong ke hadapan Lusianti.Lusianti tersenyum penuh terima kasih dan berucap, "Terima kasih, Tuan Gilbert.""Kami semua seumuran, jadi jangan panggil tuan, panggil nama saja." Setelah melewati beberapa obrolan ringan, suasananya kembali pulih.Edbert tidak jelas dengan siapa sedang marah, dia memotong makanan di piring dengan keras, tetapi tidak makan satu gigitan pun.Callista tahu Edbert ingin mencemooh Keluarga Garcia dan dirinya, tetapi Edbert tidak berhasil, jadi dia seda
Alis Edbert berkerut semakin mengencang. Julia selalu berharap Miriam-lah yang menjadi menantunya, jika Miriam yang menjadi menantunya, hal yang akan dia lakukan adalah membuka kedok Jessica.Walaupun bukan Miriam, putri dari keluarga bangsawan lainnya juga tidak akan ada yang bisa patuh.Oleh karena itulah, kenapa dia lebih memilih Keluarga Garcia yaitu Callista. Dia harus memikirkan masa depannya dengan Jessica.Karena sudah ketebak isi hatinya, Edbert pun tertawa dingin dan berkata, "Jadi, maksudmu aku harus mengampunimu begitu saja? Jangan bermimpi!""Aku tidak memintamu mengampuniku, aku hanya ingin kamu mempertimbangkan untung ruginya saja, jika masalah diperbesar, maka tidak ada untungnya bagimu dan aku." jawab Callista.Edbert menatapnya beberapa detik dengan tatapan dingin, "Siapa pria liar itu?"Callista sudah menebak Edbert akan menanyakan pertanyaan ini, dia pun dengan tenang merapikan rambutnya lalu berkata, "Apa ada artinya lagi?""Benar atau tidak ...."Edbert menggigit
Wajah Edbert yang tadinya penuh amarah seketika mencair, bercampur dengan pandangan matanya yang terbenggong membuatnya terlihat sedikit bodoh."Peter? Bukan Jason, 'kah?""Tuan Jason?"Jessica tertegun, kemudian dia tertawa dan berkata, "Kak Edbert, apa yang kamu katakan. Tuan Jason mau wanita manapun, dia bisa mendapatkannya, mana mungkin dia suka dengan Kak Callista.""Apa begitu ...."Setelah mendengarkan penjelasan Jessica, Edbert mengerutkan keningnya, "Jadi, pria liar itu Peter?""Benar, aku melihatnya dua kali, itu memang Peter. Kak Callista bahkan pergi berbelanja dengannya."Jessica menyerahkan foto-foto yang diberikan detektif pribadinya pada Edbert untuk dilihat, tetapi dia menjelaskan bahwa foto itu hanya kebetulan difoto olehnya saja.Walaupun di dalam foto mereka tidak menunjukkan tindakan yang sangat dekat secara fisik, jejak-jejak yang ada di tubuh Callista sudah cukup mengisi otak Edbert .Edbert sedikit percaya karena adanya barang bukti foto.Seperti yang Jessica ka
Untung Gilbert datang tepat pada waktunya sehingga Edbert belum sempat melakukan sesuatu pada Callista.Kalau Callista sekarang dalam kondisi normal, pasti akan menjelaskannya.Bagaimanapun juga dia telah berjanji dengan Jason tidak akan membiarkan Edbert menyentuhnya selama dia menjadi kekasihnya Jason.Karena Callista baru saja mengalami "Insiden perselingkuhan" yang cukup menguras tenaga dan pikirannya.Menghadapi Jason sebagai pelaku utamanya, dia benar-benar tidak bisa merasa tidak kesal.Belum lagi, saat dia ketakutan demi mempertahankan hidupnya, Jason malah menikmati pelayanan yang diberikan Lusianti, dia sama sekali tidak memedulikan hidup matinya.Kekesalan menumpuk, Callista pun tidak bisa menahannya lagi."Tuan Jason memaksaku masuk ke dalam mobil, apakah Kak Lusianti juga tidak bisa melayani kamu dengan baik dan kamu merasa tidak puas?"Jason merasa sedikit terkejut karena sikap Callista, lalu dia merenungkan kembali."Heh, Kemampuan membantah kamu makin cekatan?"Jason me
Melirik ke arah mobil yang belum menyala, Jason berkata dengan santai, "Belum. Sepertinya dia akan datang."Callista hampir menangis.Cukup sulit baginya untuk hari ini menghadapi Edbert Davis, dia benar-benar tidak ingin melakukannya lagi.Dia melunakkan sikapnya dan memohon, "Tuan Jason, bisakah anda menyuruhnya untuk pergi?""Mohon padaku?""Tolonglah!""Kedengarannya tidak tulus."Tangan Callista yang merangkul Jason dicubit dengan keras, "Lagi pula, aku tidak ingin membantu orang yang mengingkari janjinya.""Aku tidak!"Permasalahan sudah sampai tahap ini, terpaksa Callista mengatakan yang sebenarnya, "Edbert dan aku tidak melakukan apa pun.""Ah, benarkah?" Jawab Jason.Perasaan Callista menjadi sangat cemas karena tidak bisa melihat jelas situasinya. Bahkan dia merasakan kalau Lusianti Garcia sudah berada di sampingnya. Dalam hitungan detik, Lusianti akan muncul di hadapannya. Callista berkata tanpa berpikir lagi, "Kalau tidak percaya, kamu boleh memeriksanya!"Mata Jason menunj
