23 Januari 2020
07.10
Mutia belum sepenuhnya pulih dari masa lalu. Melihat dan mendengar bahwa Biru hampir kehilangan nyawa akibat melakukan tindakan bunuh diri merupakan hal yang sangat berat. Pada dasarnya, memicu ingatan fisik dan psikis penyintas bunuh diri itu mudah ... bisa lewat cerita, film, video, atau bahkan topik mengenai hal buruk. Tidak mudah bagi Biru juga untuk memperbolehkan Mutia mengunjungi.
Biru cemas jika Mutia ingin melakukan tindakan itu lagi.
"Aku ke kantin dulu." Runalla sengaja berpamitan pergi, karena yakin bahwa mereka ingin membicarakan sesuatu. Mungkin sebuah penjelasan yang memang belum patut dia ketahui. Kedua alis Biru turun; memperlihatkan bahwa dia berterima kasih dan
"I had to forgive a person who wasn't event sorry ... That's strenght." -Anonymous. *** 17 Februari 2020 16.44 Setelah selesai bekerja, Biru sengaja datang ke rumah tanpa memberitahukan pada orang tua. Alhasil, dia hanya mendapati sosok Astrid yang mempersilahkannya masuk tanpa nada maupun sikap yang bersahabat. Di ruang tamu, lelaki itu duduk dengan begitu sopan seolah baru pertama kali masuk--seolah dia orang asing yang baru pertama kali bertamu. "Ayah mana?" pertanyaan singkatnya langsung dijawab oleh Astrid. "Lagi ketemu teman di luar," mereka duduk berjauhan di sofa. Mereka sama-sama merasa tidak aman dan nyaman meski berstatus sebagai ibu dan anak. "Ngapain kamu kemari?"
"The worst feeling is when you don't wanna give up on someone but you know you have to." -Anonymous. *** 24 Februari 2020 14.10 ["Kabar lo gimana?"] Biru mengapit ponsel menggunakan wajah dan bahu ketika menerima telepon dari Noela. Kedua tangannya sibuk membereskan tumpukan print layout cover majalah yang dikumpulkan oleh para mahasiswanya di atas meja. Ada pula beberapa makalah tipis yang sudah disusun rapi berdasarkan kelas masing-masing. Sebelumnya, dia telah mengabarkan pada para mahasiswa melalui grup chat bahwa kelas ditiadakan dan akan mendiskusikan kelas pengganti minggu depan. Sidang kedua Mutia dilaksanakan har
24 Februari 2020Aku kurang mengerti alasan kenapa Mas Biru mengajakku menonton bioskop dadakan. Sepanjang film diputar, Mas Biru menggenggam erat tanganku. Aku tidak berani menanyakan apapun walau tadi suamiku itu memang mengajak untuk membicarakan masalah rumah tangga yang sepertinya tidak bisa ditunda lagi.Pukul setengah dua belas malam, kami baru melangkahkan kaki ke tempat parkir. Hanya tersisa empat mobil di sana. Mas Biru mengajakku masuk mobil. Aku duduk di sampingnya. Jujur saja, sejak dia menggenggam tanganku seerat itu, perasaanku kacau balau. Aku bahkan tidak bisa menatap wajahnya yang makin hari makin tirus.Memperlihatkan betapa lelahnya dia."Runa," Mas Biru menyentuh punggung tanganku. Siapa yang bisa
