Saat Anna melihat Jason Luthor mengepalkan tangannya, Anna sudah tahu ada sesuatu yang sedang disembunyikan pria tua itu darinya dan juga ibunya, Pamela. Jason Luthor tidak langsung menjawab namun sebagai gantinya pria tua itu hanya berdehem dan meminta Anna untuk menemuinya besok, berdua saja. Anna menyetujui lalu menghilang bersama Pamela ke ruangan yang sudah dipersiapkan untuk mereka gunakan malam ini. “Boleh aku tahu rencanamu, Anna?” tanya Pamela saat mereka sudah merebahkan diri di atas ranjang. “Sejujurnya aku cukup kaget kau tidak menolak permintaan kakekmu untuk tinggal di sini.” Anna menggeser posisi tubuhnya, mendekat ke arah Pamela, membuka akses sang ibu untuk memeluknya. Belaian tangan Pamela di atas kepala Anna memberikan ketenangan. “Semua itu kulakukan dengan spontan, Mom. Kau kecewa atas respon Jason yang lambat. Itu cukup membuatku berpikir; kenapa tidak sekalian saja aku bertanya tentang daddy. Kau tentu juga penasaran dengan rencana rahasianya, kan?” “Tentu.
Jason Luthor sepertinya tidak menyangka jika Anna akan benar-benar pergi tidak lama setelah perdebatan mereka beberapa saat lalu. Dia mengira Anna adalah sosok cucu perempuan yang mudah diatur serta diperdaya namun tampaknya dia salah perhitungan. Jason Luthor melupakan bahwa berdebat dengan Anna tidak bisa menggunakan cara yang biasa saja, perlu taktik atau perencanaan matang karena Anna bukanlah wanita bodoh. Dia adalah cucu dari seorang Luthor dan seorang Luthor sudah sewajarnya memiliki sifat seperti itu. Jason Luthor mengarahkan kursi rodanya ke arah jendela raksasa tepat di depannya. Perkataan Anna membuatnya terusik. Masa lalu. Sebenarnya, semenjak mengetahui isi dari ketiga surat Richie waktu itu, Jason Luthor langsung segera menjalankan rencananya. Pemikirannya saat itu sama dengan tebakan Anna, yakni mengaitkan semua yang terjadi dengan masa lalunya yang cukup kelam. Jason Luthor mengerahkan bawahannya mencari keberadaan seseorang yang telah lama menghilang selama dua puluh
Rasanya Anna sangat malu sekali. Hampir seumur hidupnya dia tidak pernah bergantung pada uluran tangan orang lain. Bukannya Anna tidak ingin, tapi Anna tidak terbiasa. Lagi pula kedua orangtua Anna mendidiknya hidup mandiri bukan tanpa alasan mengingat Anna hanya hidup berdua saja selama ini bersama sang ibu. Anna mengunci pintu apartemennya tergesa-gesa untuk mengejar jadwal bus yang sebentar lagi akan singgah di halte. Lorong apartemen yang biasanya sepi entah kenapa pagi ini terlihat sangat sibuk sekali. Banyak orang berlalu lalang serta naik turun tangga mengeluarkan barang. Anna mengernyit seketika dengan rasa penasaran yang sebenarnya ingin sekali dia tuntaskan kalau saja tidak dikejar-kejar oleh waktu. “Halo, Anna ….” Sapaan pria tua dengan perut buncit mengalihkan pandangan Anna. “Halo, Paman Spencer. Kau terlihat sibuk sekali pagi ini,” kata Anna dengan terpaksa berbàsà-bàsi membalas sapaan tetangga sebelah pintu. “Ya, karena mulai hari ini aku akan pindah dan kau akan pun
“Kau sudah melewati batasan, Andrew,” timpal Andreas. Andrew Lewis hanya menempelkan bokongnya di ujung meja ketika Andreas datang dengan murka. Pria berwajah sama dengannya itu tampak kecewa sekaligus marah karena nasihat yang pernah dikatakannya tidak sedikit pun didengarkan oleh saudara kembarnya. “Anna saja memikirkan reputasimu sebagai seorang Lewis. Tapi, kenapa justru kau bertingkah seolah tidak mempedulikannya? Biarkan Alex yang melakukan dengan caranya dan kau cukup mengawasi semua dari kejauhan,” tambah Andreas lagi. Andrew Lewis mendesah. “Berdebat denganmu tidak pernah ada habisnya, Andreas. Percuma saja aku memberimu pengertian karena kau tidak pernah belajar untuk mengerti.” “Justru kau yang tidak kumengerti, Andrew. Jangan buta karena cinta. Dulu kau mampu hidup tanpa mengenal siapa pun, tapi kenapa kau justru menggantungkan hidupmu seolah kau tidak bisa hidup tanpanya? Bukankah ini sungguh menggelikan?” Andrew Lewis mengetatkan long coat di tubuhnya. Perkataan Andr
