Perdebatan antara perban dan plester tentu saja menghasilkan perban sebagai pemenangnya. Bagaimanapun Fien yang melakukan tindakan tersebut, sedang Alice harus pasrah menerimanya.
"Baiklah, aku menyerah."
"Bagus, kau memang pasien baik dan penurut. Dan sekarang waktunya untuk tidur bersama," celoteh Fien.
Fien memeluk Alice dengan sayang dan membelainya hingga Alice benar-benar tertidur.
Pagi harinya, Fien dan Alice keluar dan berkumpul bersama teman-teman Fien. Mereka menikmati pagi di pantai yang cerah.
"Apa yang terjadi dengan kakimu Alice," Peter bertanya.
"Kecelakaan kecil, akibat kecerobohanku sendiri," jawab Alice.
"Kecelakaan apa sebenarnya?" Grace ikut nimbrung.
"Aku menjatuhkan gelas berisi air putih dan pecahannya mengenai kakiku sedikit."
Mendengar itu Grace meremas gelas yang ada di tangannya. Itukah sebabnya Alice tampak baik-baik saja? Padahal, memberikan dosis yang lebih banyak dari biasanya.
"Yah,
Provokasi Anne dan Sherly membuat Grace semakin marah. Bahkan mereka adalah teman sejak lama dibandingkan dengan Alice. Tapi bagaimana bisa kedua temannya itu seakan mengejek dan melecehkan dirinya?Untuk itulah ia harus menekan Fernandez dan pamannya untuk memberikan bantuan yang maksimal.Ia juga berpikir bahwa melenyapkan Alice adalah cara yang paling efisien agar gadis itu tidak menghalanginya untuk bersama Fien Clark.Kini Grace kembali ke paviliun untuk menenangkan dirinya. Ia melihat paviliun masih sepi karena mereka masih berkumpul di tepi pantai."Baiklah, besok aku akan memberimu pelajaran teman-teman," lirihnya lalu ia menghempaskan dirinya di tempat tidur.***Antonio bergegas menemui ayahnya di perusahaan. Ia harus segera mengabarkan hasil tes DNA yang ia peroleh dari mencocokkan sampel ayahnya dan helaian rambut Alice."Kau seperti tergesa-gesa, Antonio. Mungkinkah karena berita gembira?"Antonio masih tersengal-sen
Kalau saja Fien Clark tak menyebutkan terang-terangan rencananya menikahi Alice, mungkin ia tak terlalu terburu-buru untuk menyingkirkan gadis itu. Akan tetapi ini sudah di ambang batas kesabarannya. Bahkan karenanya ia menjadi bahan ledekan dan cemoohan teman-teman wanitanya.Grace terus berjalan di atas kapal tua. Matanya mengawasi setiap sudut ruangan dan ia mendapati kapal itu sangat sepi. Lalu ia mengatakan pada Fien Clark melalui pesan bahwa ada seorang pria yang akan datang menemuinya dan pria itu bernama Antonio.Fien membaca pesan yang dikirimkan Grace kepadanya dan iapun berdecak kesal."Ada apa Fien, kau seperti sedang jengkel," ujar Alice keheranan. Mereka sedang berada di atas dak kapal tua untuk melihat sisi pulau karang dari ketinggian."Apa urusan sepupu Sherly ini mencariku? Sepertinya dia sudah terobsesi denganmu. Tentu saja aku kesal dibuatnya.""Ah, pria tampan itu. Mungkin saja dia hendak memberikan sesuatu untukku, bagai
