"Kok bisa ya, tak bosan-bosannya begini denganmu walau kita sudah tahu sebanyak-banyaknya bagaimana kita luar-dalam?" Joy tiba-tiba bertanya. "Aneh bukan, kamu pernah bertanya-tanya hal yang sama, Rey Baby Hubby?"
Rey pertama-tama diam saja. Wajahnya, terutama matanya yang kecil, tiba-tiba tersenyum, smize - smiling eyes, istilah Joy. Manis memikat.
"Sama seperti makanan, tiap hari kita mesti makan tapi dengan sedikit variasi, pasti akan terasa berbeda dan lebih lezat, iya kan?" mata sipit Rey membentuk emotikon ^_^.
"Ma, ma, maksudmu?""Seperti saat ini, kau tak biasa berbusana pantai, tapi siang ini kau memakai bikini." Rey menatapnya lekat-lekat, dimana Joy selalu berhasil dibuatnya jengah."Memangnya, bodiku bagus?" Joy selalu mengeluhkan betisnya yang besar dan membulat, pahanya yang tak begitu jenjang, serta pinggulnya yang besar, walau berat badannya masih ideal. Bahkan Rey lebih langsing dan ramping berkat keahliannya menjaga makan."Bagiku kau sempurna luar dalam. Tak berusaha menggombalimu seperti Landi ya, walau kau seperti Leami." Rey menyebut dua nama di film remaja yang sempat nge-hits. "Aku sangat bersyukur kau mau denganku, dan apa yang ada di dirimu, satu paket lengkap, hati dan bodimu, sangat bagus bagiku.""Uhh, bagaimana denganku saat memakai bikini merah ini?""Merah cocok denganmu, sang wanita api. Merah sedari dulu warna kesukaanku."Belahan dada Joy juga cukup jelas gegara bikini yang dikenakannya cukup ketat walau tak sampai kesempitan. Rey yang memilihkan itu, dan masih banyak lagi yang ia hadiahkan dan bawa ke 'Pulau Cinta', demikian ia menamakan pulau bulan madu mereka, yang belum lagi Joy kenakan.
"Nah, itu tadi yang kubilang. Supaya tidak bosan, kita main berbi-berbian. Aku tahu, diam-diam dahulu kau suka ingin mengoleksi pakaian seksi."
"Haaah?" Joy tak menyangka, apakah ia pernah bercerita begitu ya?"Aku yakin, kau penasaran sekali bila tak tak mencobanya. Jadi, nanti kau buka saja semua koleksi busanamu. Jangan khawatir, tak ada busana ratu-ratuan yang formal bin kaku, hanya ada 'segala yang kau pasti sukai', dan aku juga." kini ekspresi Rey membentuk emotikon ^_*."Dasar pangeran nakal. Tapi itu tantangan bagiku. Peringatan, bodiku tak seperti top model." Joy mendekatkan dadanya ke dada Rey yang cenderung hairless. Uh, 'emotikon' Rey spontan berubah lagi, 0_0'.
"Joy, kau mau aku unboxing di atas pasir ini sekarang juga ya, tidak nanti malam saja?" Rey berusaha tak tergoda. Tapi kemontokan dan belahan bikini Joy terlanjur membuatnya gemas, jadi ditariknya saja tangan Joy ke atas sesuatu yang tersembunyi di balik celana pantainya.
"Rey!" Joy semula sempat tersadar ini di pantai, di atas pasir putih saja sementara air laut datang dan pergi menyapa tubuh mereka. Tapi toh tak ada yang melihat, paling-paling satu-dua burung-burung camar yang terbang lewat.
Jadi bisa ditebak, tak sampai semenit kemudian, sepasang bikini merah dan celana pantai sudah basah teronggok di pasir, hanya bisa diam saja. Walau tak bermata, mereka seolah menyaksikan dalam iri kedua pemiliknya yang dengan cuek bergumul mesra tanpa peduli lagi pada apapun jua.
Joy di masa silam pernah mengalami hal ini di sekolahnya, ketika ia masih duduk di kelas tiga sekolah dasar swasta di Evernesia. Saat para gadis kecil sebayanya baru memakai miniset, alias bra pertama.
