Trisha menarik napas panjang untuk memberikannya sedikit ketenangan, lalu menepuk pundak lelaki itu pelan.
“Apa?!” sentak lelaki itu mengangkat kepalanya menatap Trisha dengan tatapan mata tajamnya. Bukan sikap lembut yang dia dapatkan, melainkan sikap menyebalkan.
Trisha hanya tersenyum canggung sambil memperlihatkan kertas. Lelaki itu sontak langsung berdiri saat selesai membaca tulisan peringatan itu, lalu dia melihat ke bagian belakang yang sudah terkena noda. “Kenapa kertas itu lo ambil?! Orang jadi enggak tau kalau cat di kursi ini masih basah!” marahnya seraya mengambil kertas itu secara paksa.
Trisha menarik bibirnya membentuk senyuman paksa. “Kertas itu terbang, bukan gue yang ambil!” Trisha pun melepas jaket yang dia kenakan, lalu memberikannya pada lelaki itu sambil mengucapkan, “Ambil, untuk menutupi cat yang ada di belakang.”
Setelah lelaki itu mengambil jaket Trisha, wanita gemuk itu langsung m
Trisha duduk di halte dengan menyandarkan tubuhnya di tembok. Kakinya terasa sangat pegal akibat berlari jauh, tubuhnya juga terasa tidak enak dan ingin cepat-cepat sampai rumah. Besok adalah hari yang paling dia nanti, karena dia akan menikmati waktu istirahatnya sebaik mungkin.Dia benar-benar merindukan bangun siang dan bermalas-malasan di kasur.Setelah menunggu sepuluh menit, bus datang dan berhenti di halte. Trisha pun beranjak berdiri, lalu berjalan cepat masuk ke dalam bus. Dia duduk di kursi kosong yang berada di belakang. Pandangan mata wanita itu melihat ke luar jendela, pikirannya memikirkan banyak hal.Setelah lima belas menit perjalanan, bus terhenti di halte depan minimarket yang tidak jauh dari rumahnya. Wanita gemuk itu melangkahkan kakinya keluar bus, dan duduk sejenak di kursi halte karena ponselnya berdering.Satu panggilan masuk dari Vanda membuat dia menghela napas panjang. Apa lagi masalah yang akan disampaikan olehnya? Pikir Trisha
Sesampainya di rumah, Trisha langsung mengunci pintu rumah, lalu berjalan masuk ke kamar. Ia menyalakan lampu terlebih dulu, kemudian merebahkan tubuhnya di kasur dengan memejamkan matanya menikmati kenyamanan yang dirasakan oleh punggungnya. Sangat nyaman sekali.Setelah beberapa menit kemudian, wanita gemuk itu kembali duduk dan beranjak dari kasur. Dia berjalan gontai menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya yang terasa lengket karena bekerja seharian.Sepuluh menit berlalu, Trisha keluar dari kamar mandi dengan handuk yang ia kalungkan di leher. Kakinya melangkah menuju meja kerja dan duduk di sana. Dia menyalakan komputer untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai mangaka.Seharusnya dia sudah berencana untuk mengerjakan besok, hanya saja semua yang dia pikirkan menjadi berantakan karena pesan yang dikirimkan oleh aktor iblis itu. Tak ada pilihan lain, Trisha harus menyelesaikan besok.Menunggu komputernya menyala, dia kembali beranjak dan berjalan
Setelah memakan banyak waktu, Trisha selesai membuat dua chapter untuk ke depannya. Wanita gemuk itu meletakkan pen dengan memundurkan kursi seraya merenggangkan ototnya yang terasa sangat pegal.“Akhirnya selesai!”Matanya melirik jam dinding yang menunjukkan pukul tiga pagi, dia menguap lebar dan langsung berjalan gontai ke kasur setelah mematikan komputernya itu. Dalam hitungan detik, ia pun langsung terlelap.Tepat pukul tujuh pagi, alarm di ponsel wanita itu berbunyi dengan kencang. Trisha yang sedang bermimpi indah pun terpaksa harus bangun karena terkejut dengan nada alarmnya sendiri. Dia terlihat masih sangat mengantuk, ingin rasanya kembali terlelap. Namun, dia harus datang ke studio untuk rapat.Trisha mengusap wajahnya kasar seraya beranjak dari kasurnya cepat, karena kalau terlalu lama di kasur membuatnya semakin malas. Dia langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badan sekaligus menghilangkan rasa kantuknya.
