Abel Black duduk di kursi kebesarannya, dengan seringai kejam di wajahnya, sambil menggerakkan gelas sloki di tangannya. Tatapannya menatap lurus ke depan, penuh dengan kepuasan nyata. Rencana yang dia susun sudah berjalan dengan sempurna, tanpa cacat sama sekali.Abel Black mendapatkan informasi peluru berhasil bersarang ke dalam tubuh Shawn. Ada tiga peluru yang berhasil membuat Shawn tumbang. Kabar itu tentu membuatnya sangatlah bahagia dan senang.Abel membungkam keangkuhan Shawn dengan caranya. Dia menyukai cara ini agar Shawn tak bisa berkutik sama sekali. 1x24 jam adalah waktu di mana Abel Black meminta Shawn memberikan Ariel padanya. Abel yakin kali ini Shawn pasti tidak akan mengelak. Jika sampai Shawn tak menuruti keinginannya, maka dia akan bertindak lebih kejam lagi. Dia tidak pernah main-main dengan segala ancamannya.“Tuan…” Seorang asisten melangkah menghampiri Abel, dengan langkah kaki yang terburu-buru.Abel mengalihkan pandangannya, menatap sang asisten yang melangk
Suara alarm rumah sakit terdengar cukup keras. Shawn tersentak akan bunyi alarm. Empat pengawal berhamburan datang ke ruang rawat Shawn. Pun Jan mendatangi ruang rawat Shawn. Mereka siap siaga melindungi Tuan mereka.“Tuan! Kita harus keluar dari rumah sakit sekarang. Sepertinya ada yang membuat kekacauan.” Jan berseru panik.Napas Shawn memburu. Pria itu mengumpat kasar. Batas waktu sudah lewat. Tentu saja dia tak akan mungkin menyerahkan Ariel pada Abel Black. Dia akan mempertahankan kekasihnya sampai kapan pun.“Aku akan mencari Ariel. Kalian keluarlah. Periksa keamanan.” Shawn melepaskan infus di tangannya, dan mengambil ponselnya, turun dari ranjang.Jan melebarkan matanya terkejut melihat tindakan Shawn yang melepaskan infus di tangan. “Tuan, Anda belum sehat. Nanti Anda—”“Diamlah, Jan! Ini bukan waktunya kau memberikan nasihat! Aku harus mencari Ariel!” bentak Shawn penuh peringatan.Jan menunduk tak berani membantah Tuannya. “Baik, Tuan. Kami akan memeriksa kekacauan.”Tanpa
Jan bersamaan dengan pengawal Geovan membawa keluar pasien dan staff Orlando Hospital dari gedung tinggi Orlando Hospital. Mereka semua berkumpul di luar. Seluruh staff dilarang menghubungi polisi ataupun meminta bantuan FBI. Ariel sejak tadi berdiri di tempatnya sangat gelisah dan takut. Sedangkan Harmony yang sudah diberi tahu pada Ariel, tentang apa yang telah terjadi. Tentu saja, itu membuat Harmony terkejut.Harmony sampai memijat kepalanya akibat mendengar bahwa Orlando Hospital kemungkinan besar akan meledak. Fakta itu membuatnya terguncang panik. Bangunan mewah Orlando Hospital akan hancur lebur dalam beberapa menit lagi.“Harmony, aku harus melakukan sesuatu.” Ariel menyentuh tangan Harmony, menatap temannya itu.“Kau ingin melakukan apa, Ariel?” Harmony menatap Ariel.“Harmony, kau alihkan perhatian para pengawal Geovan. Aku ingin masuk ke dalam. Aku ingin melihat Shawn.” Ariel menatap Harmony dengan tatapan permohonan, meminta temannya untuk menolong dirinya.Ariel tidak b
“Ariel?” Harmony berlari, menghamburkan tubuhnya ke tubuh Ariel. Dia memeluk temannya itu dengan sangat erat. Tidak ingin terlepaskan sedikit pun. Pelukan erat hingga membuat Ariel rasanya sulit sekali bernapas.“Harmony, kau bisa membunuhku.” Ariel berucap susah payah di kala Harmony memeluknya terlalu erat. Bayangkan saja, Harmony memeluknya terlalu erat, hingga membuatnya merasa seperti dicekik.“Oh, God! Maafkan aku, Ariel.” Harmony segera mengurai pelukan itu. “Aku terlalu senang melihatmu selamat. Aku pikir aku akan kehilanganmu.”Harmony sudah seperti orang gila menunggu Ariel. Bayangannya memikirkan bahwa terjadi sesuatu hal buruk pada temannya itu. Bom ada di halaman parkir Orlando Hospital. Jika meledak, sudah pasti Ariel dan Shawn akan mati.Ariel tersenyum mendengar kekhawatiran Harmony. Dia memeluk pinggang Shawn sambil berkata, “Shawn tidak akan membiarkanku mati.”Harmony mendesah lega sambil mengangguk. Dia tak mungkin lupa, pasti Shawn akan selalu memperjuangkan Ariel
