Pertanyaan yang lolos di bibir Ariel, membuat suasana menjadi hening layaknya tengah berada di tengah hutan gelap. Kesunyian membentang. Lidah belum ada yang merangkai kata. Hanya tatapan mata saling beradu. Tatapan begitu dalam yang memiliki makna luas. Sejuknya tatapan itu seperti aliran sungai yang entah berhenti di mana. Yang pasti tatapan yang membawa kedamaian jiwa.Ariel masih menunggu jawaban dari Shawn. Manik mata cokelat terang wanita itu memberikan tatapan menuntut pada sang kekasih. Tatapan yang mengisyaratkan meminta kekasihnya itu untuk jujur tak menutupi apa pun.Ariel membutuhkan validasi yang kuat. Dia lelah hidup tenggelam dalam kepalsuan. Dia ingin mendengar langsung dari bibir Shawn—akan pengakuan rasa kekasihnya itu. Dia sudah lelah akan permainan. Dia tak ingin terjebak akan kebahagiaan palsu yang berujung membuat hatinya kecewa.“Kau masih bertanya setelah apa yang aku lakukan untukmu, Ariel?” Shawn menatap dalam Ariel.Ariel membalas tatapan Shawn. “Menginginka
Jam dinding menunjukkan pukul dua belas malam. Shawn tidak bisa tidur. Dia hanya berjaga di samping Ariel yang sudah terlelap. Pria itu membelai pipi Ariel dengan lembut sambil mengecupi mata wanita itu yang sembab.Shawn menyesal membuat Ariel menangis. Andai dia memiliki mesin waktu, dia tidak akan pernah membiarkan Ariel menangis seperti ini. Semua terjadi karena kebodohannya.Perlahan, Shawn mulai berbaring di samping Ariel. Pria itu menarik perlahan tubuh Ariel, agar masuk ke dalam pelukannya. Awalnya Ariel menggeliat, tapi untungnya wanita itu kembali tertidur pulas dalam pelukan Shawn.Shawn mengecup bibir Ariel, menghirup napas kekasihnya itu. Tatapannya menatap teduh sang kekasih. Untungnya, Ariel terlelap tidak terganggu sama sekali di kala dia memeluk kekasihnya itu. “Kau sangat menggemaskan kalau cemburu,” bisik Shawn sambil membelai pipi Ariel. Mata pria itu mulai terpejam, dan tertidur dalam keadaan memeluk kekasihnya itu.***“Shawn Geovannn!!!” Suara Ariel memekik ken
Ariel sudah seperti nemiliki pengawal. Dia pergi ke mana pun selalu diikuti Shawn. Kebetulan, hari ini adalah hari di mana Ariel libur. Dia bermaksud ingin berdiam di apartemen, tapi sayang rencananya gagal total, karena Shawn mengikutinya pergi.Ariel sudah berkali-kali meminta Shawn untuk pergi dari hadapannya, tapi tetap pria itu keras kepala. Bahkan setiap kali Ariel bergerak, maka Shawn itu bergerak mengikutinya.Ariel dibuat pusing akan tingkah Shawn. Dia membutuhkan ruang untuk sendiri, tapi keinginannya tidaklah bisa terwujud. Sampai detik ini, Shawn tetap tidak menginginkan pergi darinya.“Shawn, aku ingin pergi ke supermarket. Kau juga akan membututiku?” seru Ariel jengkel pada Shawn yang terus mengikutinya.Shawn memasukan tangannya ke saku celananya. “Aku akan terus mengikuti ke mana kau pergi.”Mata Ariel melebar tak percaya mendengar apa yang Shawn katakan. “Shawn! Hari ini adalah hari liburku. Aku ingin berada di apartemenku sendiri. Kau pulanglah! Tadi kan kau bilang N
Ariel pergi ke supermarket hanya bermaksud ingin membeli beberapa makanan dan bahan makanan yang kosong. Akan tetapi, semua keinginannya berbanding terbalik. Sekarang di hadapan Ariel adalah kantong plastik belanja yang banyak. Ya, dia sama sekali tidak menyangka kalau Shawn membelikannya banyak sekali makanan yang ada di supermarket.Ariel hanya tinggal sendiri. Dia tidak tahu cara bagaimana menghabiskan makanan sebanyak ini. “Shawn, kau bawa pulang saja sebagian. Ini terlalu banyak.” Shawn menyentil kening Ariel. “Kau jangan bodoh. Aku membelikan untukmu, bukan untukku.”Ariel mengusap keningnya pelan. “Kau yang benar saja, Shawn. Bagaimana caraku bisa menghabiskan makanan ini?”“Bisa kau jadikan stock.”“Kulkasku tidak muat menampung makanan ini.” Shawn tak banyak bicara. Pria itu mengambil ponselnya yang ada di dalam saku celananya, menghubungi sang asisten. Tampak kening Ariel mengerut menatap Shawn lekat-lekat.“Hari ini kau bawakan kulkas dengan ukuran besar dan kualitas terb