Saat sedang tak ada guru, seorang teman cewek iseng 'mengukur-ukur' dan mencoba memegang dada hampir semua cewek di kelas. Joy yang hampir kena giliran, merasa kaget, malu sekali lalu kabur dari kelas, melapor pada guru yang bertugas. Hingga akhirnya teman cewek itu dimarahi dan dinasihati, kalau berusaha mengukur-ukur dada sesama wanita itu tidak sopan.
Joy tak tahu apakah semacam pelecehan atau tidak, mungkin hanya rasa penasaran cewek kecil berumur tak sampai sepuluh tahun. Tapi sungguh, sejak itu rasa penasarannya bangkit. Ada apa dengan ukuran besar kecilnya dada, apakah itu menandakan pertumbuhan seksual seorang wanita? Joy terus menyimpan dalam hatinya. Juga satu atau dua lagi pengalamannya di sekolah, dimana pada tahun 90-an, pelajaran reproduksi belum terlalu umum di sekolah. Teman-temannya pernah bertanya satu sama lain, apakah milikmu sudah berambut? Dan mereka selalu menertawakan teman yang menjawab belum punya.Rasa penasaran itu terus berlanjut. Namun menjelang tamat sekolah dasar, Joy malah diam-diam suka pada cowok teman akrabnya, Kyo. Cinta pertamanya. Dan anehnya, belum terlintas dalam benak Joy ingin bercinta dengan Kyo, maupun cowok-cowok lain sesudahnya. Hanya rasa cinta yang naif dan keinginan untuk berpacaran, tanpa ingin begituan.
Bertahun-tahun lewat, Joy si gadis tomboy pemalu dan kesepian, nyaris pasrah akan hidup sendirian selamanya.
Saat Joy akhirnya 'bertemu' dan jadian dengan Rey, bukan sekedar cinta yang naif maupun sekedar nafsu belaka. Rasa ingin memiliki dan dimiliki, berpadu dengan suka, sayang dan cinta pada Rey, menghasilkan perasaan dan keindahan tersendiri yang tak mampu ia ungkapkan dengan kata-kata.
"Bikini itu bagus sekali, tapi aku jauuuh lebih suka melihatmu begini." Rey menatap Joy yang telentang cuek dan pasrah di atas pasir.
"Kamu juga, seperti incubus yang siap menggodaku siang malam dengan tubuhmu yang takkan pernah bisa kutolak."
"Selalu akan bilang 'iya' ???" Rey sekali lagi menelungkup di atasnya seolah tak ingin lepas dan menunggu reaksi kesal Joy.
"Iya, kecuali 'tamu bulanan'-ku datang." Joy malah tertawa, membuyarkan harapan Rey yang tak ingin membayangkan.
"Uh, gak seru ah." Rey pura-pura ngambek. "Jangan buru-buru ada 'tamu bulanan' di sini, nanti kamu marah-marah melulu. Mana Joy 'pas lagi datang' jadi galak sekali, seperti singa betina sakit gigi."
"Uhh, Rey. Awas ya. Berani-beraninya kamu! Singa ini berbahaya lho, bukan singa-singaan, nanti 'ikan' sepertimu akan kumakan." Joy pura-pura mencakar-cakar Rey yang menurutnya sangat seksi dalam keadaan polos begini.
Sore itu mereka bebersih, lalu kembali ke pondok untuk bersiap makan dan duduk menikmati datangnya malam.
"Besok kita ke hutan yuk. Ingin suasana berbeda, jangan panas-panasan melulu." ajak Rey sementara mereka asyik meracik berbagai panggangan Barbeque.
"Ada ular? Monyet? Hewan berbahaya?" Joy sebenarnya suka hewan, penyayang binatang. Sayangnya tak bisa jadi vegetarian karena terlanjur suka makan ayam goreng EFC, Ever Fried Chicken.
"Mungkin? Kita belum ke sana semenjak tiba di sini. Mungkin saja sebenarnya ada suku terasing yang membenci pendatang asing seperti suku primitif di pulau Zentinel Utara." Rey mengerutkan kening, seolah serius. "Bila mereka betul-betul ada, kita dalam bahaya besar."
