Alice terlempar bagaikan seekor anak tupai yang tak berdaya. Merasakan dunia tak bertepi yang membuang harapannya jauh ke awang-awang. Apa yang harus ia lakukan pada detik terakhir yang sangat penuh kehampaan. Ia pasrah tanpa bisa berharap. Amarahnya pun hanya sebatas ketakutan.
"Alice!!" teriakan nyaring wanita yang mendorongnya itu seakan mempercepat tubuhnya terhempas ke lautan. Bahkan benturan di kepalanya itu serasa menyadarkan dirinya bahwa detik ini, kau di tapal batas yang tak pernah terbayangkan.
Alice telah kehilangan kesadaran bahkan sebelum benar-benar di dalam air laut yang dingin.
*
Antonio baru saja tiba di lokasi yang disebutkan di dalam pesan.
Ia melongok kesana kemari untuk mencari keberadaan Sherly dan teman-temannya, tapi tak seorangpun yang terlihat di area tersebut. Semenit kemudian Antonio melihat Fien Clark datang mendekat dari suatu arah."Sepertinya anda memiliki urusan penting denganku, Tuan Antonio," kat
"Antonio? Kenapa kau tak menjawabku? Benarkah dia adalah saudaraku?" Sherly memberondong Antonio dengan pertanyaan."Rahasiakan ini Sherly, rahasiakan atau semuanya akan menjadi kacau. Yang terpenting saat ini adalah kita harus menemukan Alice secepatnya. Semoga saja tak terjadi apapun padanya," terangnya.Regu penyelamat telah dikerahkan sangat banyak dan menyebar. Namun tak ada yang bisa menemukan Alice. Bahkan mereka juga menghubungi nelayan sekitarnya barangkali menemukan tubuh seorang gadis yang tenggelam, hanya saja pencarian itu nihil.Hal itu membuat Fien Clark sangat frustasi. Ia menyesal meninggalkan Alice sendirian di atas kapal itu.Di saat itu, Fien Clark hanya bisa menyalahkan dirinya.Hingga sore hari pencarian akhirnya dihentikan karena cuaca buruk di dermaga kapal tersebut. Fien tak bisa memaksa karena mereka para penyelamat telah bekerja sangat maksimal."Fien, aku membawakan sesuatu untukmu," kata Grace dengan membaw
Grace semakin keras menarik rambut Anne saat Anne berhenti mengatakannya."Akhh, sakit Grace, lepaskan!" Anne memohon."Berikan rekaman itu. Aku harus melihatnya.""Ba-baik, tapi lepaskan tanganmu. Ini sangat menyakitkan Grace," Anne meringis kesakitan.Akhirnya Grace melepaskan cengkraman tangannya dan menunggu Anne membuka file tersebut."Ini Grace, hanya ini," Anne menyerahkan ponselnya yang sebenarnya hanya rekaman sepintas. Rekaman yang sebenarnya telah ia hapus total setelah mengirimkan pada Sherly.Grace melihat dengan seksama dan memeriksa file yang lain. Ia merasa lega karena rekaman itu hanya sepintas dan tidak ada apapun yang perlu dikhawatirkan."Baik, aku mengerti. Tapi, jangan lupakan siapa Grace jika kau melakukan sesuatu yang mencoreng nama baikku. Kau selalu mendompleng denganku dalam segala hal, dan aku akan memintamu membayar semuanya jika kau bertingkah. Mengerti?!""Iya, iya Grace, aku mengerti," ujarnya sa
Sang profesor, memeriksa tanda vital Alice dengan seksama. Ia bersyukur gadis itu masih hidup. Kalau saja ia tak berada di lokasi tersebut, ia tak tahu apa yang akan terjadi. Takdir menyelamatkan gadis itu atas kehendak yang Maha Kuasa. Ia juga merasa heran biasanya ia tak akan ke laut kalau perkiraan cuaca mengabarkan akan ada badai, biasa riak gelombang sudah naik sejak siang hari. Tapi karena ia penasaran dengan koloni ubur-ubur spesies terbaru, iapun ingin segera mendapatkannya.Hanya saja bukannya mendapat ubur-ubur yang ia tuju, ia malah mendapatkan gadis belia yang menyedihkan.Beberapa saat kemudian, Alice sedikit menunjukkan pergerakan meski matanya masih tetap terpejam. Mister Archie terus mengawasinya.Dalam dua puluh menit, Alice membuka matanya dan menatap lemah ke arah Mister Archie."Gadis, kau melihatku? Aku adalah Archie," sapa Mister Archie.Alice tak bergeming. Ia masih linglung dan tak sanggup merespon."Baiklah, tidurlah
Seolah seorang anak kecil yang tak mau ditinggal ibunya, Alice terus menahan tubuh Mister Archie erat. Ia terus menatapnya dan tak setuju Mister Archie pergi."Baiklah, aku akan bersamamu untuk beberapa waktu sampai kau percaya pada dokter Jeanne.""Benar, anggap saja hari liburmu. Kau bahkan tak pernah sedikit bersantai, Profesor."Profesor Archie akhirnya menyerah dan mengikuti kemauan Alice untuk tinggal.Beberapa hari pemeriksaan, tak ada perubahan yang berarti pada gadis itu. Dokter Jeanne menjelaskan bahwa amnesia yang dialami Alice cukup berat, dikarenakan efek benturan yang lumayan dan juga shock mental. Mereka tak tahu ada kejadian apa dibalik semua itu."Dokter, tidakkah ada seseorang yang mencariku?" tanya Alice sedih. Ia pastilah orang yang tak penting di keluarga seandainya dia memiliki keluarga. Atau mungkin keluarganya yang telah membuangnya ke laut karena melakukan suatu kesalahan."Itu, kau belum lama mengalaminya, kem