Ketika Anna merasakan ciuman Andrew Lewis berubah liar, Anna terbawa arusnya. Seolah kata yang mereka perdebatkan jauh sebelumnya sudah tidak berarti apa-apa lagi. Anna bisa merasakan desakan luar biasa dari tubuh Andrew Lewis. Pria itu mendambakannya lebih dari sekadar dambaan biasa. Aroma yang menguar ketika bibir mereka yang saling mengecap, membuat keduanya semakin hilang kendali. Tidak hanya Andrew Lewis, tapi juga Anna dengan sikap pasrahnya seakan apa yang saat ini Andrew Lewis lakukan padanya adalah sesuatu yang sudah lama Anna inginkan. Mata hitam Andrew Lewis berubah menggelap karena terselimuti kabut yang bernama gairah. Tidak ada pergerakan apa pun, kecuali Anna yang merasa dirinya seperti ditelanjangi oleh tatapan mata kekasihnya yang tajam. Tangan Anna yang mengalung di leher Andrew Lewis semakin menariknya untuk mendekat. Dahi mereka menyatu dengan napas yang sama-sama terengah karena efek pergulatan lidah sebelumnya. “Apakah ciumanku sebrutal ini?” tanya Anna ketika m
Sudah lama Anna tahu kalau sang ibu tidak pernah mempermasalahkannya untuk tidur dengan pria mana pun selama dia bisa bermain dengan aman. Tapi, saat Pamela menatap dengan senyuman yang begitu lebar, Anna mendadak merasa risih. “Are you ok, Mom?” tanya Anna kemudian. “Tentu, Sayang. Sepertinya kau cukup bersenang-senang dengan kekasihmu itu semalam.” Ada rona kemerahan di pipi Anna. “Oh c’mon, Mom. Apa aku perlu memceritakan semua detailnya? Kau pun tentu pernah muda.” “Aku tahu, Anna. Lakukan apa saja yang membuatmu bahagia. Terkadang kau itu terlalu keras bahkan pada dirimu sendiri.” Anna melewati Pamela kemudian menghilang dalam kamar tidurnya. Hari ini dia dan Andrew Lewis akan pergi membeli beberapa keperluan untuk mengisi kulkas. Anna mengambil pakaian yang biasa dipakainya lalu bercermin dengan kerutan didahi. Pertama kalinya Anna merasakan jika dia tidak banyak memiliki pakaian yang layak, apalagi untuk berkencan. Semua pakaian yang dimiliki Anna adalah bergaya santai dan
Anna tidak pernah meminta Andrew Lewis untuk menggenggam tangannya sampai berkeringat, tapi pria posesif itu justru dengan sukarela melakukannya. Alex tampaknya juga menyadari jika tuannya menunggu laporan yang dia janjikan. Meskipun terlambat, Alex yakin Andrew Lewis akan memaafkannya. Alex mengeluarkan lembaran foto hasil jepretannya membuntuti. Mobil dan plat nomor yang sama terpampang jelas di sana. “Mobil itu adalah mobil keluaran terbaru dan belum diperjualbelikan dengan bebas. Harganya yang fantastis sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang bisa membelinya. Dugaan saya, orang yang membuntuti Nona Anna bukanlah orang dari kalangan orang biasa.” Kemudian Alex mengeluarkan selembar kertas coretan tangannya lalu memberikannya pada Andrew Lewis. “Itu adalah beberapa titik lokasi yang pernah mobil itu singgahi. Termasuk di antaranya kedai tempat Nona Anna bekerja, apartemen dan beberapa tempat di NSW. Dugaan saya, ini adalah lokasi yang sering sekali Nona Anna lewati dan ….”