27 Maret 202017.15"Jangan sering keluar dulu. Nggak takut mati, ya?!"Biru sudah menjelaskan berulang kali pada Yasa, bahwa meskipun pembelajaran daring sudah dilaksanakan sejak awal Maret dan para mahasiswa dilarang keluar rumah, tapi para dosen tetap diwajibkan masuk ke kampus. Ada juga rapat yang harus Biru hadiri--mengingat dia mendapat tawaran untuk menjadi kaprodi.Di dekat pagar, Yasa tengah menyiram berbagai tanaman yang bisa dibilang cukup berumur. Biru bisa melihat ekspresi jengkel yang tampak di wajah Yasa. "Nggak bisa, Ayah. Saya harus datang ke kampus untuk mengajar," Biru menjelaskan ulang saat menutup pagar. Tangan kanannya menggenggam kantung plastik berisikan martabak telur. Biru me
21 Juni 2020"Kamu kembali aja ke publik seolah nggak pernah menikah sama aku. Kamu sudah berapa bulan nggak main sosmed? Mereka pasti kangen kamu."Selama masa pandemi yang tampak makin darurat, Runalla hanya berdiam diri di rumah orang tuanya dan kembali aktif di sosial media. Perempuan itu mulai menerima paid promote, mengunggah video di mytubes, melakukan question and answer di nanogram--kebahagiaan palsunya cukup membantu. Dia tampak baik-baik saja di depan kamera seolah tak pernah melalui hal buruk.Mutia sudah pindah sebulan yang lalu dan mengucapkan terima kasih berulang kali pada keluarga Runalla atas bantuan mereka. Begitu juga Biru. Biru berterima kasih sekaligus telah menjelaskan bahwa pernikahannya dengan Runalla akan diakhiri. Mereka ber
"It's a miracle we ever met." -Anonymous***3 Juli 2020Seminggu setelah sidang pertama perceraian, Biru dikejutkan oleh kehadiran Angkasa di area kampus. Setengah jam lagi Biru harus menjadi moderator di salah satu acara talk show, tapi bisa-bisanya sekarang malah bertemu Angkasa yang berdiri dengan begitu angkuh di depan ruang perpustakaan? Biru takut gelagapan. Meski tugas moderator hanya mengarahkan jalannya acara, Biru masih membutuhkan kesadaran luar biasa."Ngapain lo?" Biru bertanya dengan cukup kalem. Biru bersyukur, pandemi mengharuskan mereka menggunakan masker serta menjaga jarak. Jika tidak, mungkin Biru bisa memukul wajah Angkasa paling tidak sekali. "Ini kampus, bukan warung. Seharusnya lo nggak bisa masuk sembarangan. Pake acara mejeng kaya lagi fashi
7 Juli 202017.45Aku menata peralatan kosmetik sesuai tempatnya setelah mematikan kamera. Banyak sekali hal baru yang kucoba--menciptakan konten makeup di luar zona nyaman. Permintaan Mas Biru agar aku tidak menggugurkan kandungan mengakibatkan aku selalu ingin melakukan kesibukan. Apalagi, Mas Biru juga telah memberitahukan pada Papa-Mama sampai aku dimarahi habis-habisan hingga malam menjelang.Kak Tias juga datang ke rumah. Menyempatkan waktu untuk menengok dan melindungiku dari Papa yang hampir memukul kakiku menggunakan sapu lidi."Pa, sudah. Runalla ini lagi hamil," Kak Tias menyembunyikanku di balik punggungnya ketika aku terisak-isak waktu itu. "Nanti kalau terjadi sesuatu yang buruk
4 Oktober 2020"Runalla, mau Mama temani tidur di kamar?"Aku tidak menolak, karena beberapa minggu belakangan aku sulit sekali terlelap meski sudah minum susu hangat atau makan hingga kenyang. Malam ini Mama tidur di sampingku. Rasanya seperti kembali ke masa kecil, di mana aku masih belum punya kamar sendiri dan masih tidur dalam pelukan Mama."Badannya pegel semua?" tanya Mama lembut saat hampir saja menyentuh kakiku untuk memijatnya. Aku buru-buru mendudukkan diri susah payah sembari menyentuh punggung bawahku. "Ma, nggak perlu dipijat. Aku nggak papa. Badanku nggak papa."Sebelumnya aku telah menerka alasan dari kesulitan tidurku. Mungkin, karena bulan lalu aku baru selesai melakukan sidang cerai ke dua dan sekar