Alice terlempar bagaikan seekor anak tupai yang tak berdaya. Merasakan dunia tak bertepi yang membuang harapannya jauh ke awang-awang. Apa yang harus ia lakukan pada detik terakhir yang sangat penuh kehampaan. Ia pasrah tanpa bisa berharap. Amarahnya pun hanya sebatas ketakutan."Alice!!" teriakan nyaring wanita yang mendorongnya itu seakan mempercepat tubuhnya terhempas ke lautan. Bahkan benturan di kepalanya itu serasa menyadarkan dirinya bahwa detik ini, kau di tapal batas yang tak pernah terbayangkan.Alice telah kehilangan kesadaran bahkan sebelum benar-benar di dalam air laut yang dingin.*Antonio baru saja tiba di lokasi yang disebutkan di dalam pesan.Ia melongok kesana kemari untuk mencari keberadaan Sherly dan teman-temannya, tapi tak seorangpun yang terlihat di area tersebut. Semenit kemudian Antonio melihat Fien Clark datang mendekat dari suatu arah."Sepertinya anda memiliki urusan penting denganku, Tuan Antonio," kat
"Antonio? Kenapa kau tak menjawabku? Benarkah dia adalah saudaraku?" Sherly memberondong Antonio dengan pertanyaan."Rahasiakan ini Sherly, rahasiakan atau semuanya akan menjadi kacau. Yang terpenting saat ini adalah kita harus menemukan Alice secepatnya. Semoga saja tak terjadi apapun padanya," terangnya.Regu penyelamat telah dikerahkan sangat banyak dan menyebar. Namun tak ada yang bisa menemukan Alice. Bahkan mereka juga menghubungi nelayan sekitarnya barangkali menemukan tubuh seorang gadis yang tenggelam, hanya saja pencarian itu nihil.Hal itu membuat Fien Clark sangat frustasi. Ia menyesal meninggalkan Alice sendirian di atas kapal itu.Di saat itu, Fien Clark hanya bisa menyalahkan dirinya.Hingga sore hari pencarian akhirnya dihentikan karena cuaca buruk di dermaga kapal tersebut. Fien tak bisa memaksa karena mereka para penyelamat telah bekerja sangat maksimal."Fien, aku membawakan sesuatu untukmu," kata Grace dengan membaw
Grace semakin keras menarik rambut Anne saat Anne berhenti mengatakannya."Akhh, sakit Grace, lepaskan!" Anne memohon."Berikan rekaman itu. Aku harus melihatnya.""Ba-baik, tapi lepaskan tanganmu. Ini sangat menyakitkan Grace," Anne meringis kesakitan.Akhirnya Grace melepaskan cengkraman tangannya dan menunggu Anne membuka file tersebut."Ini Grace, hanya ini," Anne menyerahkan ponselnya yang sebenarnya hanya rekaman sepintas. Rekaman yang sebenarnya telah ia hapus total setelah mengirimkan pada Sherly.Grace melihat dengan seksama dan memeriksa file yang lain. Ia merasa lega karena rekaman itu hanya sepintas dan tidak ada apapun yang perlu dikhawatirkan."Baik, aku mengerti. Tapi, jangan lupakan siapa Grace jika kau melakukan sesuatu yang mencoreng nama baikku. Kau selalu mendompleng denganku dalam segala hal, dan aku akan memintamu membayar semuanya jika kau bertingkah. Mengerti?!""Iya, iya Grace, aku mengerti," ujarnya sa
Sang profesor, memeriksa tanda vital Alice dengan seksama. Ia bersyukur gadis itu masih hidup. Kalau saja ia tak berada di lokasi tersebut, ia tak tahu apa yang akan terjadi. Takdir menyelamatkan gadis itu atas kehendak yang Maha Kuasa. Ia juga merasa heran biasanya ia tak akan ke laut kalau perkiraan cuaca mengabarkan akan ada badai, biasa riak gelombang sudah naik sejak siang hari. Tapi karena ia penasaran dengan koloni ubur-ubur spesies terbaru, iapun ingin segera mendapatkannya.Hanya saja bukannya mendapat ubur-ubur yang ia tuju, ia malah mendapatkan gadis belia yang menyedihkan.Beberapa saat kemudian, Alice sedikit menunjukkan pergerakan meski matanya masih tetap terpejam. Mister Archie terus mengawasinya.Dalam dua puluh menit, Alice membuka matanya dan menatap lemah ke arah Mister Archie."Gadis, kau melihatku? Aku adalah Archie," sapa Mister Archie.Alice tak bergeming. Ia masih linglung dan tak sanggup merespon."Baiklah, tidurlah