Jason Luthor selalu berpikir bahwa kekecewaan Anna adalah kesalahan yang seharusnya dia tebus bagaimanapun caranya. Jason Luthor masih belum bisa melupakan ekspresi wajah Anna saat dia tahu pencarian yang selama ini sedang berlangsung belum membuahkan hasil. Sejak kepergian Anna, Jason Luthor menghabiskan hampir semua waktunya di ruangan gelap, tanpa cahaya layaknya vampir yang takut akan sinar matahari. Lalu, hari ini adalah batasnya. Batas dari semua kelakuan tidak biasa yang akhirnya mengundang tanya Elma, kepala pelayan yang telah mengabdikan diri selama puluhan tahun untuk keluarga Luthor, sekaligus teman masa kecil mendiang istrinya, Elsa. “Sudah terlalu lama Anda tidak meninggalkan ruangan ini, Tuan Luthor.” Elma membuka tirai yang menutupi jendela besar hingga sinar matahari menembus kaca. Elma lalu mendorong trolley makanan dan meletakkan menu sarapan di atas meja, tepat di depan Jason. “Tolong jaga kesehatan Anda, Tuan. Karena mengurung diri di dalam ruangan yang minim ca
“Ba-Bagaimana dengan tamu undangan di luar? Apa yang akan kita katakan pada mereka?” Anna masih berusaha melepaskan diri dari kungkungan lengan Andrew Lewis. “A-Andrew … kau sudah gila!” Andrew Lewis tidak melakukan penghukuman pada Anna di ruangan yang mereka masuki beberapa waktu lalu. Pria itu sengaja membawanya ke sebuah hotel yang tidak jauh dari tempat mereka mengucapkan janji. Anna menggeliat berulang kali karena rasa geli yang menjalari seluruh tubuhnya yang telah polos sempurna. Andrew Lewis benar-benar menghukumnya. Dorongan keras dan kuat di bawah sana seakan menjadikan bukti bahwa Andrew Lewis adalah pemilik sah yang berhak atas tubuh Anna Wijaya sebagai istrinya. Erangan Andrew Lewis mengudara bersamaan dengan jatuhnya keringat yang membanjiri dahi dan bahkan hampir seluruh tubuh pria itu. Napas Anna terengah. Bercinta dengan Andrew Lewis memang bukan yang pertama, tapi malam ini Anna sungguh dibuatnya kewalahan. Pria itu sama sekali tidak memberikan Ann
Lima jam lagi dan Anna akan resmi menjadi istri Andrew Lewis. Bathrobe masih melekat di tubuh Anna ketika riasan di wajah hampir selesai. Anna memperhatikan diri dalam pantulan cermin. Ibunya benar. Anna terlihat berbeda hari ini. Tidak ada keraguan sama sekali. Dia benar-benar memilih Andrew Lewis dan menerima semua konsekuensi saat memutuskan meletakkan nama pria itu di belakang namanya.“Aku tiba-tiba khawatir ….” Pamela tiba-tiba bersuara setelah seorang stylist menyudahi menata rambut putrinya. Pamela kemudian mendekat, menatap Anna dalam pantulan cermin yang terlihat sangat begitu cantik. “Apakah gaun pengantinmu bisa sampai tepat waktu?”“He’s Mario Sanchez, Mom dan Mario Sanchez akan selalu datang menepati janjinya. Kau tidak perlu mengkhawatirkan apa pun.”“I know, but … apa kau tidak berpikir ini sebuah pertanda?”“Pertanda?” Anna seketika mengerutkan dahi. “Ka