“Udah selesai, jangan lupa lima ratus ribu. Nanti gue kirim nomor rekeningnya,” ucap Trisha tersenyum lebar. Dia beralih pada Lin yang tertawa kecil. “Terima kasih sudah mengantarkan saya, kalau begitu saya pergi dulu.” Trisha pun membuka pintu mobil, lalu keluar dari mobil dengan senang. Bagaimana tidak senang? Mendapatkan lima ratus ribu dalam sepuluh menit. Bukankah itu sesuatu yang langka?Trisha masih memandangi mobil yang sudah pergi. Tangannya merogoh saku celana karena merasakan getaran dalam ponsel. Matanya terbelalak ketika mendapatkan satu panggilan masuk dan ratusan pesan dari Vanda. Dengan cepat wanita gemuk itu mengangkat telepon itu seraya melangkahkan kakinya cepat menuju studio.“Iya, ini gue udah sampai! Sabarr!”***“Stop!” pekik Sev ketika tidak sengaja melihat seseorang yang tidak asing baginya memasuki restoran yang belum buka. Apa ia bekerja di sana? Pikir Sev terus mengamati.
Sesampainya di restoran, Vanda memesankan beberapa menu makanan dan dua minuman terbaru. Sedangkan Trisha, dia sedang asyik menggambar menggunakan IPad miliknya. Sudah biasa jika wanita gemuk itu selalu begitu. Vanda terkadang memaklumi Trisha, namun kadang dia merasa kesal karena selalu menggambar di mana pun berada.“Pantas aja lo jomblo,” sindir Vanda yang membuat gerakan tangan Trisha seketika terhenti. Wanita gemuk itu langsung menoleh dengan tatapan datarnya.“Maksud lo apa? Lo sendiri juga jomblo, kan!”“Lo sepanjang perjalanan sampai gue selesai pesan menu selalu ke arah IPad. Kesambet apaan?” tanya Vanda yang membuat Trisha menyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.“Kesambet setan rajin!” Trisha membuka tasnya dan memberikan flashdisk pada Vanda. “Ini dua chapter sekaligus,” ujarnya dengan nada sombong.Vanda mengambil flashdisk itu dengan mengg
“Kenapa? Bahagia banget kayak habis dapet duit aja,” tanyanya yang membuat Trisha langsung menunjukkan layar ponselnya.“Emang dapet duit.”“Dari siapa?” tanya Vanda bingung.“Sev.”Mata Vanda perlahan membelalak dan menatap Trisha dengan tatapan tidak percaya. “Sev? Kenapa dia kasih lo duit?” tanyanya yang belum paham alasan Sev memberikan uang Trisha. Apa itu uang gaji Trisha? Tapi seingatnya, Zhui memberikan gaji Trisha di awal bulan nanti. Tentu saja dengan jumlah yang lebih banyak.“Ini karena ... taruhan game aja.”“Taruhan?”“Iya, semacam itu. Tadi dia yang antar gue ke studio, pas di jalan Sev kalah terus sama permainannya. Gue ambil alih itu ponsel, terus dia sendiri yang bilang, kalau gue bisa memenangkannya, dia kasih gue lima ratus ribu. Menyenangkan, bukan? Untung aja gue inget step by step,” cerita Trisha panjang leba
Severino menatap layar ponselnya dengan mengangkat satu alisnya ketika teman gamenya itu menanyakannya. Apa dia harus mengatakan dengan jujur? Bukan tipikalnya sekali memberitahu kondisinya pada orang yang belum pernah ia temui sama sekali. Tapi dia sudah banyak membantu. Lelaki itu menghela napas dan meletakkan ponsel di meja tanpa membalas pesan itu, belum saatnya memberitahukan kepadanya. Di sisi lain, Trisha terus menatap layar ponselnya yang tidak ada balasan dari Shinaose. Apa dia memang tidak berniat memberitahu? Ternyata dia juga tertutup? Ralat, bukankah dia memang dingin sejak awal? Tak mau ambil pusing, wanita gemuk itu beranjak dari duduknya dan berjalan gontai memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Mengingat ia akan pergi dengan Sev. Tidak membutuhkan waktu lama Trisha keluar dengan handuk yang menutupi tubuhnya, dia membuka lemarinya untuk mencari pakaian yang pas untuknya. Karena pergi bersama Sev, itu artinya dia harus memak