"Uuuh, Rey !!! Tidak lucu."
"Jangan khawatir. Aku kan ada untuk melindungimu seperti TharZan melindungi Zane." Rey datang dan memeluk Joy mesra. "Oh ya, malam ini kita jadi 'pesta piyama'?"
"Uh. Apa-apaan lagi sih, Rey?" Joy tak pernah berhenti dibuat pangerannya merona.
Malam itu, Rey membawakan kejutan lagi untuk Joy. Sebuah 'peti harta karun' yang besar sekali, ia letakkan di dalam pondok cinta mereka."Kamu nemu harta karun? Ini harta bajak lautkah?" polos Joy, tapi ia sebenarnya agak 'tahu' itu apa. Tadi siang sudah ada bocoran dari sang pangeran imut."Pesta Piyama, dan ini prop-nya." Rey menyeringai nakal. "Impianmu sejak kecil kan, tapi yang ini plus plus dan ada aku..""Rey juga ikutan?""Aku mah tetap jadi pangeran saja, atau kau mau aku jadi incubus?" seringai Rey tambah lebar, mata sipitnya berkilauan."Idih, seksi tapi serem. Aku lebih suka kau yang innocent.""Tapi liar di ranjang. Joy has unleashed the beast within me." Rey pura-pura menerkam istrinya."Eh, jangan buru-buru ah, enggak lucu." Joy meleletkan lidah, menghindar, bersembunyi di balik peti."Yuk buruan kita buka, penasaran.""Kuncinya ada di balik celanaku." goda Rey. "Ambilkan? Takut ya?""Uuuh, enggak lucu." Joy
"Baju kita basah kuyup." Joy dan Rey setelah mandi, baru sadar kalau baju pasangan penjelajah mereka yang mirip seragam pramuka itu tadi bekas terendam lumpur hutan cokelat tebal. Mereka sudah mencucinya di danau, tapi kini tak punya gantinya. Menunggu kering, masih sangat lama. Mungkin besok baru bisa dipakai kembali!Syukurlah, di pulau Cinta ini mereka seperti Adam dan Hawa, hanya sepasang manusia berdua saja bersama hewan-hewan hutan atau pantai, dan sesekali juga masih ada hewan pengganggu. Hanya saja, nggak mungkin juga terus tak berbaju, 'bahaya' juga dong, walau mereka sudah halal jadi pasangan."Di tas ranselku ada handuk kecil dan handuk besar. Ambillah yang besar, Joy. Aku cukup yang kecil saja." Rey membuka ransel petualang anti airnya.Dikenakannya sehelai handuk putih yang cukup untuk melingkari pinggangnya, sementara Joy buru-buru membentuk handuknya menjadi kemben yang pas menutup dada hingga setengah paha. Uh, syukurlah, cowok yang ada di sini suda
Joy diam-diam suka mengamati Rey, semua tentang Rey, wajah dan juga tubuhnya. Sedari pertama mereka bertemu dan pacaran, cowok imut yang satu ini sudah menarik hatinya. Dari senyumnya, cara tertawanya, suaranya yang rendah ngebas dan juga tenor bila sedang menyanyi atau tertawa, cowok banget. Herannya ia tak terlalu maskulin secara lahiriah. Justru cenderung manis dan hampir-hampir feminin, dengan kulit cerah cenderung tak berbulu kecuali di bawah lengan, sedikit di dada, dan uhh, bagian pribadinya tentu saja. Rambutnya pun sangat hitam legam dan lembut, berbeda dengan rambut Joy yang kaku, kasar, cokelat dan lebat seperti sapu ijuk. Rey betul-betul Berbi dalam wujud cowok, bukan Ken. Dan ia tetap cowok banget. Jakunnya menonjol, mata cokelat sipitnya yang tajam dan indah, dan tentu saja tubuhnya yang ramping. Joy suka sekali membelai pipinya dan tengkuknya yang halus, serta tentu saja mencium keseluruhannya. Aroma tubuhnya yang tetap enak walau sedang tak berparfum sekalipun, apala