“Berengsek! Kalian bodoh atau apa?! Kenapa kalian gagal!”Abel Black berteriak menggelegar pada para pengawalnya. Dia murka mendengar bom yang dia kirim berhasil dijinakan. Padahal dia sudah meminta orang suruhannya, meletakan bom yang tak mudah dijinakan. Tapi malah dia mendapatkan laporan bahwa bom itu berhasil dijinakan. Itu yang membuatnya sekarang marah besar. Ditambah pengawalnya pun gagal menculik Ariel. Harusnya hari ini Abel Black tertawa puas, tapi sayangnya alih-alih tertawa, malah dia marah besar.Para pengawal menundukkan kepala, belum berani melihat Tuan mereka. “Maafkan kami, Tuan. Anak buah Geovan sempat gagal menjinakan bom. Tapi—”“Tapi apa?!” bentak Abel kehabisan kesabaran.“T-tapi Geovan mendapatkan bantuan, Tuan. Sepertinya orang itu sangat mengerti seluk beluk senjata.” Salah satu pengawal menjawab dengan nada ketakutan.Semua pengawal tak ada yang tidak takut melihat kemarahan Tuan mereka. Semunya menciut ketakutan, karena rencana matang yang sudah disiapkan te
Yuval mengembuskan napas kasar seraya memejamkan mata singkat, di kala mendengar ucapan Abel Black. Ya, Yuval sudah diceritakan tentang semuanya. Rencana yang sudah disusun kembali gagal, dan membuat kemarahan dalam diri Abel Black. Berbagai macam umpatan kasar lolos di bibir Abel Black.Yuval merasa disudutkan. Karena memang semua ini ulah putrinya yang kurang ajar, tak patuh padanya. Jika Ariel tidak nekat menjalin hubungan dengan Shawn Geovan, maka tidak akan seperti ini.“Kau tahu? Aku sudah muak sekali dengan Geovan!” bentak Abel Black. “Karena mereka, aku harus berurusan dengan FBI!”Abel Black terpaksa meminta bantuan pada FBI. Seluruh anak buahnya, tidak bisa menaklukan bom dikirimkan Geovan. Itu tmembuatnya terpaksa harus melibatkan FBI. Sialnya, dia harus mendapatkan sesi wawancara khusus dari FBI.Abel Black tak bisa menyebutkan bahwa yang meletakan bom itu adalah Geovan. Karena jika dia menyebutkan, maka pasti pihak Geovan akan memberi tahu yang sebenarnya. Hal tersebut ha
“Shawn, kau tetap tidak boleh banyak beraktivitas. Walaupun kau sudah pulih, tetap kau jangan dulu ke kantor. Aku tidak mau terjadi sesuatu hal buruk padamu.”Ariel berseru sambil menatap jengkel Shawn yang berkutat pada iPad-nya. Sekitar satu jam lalu, Shawn baru saja mendapatkan telepon dari Jan—yang memberi tahu bahwa ada meeting penting.Namun, detik itu juga Ariel langsung mengambil ponsel Shawn, memerikan perintah pada Jan untuk mencari Stanley atau Steve agar bisa menggantikan Shawn. Ya, Ariel begitu rewel meminta Shawn untuk tetap beristirahat.“Kau sudah mengalihkan meeting yang harus aku datangi, digantikan dengan Stanley dan Steve. Aku tidak akan sibuk. Aku hanya memeriksa sedikit laporan saja.” Shawn menjawab dengan tatapannya yang tak lepas menatap iPad-nya.Shawn kalah. Pria tampan itu tidak bisa ke mana pun, karena tak mendapatkan izin dari kekasih sekaligus dokternya. Mau tidak mau, dia harus menuruti perkataan Ariel. Jika tidak, maka masalah akan datang.Ariel sudah l
William mengumpulkan keempat anaknya setelah kejadian yang menimpa di Orlando Hospital. Beberapa cucunya datang, tapi ada juga yang tidak datang. Sean anak pertama William—yang merupakan ayah Shawn—memiliki empat orang anak. Selena anak keduanya memiliki empat orang anak. Miracle anak ketiganya memiliki tiga orang anak. Terakhir Dominic anak keempatnya memiliki tiga orang anak.Pesta diadakan di mansion William yang ada di kota Manhattan. Pesta pertemuan untuk memperkenalkan Ariel—kekasih Shawn. Pastinya baik Paman ataupun Bibi Shawn ingin tahu tentang sosok Ariel DiLaurentis—dokter bedah cantik—yang berhasil mengambil hati Shawn.Ya, malam itu Ariel tiba di mansion kakek dan nenek Shawn. Dia sudah disambut oleh Paman dan Bibi Shawn yang luar biasa tampan dan cantik. Semua Paman ataupun Bibi Shawn menyambut kedatangannya dengan ramah.Saat mendapatkan undangan makan malam, Ariel sudah seperti ingin berhenti bernapas. Apalagi dia mendengar Paman dan Bibi Shawn turut datang. Bohong rasa