Wanita gemuk menyandarkan punggungnya, lalu menatap luar jendela dengan memutar otak. Tanpa dia sadari, Sev diam-diam meliriknya dengan mengangkat satu alisnya. Lelaki itu merasakan perubahan kondisi hati Trisha.Dia habis menelepon siapa? Kenapa setelah menelpon raut wajahnya seketika berubah? Pikir Sev yang kembali mengalihkan pandangannya menatap luar jendela, dia tak mau memikirkan masalah yang tidak penting.Membutuhkan waktu lima belas menit, mereka sampai di restoran bintang lima yang sangat megah. Saat mobil terhenti, mata wanita gemuk itu membulat sempurna ketika melihat terangnya cahaya lampu yang sangat mewah, ditambah lampu kelap-kelip dan beberapa properti yang membuat restoran itu semakin megah.Ini pertama kalinya bagi Trisha menginjakkan kaki di restoran mahal, sangat senang saat tahu Sev mengajaknya kemari. Kapan lagi bisa makan makanan orang kaya yang mewah? Bisa Trisha tebak, harga satu piring di restoran ini sama dengan empat bulan gajinya.
Trisha berjalan di tepi pantai yang sudah tidak ada pengunjung sama sekali. Tiga tahun ini dia selalu datang ke pantai, tempat pertama kali dia bertemu dengan Sev. Dengan harapan lelaki itu datang menghampirinya.Wanita itu kembali menangis ketika teringat pada masa lalunya. Dia benar-benar merindukan lelaki itu. Dia adalah orang yang membuatnya berdiri sampai sekarang, tanpa dia mungkin Trisha tidak akan menjadi mangaka.Tiba-tiba saja ada seseorang yang berdiri di hadapannya. “Jangan nangis, nanti make-up lo luntur.”Trisha yang mendengar perkataan itu merasa tidak asing dan langsung mengangkat kepalanya, matanya menatap lelaki itu dengan tatapan tidak percaya.Severino berdiri di hadapannya dengan tersenyum lebar dan membentangkan tangannya. Trisha pun langsung berdiri dengan memeluknya erat.“Kenapa lo nggak kasih tau gue kalo udah balik?!” tanya Trisha dengan menangis sesenggukan.Sev mengelus punggung Trisha den
Tanpa dirasa tiga tahun berlalu dengan sangat cepat. Trisha melewati banyak rintangan dan sukses menjadi mangaka yang memiliki banyak penggemar. Tidak hanya dari Indonesia, tapi dari berbagai negara menyukai komik yang dibuat oleh wanita gemuk itu. Ralat, wanita yang sangat cantik dengan tubuh ideal.Trisha berhasil diet dengan cara memperbaiki pola hidupnya. Tidak ada panggilan wanita gemuk lagi untuknya.Trisha sudah sangat sukses di dunia komik, dia mendapatkan banyak penghargaan dan tawaran dari penerbit. Tidak hanya itu, satu komik yang sudah terjual jutaan eksemplar akan dijadikan film oleh salah satu sutradara terkenal. Benar-benar perkembangan yang pesat.Hanya saja, Trisha masih merasakan ada yang kurang dari semua pencapaian ini. Ya, kehadiran seseorang yang sudah dia tunggu selama tiga tahun.Tanpa di rasa wanita itu menunggu Sev selama tiga tahun. Dia sangat merindukan sosok lelaki itu yang menghilang tanpa kabar.Dua hari yang lalu, Tr
