Wanita itu membuka matanya perlahan, sorotan lampu dari atas yang silau membuat ia seketika menyipitkan mata. Kepalanya masih terasa sedikit berat. Perlahan dia menoleh dan mendapati lelaki yang duduk di kursi dengan pandangan lurus ke depan. Trisha tidak pernah melihat Sev melamun seperti itu.
Apa yang dia pikirkan? Pikir Trisha dengan mengangkat satu alisnya. Namun, matanya seketika kembali terpejam ketika Sev tiba-tiba menolehnya.
“Sahabat lo bentar lagi datang, mau pura-pura pingsan?” tanya Sev yang membuat Trisha membuka matanya perlahan dengan senyuman canggung.
Trisha pikir lelaki itu belum menyadari kalau ia sudah sadar dari pingsannya. Seketika dia teringat kalau Sev ada jadwal syuting, wanita gemuk itu seketika melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul sepuluh. Lalu, kembali menoleh pada lelaki itu yang tengah memainkan ponselnya.
“Makasih udah tolong gue. Lo ada jadwal syuting hari ini, ayo ke lokasi. Gue udah enggak
Tiga hari berlalu dengan cepat, Trisha sudah membaik, hanya saja dia harus benar-benar memperhatikan tubuhnya karena bisa kambuh kapan saja. Dia sudah kembali bekerja menjadi asisten Sev. Berkat Vanda, kepala editor memberikan izin satu minggu. Jadi dia hanya fokus mencari ide.Sekarang ini Trisha sedang perjalanan pulang ke rumah, dia pulang lebih awal karena besok dia harus pergi pagi-pagi sekali ke puncak bersama Sev dan Zhui. Wanita gemuk itu menatap terus ponselnya melihat isi pesan dari sang mama, dia tidak berani membuka dan hanya melihat dari notifikasi saja.Ya, sang mama menanyakan tentang kakaknya yang akan tunangan besok. Bahkan, Trisha belum memberikan alasan yang kuat untuk mamanya itu. Dia benar-benar tidak bisa memikirkan alasan untuk membatalkan pertunangan. Trisha mendengus kesal dan menyandarkan punggung di kursi bus, matanya bergerak melihat keluar jendela.“Kalau gue enggak bilang nanti Tiana yang marah, kalau gue bohong ke mama &helli
“Van, gue ke puncak itu cuma dua hari. Ini kenapa lo kayak pindahan, sih?” tanya Trisha yang baru saja sampai rumah dan terkejut melihat Vanda yang sudah menyiapkan banyak baju sekaligus camilan di meja.Vanda menoleh sekilas lalu kembali melihat barang-barang yang ada di meja. “Banyak? Enggak kok. ini jaket kalau di puncak dingin, ini kaus tipis kalau di kamar lo enggak ada AC, ini celana pendek buat tidur, terus ini celana panjang. Lo juga masih pemulihan, jadi perut enggak boleh kosong. Makan camilan setiap dua jam sekali, ngerti?” jelas Vanda panjang lebar.Trisha menghela napas panjang sambil menarik bibirnya membentuk senyuman paksa. Dia berjalan mendekati Vanda dengan mengambil koper, lalu memasukkan tiga sweater, dua celana panjang, satu celana panjang, dan dalaman. Itu saja. Wanita gemuk itu tidak memasukkan camilan yang sudah disiapkan oleh sahabatnya.Trisha langsung menutup koper itu dan menguncinya. Vanda yang mau memasukkan
Pagi pukul lima, suara alarm Vanda terdengar sangat kencang, membuat Trisha seketika membuka matanya karena terganggu dengan suara itu. Dia meraba kasurnya untuk mencari ponsel Vanda, setelah berhasil mendapatkan ponsel sahabatnya, ia langsung mematikan alarm itu, lalu kembali memejamkan matanya.Beberapa menit setelah memejamkan mata, wanita gemuk itu berdecak kesal karena mendengar suara dari ponselnya sendiri. Dia mengambil ponsel dari atas nakas dan bergumam, “Siapa, sih, pagi-pagi telepon! Ganggu aja!”Jari telunjuknya mengusap tombol hijau ke atas dan menyalakan pengeras suara, dia tidak melihat nama si penelpon itu karena masih terasa sangat mengantuk.“Halo, siapa?” tanya Trisha diakhiri dengan menguap lebar.“Gue cuma beri lo waktu lima belas menit!”Pip!Sambungan telepon langsung terputus tanpa menunggu wanita gemuk itu bicara. Trisha yang merasa tidak asing dengan suara itu pun membuka matanya
