Aroma Jasmine menyambut indra penciuman Ariel, di kala memasuki sebuah kamar megah. Kamar yang benar-benar tertata dengan sempurna dan indah. Desain berwarna gold menunjukkan pasti sang pemilik kamar adalah orang yang perfectionist.Ariel mengendarkan pandangannya melihat ke setiap sudut kamar. Semua barang-barang yang ada di kamar itu pasti sangat mahal. Sangat nyaman berada di kamar megah ini.“Di sana walk-in closet Savannah. Kau bisa memakai pakaian Savannah.” Shawn menunjuk ke arah kanan.“Shawn, apakah Savannah adalah mantan kekasihmu?” tanya Ariel penasaran. Entah kenapa hatinya merasakan sesuatu. Itu kenapa dia memilih untuk bertanya. Bukan hal salah jika dia bertanya, kan?Shawn menatap dingin Ariel. “Savannah adalah adikku.”“Oh, adikmu.” Ariel mengangguk-angguk paham. Dia sedikit malu karena salah paham. Dia pikir Savannah adalah mantan kekasih Shawn.“Gantilah pakaianmu. Tidak mungkin kan kau tidur masih menggunakan gaun?” balas Shawn dingin dan tegas.Ariel menggigit bibi
Biasanya Ariel bangun pagi bersemangat memulai aktivitas baru. Tapi kali ini berbeda. Dia terbangun dalam kondisi wajahnya yang dilingkupi perasaan gugup dan campur aduk tak menentu.Debar jantung Ariel berpacu kencang mengingat kejadian kemarin. Sialnya, bukan melupakan malah pria kaya itu datang ke dalam mimpinya. Dia mengumpati kondisi yang sangat menyebalkan itu.Ariel menikmati sarapan dengan penuh paksaan. Pikirannya sedang tidak baik-baik saja. Hari ini, dia cukup banyak memiliki janji dengan pasien. Mungkin jika hari ini dia santai, maka lebih baik dia tidak masuk beralasan sakit. Ariel tidak bohong. Dia memang sakit. Pikirannya yang sedang tidak baik-baik saja. Dia sudah berdoa agar Tuhan mencabut ingatannya, tapi alih-alih tercabut malah dia semakin mengingat tentang kejadian malam itu.Tangan Ariel membelai bibirnya. Sampai detik ini ciumannya begitu sangat teringat di memori ingatannya. Sial, benar-benar sangat menyusahkan. Hati dan pikirannya tidak bisa tenang—seakan dia
Ariel sudah siap mendapatkan tamparan kedua. Dia memang sengaja membiarkan Flora menamparnya. Tetapi, di kala dia sudah siap mendapatkan tamparan kedua, malah dia dibuat terkejut karena sekarang tangan Flora dicengkram oleh Shawn.Mata Ariel melebar melihat sorot mata Shawn begitu tajam menatap Flora. Pergelangan tangan Flora sampai memerah akibat cengkraman kuat Shawn. Aura bengis menyeramkan di wajah Shawn membuat Ariel bergidik ngeri.“Ahgg—” Flora meringis kesakitan di kala Shawn mencengkram kuat pergelangan tangannya. “L-lepaskan aku, Berengsek!”“Berani sekali kau memukul Ariel!” bentak Shawn dengan nada tinggi.Flora merintih kesakitan. “Dia itu anak pelacur! Kau jangan membelanya!”Shawn menghempaskan kasar tangan Flora. Sontak, wanita itu mengaduh kesakitan akibat pergelangan tangannya dicengkram kuar. Dia melihat jelas bekas kemerahan di pergelangan tangannya.“Kau pikir siapa dirimu berani datang ke sini dan melakukan tindak kekerasan!” seru Shawn dengan nada keras.Flora m
“Aku ingin pulang.”Kalimat singkat yang Ariel ucapkan pada Shawn yang kini berada di hadapannya. Wanita itu berucap, tapi tidak mau melihat ke arah Shawn sama sekali. Dia sangat malu mengingat kejadian tadi. Jika saja bisa, maka Ariel akan berlari pergi meninggalkan penthouse Shawn. Akan tetapi dia tidak bisa melakukan hal demikian. Dia tetap harus berpamitan pergi, karena dia masih memiliki etika. Bagaimanapun, Shawn yang membawanya pergi meninggalkan rumah sakit—menculiknya membawa ke penthouse megah milik pria tampan itu.Shawn mengembuskan napas kasar dan memejamkan mata singkat. Suasana menjadi canggung akibat kegilaannya. Dia mengumpati dirinya yang bisa lepas kendali. Padahal selama ini, dia selalu mampu mengendalikan diri pada wanita manapun.“Di luar mendung. Besok aku akan mengantarmu pulang,” ucap Shawn dingin seakan memasang dinding penjulang tinggi, memberikan batas padanya dan Ariel.Shawn sama sekali tidak bohong. Di luar memang cuaca terlihat mendung. Bahkan bulan da
