Flora duduk terdiam duduk di sofa, dengan raut wajah muram. Sorot mata memancarkan jelas perasaan campur aduk. Kepingan memorinya teringat akan kejadian tadi. Kejadian yang sama sekali tak dia sangka terjadi.Kenapa Ariel harus menolongnya? Jika sampai terjadi hal buruk padanya, bukankah Ariel akan senang? Jutaan pertanyaan muncul di dalam benaknya. Untuk pertama kalinya Flora dibuat bingung dan tak mengerti.“Sayang? Kau di sini? Grandma pikir, kau akan datang ke perusahaan.” Malvia duduk di samping cucu kesayangannya Kening Malvia mengerut dalam, melihat raut wajah Flora berubah. “Flora, ada apa, Sayang? Apa ada masalah?”Flora mengalihkan pandangannya, menatap Malvia. “Ariel sudah bisa berjalan.” “Ariel sudah bisa berjalan? Kau yakin?” ulang Malvia dengan raut wajah terkejut.Flora mengembuskan napas panjang seraya menyandarkan punggungnya ke sofa. “Tadi aku bertemu dengan Ariel yang sedang bersama Savannah. Aku mengatakan Ariel tidak pantas untuk Shawn. Apalagi dia cacat. Tapi ru
Shawn mengumpulkan keluarganya di penthouse-nya. Ariel dibantu oleh pelayan menghidangkan banyak makanan untuk keluarga Shawn. Tampak jelas raut wajah Ariel menunjukkan jelas kebahagiaannya. Ariel menyukai ini. Dia selalu menyukai setiap kali berkumpul dengan keluarga Shawn.Ariel selalu mendapatkan sambutan hangat dari keluarga Shawn. Bahkan kedua orang tua Shawn sudah menganggap Ariel seperti anak kandung mereka sendiri. Khusus hari ini Shawn sengaja mengundang keluarganya yang ada di New York untuk berkumpul di penthouse-nya.“Ariel, aku sudah bilang padamu, serahkan pada pelayan. Aku tidak ingin kau kelelahan. Kau baru saja pulih.” Shawn menegur Ariel yang sibuk di dapur.“Sayang, aku sudah lama sekali tidak berjalan. Aku ingin sibuk di dapur membuatkan makanan. Kau jangan mencemaskanku. Ada pelayan yang membantuku.” Ariel memeluk lengan Shawn, memberikan kecupan di rahang sang kekasih.Ariel merasa sudah lama sekali tidak berjalan, dan sudah lama tak memasak. Yang biasa Ariel lak
Pelayan menghampiri Shawn, Ariel, dan Savannah. Sang pelayan itu memberi tahu bahwa keluarga Shawn sudah tiba—dan telah menunggu di ruang tengah. Setelah memberi tahu—pelayan itu pamit undur diri dari hadapan Shawn, Ariel, dan Savannah.“Ayo kita temui Grandpa, Grandma, Daddy, dan Mom.” Savannah berseru antusias.Shawn mengangguk setuju. Dia menggenggam tangan Ariel, tapi tiba-tiba saja langkah kaki Ariel terasa berat. Dokter cantik itu seolah memiliki sesuatu hal yang mengusik pikiran dan ketenangan jiwanya.“Kenapa, hm?” Shawn menatap Ariel yang kini kepalanya tertunduk.“Shawn, aku bingung,” ucap Ariel pelan.Shawn membelai pipi Ariel. “Kau bingung kenapa, hm?”Ariel menggigit bibir bawahnya. “Aku senang, tapi aku juga malu. Perasaanku sekarang campur aduk, Shawn.”Shawn membelai bibir ranum Ariel. “Jangan menggigit bibirmu. Nanti kalau tergigit, bibirmu bisa terluka. Aku mengerti perasaanmu. Tapi, keluargaku akan sangat bahagia melihatmu bisa berjalan lagi. Mereka selalu mendoakan
Makan siang telah berakhir. Seluruh keluarga Shawn telah pulang. Pun Savannah ikut pulang, karena ditarik paksa oleh Stanley pulang. Rupanya Stanley ingin memberikan hukuman pada adiknya yang telah membuatnya menjadi tersudut. Waktu malam malam telah tiba. Namun, Ariel dan Shawn masih berbaring di ranjang. Mereka berciuman dan berpelukan mesra. Mereka seakan menunjukkan bahwa dunia hanya milik mereka berdua.“Ini sudah waktunya makan malam. Kau ingin menu makanan apa? Aku akan memasak untukmu.” Ariel melingkarkan tangannya ke leher Shawn, sambil menciumi jambang sang kekasih.“Biarkan pelayan saja yang membuatkan makan malam. Aku masih ingin bersamamu.” Shawn mengecupi leher Ariel, hingga membuat wanita itu merasakan geli akibat terkena jambang.“Sayang, kau bisa memelukku sepanjang malam. Biarkan aku memasak untukmu. Aku sudah lama sekali tidak membuatkan makanan untukmu.” Ariel menatap Shawn dengan tatapan penuh permohonan.Shawn membelai pipi Ariel. “Tadi siang kau sudah memasak.
