“Kenapa? Bahagia banget kayak habis dapet duit aja,” tanyanya yang membuat Trisha langsung menunjukkan layar ponselnya.
“Emang dapet duit.”
“Dari siapa?” tanya Vanda bingung.
“Sev.”
Mata Vanda perlahan membelalak dan menatap Trisha dengan tatapan tidak percaya. “Sev? Kenapa dia kasih lo duit?” tanyanya yang belum paham alasan Sev memberikan uang Trisha. Apa itu uang gaji Trisha? Tapi seingatnya, Zhui memberikan gaji Trisha di awal bulan nanti. Tentu saja dengan jumlah yang lebih banyak.
“Ini karena ... taruhan game aja.”
“Taruhan?”
“Iya, semacam itu. Tadi dia yang antar gue ke studio, pas di jalan Sev kalah terus sama permainannya. Gue ambil alih itu ponsel, terus dia sendiri yang bilang, kalau gue bisa memenangkannya, dia kasih gue lima ratus ribu. Menyenangkan, bukan? Untung aja gue inget step by step,” cerita Trisha panjang leba
Severino menatap layar ponselnya dengan mengangkat satu alisnya ketika teman gamenya itu menanyakannya. Apa dia harus mengatakan dengan jujur? Bukan tipikalnya sekali memberitahu kondisinya pada orang yang belum pernah ia temui sama sekali. Tapi dia sudah banyak membantu. Lelaki itu menghela napas dan meletakkan ponsel di meja tanpa membalas pesan itu, belum saatnya memberitahukan kepadanya. Di sisi lain, Trisha terus menatap layar ponselnya yang tidak ada balasan dari Shinaose. Apa dia memang tidak berniat memberitahu? Ternyata dia juga tertutup? Ralat, bukankah dia memang dingin sejak awal? Tak mau ambil pusing, wanita gemuk itu beranjak dari duduknya dan berjalan gontai memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Mengingat ia akan pergi dengan Sev. Tidak membutuhkan waktu lama Trisha keluar dengan handuk yang menutupi tubuhnya, dia membuka lemarinya untuk mencari pakaian yang pas untuknya. Karena pergi bersama Sev, itu artinya dia harus memak
Wanita gemuk menyandarkan punggungnya, lalu menatap luar jendela dengan memutar otak. Tanpa dia sadari, Sev diam-diam meliriknya dengan mengangkat satu alisnya. Lelaki itu merasakan perubahan kondisi hati Trisha.Dia habis menelepon siapa? Kenapa setelah menelpon raut wajahnya seketika berubah? Pikir Sev yang kembali mengalihkan pandangannya menatap luar jendela, dia tak mau memikirkan masalah yang tidak penting.Membutuhkan waktu lima belas menit, mereka sampai di restoran bintang lima yang sangat megah. Saat mobil terhenti, mata wanita gemuk itu membulat sempurna ketika melihat terangnya cahaya lampu yang sangat mewah, ditambah lampu kelap-kelip dan beberapa properti yang membuat restoran itu semakin megah.Ini pertama kalinya bagi Trisha menginjakkan kaki di restoran mahal, sangat senang saat tahu Sev mengajaknya kemari. Kapan lagi bisa makan makanan orang kaya yang mewah? Bisa Trisha tebak, harga satu piring di restoran ini sama dengan empat bulan gajinya.