Siang itu Rey dan Joy kembali ke pondok setelah hampir 24 jam berpetualang di hutan dan di gua, menghabiskan waktu kembali ke zaman Adam dan Hawa sampai ke zaman batu."Seru ya, tapi kita kekurangan pakaian." keluh Joy."Memang kita butuh?" Rey lagi-lagi pasang tampang sepolos bayi baru lahir."Idih. Awas kalau sepulang dari sini kau masih senakal ini. Apalagi pas ada mamaku.""Gapapa, imajinasi kepergok saat begituan itu seru kok. Aku sering membayangkan kita sedang begituan di kamar sedangkan di balik pintu banyak orang, kita cuek saja, pintu tak terkunci dan sewaktu-waktu ada yang masuk. Bagaimana, imajinasi yang hebat, bukan?" Rey yang memang suka nonton film senang menggoda istrinya."Kau pikir aku tak pernah berpikir begitu? Dulu aku sering tak berbaju sendirian setelah mandi, di kamar, berimajinasi ada yang mengintipku, lalu mendobrak masuk dan menggangguku. Invasion of privacy." Joy ikutan nakal, sebab ia senang juga melihat Rey merem melek saat tu
Joy pernah menghabiskan waktu di rumah saja sendirian saat Mama pergi ke Kota M selama beberapa hari. Ditinggal di rumah saat libur kuliah, dihabiskannya waktu di rumah tanpa rasa sepi. Oh ya, saat itu ia belum mengenal Rey. Jadi masih jauh lebih polos dan tak seliar si pengantin anyar sekarang, tentunya ;)Tapi, tunggu dulu! Senaif-naifnya Joy, rasa ingin tahunya sama besar dengan semua remaja di dunia. Dan ia baru saja menemukan puluhan koleksi DVD dan VCD lama milik almarhum papa di gudang. Tersembunyi rapi di antara koran bekas dan barang jadul."Uh, apa kira-kira isinya?" dalam penasaran diputarnya keping rekaman film-film bajakan itu."Oh. OMG." Joy hampir tersedak, menjerit kaget, terbelalak.Ternyata almarhum Papa Joy sama saja seperti cowok pada umumnya. Umur boleh tua, tapi semangat dan gairah tetap muda. Ia diam-diam menyimpan 'harta rahasia' itu dari semua orang rumah, tertumpuk rapi di pojok gudang. Dan sekarang, Joy yang beruntung 'mewarisinya.'
Paginya, Joy terjaga sementara Rey masih pulas setelah 'Malam Geisha x Samurai' terpanas yang gak kalah heboh dengan film-film ZAV besutan mutakhir. "Kok Rey jadi liar begini beberapa hari ini ya, gara-gara aku, atau sebelumnya ia sudah berpengalaman?" sedikit curiga juga Joy, karena Rey piawai banget bermain cinta. "Tapi enggak, dia bukan playboy. Engga pernah sebelum nikah, mungkin karena itulah sehabis kami merid dia jadi begini. Uh, bahaya nih, kalau ada cewek yang tahu." Lagi-lagi Joy dilanda cemburu. Ia sering berusaha berpikir positif, sedari dahulu Rey mencintainya sebagai yang satu-satunya dan takkan rela menyakiti hatinya. Dan ia juga cemburuan sekali. Bukan tipe suami yang 'membebaskan istrinya' 100 persen. Bahkan Joy tak ingin ia foto seksi walau Rey hobi motret. Takut ada cowok lain yang akan suka Joy, yang memang pendiam tapi mudah bergaul dengan cowok dibanding cewek. Joy hendak bangkit dari peraduan dan meraih kimononya, tapi Rey tiba-tiba ter
Joy masih ingat saat-saat pertama kali ia merasakan hal tabu nan menyenangkan itu. Saat ia bertanya-tanya pada orangtuanya di sela-sela kegiatan renang di waterpark di zaman SD. "Kok anak perempuan pakaian renangnya sampai ke atas, sedangkan anak-anak laki-laki boleh hanya bercelana pendek saja?" Padahal, dada masih rata. Tak ada lekukan apalagi tonjolan.Sewaktu mulai tumbuh pun, Joy belum merasa nyaman menggunakan miniset alias first bra. Kenapa sih ditutupi, apakah punya anak perempuan begitu rahasianya sehingga tak boleh ada anak laki-laki yang boleh melihat, apalagi memegangnya?Joy lagi-lagi mencoba lihat lekak lekuk tubuhnya sendiri di sebuah cermin hotel di kamar mandi saat keluarganya berlibur di kota B. Dan merasa malu sendiri saat melihat mulai ada tonjolan, yang jika disentuh terasa geli. Ada sensasi tersendiri yang tak mampu dijelaskan dengan kata-kata. Dan Joy tak berani menanyakan kepada mamanya juga, mengapa titik dan bulatan kembar itu begitu misterius b