BrakkkAriel membanting sedikit kasar pintu mobil Shawn. Wanita itu mengucapkan kata ‘Terima kasih’ dengan nada datar—lalu berjalan cepat masuk ke lobby rumah sakit. Dia berjalan cepat demi tak ada yang melihat dirinya datang ke rumah sakit, bersama dengan Shawn.Shawn hanya diam menatap lekat Ariel yang mulai lenyap dari pandangannya. Raut wajah pria itu nampak memancarkan sesuatu. Hatinya mendorongnya untuk mengejar Ariel, tapi logikanya menekan dirinya untuk tidak pergi ke mana pun.Shawn memutuskan untuk mengabaikan Ariel. Dia menganggap bahwa kejadian tadi malam, bukanlah apa-apa. Walau mengusik ketenangannya, tapi pria itu berusaha untuk tidak mengindahkan hatinya yang kacau.Ariel menghindar dari Hamony. Dia segera menuju ke IGD untuk memeriksa pasien. Alasan kuat dia menghindar dari temannya itu, karena dia enggan untuk ditanya-tanya tentang Shawn.Ariel tahu dirinya menjadi bahan gossip satu rumah sakit. Bagaimana tidak? Pertama Shawn menolongnya dari pasien yang menyerangnya
*Kepada seluruh staff Orlando Hospital. Demi meningkatkan kinerja yang baik dan professional, maka dengan ini management memberikan keputusan mutlak yaitu seluruh staff dilarang menjalin hubungan dengan pasien ataupun keluarga pasien. Aturan yang dibuat adalah wajib untuk dipatuhi. Jika ada yang melanggar aturan yang telah dibuat, maka akan diberhentikan secara tidak hormat dari Orlando Hospital. Management Orlando Hospital.* Bibir dan mata Ariel melebar di kala dia mendapatkan email masuk dari management Orlando Hospital. Berkali-kali dia memastikan bahwa apa yang dia lihat ini adalah salah, tapi sayangnya dia tidak sama sekali salah. Apa yang dia lihat adalah pemberitahuan aturan terbaru dari Orlando Hospital.Otak Ariel tiba-tiba saja stuck, akibat dilanda kebingungan akan aturan ajaib itu. Dia sama sekali tidak menyangka kalau yang diucapkan Shawn benar-benar menjadi aturan terbaru dari Orlado Hospital.Tapi apa tujuan pria kaya itu memberikan aturan terbaru? Apa Shawn benar-be
“Berengsek!” Flora tak henti mengumpat kasar, menahan amarah yang membakarnya. Emosinya terpancing mengingat bagaimana Shawn membela Ariel mati-matian. Dia membenci fakta di mana ternyata Shawn mengenal Ariel.Flora menyugarkan rambut kasar. Dia mondar-mandir tidak jelas. Berbagai umpatan dan makian lolos dalam hatinya. Hatinya tidak puas. Dia ingin mempermalukan Ariel di depan muka umum, tapi alih-alih berhasil malah dia yang diusir oleh Shawn dengan cara keji.Flora tidak terima. Dia yakin Shawn membela Ariel, karena mengira yang baik adalah Ariel. Padahal sudah jelas bahwa Ariel adalah anak seorang pelacur. Dia yakin pasti akal licik Ariel yang membuat akhirnya berhasil menghasut seorang Shawn Geovan.“Sayang? Cucu Grandma kenapa memasang wajah seperti itu?” Malvia—nenek kandung Flora—menghampiri Flora. Dia menatap cucunya yang nampak marah. Dia khawatir kalau cucu kesayangannya memiliki masalah.Flora menatap neneknya dengan tatapan penuh beban masalah. “Grandma, anak haram itu me
Suara bentakan keras membuat Ariel tersentak terkejut. Dua pria berbadan besar masih memegang kedua tangannya dengan erat dan keras. Pergelangan tangan wanita itu sampai memerah akibat cengkraman kuat tangan dua pria berbadan besar itu. Ariel mengalihkan pandangannya menatap sosok pria tampan yang muncul di hadapannya. Aura wajah tegas dan penuh wibawa begitu menonjol nyata. Kemarahan membentang di kala melihat dua pria berbadan besar itu mencengkram kuat pergelangan tangan Ariel.“S-Shawn?” Ya, Ariel sama sekali tidak menyangka kalau yang ada di hadapannya adalah Shawn. Otaknya bertanya-tanya dari mana Shawn muncul? Yang dia tahu pria itu sudah pulang cepat. Tapi kenapa malah sekarang ada di hadapannya? “Siapa kau!” Salah satu pria berbadan besar itu menatap tajam Shawn.Shawn melangkah mendekat, dengan sorot mata bengis. “Pergi dari sini!” serunya penuh peringatan yang tak main-main.Dua pria berbadan besar itu emosi. “Berani sekali kau mengganggu pekerjaan kami!”“Jika kau ingin