“Lepas! Gue belum selesai!”“Diem! Jangan bikin tenaga gue habis!” keluh Trisha menghela napas kasar.Sesampainya di tempat parkir, Trisha langsung memasukan lelaki itu ke dalam mobil, lalu menutup pintu itu dengan cepat. Wanita gemuk itu menyandarkan tubuh dengan mengatur napas yang terengah-engah. Dia menoleh pada Sev yang sudah diam, bibirnya perlahan membentuk senyuman ketika melihatnya tertidur.“Gue suka lihat lo yang tenang gini,” ucap Trisha dari dalam hati. Melihat kepala Sev yang tidak nyaman saat bersandar di jendela, dia pun menggeser duduknya dan menggerakkan kepala lelaki itu perlahan untuk bersandar di pundaknya. Wanita gemuk itu tersenyum dan merasakan detak jantung yang berdegup kencang.Apa dia sudah menyukai lelaki ini?Trisha sendiri belum yakin dengan perasaannya, ada rasa takut ketika dia menyukai seseorang. Bahkan, dia ingin menutup hatinya untuk semua orang sampai waktu yang sangan lama. A
Satu pesan dari Vanda yang belum sempat ia baca pun langsung dia buka. Matanya membelalak kaget dan langsung menelpon sahabatnya itu untuk memastikan kembali pesan itu agar tidak ada kesalahpahaman.Tidak membutuhkan waktu lama, Vanda mengangkat telpon itu. Trisha pun duduk di kursi kerjanya dengan menyalakan komputer.“Apa? Masih inget gue? Mentang-mentang pergi sama aktor, sahabat sendiri diabaikan,” ucap Vanda yang terdengar marah karena Trisha tidak membalas pesan itu.Trisha pun menggaruk tengkuknya yang tak gatal dengan menyengir pelan. “Enggak gitu, Vanda. Gue tadi ….” Ucapannya terhenti ketika mengingat kejadian tadi yang membuatnya kehabisan energi. Tidak mungkin kalau dia bilang pada Vanda tentang masalah tadi.“Tadi apa? Kenapa diam? Jangan bilang kalau Sev nembak lo?!” heboh Vanda dari seberang telepon yang membuat Trisha melototkan matanya.Untung saja wanita itu tidak ada di
Trisha kembali membuka matanya dan melihat ke layar ponselnya. Tatapan mata wanita itu mendadak bingung ketika melihat panggilan tak terjawab dari Sev. Untuk apa lelaki itu menelponnya tengah malam? Apa dia mabuk dan asal menelepon? Pikirnya.Tak mau ambil pusing, dia mengabaikannya dan langsung menelpon Vanda. Seharusnya sahabat sekaligus editornya itu sudah bangun dari tidurnya, mengingat dia selalu olahraga pagi di area perumahannya.Dalam hitungan detik, Vanda mengangkat telpon itu, Trisha pun tersenyum lebar. Benarkan? Wanita itu pasti sudah bangun sekarang ini.“Halo, kenapa? Tumben pagi-pagi gini telepon gue?” Trisha menyengir pelan, tidak mungkin kalau dia mengatakan kalau ia justru belum tidur karena menggambar. Pasti Vanda akan sangat marah dan langsung membunuh wanita gemuk itu karena begadang. “Gue … mau publish tiga chapter dalam tiga hari ini,” ucapnya dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Trish
Tiga hari pun berlalu, wanita gemuk itu terlihat sangat lemas. Karena dia kurang tidur, asupan makan yang kurang baik, dan terlalu banyak bekerja. Bahkan, dia sampai membeli obat maag untuk mengurangi rasa sakit di ulu hati.Trisha merenggangkan ototnya yang terasa pegal setelah selesai mengirim chapter terakhir pada Vanda. Selama tiga hari juga sahabatnya itu tidak menemui Trisha karena harus mengurus banyak pekerjaan, dia juga tidak tahu kalau wanita gemuk itu hanya tidur satu jam perhari dan tidak makan nasi.Ya, tiga hari ini dia hanya memakan mi instan karena membuatnya sangat cepat. Dia tidak mau membuang-buang waktu untuk memasak atau mengantri makanan. Dia benar-benar berjuang membuat tiga chapter, karena Sev juga selalu memberikan perintah dan selalu marah-marah karena Trisha tidak fokus sekaligus sedikit lambat.Yang bisa dilakukan wanita gemuk itu hanyalah bersabar dan tidak marah, karena dia juga mengontrol suasana hatinya.Saat berjalan beber