Joy tahu, ia tak bisa selalu dekat dengan Rey. Bahkan setelah Rey kini menjadi suaminya. Sebab Rey adalah seorang pangeran, putra mahkota, calon penerus tunggal monarki Evertonia yang suatu saat akan menjadi raja menggantikan ayahnya. Dan belum tentu Joy bisa duduk mendampinginya sebagai ratu atau permaisuri.Hukum kolot absolut Evertonia yang masih bertahan selama ratusan tahun mewajibkan seorang calon raja mempersunting calon ratu dari kalangan darah biru, bangsawati atau keturunan petinggi berdarah murni. Rey secara jenius telah berhasil meloloskan diri dari kewajiban itu dengan menikahi Joy diam-diam di pulau rahasia di luar Evertonia, di Evernesia nan permai, negara asal istrinya.Tetap saja, keraguan masih membayangi pasangan pengantin baru yang sedang hangat-hangatnya itu. Bagaimana bila ayahanda Rey yang kelak akan tahu, cepat atau lambat, akan membuat masalah baru dan berusaha memisahkan mereka?Joy sering memendam cemburunya tanpa banyak kata-kata. Ia tak
Danau air tawar alami berair jernih dengan beberapa air terjun kecil itu masih seperti dulu. Karena dalamnya air hanya setinggi dada orang dewasa, masih sangat nyaman untuk berenang. Sesekali beberapa ikan kecil berenang lewat. Beberapa angsa putih di kejauhan berenang bebas sambil bercengkrama. Joy dan Rey datang mendekat. Joy dalam gendongan suaminya tampak gemas tak sabaran. "Sekarang giliranmu jadi Little Mermaid! Tentunya mesti seperti putri duyung aslinya ya!" "Apa 'sih maksudmu?" Tanya Joy yang memang senang berlagak bodoh. "Ya gak usah pake ditutup-tutupi cangkang kerang dobel segala, karena di laut dan di pulau ini gak ada yang bakal lihat!" Diceburkannya Joy ke air. Joy menjerit girang, air itu rasanya segar sekali di kulitnya yang gerah. "Ada yang lihat, Merman!" Balas Joy, berenang-renang sebentar di bawah, menyelam di dekat kedua kaki Rey. Lalu ide jahilnya timbul. "Merman 'sih aman karena atasnya gak perlu ditutup
Penampilan Pangeran Rey yang dahulu dan yang sekarang tak jauh berbeda, usia tak menjadikannya bertambah tua. Namun jangan salah, ia juga tak bertambah matang seperti mangga yang semakin tua semakin bonyok atau kemanisan! Ia tetap 'Si Baby Face yang innocent' seperti dulu, hanya sekarang semakin bertambah dewasa saja!Setelah menjadi seorang ayah muda, malah pesonanya semakin bertambah. Joy si Tomboy semakin heran mengapa suaminya (yang lebih sering ia sebut sebagai mantan pacar) tidak sedikitpun berbeda dengan saat mereka pertama bertemu!Adakah orang yang sungguh-sungguh bisa awet muda seakan dibekukan waktu? Mungkin bila betulan ada 'vampir hidup' Pangeran Rey bisa jadi termasuk salah satunya!Seperti saat mereka berada kembali di pulau itu, pulau yang disebut Pulau Cinta. Tempat di mana mentari selalu bersinar dan bulan selalu berpendar.Kini di tempat yang tak terjamah waktu ini mereka kembali berada. Joy selalu merasa gembira sekaligus bingung