“Balik badan lo,” ucap Sev menepuk pundak Trisha.Trisha menghela napas panjang, rasanya dia ingin menghilang seketika. Dia sudah bisa membayangkan ekspresi sang kakak yang sangat terkejut, tapi dia harus bisa untuk berpura-pura tidak mengenalnya.Wanita gemuk itu pun membalikkan badannya dan mengangkat kepalanya menatap Tiana dengan senyuman ramah.Benar dugaannya. Tiana membelalakkan matanya lebar saat mengetahui kalau asisten Sev adalah adiknya.“Lo?!”Sev yang melihat reaksi wajah Tiana pun mengamati mereka berdua bergantian. “Kalian saling kenal?”“Enggak,” jawab Trisha yang memberikan kode pada Tiana untuk berpura-pura agar tidak mengenalnya. Tiana yang melihat Trisha seperti itu pun hany menghela napas dan menoleh pada Sev dengan senyuman paksa.“Ah, enggak, kok. Aku pikir dia adik gue, soalnya hampir mirip,” jelas Tiana dengan menekan kata adik dan melirik Trisha seki
Setelah perjalanan beberapa jam, akhirnya bus sampai di puncak. Mereka semua turun dari bus, para artis langsung masuk ke villa yang sudah disiapkan, sedangkan para asisten mengeluarkan barang yang ada di bagasi. Begitu juga Trisha yang mengeluarkan koper dan tas berukuran sedang milik Sev. Zhui tidak bisa membantunya karena ada dia langsung meeting bersama sutradara.Dia menarik tiga koper sekaligus dan menenteng tas. Wanita gemuk itu terlihat kesulitan, dia hanya bisa menggerutu dari dalam hati dan melihat Sev yang sangat akrab dengan kakaknya. Sedari tadi dia memperhatikan keduanya yang tidak pernah berhenti mengobrol. Apa yang mereka bicarakan?Sev terlihat sangat berbeda, dia tidak ketus, tidak dingin dengan Tiana. Bahkan, dia terlihat seperti cowok humoris yang penuh dengan cerita lucu. Sangat berbeda saat bersamanya. Trisha merasa semakin penasaran dengan sifat asli Sev. Apa sifat dingin dan ketusnya itu hanya tipuan belaka?Trisha semakin ingin mencari t
Setelah dua hari syuting di puncak, mereka kini kembali ke kota. Namun, sebelum ke perusahaan, mereka pergi ke restoran untuk merayakan syuting yang selesai tanpa ada hambatan. Trisha terus menempel dengan Zhui karena menjaga jarak dengan Tiana, kakaknya.Mata Trisha sesekali melihat kedua orang itu yang selalu mengobrol dengan gembira, dapat wanita gemuk itu lihat cara menatap Sev ke Tiana berbeda. Sedikit ada rasa suka dalam tatapan lelaki itu. Apa Sev menyukai kakaknya? Trisha hanya bisa berdoa agar Sev tidak menikah dengan Tiana.Sama sekali tidak boleh menikah! Karena kalau Sev menjadi kakaknya, bisa-bisa dia terus menjadikan wanita gemuk itu pembantu, bukan?Bus terhenti di restoran mewah yang sudah dipesan sebelumnya, semua orang turun dari bus dan berjalan masuk ke dalam restoran. Saat Trisha hendak turun dari bus, tangannya ditahan oleh Tiana. Wanita gemuk itu menoleh dan menatap kakaknya malas.“Apa lagi?” tanya Trisha yang tidak mau