Wanita itu membuka matanya perlahan, sorotan lampu dari atas yang silau membuat ia seketika menyipitkan mata. Kepalanya masih terasa sedikit berat. Perlahan dia menoleh dan mendapati lelaki yang duduk di kursi dengan pandangan lurus ke depan. Trisha tidak pernah melihat Sev melamun seperti itu.Apa yang dia pikirkan? Pikir Trisha dengan mengangkat satu alisnya. Namun, matanya seketika kembali terpejam ketika Sev tiba-tiba menolehnya.“Sahabat lo bentar lagi datang, mau pura-pura pingsan?” tanya Sev yang membuat Trisha membuka matanya perlahan dengan senyuman canggung.Trisha pikir lelaki itu belum menyadari kalau ia sudah sadar dari pingsannya. Seketika dia teringat kalau Sev ada jadwal syuting, wanita gemuk itu seketika melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul sepuluh. Lalu, kembali menoleh pada lelaki itu yang tengah memainkan ponselnya.“Makasih udah tolong gue. Lo ada jadwal syuting hari ini, ayo ke lokasi. Gue udah enggak
Tiga hari berlalu dengan cepat, Trisha sudah membaik, hanya saja dia harus benar-benar memperhatikan tubuhnya karena bisa kambuh kapan saja. Dia sudah kembali bekerja menjadi asisten Sev. Berkat Vanda, kepala editor memberikan izin satu minggu. Jadi dia hanya fokus mencari ide.Sekarang ini Trisha sedang perjalanan pulang ke rumah, dia pulang lebih awal karena besok dia harus pergi pagi-pagi sekali ke puncak bersama Sev dan Zhui. Wanita gemuk itu menatap terus ponselnya melihat isi pesan dari sang mama, dia tidak berani membuka dan hanya melihat dari notifikasi saja.Ya, sang mama menanyakan tentang kakaknya yang akan tunangan besok. Bahkan, Trisha belum memberikan alasan yang kuat untuk mamanya itu. Dia benar-benar tidak bisa memikirkan alasan untuk membatalkan pertunangan. Trisha mendengus kesal dan menyandarkan punggung di kursi bus, matanya bergerak melihat keluar jendela.“Kalau gue enggak bilang nanti Tiana yang marah, kalau gue bohong ke mama &helli
Trisha berjalan di tepi pantai yang sudah tidak ada pengunjung sama sekali. Tiga tahun ini dia selalu datang ke pantai, tempat pertama kali dia bertemu dengan Sev. Dengan harapan lelaki itu datang menghampirinya.Wanita itu kembali menangis ketika teringat pada masa lalunya. Dia benar-benar merindukan lelaki itu. Dia adalah orang yang membuatnya berdiri sampai sekarang, tanpa dia mungkin Trisha tidak akan menjadi mangaka.Tiba-tiba saja ada seseorang yang berdiri di hadapannya. “Jangan nangis, nanti make-up lo luntur.”Trisha yang mendengar perkataan itu merasa tidak asing dan langsung mengangkat kepalanya, matanya menatap lelaki itu dengan tatapan tidak percaya.Severino berdiri di hadapannya dengan tersenyum lebar dan membentangkan tangannya. Trisha pun langsung berdiri dengan memeluknya erat.“Kenapa lo nggak kasih tau gue kalo udah balik?!” tanya Trisha dengan menangis sesenggukan.Sev mengelus punggung Trisha den