Perhatian : Kisah ini adalah bagian mandiri tapi tak terpisahkan dari serial 'The Prince & I : Sang Pangeran & Aku Season 3'. Apabila Anda ingin mendalami kisah dan karakter Rey dan Joy, mereka bisa ditemui di serial tersebut.Tak butuh waktu terlalu lama bagi Rey dan Joy di dalam kapal pesiar sewaan mereka menempuh perjalanan membelah laut biru Evernesia menuju pulau terpencil di tengah lautan tempat mereka mengucapkan janji suci pernikahan, merangkaikan dua hati menjadi satu.Bukan mengikatkan, karena baik Rey maupun Joy sama-sama bukan tipe pasangan yang mengekang kebebasan masing-masing, tentunya mereka masih saling setia ya. Tapi mereka memang tak suka istilah terikat alias tie the knot. Karena mengikat itu artinya bisa jadi karena khawatir akan hilang, pula tersirat ada sense of worriness di sini, ibarat hewan peliharaan berkaki empat yang diikat di sebuah tonggak karena pemiliknya takut akan kabur, hilang atau dicuri orang.Dua jam perjalanan dan
Saat Joy masih kuliah di Fakultas Seni Rupa dan Desain yang terkenal santai tapi heboh itu, tentu saja yang namanya anak seni tak seformal anak-anak kampus seberang yang elit seperti di mal-mal. Jika anak-anak Fakultas Ekonomi terkenal necis, tukang dandan dan kostumnya cantik bin seksi-seksi, bawa mobil ke kampus dan juga hobi nongkie di sudut-sudut mal, anak-anak Fakultas Hukum terkenal tukang demo dan debat kusir, maka anak-anak FSRD terkenal... apanya ya?Mungkin yang pertama kali dicitrakan orang-orang awam adalah selalu datang terlambat di kelas, sandal jepit butut, t-shirt dan rambut gondrong. Santai abis dan tak banyak ambil pusing. Mereka bergeletakan di mana saja, kadang bahkan cuek menggambar atau menyelesaikan tugas di lantai kampus yang tak pernah dipel. Atau berkumpul di kantin rame-rame sambil merokok. Tapi Joy tak begitu suka berkumpul dengan cowok-cowok perokok itu. Ia lebih banyak main ke perpustakaan dan diam-diam menemukan banyak buku menarik. Buku impor y
Joy sejak masih muda sekali alias masih bocah ingusan juga sudah menunjukkan bakat sebagai cewek kreatif. Bukan karena gen turunan ortu, atau jenius bin hebat bagaimana, hanya karena bakat alias talenta dari sananya, dimana semua orang pasti memiliki juga, entah sama ataupun berbeda.Joy si gadis polos tipe pembelajar visual dan penikmat kata-kata tentu saja menyukai segala macam buku cerita, mulai dari dongeng-dongeng dunia, fabel, mitologi Yunani-Romawi, hingga ensiklopedi berat dan referensi apalagi Kitab Suci pun dilalapnya habis. Makanya sejak kelas 2 SD matanya jadi minus tinggi gegara sering duduk di tempat gelap sambil membaca atau sambil tiduran. Padahal belum jamannya internet, gawai dan sabak tulis digital.Joy kecil si tukang corat-coret juga sering mencoret tembok putih di sekeliling rumahnya dengan pensil, spidol, cat air maupun krayon. Semua dinding termasuk kamar tidur pun tak luput dari aksinya. Papa sudah sering mengecat ulang, tapi selalu putri kecil
"Sebuah imajinasi takkan pernah bisa seratus persen sama dengan kenyataan." Itulah pesan moral yang didapat Pangeran Muda Rey si ABG 12-an tahun saat akhirnya diam-diam berhasil pulang, atau lebih tepatnya melarikan diri, dari petualangan kecil-nya di klub mewah bersama teman-teman-nya. Melihat langsung tubuh-tubuh indah nan nyaris polos milik wanita dewasa menakutkannya. Tak perduli seberapapun cantik atau seksi. Tak ada yang ia rasa nikmat, malah muncul rasa aneh antara geli, jijik atau juga ingin memalingkan muka. Tapi sedikit terbetik pula rasa ingin tahu seorang bocah laki-laki. Seorang kanak-kanak polos yang sedang akil-balik. Mengapa dua benda membulat yang ada di bagian depan tubuh wanita itu begitu menarik? Ada belahan di depan yang tertutupi begitu hendak mencapai tengah. Membuat mata lelaki muda yang sipit itu kecewa. Kok ujungnya tak boleh kelihatan? Apakah yang membuat sebegitu rahasianya bentuk wanita di sana? Seperti kotak Pandora. Bagaikan pet