Seolah seorang anak kecil yang tak mau ditinggal ibunya, Alice terus menahan tubuh Mister Archie erat. Ia terus menatapnya dan tak setuju Mister Archie pergi."Baiklah, aku akan bersamamu untuk beberapa waktu sampai kau percaya pada dokter Jeanne.""Benar, anggap saja hari liburmu. Kau bahkan tak pernah sedikit bersantai, Profesor."Profesor Archie akhirnya menyerah dan mengikuti kemauan Alice untuk tinggal.Beberapa hari pemeriksaan, tak ada perubahan yang berarti pada gadis itu. Dokter Jeanne menjelaskan bahwa amnesia yang dialami Alice cukup berat, dikarenakan efek benturan yang lumayan dan juga shock mental. Mereka tak tahu ada kejadian apa dibalik semua itu."Dokter, tidakkah ada seseorang yang mencariku?" tanya Alice sedih. Ia pastilah orang yang tak penting di keluarga seandainya dia memiliki keluarga. Atau mungkin keluarganya yang telah membuangnya ke laut karena melakukan suatu kesalahan."Itu, kau belum lama mengalaminya, kem
"Grace, apakah kau mendengarku?" tanya Fien saat Grace tak menjawab pertanyaannya. Fien tersenyum licik saat mendapati kegugupan Grace. "Jika kau tak bersedia, maka aku tak tertolong saat ini. Tapi baiklah, ini memang tak menguntungkan untuk kedua belah pihak. Aku juga tak menyukai untuk menikah denganmu, selamat...," Fien baru saja mau mengakhiri pembicaraannya."Baiklah, aku bersedia. Aku akan meminta paman untuk membuatmu ikut mengelola perusahaan itu. Tapi, kau sungguh menikahiku bukan?""Menikah itu soal mudah Grace, tapi ingat, kau tahu aku tak bisa bersikap manis seperti yang kau inginkan," tegas Fien tanpa ragu.Ia segera memutuskan panggilan sebelum Grace berbicara panjang lebar soal hubungan. Ia akan menjalankan misinya sehingga merasa puas.Grace tersenyum gelisah. Ia berjalan mondar-mandir menggenggam ponselnya."Apa kataku Fien, kau pasti membutuhkan dan datang padaku. Cinta? Kita bisa memulainya dari awal. Itu sudah biasa terjadi dan te
Fien Clark hanya pasrah kemana Alice dan Alex membawanya. Hingga akhirnya Alex tahu bahwa mereka menuju sebuah arena bermain."Wah, permainan apa yang akan kita mainkan?""Tidak sulit, ini cuma roll coaster, kau pasti akan menyukainya."Fien Clark makin terkejut. ia tak pernah tahu Alice suka dengan yang seperti ini.Sebenarnya Fien Clark tak pernah punya kesempatan untuk melakukan hal semacam itu. Ia bahkan merasa ngeri membayangkan sensasi semacam itu."Alice, bagaimana kalau kalian berdua saja yang melakukannya?""Apakah kau takut?""Ah, bukan begitu.... tapi aku merasa tak punya pengalaman.""Nah, itulah sebabnya kau harus mencobanya.""Daddy, aku percaya Daddy lebih hebat dari paman Erick. Jadi, Daddy harus mencoba. Bagaimana?"Mendapatkan tantangan dari Alex, Fien Clark tak berdaya. Ia terpaksa menuruti kemauan putranya apalagi setelah kejadian burung yang kabur tadi."Oke, tapi kalian harus jamin semua baik baik saja."Alex dan Alice melakukan tepukan toast tanda sepakat. "Ali