Anna tidak pernah membayangkan jika seorang Andrew Lewis akan sungguh melamarnya. Anna pula tidak mengira Andrew Lewis akan bergerak sangat cepat mengurus keperluan pernikahan mereka tanpa sepengetahuannya. Andrew Lewis bahkan melarang Anna untuk terlibat dengan alasan ingin memberikan dirinya kejutan. Berdebat pun rasanya percuma karena pendirian seorang Lewis tidak pernah mudah untuk digoyahkan dalam hal apa pun. Siang ini Anna membuat janji akan bertemu dengan Mario Sanchez. Fitting gaun pengantin untuk yang terakhir kali sebelum Anna kenakan untuk acara pernikahan minggu depan. Gaun sederhana dengan potongan rendah di bagian belakang pasti akan sangat cocok di tubuh semampai Anna. Bahkan Mario Sanchez pun berulang kali berdecak kagum atas karya yang berhasil dia ciptakan. “Tuan Lewis akan sangat menyukainya, Nona,” cetus Mario Sanchez ketika Anna melihat bentuk tubuhnya di depan cermin. Gaun berwarna putih itu memang menempel dengan sangat sempurna ditubuhnya. Ba
“Are you still mad?” Andrew Lewis mogok bicara dan pria itu telah memulainya sejak mereka meninggalkan tempat Mario Sanchez. Padahal sebentar lagi pesta akan dimulai dan Anna sungguh tidak ingin Jason Luthor mengendus pertengkaran hingga membuat pria tua itu berpikir bahwa masih ada celah untuk menjodohkannya dengan pria lain. Ya, meskipun Jason Luthor telah mengizinkan Anna menjalin hubungan dengan Andrew Lewis, tapi sebenarnya diam-diam Anna tahu bahwa pria tua itu telah menjodohkan Anna dengan pria lain. Anna kembali mendekati Andrew Lewis, tapi tampaknya kekasih Anna itu masih bergeming dan membuat Anna terpaksa menyerah. “Ok, fine. Aku bersalah dan aku minta maaf. Aku berbohong. Aku tidak menemui Samantha, melainkan pergi mengunjungi Chris Rowell di apartemennya. Tidak terjadi apa-apa di sana. Aku dan Chris Rowell hanya terlibat pembicaraan ringan, tidak lebih. Jadi, berhenti bersikap kekanak-kanakan seperti ini, Andrew. Kau membuatku terlihat bodoh,” ka
Hal yang sangat diinginkan oleh Andrew Lewis setelah kembali normal adalah berseluncur di atas salju. Andrew Lewis benar-benar menantikan datangnya hari ini sementara Anna sangat tidak menyukai berada di luar ruangan saat musim dingin. Anna bukan tidak menyukai salju, hanya saja musim dingin membuatnya menjadi cepat lelah karena harus mengenakan pakaian berlapis-lapis. “Are you ok?” tanya Andrew Lewis saat melihat sang kekasih duduk di depan api perapian. Sebenarnya, Andrew Lewis juga tahu jika Anna sangat tidak suka berlama-lama berada di luar, tapi wanitanya itu justru memaksakan diri. “Ya. Apa kau sudah siap untuk memulai peluncuran perdana hari ini?” tanya Anna setelah melihat kekasihnya telah berpakaian lengkap dan terlihat sangat bersemangat sekali. “Tentu saja. But I’m sorry. Aku tahu kau sangat tidak suka cuaca dingin seperti ini, tapi aku justru—” “It’s ok, Sayang.” Anna seketika menyela sembari membetulkan posisi topi rajutan yang dipakai An
Semua berakhir dalam damai, setidaknya itu yang ingin Anna inginkan. Anna dan Pamela akhirnya memutuskan untuk tinggal bersama dengan Jason Luthor. Anna tidak ingin bersikap egois lagi. Dia ingin melihat ibunya juga ikut menebus waktu di sisa umur sang kakek yang sudah tidak muda lagi. Mereka bertiga terlalu lama hidup dalam kesendirian dan sekarang saatnya saling membuka diri. Lagi pula, bukankah kesalahpahaman keduanya sudah selesai? Anna bergeser sedikit saat petugas jasa pindahan mengangkat satu per satu barang keluar dari apartemen. Karena mulai hari ini dia dan Pamela akan meninggalkan tempat ini. Ketika semua barang telah selesai dikeluarkan, bahu Anna ditepuk pelan oleh seseorang. Samantha menatapnya dengan cemberut sembari melipat kedua lengan di dadà untuk menghangatkan tubuh. “Aku akan sangat merindukanmu, Anna,” sahut Samantha. Anna terkekeh. Lantaran ekspresi dan perkataannya yang sangat bertolak belakang. “Kau boleh datang ke kediaman Luthor kap