*Ariel, datang ke butik Mommy bersama Shawn. Kalian harus fitting.* Pesan singkat yang dituliskan oleh Stella, membuat Ariel melukiskan senyuman di wajahnya. Stella telah menganggap Ariel seperti anak sendiri. Kasih sayang ibu dari Shawn, membuat Ariel benar-benar bahagia.“Kenapa kau senyum-senyum sendiri, Sayang?” Shawn melangkah mendekat ke arah Ariel yang duduk di sofa. Kekasihnya itu masih belum praktek. Alasannya, Shawn belum mengizinkan Ariel kembali bekerja.Ariel mengalihkan pandangannya, menatap Shawn yang mendekat. “Mommy Stella, meminta kita fitting. Hari ini, kau tidak sibuk, kan?”Shawn mengetuk-ngetuk jemarinya ke dagunya. “Hari ini, aku sangat sibuk. Ada beberapa dokumen yang aku urus.” Nada bicaranya terdengar begitu serius.“Oh, kau sibuk, ya?” tanya Ariel dengan wajah muram dan sedih. Dia ingin memaksa Shawn, tapi dia tidak tega. Selama ini, Shawn terlalu banyak meluangkan waktu bersama dengannya. Pastinya, banyak pekerjaan Shawn yang tertunda dan menumpuk. Ariel t
Shawn terpaku akan kecantikan Ariel. Kekasihnya itu hanya memakai riasan tipis, tapi tampak sempurna dengan gaun yang dirancang oleh ibunya. Dia benar-benar tidak mengira—penampilan Ariel memukau. Shawn dan Ariel saling melemparkan tatapan satu sama lain. Tatapan itu layaknya memiliki magnet kuat yang saling tarik menarik. Tidak bisa terkendali sama sekali. Mereka hanyut akan tatapan memuja itu—layaknya tatapan berada di hutan indah yang membawa aura magis.“Ya Tuhan, Ariel, kau cantik sekali.” Stella memuji tulus.“Aku cantik berkat gaunmu, Mom.” Ariel tersipu malu,Stella menyatukan tangan Ariel dan Shawn. “Kalian pasangan yang sangat cocok. Ariel sangat cantik. Shawn … kau sangat tampan.”Ariel dan Shawn tersenyum menatap Stella hangat.“Mom, terima kasih sudah membuatkan gaun seindah ini untukku,” ucap Ariel tulus.Ariel tidak pernah meminta dibuatkan gaun indah oleh calon ibu mertuanya. Namun, memang sejak awal, ibu mertuanya telah menawarkan diri—menjadi perancang busana untuk
“Grandma, aku mohon, lain kali kau jangan menyerang Ariel. Apalagi tadi di depan orang banyak.” Flora mengemukakan pendapatnya pada neneknya, di kala sudah tiba di rumah. Dia tak mengira sama sekali tadi akan bertemu dengan Ariel dan Shawn.Malvia bertolak pinggang, menatap tajam Flora. “Kau mulai membela Ariel, karena dia pernah menyelamatkanmu? Iya?!”Flora mengembuskan napas panjang seraya memijat keningnya. Percuma saja berdebat dengan neneknya. “Grandma, aku tidak membela Ariel.”“Ada apa ini?” Yuval muncul, menginterupsi perdebatan antara Malvia dan Flora.“Kau sudah pulang. Untunglah! Cepat kau ke sini!” Malvia meminta putranya untuk lebih dekat. Dia ingin menumpahkan kekesalan dalam dirinya, pada Yuval.Yuval mendekat. “Ada apa, Mom?”Malvia menunjuk Flora dengan telunjuknya. “Flora mulai membela Ariel!”Kening Yuval mengerut dalam, menatap bingung ibunya. “Apa maksudmu, Mom?” “Tadi aku dan Grandpa pergi. Kami tidak sengaja bertemu Ariel dan Shawn. Grandma memaki Ariel mengat
Ariel menikmati waktu kebersamaannya dengan Shawn. Dia menyiapkan sarapan pagi, meskipun ada banyak pelayan yang bekerja pada Shawn. Dokter cantik itu menyukai setiap moment bersama bersama sang kekasih. Membuat sarapan untuk kekasihnya adalah hal yang tak pernah bosan baginya. Ariel belum memiliki banyak aktivitas. Dia masih belum diperbolehkan praktek di Orlando Hospital. Jujur, dia sangat rindu melayani pasiennya, tapi dia menghormati Shawn yang masih khawatir padanya. Oleh sebab itu, sekarang Ariel memilih mengisi waktunya untuk sibuk seperti ibu rumah tangga.Benak pikiran Ariel memikirkan, kelak ketika dia sudah benar-benar menikah dengan Shawn, pastinya dia akan fokus pada rumah tangganya. Pekerjaan bukan lagi hal utama yang Ariel pikirkan. Pastinya rumah tangga akan menjadi fokus utamanya.“Aroma makanan lezat sudah tercium. Aku yakin, kau pasti yang membuatkan sarapan.” Shawn menghampiri Ariel yang tengah menata sarapan di ruang makan, dia memberikan kecupan di pipi sang kek