Trisha berjalan cepat memasuki koridor rumah sakit dan mencari ruang inap Sev, rasa lelahnya seketika lenyap ketika mendengar lelaki itu kecelakaan bersama sang kakak. Sebenarnya dia mengkhawatirkan Tiana, tapi dia harus melihat kondisi Sev lebih dulu, baru melihat kakaknya.Vanda hanya mengantarkan saja tanpa ikut masuk ke rumah sakit, karena besok dia ada rapat mengenai komik di studio besok pagi. Jadi wanita gemuk itu seorang diri dengan menunggu kedatangan Zhui juga asisten kakaknya.Trisha celingukan mencari ruang inap, setelah menemukan nama Sev, dia membuka pintu perlahan dan melihat lelaki itu yang terbaring lemah di brankar. Kepala dan tangannya terbalut oleh perban, kata suster kondisi Sev tidak separah Tiana. Wanita gemuk itu menghela napas lega seraya berjalan mendekatinya.Dia menatap lekat Sev yang matanya masih terpejam, lalu duduk di sofa yang sudah disediakan. Seketika rasa lelahnya kembali muncul dan membuat punggung Trisha sangat nyaman. Dia m
Trisha berjalan memasuki minimarket untuk membeli sarapan. Dia sudah pulang dari rumah sakit setelah semalaman di rumah sakit, ia juga sudah meminta izin pada Zhui juga Sev. Trisha akan kembali nanti siang menggantikan sang agen. Sebenarnya ada Lin yang menjaganya, tapi Sev tetap menyuruh wanita gemuk itu untuk datang. Mau tak mau, Trisha menuruti kemauan atasannya itu. Trisha berjalan ke rak cup mi instan, karena sudah satu minggu dia tidak memakan makanan favoritnya itu. Dia sedikit berjinjit dan berdecak karena mi instannya hanya tersisa satu. Sebenarnya ada merk lain, namun Trisha tidak menyukai. Tangannya berusaha meraih cup itu dengan meninggikan jinjitannya. “Susah banget, sih,” keluhnya yang masih berusaha untuk mengambil mi itu. Dia pun tersenyum setelah berhasil mengambil cup mi instan favoritnya, lalu langsung berjalan menuju kasir. Setelah selesai membayar, dia celingukan mencari kucing yang selalu datang menemuinya. Namun, ketika melihat
Trisha berjalan di tepi pantai yang sudah tidak ada pengunjung sama sekali. Tiga tahun ini dia selalu datang ke pantai, tempat pertama kali dia bertemu dengan Sev. Dengan harapan lelaki itu datang menghampirinya.Wanita itu kembali menangis ketika teringat pada masa lalunya. Dia benar-benar merindukan lelaki itu. Dia adalah orang yang membuatnya berdiri sampai sekarang, tanpa dia mungkin Trisha tidak akan menjadi mangaka.Tiba-tiba saja ada seseorang yang berdiri di hadapannya. “Jangan nangis, nanti make-up lo luntur.”Trisha yang mendengar perkataan itu merasa tidak asing dan langsung mengangkat kepalanya, matanya menatap lelaki itu dengan tatapan tidak percaya.Severino berdiri di hadapannya dengan tersenyum lebar dan membentangkan tangannya. Trisha pun langsung berdiri dengan memeluknya erat.“Kenapa lo nggak kasih tau gue kalo udah balik?!” tanya Trisha dengan menangis sesenggukan.Sev mengelus punggung Trisha den
Tanpa dirasa tiga tahun berlalu dengan sangat cepat. Trisha melewati banyak rintangan dan sukses menjadi mangaka yang memiliki banyak penggemar. Tidak hanya dari Indonesia, tapi dari berbagai negara menyukai komik yang dibuat oleh wanita gemuk itu. Ralat, wanita yang sangat cantik dengan tubuh ideal.Trisha berhasil diet dengan cara memperbaiki pola hidupnya. Tidak ada panggilan wanita gemuk lagi untuknya.Trisha sudah sangat sukses di dunia komik, dia mendapatkan banyak penghargaan dan tawaran dari penerbit. Tidak hanya itu, satu komik yang sudah terjual jutaan eksemplar akan dijadikan film oleh salah satu sutradara terkenal. Benar-benar perkembangan yang pesat.Hanya saja, Trisha masih merasakan ada yang kurang dari semua pencapaian ini. Ya, kehadiran seseorang yang sudah dia tunggu selama tiga tahun.Tanpa di rasa wanita itu menunggu Sev selama tiga tahun. Dia sangat merindukan sosok lelaki itu yang menghilang tanpa kabar.Dua hari yang lalu, Tr