Pemeriksaan selanjutnya sungguh di luar dugaan, begitu memalukan hingga Callista berharap dia mati saja.Berpikir semuanya telah berakhir, tidak disangka Jason membawanya masuk ke dalam kamar mandi lagi.Bagian-bagian yang tidak pantas, dibersihkan satu per satu.Kekuatan yang tidak ada hubungannya dengan kelembutan, lebih seperti hukuman dan penyiksaan.Di dalam kamar mandi, uap air memenuhi cermin berlapis-lapis hingga tak bisa lagi menahannya.Tetesan air yang berasal dari uap perlahan mengalir di cermin setetes demi setetes.Dari pinggir bak mandi, air menyembur deras seperti air banjir.Tanpa henti.[Ngunggg]Suara pengering rambut masih terdengar di telinga Callista.Callista yang tersadar dari pingsan, terbangun oleh suara dengungan yang mengganggu.Akhirnya Callista bisa berbaring di atas tempat tidur. Lelah dan ngantuk, sama sekali tidak ingin diganggu.Dia menyembunyikan kepalanya di bawah bantal dan bergumam, ‘Jangan berisik.’Bantal tersebut mengurangi kebisingan. Ketika k
Selimut itu disematkan di pinggangnya yang ramping. Otot yang bergerak disertai naik turunnya napas, menambah gairah di malam yang gelap.Jason tidak bergerak, dia membuka kelopak mata untuk melihatnya, suaranya terdengar serak karena terbangun."Aku terbangun karena kamu."Callista tercengang, tidak berani mengatakan bahwa dia ingin melarikan diri, dengan tersenyum dan berkata, "Aku ingin ke kamar mandi, takut membangunkan Tuan Jason.""Oh?"Callista tanpa sadar menelan ludah saat mendengar suara meninggi di akhir kalimat.Jason menutup matanya dan mengerutkan bibirnya, "Kupikir aku tidak melayanimu dengan baik sehingga membuat kamu melakukannya sendiri."Telinganya terasa panas, Callista berkata, "Sebenarnya, aku tidak terlalu ingin ke kamar mandi, sudah terlalu larut. Ayo tidur."“Aku ingin tidur, tetapi sepertinya kamu tidak mau.”Callista tahu bahwa dia tidak bisa menyembunyikan darinya sehingga dia mengatakan yang sebenarnya."Edbert sudah mengetahuinya. Kalau dia memergokiku tid
Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju
Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m
Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang
Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]
"Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal
Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si
"Apa artinya tidak ada foto?"Raungan terdengar dari sebuah vila kecil di Kota Sakata."Bukankah kemarin kamu telah mengatakan berhasil melacak pelacur itu? Bagaimana bisa tidak ada fotonya?"Jessica berbicara dengan suara serak pada ponselnya.Suara samar seorang detektif swasta datang dari pengeras suara, "Hmm, setelahnya kami kehilangan titik keberadaannya, jadi tidak bisa mengambil fotonya," kata detektif itu berusaha menjelaskan. "Baru-baru ini, kami memiliki terlalu banyak menerima tawaran juga. Jadi tidak ada waktu untuk melakukan ini lagi, Anda bisa mencari tempat lain saja.""Toot toot!" suara telepon dimatikan."Hei? Hei!" teriak Jessica.Melihat orang itu benar-benar menutup teleponnya, Jessica hampir menjadi gila.Sejak Jessica diusir dari Keluarga Davis, dia telah berubah dari status setengah putri di Keluarga Davis menjadi seorang gadis yatim piatu yang bukan apa-apa.Jessica merasa telah menjadi bahan tertawaan kalangan kelas atas di Kota Sakata.Bahkan Edbert, yang sela
"Tak kusangka, Callista, kamu masih memiliki hubungan dengan Keluarga Lopez."Suzy mengambil sepotong kecil makanan penutup dan memandang Callista yang berada di sisi berlawanan sambil tersenyum.Callista berhenti mengunyah dan dia menyesap es buah untuk menekan rasa manis di mulutnya."Kak Suzy memang pandai bercanda, Keluarga Lopez jauh di Kota Guno. Mana mungkin, aku akan ada hubungannya dengan Keluarga Lopez," ucap Callista."Benar juga," ucap Suzy.Suzy melihat ekspresi Callista seperti biasa, dia beralih berbicara dari sisi lainnya."Sepertinya, Wendry telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, jadi membuatmu harus mengeluarkan uang untuk menyumpalnya," ujar Suzy penasaran.Karena Callista telah membiarkan Suzy bertindak, keberadaan uang itu tentu saja tidak dapat disembunyikan darinya.Callista memilih alasan yang masuk akal, "Keluarga Garcia bekerja sama dengan Gedung NYC milik Kak Christian. Kebetulan, Wendry melihatku keluar masuk sana sebelumnya, kalau sampai hal ini menyeba
Mendengar ini, Callista tertegun sejenak.Beberapa kata ingin diucapkan, tetapi tanpa status, semuanya kembali ditahan olehnya.Callista sambil tersenyum ringan berujar, "Baiklah, Tuan Jason. Berhati-hati di jalan, ya." Melihat wajah Callista terlihat seperti biasa, Jason berseloroh langsung, "Ya, nanti ingat kirim sms, kalau tubuhmu sudah mulai nyaman." Kalimat yang terdengar bercanda, malah seperti baskom berisi air dingin yang turun menyirami Callista.Kata-kata ini secara terbuka memberi tahu inti dari hubungan mereka, hanyalah sebatas untuk memuaskan nafsu semata dan bukan atas dasar cinta.Callista menelan emosi di tenggorokannya, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Baik, aku juga berharap Tuan Jason bersenang-senang malam ini." "..."Kekuatan yang menekan sudut bibir Callista sepertinya berbobot seribu kilogram. Semuanya runtuh, begitu pintu kamar itu tertutup.Semangkuk sup di atas meja yang sebelumnya, dia merasa sangat nikmat. Kini, terasa dingin dan kental, juga terlihat s