Tanpa dirasa tiga tahun berlalu dengan sangat cepat. Trisha melewati banyak rintangan dan sukses menjadi mangaka yang memiliki banyak penggemar. Tidak hanya dari Indonesia, tapi dari berbagai negara menyukai komik yang dibuat oleh wanita gemuk itu. Ralat, wanita yang sangat cantik dengan tubuh ideal.Trisha berhasil diet dengan cara memperbaiki pola hidupnya. Tidak ada panggilan wanita gemuk lagi untuknya.Trisha sudah sangat sukses di dunia komik, dia mendapatkan banyak penghargaan dan tawaran dari penerbit. Tidak hanya itu, satu komik yang sudah terjual jutaan eksemplar akan dijadikan film oleh salah satu sutradara terkenal. Benar-benar perkembangan yang pesat.Hanya saja, Trisha masih merasakan ada yang kurang dari semua pencapaian ini. Ya, kehadiran seseorang yang sudah dia tunggu selama tiga tahun.Tanpa di rasa wanita itu menunggu Sev selama tiga tahun. Dia sangat merindukan sosok lelaki itu yang menghilang tanpa kabar.Dua hari yang lalu, Tr
Tiga hari berlalu dengan sangat cepat, tidak bagi Trisha yang merasa kalau hari sangatlah lambat. Selama tiga hari dia tidak keluar dari apartemen, tidak membuka ponsel dan tidak melihat televisi. Semua itu dia lakukan hanya untuk tidak melihat wajah Sev.Trisha berhasil melakukan itu, tapi tidak berhasil melupakan lelaki itu dalam ingatannya. Entah kenapa setiap ingin melupakan, justru dia semakin ingat akan perhatian Sev yang dilakukan diam-diam. Apa kabar dengan lelaki itu? Apa dia semakin menerima banyak tawaran film?Tidak hanya Sev yang dia pikirkan, melainkan memikirkan cara agar komiknya kembali lagi dari platform dan membersihkan namanya itu. Vanda selalu menyuruhnya untuk menenangkan pikiran dan istirahat satu minggu.Namun, baru lima hari dia sudah merasa bosan dan ingin kembali bekerja seperti biasanya. Dia ingin melihat Sev meski dari kejauhan. Ia juga sudah menghitung total tabungan yang dimiliki. Uangnya hanya bisa membayar setengah dari jumlah to
Langkah Sev terhenti di tepi pantai, dia menatap tempat pertama kali bertemu dengan Trisha. Pertemuan yang pada saat itu Trisha tidak tahu kalau Sev adalah aktor. Lelaki itu duduk tanpa menggunakan alas apapun, pandangannya lurus ke depan.Entah kenapa, wanita itu membuat perubahan terbesar dalam hidupnya. Sev belum bisa melupakan Trisha, tapi dia ingin melupakan dia agar bisa pergi meninggalkan Indonesia dengan mudah. Yang ada di pikirannya adalah ‘apa dia mau menunggunya?’Sev merasa kalau Trisha sudah membenci dan tidak ingin bertemu lagi. Lelaki itu melirik ke kanan, dia mendapati wanita gemuk yang duduk seorang diri di tepi pantai dengan memakan burger. Bukankah itu sama seperti Trisha dulu? Bibir Sev perlahan tersenyum.Lelaki tampan itu mulai menyadari perasaannya. Dia tidak menyukai Tiana, yang dia sukai adalah Trisha. Hanya wanita itu yang membuatnya nyaman. Namun, sekarang sudah terlambat. Sev ingin mengulang semuanya, dia ingin lebih dekat
Tok … tok … tok …“Kak, ada yang cari lo,” ucap Beni dari luar ruangan yang sedikit berteriak.Zhui yang mendengar ucapan Beni kembali membuka matanya perlahan dengan menarik napas panjang dan mengembuskan dengan perlahan. “Ya, tunggu!” teriaknya seraya membenarkan posisi duduknya, lalu menoleh ke arah Sev yang masih memejamkan mata.“Gue harap, lo nggak melakukan hal buat gue marah! Jangan klarifikasi kalo lo nggak mau kehilangan pekerjaan lo!” perintah Zhui berdiri dari duduknya.“Gue nggak janji,” jawab Sev yang membuat Zhui mendengus dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan meninggalkan Sev.Saat mendengar suara pintu tertutup, Sev membuka matanya perlahan seraya mengeluarkan ponselnya dari saku. Dia menatap seisi ruangan dengan senyuman samar. “Maaf, Zhui. Gue harus melakukan sesuatu. Gue nggak mau jadi pengecut yang selalu bersembunyi setiap ada masalah,” gum