Tiga hari berlalu dengan sangat cepat, tidak bagi Trisha yang merasa kalau hari sangatlah lambat. Selama tiga hari dia tidak keluar dari apartemen, tidak membuka ponsel dan tidak melihat televisi. Semua itu dia lakukan hanya untuk tidak melihat wajah Sev.Trisha berhasil melakukan itu, tapi tidak berhasil melupakan lelaki itu dalam ingatannya. Entah kenapa setiap ingin melupakan, justru dia semakin ingat akan perhatian Sev yang dilakukan diam-diam. Apa kabar dengan lelaki itu? Apa dia semakin menerima banyak tawaran film?Tidak hanya Sev yang dia pikirkan, melainkan memikirkan cara agar komiknya kembali lagi dari platform dan membersihkan namanya itu. Vanda selalu menyuruhnya untuk menenangkan pikiran dan istirahat satu minggu.Namun, baru lima hari dia sudah merasa bosan dan ingin kembali bekerja seperti biasanya. Dia ingin melihat Sev meski dari kejauhan. Ia juga sudah menghitung total tabungan yang dimiliki. Uangnya hanya bisa membayar setengah dari jumlah to
Langkah Sev terhenti di tepi pantai, dia menatap tempat pertama kali bertemu dengan Trisha. Pertemuan yang pada saat itu Trisha tidak tahu kalau Sev adalah aktor. Lelaki itu duduk tanpa menggunakan alas apapun, pandangannya lurus ke depan.Entah kenapa, wanita itu membuat perubahan terbesar dalam hidupnya. Sev belum bisa melupakan Trisha, tapi dia ingin melupakan dia agar bisa pergi meninggalkan Indonesia dengan mudah. Yang ada di pikirannya adalah ‘apa dia mau menunggunya?’Sev merasa kalau Trisha sudah membenci dan tidak ingin bertemu lagi. Lelaki itu melirik ke kanan, dia mendapati wanita gemuk yang duduk seorang diri di tepi pantai dengan memakan burger. Bukankah itu sama seperti Trisha dulu? Bibir Sev perlahan tersenyum.Lelaki tampan itu mulai menyadari perasaannya. Dia tidak menyukai Tiana, yang dia sukai adalah Trisha. Hanya wanita itu yang membuatnya nyaman. Namun, sekarang sudah terlambat. Sev ingin mengulang semuanya, dia ingin lebih dekat
Tok … tok … tok …“Kak, ada yang cari lo,” ucap Beni dari luar ruangan yang sedikit berteriak.Zhui yang mendengar ucapan Beni kembali membuka matanya perlahan dengan menarik napas panjang dan mengembuskan dengan perlahan. “Ya, tunggu!” teriaknya seraya membenarkan posisi duduknya, lalu menoleh ke arah Sev yang masih memejamkan mata.“Gue harap, lo nggak melakukan hal buat gue marah! Jangan klarifikasi kalo lo nggak mau kehilangan pekerjaan lo!” perintah Zhui berdiri dari duduknya.“Gue nggak janji,” jawab Sev yang membuat Zhui mendengus dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan meninggalkan Sev.Saat mendengar suara pintu tertutup, Sev membuka matanya perlahan seraya mengeluarkan ponselnya dari saku. Dia menatap seisi ruangan dengan senyuman samar. “Maaf, Zhui. Gue harus melakukan sesuatu. Gue nggak mau jadi pengecut yang selalu bersembunyi setiap ada masalah,” gum