Setiap perdebatan selalu berakhir dengan percintaan panas. Bumbu-bumbu cinta yang kuat, membuat hubungan mereka layaknya telah diikat oleh rantai kuat dan kokoh. Rantai yang tak akan pernah bisa untuk terlepaskan. Senyuman merekah di wajah Ariel terlukis di kala mendapatkan kecupan bertubi-tubi dari Shawn. Wanita itu memejamkan mata, menikmati setiap kali kecupan yang diberikan oleh sang kekasih.“Apa kau lapar?” Shawn membelai pipi Ariel.Ariel mengangguk. “Ya, aku sudah lapar.”“Aku akan meminta Jan mengantarkan makanan,” jawab Shawn memberikan ide.Ariel menggelengkan kepalanya. “Tidak usah. Aku akan memasak.”“Ariel, kau pasti lelah. Lebih baik aku meminta Jan mengantarkan makanan.”“Tidak usah, Shawn. Aku masak saja. Lagi pula, tadi kan Jan sudah mengantarkan kulkas.” Sebelumnya, tadi Jan mengantarkan kulkas yang diminta Shawn. Tentu saja Ariel tidak tega kalau meminta Jan balik lagi mengantarkan makanan. Pun bahan makanan sangat banyak. Jadi lebih baik, Ariel mengolah bahan ma
“Dua hari lalu kau menangis. Sekarang kau tersenyum-senyum. Lama-lama kau seperti orang gila, Ariel.”Harmony menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat Ariel di pagi hari tersenyum tidak jelas. Padahal, dua hari lalu temannya itu menangis, tapi sekarang temannya sudha tersenyum-senyum. Mudah sekali ekspresi wajah berubah.Ariel duduk di kursi kerjanya, sambil meletakan tas dan ponselnya. “Aku sempat bertengkar dengan Shawn. Tapi sekarang kami sudah berbaikan.”Harmony mendesah kasar. “Aku sudah menduga, pasti kau bertengkar dengan kekasihmu. Kau dan Shawn ini seperti sedang berada di film saja. Sebentar bertengkar. Sebentar berbaikan.”Harmony takjub dengan Ariel. Dia ingat jelas bagaimana kerapuhan di wajah temannya itu. Tapi dalam sekejab, semua rasa sedih Ariel tergantikan dengan senyuman. Sepertinya Shawn benar-benar obat penyejuk rasa sesak Ariel.Ariel mengulum senyumannya. “Kau ini seperti tidak pernah menjalin hubungan saja. Bertengkar, lalu berbaikan lagi, bukankah itu bagian d
Ariel merasa dipermalukan oleh Shawn. Dia sama sekali tidak mengira kalau Shawn mengajaknya bertemu dengan Nicole. Ingin rasanya Ariel berlari sejauh mungkin, akibat tak sanggup menahan malu yang disebabkan oleh sang kekasih.Jika saja Ariel tahu tentang dia bertemu dengan Nicole, maka dia akan benar-benar mempersiapkan diri. Cemburu adalah hal yang wajar. Ariel merasa bahwa apa yang dilakukannya sudah tepat. Dia marah karena Shawn membuatnya salah paham. Ariel tidak akan mungkin marah tidak jelas, kalau Shawn mengenalkan Nicole di awal. Tentu, Ariel akan berusaha mengerti. Tapi kondisinya kemarin Shawn benar-benar membuat Ariel berpikir bahwa Shawn masih mencintai Nicole.Saat ini Ariel dan Shawn tengah berada di jalan pulang. Mereka baru saja kembali dari makan siang bersama Nicole. Tadinya Nicole ingin pulang bersama dengan Shawn dan Ariel, tapi Nicole dijemput oleh sopir.Keheningan membentang. Raut wajah Ariel nampak sangat jengkel dan kesal. Shawn tetap tenang melajukan mobil.