a/n: Anyelir's pov. *** Patah hati pertamaku sudah berlalu dan Mama tidak memperbolehkanku menemui Satya lagi. Aku, Anyelir Pramudita, sekarang lebih dijaga oleh Mama yang mengatakan bahwa tidak mau melihatku menangisi lelaki brengsek. Satya sempat datang ke rumah--Mama tidak memperbolehkanku bicara dan sebagai gantinya Mama yang mengomeli Satya sampai Papa terpaksa menarik Mama masuk ke dalam. Hari ini, Mama baru pulang dari Surabaya setelah mengunjungi satu sahabat baiknya, Tante Noela. Sepengetahuanku, mereka sudah bersahabat sejak Mama duduk di bangku kuliah dan sempat ada konflik walau aku tidak tahu masalah apa yang mereka hadapi. Mama pulang kemudian langsung disambut oleh Papa dengan pelukan hangat. "Runa, capek?" Papaku tersenyum kelewat lebar ketika kembali melihat wajah Mama, setelah tiga hari ditinggal pergi ke Surabaya. Mama menyahut, "Biasa aja, sih. Kamu sama Anye sudah makan? Mau dimasakin apa?" "Terserah, pokoknya bisa dimakan
6 Januari 2021 Biru mengalami masa-masa sulit setelah kepergian Vivi, anjing kesayangannya. Biru tahu betul bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini, tapi dia tidak pernah mempersiapkan diri untuk berpisah dari hewan peliharaan yang setiap hari menemaninya dalam suka maupun duka. Tahu, tidak, alasan mengapa berpisah dari hewan peliharaan bisa 'sedalam' itu? Menurut penelitian, itu disebabkan oleh adanya ikatan yang begitu dekat dengan mereka. Individu yang sudah menyayangi sepenuh hati dan rela memberikan apapun, merasakan kehilangan mendalam akibat setiap hari--secara tidak langsung--berperan sebagai orang tua; yang mengayomi, menghidupi, membahagiakan, dan memberikan afeksi fisik maupun emosi. Apalagi Vivi sudah menemani Biru selama bertahun-tahun lamanya. Vivi baru pergi meninggalkannya di bulan Desember dan Biru masih belum bisa merelakan. Hari-hari Biru semakin berat, karena dia harus bekerja di tengah pandemi dan memastikan keadaan Runal
11 April 2026Biru terkejut bukan main, karena tiba-tiba mendapatkan pesan dari wali kelas Anyelir. Anyelir membuat masalah dan memukul temannya hingga mimisan, katanya. Runalla tidak bisa datang, karena perempuan itu juga sedang diopname di rumah sakit--tipes empat hari lalu."Makanya anaknya tuh dididik yang bener," cecar ibu dari Gio--Riri--anak yang dipukul oleh Anyelir. Riri menatap sinis ke arah Biru yang duduk di samping Anyelir. "Orang tuanya cerai, anaknya jadi berandalan deh. Makanya, jangan cerai."Ruang kepala sekolah memiliki dua sofa hitam panjang saling berhadapan yang ditengahi oleh meja. Ruangan itu kecil. Meja kepala sekolah sejajar lurus dengan meja yang menengahi sofa. Di sana ada kepala sekolah serta guru yang biasanya mengajar di TK.