“Ada apa?” tanya Sev seraya masuk ke ruangannya dan duduk di hadapan Zhui dengan raut wajah bingung.Zhui memijat pelipis untuk sedikit menghilangkan rasa pening, banyak direktur yang menelponnya setelah melihat berita di artikel. Sang manager menyuruh temannya untuk mencari tau siapa yang membuat berita tidak jelas itu. Dia juga menyuruh security untuk memperketat orang yang masuk ke perusahaan untuk mengantisipasi agar tidak ada wartawan yang masuk.Wanita itu memutar laptopnya untuk memperlihatkan kabar yang menjadi trending. Banyak yang bertanya tentang kebenaran hubungannya dengan Tiana, ada juga yang tidak percaya kalau perusak hubungan Tiana adalah Sev.Sev yang membaca isi artikel itu mengepalkan tangannya, dia sangat marah pada orang yang membuat berita tidak benar itu.“Kita harus—““Direktur dan sutradara membatalkan kontrak setelah membaca skandal ini. Masalah lo kali ini sulit untuk diselesaikan, Sev
Sev yang tengah menunggu pesanannya di restoran hanya diam dengan menatap luar jendela. Dia memikirkan ucapan Zhui. Apa dia sudah keterlaluan pada Trisha?Dia mengamati beberapa pengunjung yang bermesraan dan saling mengobrol, tiba-tiba saja dia teringat pada Trisha saat makan berdua di restoran, dia juga ingat saat dia sering mengajaknya berbicara dan bermain game.Sev mengeluarkan ponselnya dan mengabaikan panggilan telepon dari Zhui. Dia membuka platform dan mencari komik milik wanita gemuk itu. Melihat banyak chapter yang sudah diterbitkan membuat perkataan Zhui terngiang di dalam pikirannya.“Dia udah banyak berkorban sama pekerjaan ini. Pagi dia jadi asisten lo, malam dia buat komik.”Apa benar yang diucapkan oleh Zhui? Itu artinya dia hanya tidur satu jam setiap harinya? Pikir Sev yang melihat waktu penerbitan komik itu. Banyak chapter yang diterbitkan antara pukul tiga atau empat subuh. Sev tau kalau wanita gemuk itu selalu ba
Trisha sementara waktu tinggal di apartemen Vanda karena rumah dan studio sudah dikerubungi oleh wartawan untuk meminta kejelasan. Wanita gemuk itu juga terus menghubungi Sev meski pesan tidak ada yang dijawab satu pun. Jangankan dibalas, dibaca pun tidak.Wanita itu hanya bisa melihat Sev dari televisi. Dia tidak diperbolehkan keluar rumah sampai wartawan pergi dengan sendirinya. Sev pun tidak memberikan tanggapan lagi, dia hanya bilang kalau akan menuntutnya. Benar ucapan Lio. Sev tidak akan tinggal diam.Yang wanita gemuk itu pikirkan sekarang adalah cara membayar uang kompensasi untuk penerbit dan tuntutan Sev. Uang tabungan Trisha tidak cukup, dia juga tidak mau merepotkan orang di sekitarnya. Trisha merasa kalau ini adalah masalahnya sendiri.Seharusnya Trisha tidak menjadi asisten Sev dan memilih untuk mencari referensi lain. Namun, sudah terlambat untuk menyesali.Trisha merebahkan tubuhnya di kasur dengan menatap langit dari jendela, entah kenapa
Trisha sedari tadi melihat ke layar ponsel dengan harapan kalau Sev membalas pesannya. Namun, nihil. Sudah dua jam tidak ada balasan darinya. Hati wanita gemuk itu gusar dan bingung harus berbuat apa. Hanya satu yang diinginkan olehnya, Sev memaafkannya.Vanda yang melihat Trisha tampak gelisah pun hanya bisa menghela napas panjang sambil memakan cheese cake strawberry yang baru saja datang. Dia juga bingung harus membantu sahabatnya itu bagaimana.“Sha, udah dua jam lo lihat ke ponsel, tapi tetep aja nggak ada balesan. Sev butuh waktu buat maafin lo,” ucap Vanda dengan wajah datarnya.Trisha meletakan ponsel di meja dengan melihat ke arah Vanda. “Menurut lo … Sev bakal maafin gue nggak?” tanya Trisha.Vanda mengangkat kedua bahunya pertanda tidak tau. Namun, melihat tingkah Trisha yang berbeda sebelumnya membuat ia curiga. “Kenapa lo khawatir banget soal Sev maafin lo apa nggak? Jangan bilang lo … suka