"Tapi Alice, balas dendam sangat tidak bagus dalam hidup kita ini. Kita harus selalu memaafkan dan tidak selalu menjadikan kemarahan itu hal yang penting. Dengan begitu hidup kita akan menjadi tenang dan membahagiakan.""Baik, tapi... apakah kita harus jujur dalam sesuatu? Misalnya haruskah kita jujur dalam sebuah kesalahan dan mengakuinya?""Tentu saja? Manusia yang baik adalah yang jujur. Bukankah begitu Alex?""Jadi, kau sungguh tak tahu siapa pria mengumopatku waktu itu?"Fien Clark melebarkan matanya. Ternyata Alice sungguh mengingat semuanya."Ah...itu...," ia mulai menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Uhmm, baiklah... aku mengakui bahwa itu adalah aku... maafkan ya...humm?"Alice sangat gemas dengan mimik wajah Fien Clark yang lucu sehingga ia mencubit kedua pipi Fien Clark."Alice, kau pasti sangat sedih waktu itu. Kau kehilangan pria sebaik saudaraku."Alice hanya diam, ia merasa itu hanya samar. Baginya hanya ada Fien Clark saat ini, kesedihan itu sepertinya hilang bersam
Ya, secara diam diam kebetulan Alice sering mengunjungi makam Erick tanpa sepengetahuan Fien Clark. Ia ingin tahu sejauh mana hubungan mereka dulu sehingga ia diam diam mengenang perjalanan ke makam tersebut. nyatanya ia hanya ingat seorang pria yang sering mengintai dirinya di makam tersebut. Ia tahu betul bahwa pria itu adalah Fien Clark. Untuk sebuah alibi, Alice akan mengajak Alex berjalan jalan dan memberi banyak makanan sehingga Alex melupakan masalah berdiam diri di makam dan hanya mengingat senangnya bepergian itu."Mau pergi kemana?" Fien Clark sedikit memiringkan kepalanya."Ayolah Daddy, sesekali kita ke makam paman Erick. Mommy sering membawaku ke sana.""Alice? Adakah penjelasan untukku?""Apa yang harus kujelaskan? Kau bisa ikut jika mau. Toh aku hanya berkunjung dan pergi bersenang senang dengan Alex. Kenapa? Kau cemburu?""Aku? Cemburu? Hah, bagaimana mungkin?"Alice mengulum senyum, ia tahu ekspresi Fien Clark yang masih saja cemburu."Bagus, aku senang pria yang spo
Banyak hal yang dilalui, Peter sedikit bersyukur pada akhirnya keadaan menyatukan mereka.bersama kondisi kejiwaan Grace yang berubah. Ketulusannya membuahkan hasil, sebagaimana Fien Clark yang berhasil mendapatkan wanita yang dicintainya. Di sisi lain Peter juga harus kehilangan sahabatnya Fien Clark karena sebab perbuatan Grace. Akan tetapi ia juga menyadari, bahwa kehidupan memang tak sempurna dan berjalan mulus sesuai keinginan. Ia kehilangan Fien Clark, tapi mendapatkan Grace. Sekarang ia hanya perlu memperbaiki semua sisi yang ia mampu, berharap Grace bisa mencintai sebagai ia mencintainya.Bagi Fien Clark, Peter adalah yang terbaik. Disaat semua membenci karakter Grace, pria itu malah menyukainya. Bahkan rela melakukan apapun."Maafkan Grace, aku tahu dia tak bisa memikirkan hal lain selain mengganggu hidupmu," kata Peter suatu hari saat menemui Fien Clark."Suatu hari nanti, aku berharap kita akan bertemu dalam keadaan melupakan semua dendam dan kesalahan Grace dan juga kesalah
Grace terus mencoba mengerti apa yang Peter ucapkan. Baginya itu terlalu menakutkan jika harus bersama dengan pria yang tidak dicintainya, tapi lihatlah apakah cinta itu begitu penting untuk dibahas lagi sementara ia hanyalah wanita yang butuh dengan superhero seperti Peter?Seorang anak yang seharusnya mendapatkan kasih sayang dan cinta, ia bahkan sedikit canggung dan benci karena itu adalah putra Peter."Kenapa kau sanggup menjalani hal semacam ini? Aku merasa terlalu banyak berhutang kepadamu. Bagaimana aku bisa lepas dari dirimu?""Kalau begitu, jangan pernah mencoba untuk pergi dariku. Aku akan mencari kemanapun kau pergi. Lagipula aku sudah tak perlu merasa khawatir karena semua sudah berakhir. Percayalah, kau justru yang akan merindukan aku, hmm?"Grace tersenyum. Sebenarnya itu mulai bisa dibenarkan."Jangan terlalu percaya diri. Bagaimana kalau ternyata aku benar-benar pergi darimu, kau mungkin juga sudah bosan menderita."Peter menatap tajam Grace, hati kecilnya sebenarnya t