"Grace, apakah kau mendengarku?" tanya Fien saat Grace tak menjawab pertanyaannya. Fien tersenyum licik saat mendapati kegugupan Grace. "Jika kau tak bersedia, maka aku tak tertolong saat ini. Tapi baiklah, ini memang tak menguntungkan untuk kedua belah pihak. Aku juga tak menyukai untuk menikah denganmu, selamat...," Fien baru saja mau mengakhiri pembicaraannya."Baiklah, aku bersedia. Aku akan meminta paman untuk membuatmu ikut mengelola perusahaan itu. Tapi, kau sungguh menikahiku bukan?""Menikah itu soal mudah Grace, tapi ingat, kau tahu aku tak bisa bersikap manis seperti yang kau inginkan," tegas Fien tanpa ragu.Ia segera memutuskan panggilan sebelum Grace berbicara panjang lebar soal hubungan. Ia akan menjalankan misinya sehingga merasa puas.Grace tersenyum gelisah. Ia berjalan mondar-mandir menggenggam ponselnya."Apa kataku Fien, kau pasti membutuhkan dan datang padaku. Cinta? Kita bisa memulainya dari awal. Itu sudah biasa terjadi dan te
"Sherly, apa kau sedang menggodaku? Gadis nakal, kenapa seperti itu, hmm?" Antonio sebenarnya sudah tahu sejak lama kalau Sherly selalu mencari perhatian padanya. Untuk itu dia selalu menekankan bahwa mereka adalah keluarga."Menggoda? Mana mungkin, Antonio," sungutnya kesal dan malu.Antonio tersenyum simpul. Ia tak akan lebih jauh melanjutkan candaan yang bisa membahayakan itu."Kau pasti sedang menjebakku bukan. Awas ya, pasti nanti akan kubalas," iapun merubah topiknya.Selesai makan siang , Antonio bersama Sherly melanjutkan perjalanan ke sebuah rumah sakit. Ia menemui seorang dokter di lobi yang kebetulan sedang beristirahat di sana.Antonio berbicara santai dan menceritakan apa yang sedang mereka alami."Apa tadi kau bilang dia bernama Alice?" kata pria tua itu menanggapi cerita Antonio."Benar Dokter, dia bernama Alice dan berusia sekitar dua puluh tahun," ujarnya."Hmm, kalau begitu, kalian bisa menem
Fernandez tak menyangka bahwa rencana pernikahan tersebut memiliki sebuah persyaratan yang diluar nalar."Apa kau gadis perawan yang mengajukan persyaratan karena dinikahi seorang pangeran? Apa yang kau lakukan, bocah tengik! Kau kira siapa dirimu mengajukan persyaratan semacam itu? Giant Travel adalah perusahaan besar mereka secara turun temurun. Apa yang kau pikirkan?" kata Fernandez menyesali sikap gegabah Fien Clark mengatakan hal murahan yang justru akan mencoreng nama baik Fernandez."Aku tak punya maksud lain kecuali uang, Ayah. Bukankah itu yang kau inginkan dalam hidup ini. Kalau mereka tak mau maka aku tak memaksa. Lagipula aku hanya orang bodoh yang tak punya kemampuan, kenapa mereka harus takut?"Fernandez memicingkan matanya. Menatap putranya penuh selidik seolah memahami pemikiran Fien Clark yang diluar dugaan."Katakan padaku, apa rencanamu sebenarnya, Fien?" ujarnya sedikit melembutkan suaranya.Fien tersenyum. Ia tahu ayahnya s
Penantian panjang Antonio tak sia-sia. Ia bergegas mendekati Alice yang berjalan beriringan bersama dokter Jeanne."Alice," mereka menghadang kedua orang tersebut. Akan tetapi Alice terkejut dan memeluk erat dokter Jeanne saat melihat Antonio dan Sherly.Dokter Jeanne segera memeluk Alice yang ketakutan."Tenanglah Alice, ada aku di sampingmu. Mereka tak akan bisa menyakitimu," kata Dokter Jeanne menenangkan gadis itu. Alice bahkan bernapas tersengal saat merasa terancam.Antonio tak percaya melihatnya. Memang benar ia telah mendapatkan informasi bahwa Alice menderita amnesia. Akan tetapi ia tak mengira gadis itu ketakutan dan shock."Bisakah Anda menjauh, Tuan. Alice sepertinya belum bisa bertemu dengan orang asing yang belum diingatnya," ujar dokter Jeanne karena Alice semakin mendekapnya erat seperti anak kecil yang ketakutan."Alice, aku Antonio, aku adalah kakakmu Alice, kenapa kau tak mau melihatku?" Antonio masih berusaha untuk menyapa