“Tuan Kaya, aku terlambat! Aaaaaaa!” Ariel memekik terkejut melihat jam dinding menunjukkan pukul delapan pagi. Dia bangun kesiangan! Harusnya dia bangun pada pukul enam pagi, tapi sialnya malah dia bangun pukul delapan pagi.Shawn yang ada di samping Ariel terbangun sambil memegang telinganya. “Ariel, kau pagi-pagi sudah seperti orang utan berteriakan!” tukasnya kesal. Ariel panik. “Tuan kaya, aku memiliki jadwal operasi jam sebelas nanti. Astaga! Harusnya aku sudah ada di rumah sakit jam sembilan. Tapi malah aku baru bangun sekarang. Ini semua karenamu!”Sebelah alis Shawn terangkat. “Kenapa kau bilang ini karenaku? Tadi malam kan kau yang tidak tahan.”Ariel menepuk lengan kekar Shawn. “Tapi kau yang mulai. Harusnya tadi malam kita menonton film horror! Kau yang lebih dulu menyerangku, Tuan Kaya.”Ariel tidak mau disalahkan. Yang pertama kali menyerangnya adalah Shawn. Jika bukan karena Shawn menyerang, maka tidak akan mungkin terjadi malam panas seperti tadi malam.Shawn menarik
Sungai Mahakam, Samarinda, Kalimatan Timur. Hal yang paling Ariel sukai adalah Indonesia kaya akan budaya alam, yang menakjubkan. Shawn mengajak Ariel ke sebuah pengalaman baru yang seumur hidupnya, tidak pernah Ariel temukan. Suasana hangat alam yang berbeda jauh dari negara-negara di benua Amerika ataupun Eropa—sangatlah indah di mata Ariel.Ariel tidak menyangka, di balik sosok Shawn yang terkenal sangat kaya, ternyata menyimpan jutaan kesederhanaan. Seperti contohnya ini. Tidak pernah sekalipun Ariel sangka bahwa Shawn bisa makan di rumah makan sederhana. Shawn selalu menuruti keinginan Ariel. Apa pun asalkan Ariel bahagia, pastinya pria itu akan menurutinya.Cinta di level yang sama, sangatlah jarang terjadi. Kebanyakan orang selalu tak imbang. Di era zaman sekarang, yang kerap mencintai lebih banyak adalah wanita, bukan sang pria. Namun, kali ini berbeda jauh. Ariel begitu beruntung memiliki Shawn yang mencintainya dengan cara luar biasa.Dua insan saling mencintai itu bagaikan
Beberapa bulan berlalu … Suara tangis bayi memecahkan ketegangan di ruang bersalin. Tangis bayi laki-laki itu bersamaan dengan air mata menetes dari kedua orang tuanya. Ya, Ariel dan Shawn sama-sama meneteskan air mata di kala putra ketiga mereka telah lahir kedua. Kontraksi yang cukup lama, dan membuat Ariel kesakitan hebat berjam-jam.Akhirnya semua itu terbayar dengan anak ketiga mereka lahir sempurna, tanpa kekurangan apa pun. Kehamilan kali ini, Ariel mengalami kontraksi lebih lama. Bahkan Shawn sempat memaksa Ariel untuk melahirkan operasi sesar, tapi sayangnya Ariel menolak. Dokter cantik itu tetap berjuang untuk bisa melahirkan secara normal.Ariel dan Shawn saling melemparkan tatapan penuh cinta. Tatapan yang menunjukkan betapa mereka sangatlah bahagia. Sang dokter menyerahkan bayi laki-laki tampan itu ke dada Ariel.“Sayang, anak kita sudah lahir,” bisik Ariel pelan dengan air mata tak henti berlinang.Shawn mengecup lembut kening sang istri dan putranya. “Terima kasih kau