“Ada apa?” tanya Sev seraya masuk ke ruangannya dan duduk di hadapan Zhui dengan raut wajah bingung.Zhui memijat pelipis untuk sedikit menghilangkan rasa pening, banyak direktur yang menelponnya setelah melihat berita di artikel. Sang manager menyuruh temannya untuk mencari tau siapa yang membuat berita tidak jelas itu. Dia juga menyuruh security untuk memperketat orang yang masuk ke perusahaan untuk mengantisipasi agar tidak ada wartawan yang masuk.Wanita itu memutar laptopnya untuk memperlihatkan kabar yang menjadi trending. Banyak yang bertanya tentang kebenaran hubungannya dengan Tiana, ada juga yang tidak percaya kalau perusak hubungan Tiana adalah Sev.Sev yang membaca isi artikel itu mengepalkan tangannya, dia sangat marah pada orang yang membuat berita tidak benar itu.“Kita harus—““Direktur dan sutradara membatalkan kontrak setelah membaca skandal ini. Masalah lo kali ini sulit untuk diselesaikan, Sev
Sev yang tengah menunggu pesanannya di restoran hanya diam dengan menatap luar jendela. Dia memikirkan ucapan Zhui. Apa dia sudah keterlaluan pada Trisha?Dia mengamati beberapa pengunjung yang bermesraan dan saling mengobrol, tiba-tiba saja dia teringat pada Trisha saat makan berdua di restoran, dia juga ingat saat dia sering mengajaknya berbicara dan bermain game.Sev mengeluarkan ponselnya dan mengabaikan panggilan telepon dari Zhui. Dia membuka platform dan mencari komik milik wanita gemuk itu. Melihat banyak chapter yang sudah diterbitkan membuat perkataan Zhui terngiang di dalam pikirannya.“Dia udah banyak berkorban sama pekerjaan ini. Pagi dia jadi asisten lo, malam dia buat komik.”Apa benar yang diucapkan oleh Zhui? Itu artinya dia hanya tidur satu jam setiap harinya? Pikir Sev yang melihat waktu penerbitan komik itu. Banyak chapter yang diterbitkan antara pukul tiga atau empat subuh. Sev tau kalau wanita gemuk itu selalu ba
Trisha sementara waktu tinggal di apartemen Vanda karena rumah dan studio sudah dikerubungi oleh wartawan untuk meminta kejelasan. Wanita gemuk itu juga terus menghubungi Sev meski pesan tidak ada yang dijawab satu pun. Jangankan dibalas, dibaca pun tidak.Wanita itu hanya bisa melihat Sev dari televisi. Dia tidak diperbolehkan keluar rumah sampai wartawan pergi dengan sendirinya. Sev pun tidak memberikan tanggapan lagi, dia hanya bilang kalau akan menuntutnya. Benar ucapan Lio. Sev tidak akan tinggal diam.Yang wanita gemuk itu pikirkan sekarang adalah cara membayar uang kompensasi untuk penerbit dan tuntutan Sev. Uang tabungan Trisha tidak cukup, dia juga tidak mau merepotkan orang di sekitarnya. Trisha merasa kalau ini adalah masalahnya sendiri.Seharusnya Trisha tidak menjadi asisten Sev dan memilih untuk mencari referensi lain. Namun, sudah terlambat untuk menyesali.Trisha merebahkan tubuhnya di kasur dengan menatap langit dari jendela, entah kenapa
Trisha sedari tadi melihat ke layar ponsel dengan harapan kalau Sev membalas pesannya. Namun, nihil. Sudah dua jam tidak ada balasan darinya. Hati wanita gemuk itu gusar dan bingung harus berbuat apa. Hanya satu yang diinginkan olehnya, Sev memaafkannya.Vanda yang melihat Trisha tampak gelisah pun hanya bisa menghela napas panjang sambil memakan cheese cake strawberry yang baru saja datang. Dia juga bingung harus membantu sahabatnya itu bagaimana.“Sha, udah dua jam lo lihat ke ponsel, tapi tetep aja nggak ada balesan. Sev butuh waktu buat maafin lo,” ucap Vanda dengan wajah datarnya.Trisha meletakan ponsel di meja dengan melihat ke arah Vanda. “Menurut lo … Sev bakal maafin gue nggak?” tanya Trisha.Vanda mengangkat kedua bahunya pertanda tidak tau. Namun, melihat tingkah Trisha yang berbeda sebelumnya membuat ia curiga. “Kenapa lo khawatir banget soal Sev maafin lo apa nggak? Jangan bilang lo … suka