21 Desember 2025Sudah hampir seminggu lamanya Anyelir menginap di rumah Biru. Anak perempuannya itu terkadang menanyakan, "Oma sama Opa di mana, Papa? Anye mau ketemu." dan Biru jelas tidak bisa memberi jawaban secara rinci mengenai kepergian orang tuanya. Hubungan mereka sempat membaik walau tak sepenuhnya. Sebelum keluarga ideal yang Biru idamkan menjadi nyata, Tuhan sudah lebih dulu merenggut nyawa Yasa dan Astrid melalui sebuah kecelakaan tabrak lari pada tahun 2022 silam.Biru dan Mutia sama sekali tidak bisa menangis ketika pemakaman diadakan. Mereka menerima ucapan bela sungkawa dari orang terdekat, tapi tahu bahwa mereka pasti juga dibicarakan di belakang. Entah, Biru enggan membahas hal tersebut dan akan membalas, "Oma sama Opa sudah tenang di surga, Anye."D
«warning»Btw ini scene yang seharusnya ku publish untuk part 31: Di Luar Ekspektasi, tapi nggak jadi pas itu.***23 Desember 2019Dalam keminiman cahaya ruangan, Runalla tetap bisa melihat wajah suaminya yang tampak begitu tampan. Mata tajam, hidung mancung, pipi yang sedikit berisi, bibir tipis ... ah, suhu mendadak meningkat saat dia mengamati bibir itu lekat. Keheningan menguasai sampai detak jantung mereka bisa saja terdengar layaknya suara jarum jam."Mas, pengen cium." bisiknya penuh pengharapan ketika Biru menyibak rambutnya hati-hati. Penuh sayang, Biru mempersempit jarak sebelum menjemput
recommended song: Another by Francis Karrel***7 Oktober 2025"Papa!"Anyelir kecil berlari menghampiri Biru yang sejak tadi sudah menunggu di depan taman kanak-kanak. Anak perempuannya yang kini menginjak lima tahun tampak menggemaskan di balik balutan seragam sekolah berwarna biru laut dan rambut pendeknya juga diurai. Jangan lupakan pipi bulat yang merona akibat cuaca panas di siang hari.Suara hiruk-piruk area sekolah memenuhi telinga. Banyak orang tua berdatangan ke sekolah untuk menjemput buah hati, tapi ada para ibu yang rela menunggu anak dan bercengkrama di kantin taman kanak-kanak. Biru terkadang merasa bahwa para ibu menatapnya ganas seolah bersiap menerkam. Sejujurnya, Anyelir sempat bilang b
"How lucky I am to have something that makes saying goodbye so hard." -A. A. Milne.***7 Oktober 2020Suamiku benar-benar datang menemani dari awal sampai akhir.Sehari sebelum melahirkan, Kak Tias memintaku untuk menginap di rumah sakit agar tidak ada hambatan. Kak Tias juga membantuku menyiapkan tas berisi perlengkapan yang sekiranya nanti kubutuhkan. Bertolak belakang dengan Mama--beliau melarangku menginap dan tetap di rumah saja; mengingat kondisi pandemi masih berlangsung dan takut kalau itu akan membahayakan."Ya terus nanti kalo brojolnya tiba-tiba gimana, Ma?" Kak Tias sempat protes ketika membawa tasku. "Nanti kalau jalanan macet? Belum lagi kalo tiba-tiba ban bocor atau mobilnya mogok di tengah jalan? Masa iya jalan kaki? Mau manggil
4 Oktober 2020"Runalla, mau Mama temani tidur di kamar?"Aku tidak menolak, karena beberapa minggu belakangan aku sulit sekali terlelap meski sudah minum susu hangat atau makan hingga kenyang. Malam ini Mama tidur di sampingku. Rasanya seperti kembali ke masa kecil, di mana aku masih belum punya kamar sendiri dan masih tidur dalam pelukan Mama."Badannya pegel semua?" tanya Mama lembut saat hampir saja menyentuh kakiku untuk memijatnya. Aku buru-buru mendudukkan diri susah payah sembari menyentuh punggung bawahku. "Ma, nggak perlu dipijat. Aku nggak papa. Badanku nggak papa."Sebelumnya aku telah menerka alasan dari kesulitan tidurku. Mungkin, karena bulan lalu aku baru selesai melakukan sidang cerai ke dua dan sekar
7 Juli 202017.45Aku menata peralatan kosmetik sesuai tempatnya setelah mematikan kamera. Banyak sekali hal baru yang kucoba--menciptakan konten makeup di luar zona nyaman. Permintaan Mas Biru agar aku tidak menggugurkan kandungan mengakibatkan aku selalu ingin melakukan kesibukan. Apalagi, Mas Biru juga telah memberitahukan pada Papa-Mama sampai aku dimarahi habis-habisan hingga malam menjelang.Kak Tias juga datang ke rumah. Menyempatkan waktu untuk menengok dan melindungiku dari Papa yang hampir memukul kakiku menggunakan sapu lidi."Pa, sudah. Runalla ini lagi hamil," Kak Tias menyembunyikanku di balik punggungnya ketika aku terisak-isak waktu itu. "Nanti kalau terjadi sesuatu yang buruk