Ariel dan Shawn menatap hangat Stoner dan Ariana yang sudah tertidur pulas. Sepulang dari resepsi pernikahan Harmony, memang Stoner dan Ariana sudah terlelap. Sampai di rumah, Shawn hanya tinggal membaringkan tubuh Stoner dan Ariana di ranjang.“Stoner dan Ariana sudah tidur. Waktunya kita tidur,” ucap Shawn pelan—dan direspon anggukkan di kepala Ariel.Shawn memeluk pinggang sang istri, meninggalkan kamar anak mereka, menuju ke kamar mereka. Shawn dan Ariel selalu memiliki kebiasaan yaitu memastikan anak mereka tidur nyaman. Tidak lupa empat pengasuh diwajibkan berjaga anak mereka secara bergantian.Di kamar, Ariel berbaring di ranjang bersama dengan sang suami tercinta. Tampak jelas raut wajah Ariel menyimpan sesuatu. Seperti ada yang ingin dibicarakan oleh Ariel.“Kenapa kau belum tidur, hm?” Shawn membelai lembut pipi Ariel.Ariel menatap hangat Shawn. “Kau lupa dengan permintaanku ingin melahirkan di Indonesia?” tanyanya pelan.Ariel tidak akan mungkin lupa dengan permintaannya,
Hari pernikahan Harmony telah tiba. Seluruh keluarga Geovan diundang dipernikahan Harmony. Perancang busana yang dipilih adalah Stella—ibu kandung Shawn. Merupakan sebuah kebanggaan bisa memakai gaun pengantin rancangan Stella—yang merupakan seorang perancang busana yang handal.Harmony bahkan mendapatkan gaun pengantin indah secara gratis. Wajar saja, karena Harmony merupakan sahabat baik Ariel. Bukan hanya gaun pengantin gratis, tapi hotel yang dipilih Harmony pun gratis. Kebetulan hotel yang dipilih Harmony adalah hotel milik keluarga Geovan.Ariel yang merupakan bridesmaid, turut ikut membantu dalam persiapan pernikahan Harmony dengan kekasihnya. Namun, tentunya Shawn tidak memberikan izin pada Ariel untuk terlalu sibuk. Shawn mengutus sekretarisnya untuk membantu sang istri. “Shawn, sepertinya aku tidak cocok memakai gaun ini. Lihatlah aku terlihat gemuk.” Ariel mengadu pada Shawn, di kala sudah selesai mengenakan gaun indah khusus menghadiri pernikahan Harmony.Senyuman di waj
“Ariel, aku akan pulang malam. Nanti sopir ibuku akan menjemput Stoner dan Ariana. Ibuku dan ayahku merindukan Stoner dan Ariana. Kau istirahatlah duluan, jangan menungguku.” Shawn membenarkan dasi, bersiap-siap untuk berangkat ke kantor.Ariel mendekat menghampiri Shawn, membantu membenarkan dasi sang suami. “Sayang, kau belum menjawab permintaanku yang kemarin.”Ariel semalaman tidak tidur nyenyak, akibat permintaannya pada Shawn tidak dikabulkan. Dia ingin melahirkan di Indonesia, tapi belum mendapatkan jawaban dari sang suami tercinta.Shawn mengecup bibir Ariel. “Aku sedang tidak ingin berdebat. Aku berangkat dulu ke kantor. Hari ini aku memiliki meeting. I love you.” Pria tampan itu langsung melangkah pergi meninggalkan Ariel—tanpa menunggu balasan dari sang istri.Ariel menghela napas dalam melihat Shawn yang sudah pergi meninggalkannya. “I love you too, Shawn,” jawabnya, tapi sang suami sudah pergi.“Nyonya…” Seorang pelayan mengetuk pintu.Ariel mempersilakan pelayan itu untu
Satu tahun berlalu … “Stoner, Ariana, jangan main pisau. Ya Tuhan, nanti tangan kalian terkena pisau, Nak. Aduh, kalau Daddy kalian tahu kalian terluka sedikit saja, dia akan mengomel tujuh hari tujuh malam.” Ariel mengambil pisau yang ada di tangan Stoner dan Ariana dengan hati-hati. Buah hatinya dengan Shawn itu sudah bisa berjalan, itu yang membuat Stoner dan Ariana sangat lincah ke sana kemari. Empat pengasuh saja dibuat pusing akibat tingkah Stoner dan Ariana.“Nyonya, maafkan kami.” Empat pengasuh itu menundukkan kepala seraya mengambil pisau di tangan Ariel. Mereka sangat ceroboh di kala tengah menjaga Stoner dan juga Ariana. Ariel ingin memarahi empat pengasuh itu. Akan tetapi, dia memilih untuk bersabar. Pun dia mengerti bagaimana lincahnya bayi kembarnya itu. Jadi wajar jika sampai pengasuh dibuat pusing.“Lain kali hati-hati dalam menjaga Stoner dan Ariana. Suamiku akan sangat marah jika sampai Stoner dan Ariana terluka. Kalian tahu itu, kan?” tegur Ariel mengingatkan emp