Tiga hari berlalu dengan sangat cepat, tidak bagi Trisha yang merasa kalau hari sangatlah lambat. Selama tiga hari dia tidak keluar dari apartemen, tidak membuka ponsel dan tidak melihat televisi. Semua itu dia lakukan hanya untuk tidak melihat wajah Sev.Trisha berhasil melakukan itu, tapi tidak berhasil melupakan lelaki itu dalam ingatannya. Entah kenapa setiap ingin melupakan, justru dia semakin ingat akan perhatian Sev yang dilakukan diam-diam. Apa kabar dengan lelaki itu? Apa dia semakin menerima banyak tawaran film?Tidak hanya Sev yang dia pikirkan, melainkan memikirkan cara agar komiknya kembali lagi dari platform dan membersihkan namanya itu. Vanda selalu menyuruhnya untuk menenangkan pikiran dan istirahat satu minggu.Namun, baru lima hari dia sudah merasa bosan dan ingin kembali bekerja seperti biasanya. Dia ingin melihat Sev meski dari kejauhan. Ia juga sudah menghitung total tabungan yang dimiliki. Uangnya hanya bisa membayar setengah dari jumlah to
Langkah Sev terhenti di tepi pantai, dia menatap tempat pertama kali bertemu dengan Trisha. Pertemuan yang pada saat itu Trisha tidak tahu kalau Sev adalah aktor. Lelaki itu duduk tanpa menggunakan alas apapun, pandangannya lurus ke depan.Entah kenapa, wanita itu membuat perubahan terbesar dalam hidupnya. Sev belum bisa melupakan Trisha, tapi dia ingin melupakan dia agar bisa pergi meninggalkan Indonesia dengan mudah. Yang ada di pikirannya adalah ‘apa dia mau menunggunya?’Sev merasa kalau Trisha sudah membenci dan tidak ingin bertemu lagi. Lelaki itu melirik ke kanan, dia mendapati wanita gemuk yang duduk seorang diri di tepi pantai dengan memakan burger. Bukankah itu sama seperti Trisha dulu? Bibir Sev perlahan tersenyum.Lelaki tampan itu mulai menyadari perasaannya. Dia tidak menyukai Tiana, yang dia sukai adalah Trisha. Hanya wanita itu yang membuatnya nyaman. Namun, sekarang sudah terlambat. Sev ingin mengulang semuanya, dia ingin lebih dekat
Tok … tok … tok …“Kak, ada yang cari lo,” ucap Beni dari luar ruangan yang sedikit berteriak.Zhui yang mendengar ucapan Beni kembali membuka matanya perlahan dengan menarik napas panjang dan mengembuskan dengan perlahan. “Ya, tunggu!” teriaknya seraya membenarkan posisi duduknya, lalu menoleh ke arah Sev yang masih memejamkan mata.“Gue harap, lo nggak melakukan hal buat gue marah! Jangan klarifikasi kalo lo nggak mau kehilangan pekerjaan lo!” perintah Zhui berdiri dari duduknya.“Gue nggak janji,” jawab Sev yang membuat Zhui mendengus dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan meninggalkan Sev.Saat mendengar suara pintu tertutup, Sev membuka matanya perlahan seraya mengeluarkan ponselnya dari saku. Dia menatap seisi ruangan dengan senyuman samar. “Maaf, Zhui. Gue harus melakukan sesuatu. Gue nggak mau jadi pengecut yang selalu bersembunyi setiap ada masalah,” gum
“Ada apa?” tanya Sev seraya masuk ke ruangannya dan duduk di hadapan Zhui dengan raut wajah bingung.Zhui memijat pelipis untuk sedikit menghilangkan rasa pening, banyak direktur yang menelponnya setelah melihat berita di artikel. Sang manager menyuruh temannya untuk mencari tau siapa yang membuat berita tidak jelas itu. Dia juga menyuruh security untuk memperketat orang yang masuk ke perusahaan untuk mengantisipasi agar tidak ada wartawan yang masuk.Wanita itu memutar laptopnya untuk memperlihatkan kabar yang menjadi trending. Banyak yang bertanya tentang kebenaran hubungannya dengan Tiana, ada juga yang tidak percaya kalau perusak hubungan Tiana adalah Sev.Sev yang membaca isi artikel itu mengepalkan tangannya, dia sangat marah pada orang yang membuat berita tidak benar itu.“Kita harus—““Direktur dan sutradara membatalkan kontrak setelah membaca skandal ini. Masalah lo kali ini sulit untuk diselesaikan, Sev