Nyawa Angela tidak bisa diselamatkan. Penyebab kematiannya adalah overdosis. Para medis di tempat penampungan selama ini terkecoh. Bahwa ternyata ingatan Angela sudah lama kembali. Wanita tua itu hanya berpura-pura hilang ingatan demi sebuah tujuan. Kemudian satu hari setelah pemakaman berlangsung, selembar surat pun datang ke rumah kediaman Jason Luthor dan mengungkap segalanya.Surat itu menggunakan amplop berwarna putih yang ditulis dengan tulisan tangan Angela. Jason Luthor memberikan surat itu pada Anna. Pria tua itu tampaknya sudah cukup lelah menyembunyikan semua masa lalunya bersama dengan Angela dan memberikan semua keputusan pada sang cucu, Anna.Anna merobek ujung amplop sembari menatap Jason Luthor sebelum memulai membaca surat itu.“Apa kau yakin?” tanya Anna.Jason Luthor mengangguk. Anna pun menarik napas dalam-dalam.“Jika surat ini telah sampai ditanganmu, artinya aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. Meskipun be
“Kau terlihat tampan sekali hari ini,” puji Anna.Satu minggu berlalu dan hari ini adalah pemeriksaan kedua luka di punggungnya. Meskipun luka Anna belum sepenuhnya pulih, tapi Anna sudah tidak sabar ingin keluar dan menghirup udara bebas.“Katakan padaku.” Anna menarik Andrew Lewis mendekat lalu melingkarkan lengan di leher kekasihnya. “Apa yang membuatmu terlihat berbeda hari ini? Apa kau sedang senang?”Andrew Lewis terkekeh dengan tangan yang sudah mendarat di pinggang Anna.“Apa aku terlihat begitu tampan hingga kau penasaran?”“Ck … jawab saja atau aku akan benar-benar marah padamu.”“Kau tidak akan bisa, Anna. Karena aku selalu memiliki seribu alasan untuk membuat amarahmu mereda.”Andrew Lewis benar. Pria itu selalu dengan gampangnya membuat hati Anna luluh dengan sendirinya. Anna tidak tahu dengan pasti sihir macam apa yang dimiliki seorang Andrew
“Kupikir aku akan mati.” Anna meringis menahan rasa ngilu luka di punggungnya. Untung saja tembakan itu tidak melukai organ vital. Meskipun dia harus mengalami koma yang cukup lama, setidaknya Anna selamat dari insiden penembakan itu. “Kenapa kau sering sekali membuatku takut?” Andrew Lewis seketika membenamkan kepalanya di sela-sela leher Anna, menghirup aroma kekasihnya yang sangat dia rindukan. “Seorang Andrew Lewis merasa takut?” Anna sedikit terkekeh. “Seluruh warga NSW akan tertawa kalau kau berubah menjadi seorang pecundang.” “Kau tidak perlu khawatir karena Alex akan mencari siapa penyebar rumor tidak masuk akal itu dan memberantasnya.” Andrew Lewis mendongak. “Terlepas dari semua itu, aku senang kau kembali, Anna. I miss you.” Andrew Lewis menarik tengkuk Anna dan melumat pelan bibir pucatnya. Pria itu rasanya sudah tidak sabar ingin melakukan banyak hal bersama Anna jika kondisi kekasihnya sudah pulih kembali. “Hei, aku baik-baik saja. Aku masih hidup, Andrew.” Anna men