Pangeran Rey muda tak selamanya dihormati dan disanjung orang-orang di sekelilingnya, bahkan oleh teman dan kerabatnya sendiri. Ia berusaha hidup selurus dan sebaik mungkin, melakukan semua sopan-santun dan adat-istiadat yang terklasik dan ter-basic sekalipun. Bukan tipe ABG pemberontak pada awalnya. Sebab ia tahu, peraturan diciptakan bukan untuk menyiksa, melainkan menjadikan hidup lebih baik.Tapi pada praktiknya semua menjadi berbeda. Sudah jadi rahasia umum, semua anak laki-laki atau remaja di lingkungan ningrat rata-rata mesti 'memiliki satu dua pengalaman kecil yang nakal bersama seorang gadis yang menarik.' Tak mesti bagaimana-bagaimana gitu, hanya mungkin sukses menyelundup ke asrama putri kerajaan, memberanikan diri menembak alias menyatakan cinta pada gadis sekelas atau adik kelas.Nah, Rey tak paham betul masalah itu. Tak terpikir olehnya bahwa pelanggaran lucu-lucuan itu akan menjadi masalah serius atau malah hanya jadi bahan ejekan karena Rey tak ingin me
Bagi hampir semua wanita, sosok pria idaman yang paling tipikal adalah yang tinggi besar, kekar, maskulin, kalau perlu sixpack atau 8 pack bila bisa. Belum lagi yang mengidamkan sosok bule atau berbeda ras, atau bahkan yang berkulit gelap. Yang lebih kasar, dominan dan maskulin. Tapi Joy heran, ia tidak termasuk golongan itu. Ia bahkan takut pada pria yang terlalu hebat dan bombastis. Apalagi pada pria yang berotot, walau mungkin pertama-tama enak dilihat dan memberi kesan kuat, aman, hebat dan sebagainya, sebetulnya itu semua hanyalah citra semu belaka. Sebab seorang pria sejati sesungguhnya bukan dinilai dari fisiknya, melainkan dari hati, jiwa dan ketulusannya pada wanita. A gentleman is not only shown by his body, but shown by his heart. Rey yang berwajah imut, awet muda dan lembut, tubuhnya cenderung biasa saja seperti sebagian besar pria di muka bumi. Ia memang cenderung kurus langsing dan bukan olahragawan sejati. Tapi ia pandai menjaga pola makan dan menjauhi
Mari mengulik Joy, si gadis jelata. Joy tentunya bukan untuk semua pria. Bukan idola semua laki-laki. Bukan seorang dewi Yunani yang dipuja, bintang film atau sinetron yang digilai karena viral, atau model plus plus yang posternya dipajang ABG dan remaja pria di dinding kamar yang tersembunyi dari ortunya. Sama sekali bukan yang seperti disukai mayoritas lelaki itu. Joy ya hanya untuk Rey. Rey yang mengerti semua keinginan Joy, dalamnya hati dan perasaan Joy, serta baik buruk, kelebihan dan kekurangan Joy. Joy sehari-hari sungguh berpenampilan sangat sopan, tertutup dan tak suka pamer bodi. Tak bisa dibilang genit, centil, apalagi murahan. Paling tomboy sedunia! Jadi tak ada seorangpun tahu, ia sebetulnya tak se-innocent itu. Terhadap Rey saja, tentunya. Setelah mengenal Rey, bukan cuma cinta yang mereka saling beri dan terima. Tak hanya sesuatu yang dirasakan hati, rohaniah, spiritual, jiwani dan tak berwujud. Namun sesuatu yang lain juga. Karena mata manusi