Ariel menunggu Shawn kembali pulang. Sudah dua hari Shawn melakukan perjalanan bisnis ke Chicago. Usia Stoner dan Ariana kini sudah empat bulan. Itu yang membuat Shawn bisa meninggalkan istri dan anak kembarnya.“Shawn kapan pulang, ya?” gumam Ariel pelan dengan bibir sedikit menekuk.Ariel sangat merindukan Shawn. Tidur sendiri tanpa sang suami, membuat Ariel benar-benar merasakan ketidaknyamanan. Ariel terbiasa memeluk erat Shawn. Pun dia terbiasa dengan tidur dalam pelukan Shawn. Sekarang membuatnya sangatlah tersiksa.Suara dering ponsel berbunyi. Ariel segera mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menatap ke layar tertera nomor sang suami di layar—tengah melakukan video call. Tampak senyuman di wajah Ariel terlukis. Detik itu juga, Ariel menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan telepon tersebut.“Sayang?” panggil Ariel kala panggilan terhubung. Dia tersenyum melihat sang suami yang begitu tampan berada di kamera.“Sayang, di mana Stoner dan Ariana? Mereka baik-baik
“Oh, My God! Kau memintaku untuk berkencan lagi? Bisa kau bayangkan bulan ini aku sudah berkencan lebih dari lima belas pria. Hasilnya sama! Tidak ada yang bagus!” sembur Mika emosi pada sang asisten yang memintanya untuk berkencan lagi. Sudah lima belas kali dia berkencan, dan hasilnya nihil. Tidak ada yang Mika sukai.Sang asisten menggaruk tengkuk lehernya tidak gatal. “Nona, perintah kakek Anda sudah sangat jelas. Beliau meminta Anda terus berkencan sampai Anda menemukan yang cocok.” Sang asisten terlihat jelas menunjukkan rasa panik dan khawatir. Pasalnya dia pun mendapatkan ancaman jika sampai Mika tak mau lagi berkencan. Ancaman tak main-main dari kakek bosnya—membuatnya sakit kepala.Mika mengembuskan napas kasar. “Lima belas pria yang aku temui, mereka tidak benar-benar ingin berkencan denganku. Mereka fokus ingin menjalin kerja sama dengan kakekku dan ayahku. Mendekatiku hanya bagaikan aku ini jembatan mereka. Aku tidak bodoh! Aku tidak mudah dikelabui!”Mika menenggak wine
Ariel telah dipindahkan ke ruang VVIP. Keluarga Geovan dan keluarga DiLaurentis telah berkumpul. Stella menggendong bayi laki-laki, dan Yuval menggendong bayi perempuan dengan hati-hati dibantu oleh Malvia. Tampak jelas kebahagiaan begitu terlihat sangatlah pada semua orang.“Sayang, lihatlah cucu kita mirip sekali seperti Shawn bayi,” ucap Stella pada Sean.Sean mengecup cucu laki-lakinya. “Aku tidak menyangka waktu akan secepat ini. Putra kecil kita sudah menjadi seorang ayah.”Stella tersenyum merespon ucapan Sean. “Kau benar, Sayang. Aku juga tidak pernah menyangka waktu berjalan dengan cepat.”“Selamat, Ariel.” Harmony, Nicole, Joice, dan Mika memeluk Ariel bergantian. Pun Savannah bersama Flora memeluk Ariel bergantian. Mereka semua mengucapkan selamat atas kelahiran anak Shawn dan Ariel.Stanley, Steve, Marcel, dan Oliver pun mengucapkan selamat pada Shawn dan Ariel.“Siapa nama anakmu, Shawn?” tanya William tak sabar.“Iya, siapa nama anakmu, Shawn?” sambung Yuval yang juga ta