Sev yang tengah menunggu pesanannya di restoran hanya diam dengan menatap luar jendela. Dia memikirkan ucapan Zhui. Apa dia sudah keterlaluan pada Trisha?Dia mengamati beberapa pengunjung yang bermesraan dan saling mengobrol, tiba-tiba saja dia teringat pada Trisha saat makan berdua di restoran, dia juga ingat saat dia sering mengajaknya berbicara dan bermain game.Sev mengeluarkan ponselnya dan mengabaikan panggilan telepon dari Zhui. Dia membuka platform dan mencari komik milik wanita gemuk itu. Melihat banyak chapter yang sudah diterbitkan membuat perkataan Zhui terngiang di dalam pikirannya.“Dia udah banyak berkorban sama pekerjaan ini. Pagi dia jadi asisten lo, malam dia buat komik.”Apa benar yang diucapkan oleh Zhui? Itu artinya dia hanya tidur satu jam setiap harinya? Pikir Sev yang melihat waktu penerbitan komik itu. Banyak chapter yang diterbitkan antara pukul tiga atau empat subuh. Sev tau kalau wanita gemuk itu selalu ba
Trisha sementara waktu tinggal di apartemen Vanda karena rumah dan studio sudah dikerubungi oleh wartawan untuk meminta kejelasan. Wanita gemuk itu juga terus menghubungi Sev meski pesan tidak ada yang dijawab satu pun. Jangankan dibalas, dibaca pun tidak.Wanita itu hanya bisa melihat Sev dari televisi. Dia tidak diperbolehkan keluar rumah sampai wartawan pergi dengan sendirinya. Sev pun tidak memberikan tanggapan lagi, dia hanya bilang kalau akan menuntutnya. Benar ucapan Lio. Sev tidak akan tinggal diam.Yang wanita gemuk itu pikirkan sekarang adalah cara membayar uang kompensasi untuk penerbit dan tuntutan Sev. Uang tabungan Trisha tidak cukup, dia juga tidak mau merepotkan orang di sekitarnya. Trisha merasa kalau ini adalah masalahnya sendiri.Seharusnya Trisha tidak menjadi asisten Sev dan memilih untuk mencari referensi lain. Namun, sudah terlambat untuk menyesali.Trisha merebahkan tubuhnya di kasur dengan menatap langit dari jendela, entah kenapa
Trisha sedari tadi melihat ke layar ponsel dengan harapan kalau Sev membalas pesannya. Namun, nihil. Sudah dua jam tidak ada balasan darinya. Hati wanita gemuk itu gusar dan bingung harus berbuat apa. Hanya satu yang diinginkan olehnya, Sev memaafkannya.Vanda yang melihat Trisha tampak gelisah pun hanya bisa menghela napas panjang sambil memakan cheese cake strawberry yang baru saja datang. Dia juga bingung harus membantu sahabatnya itu bagaimana.“Sha, udah dua jam lo lihat ke ponsel, tapi tetep aja nggak ada balesan. Sev butuh waktu buat maafin lo,” ucap Vanda dengan wajah datarnya.Trisha meletakan ponsel di meja dengan melihat ke arah Vanda. “Menurut lo … Sev bakal maafin gue nggak?” tanya Trisha.Vanda mengangkat kedua bahunya pertanda tidak tau. Namun, melihat tingkah Trisha yang berbeda sebelumnya membuat ia curiga. “Kenapa lo khawatir banget soal Sev maafin lo apa nggak? Jangan bilang lo … suka