Bukan hal yang aneh lagi, kalau Alice dan Fien Clark cenderung sering berdebat seperti orang bertengkar. Siapapun yang melihatnya akan merasa pasangan ini justru terlalu sering mengumbar kebersamaan."Lihat, kau ini wanita kenapa nggak nurut sama suamimu," begitu kata Fien Clark kalau sudah kalah debat."Ya ampun, apa itu sangat membuatamu senang? Aku menurut tapi menyimpan ketidak sukaan, nggak terima dan benci. Lebih baik aku mengatakan argumentasi, kalah menang memang bukan tujuan." "Begitu?"Fien Clark menyerah, Alice memang sangat pintar berargumentasi dengan sesuatu yang lebih masuk akal.Selain itu, cinta memang telah membuat ia sepenuhnya mempercayai Alice dan sangat ingin membuatnya bahagia. Ia tak ingin menyesal dan kehilangan Alice lagi yang membuatnya menderita."Kau bisa memilih gadis lain yang lebih baik dan cantik dariku seandainya kau tak menemukan aku pada waktu itu," suatu hari mereka berbincang tentang kisah bagaimana Fien Clark berjuang mencari keberadaan Alice."
Hampir saja membuat Barenzki menyesali apa yang terjadi kalau saja bukan karena gadis biasa seperti Sherly, yang selalu membuat Antonio tegar, melupakan Cindy dengan cepat. Ah, Fernandez bahkan berharap Antonio sungguh melupakan Cindy sama sekali.Kabarnya gadis itu telah kehilangan pekerjaannya karena terlalu berani menerima suap dari klien sehingga menghilangkan tanda bukti kejahatan seseorang. Salah satunya adalah kasus pembunuhan Grace dan komplotannya, ia menerima suap dari Wiliam, paman Grace. Pada akhirnya karir Cindy hancur, begitu juga keluarga Grace menerima hasil dari perbuatan mereka masing masing.Antonio akhirnya menyadari bahwa Cindy bukan wanita yang seharusnya dicintai. Bisa saja cinta itu sulit untuk dibuang, akan tetapi seorang pria pasti berharap hidupnya penuh ketenangan dan tidak mau dikhianati.Hal itu lambat lain membuat Antonio akhirnya menerima Sherly yang memang telah lama menyukai Antonio."Daddy, kemana saja, Antonio mencarimu sejak tadi." Tiba tiba Sherl
Tentu saja Alice menggelengkan gelengkan kepalanya dengan tingkah kedua ayahnya tersebut.Mereka hanya meributkan soal apakah Alice akan aktif dalam perusahaan ayahnya atau akan tetap bersama keluarga Fien Clark dengan aktifitas dirinya yang hanya mengurusi rumah tangga."Daddy, perusahaan itu bisa diserahkan kepada Sherly, dia lebih punya latar belakang bekerja, dan aku cuma sekolah rendahan. Tak akan bagus hasilnya sehingga usaha yang kau rintis itu hanya akan hancur di tanganku.""Ah, itu bisa dipelajari sambil bekerja. Kau juga pintar dan punya kemampuan, aku yakin itu.""Tidak, Daddy. Biarkan saja usaha itu dikelola Antonio dan Sherly dan aku hanya dapat hasilnya saja meskipun sedikit. Aku sudah cukup berlebih di sini, dan Antonio juga sudah mapan, Daddy tidak perlu khawatir tentang anak-anak Daddy.""Oh, jadi kau hanya mau terima beres ya? hmm?"Alice tertawa. Ia tahu ayahnya melunak, tak bisa lagi berbuat apa-apa dengan keputusannya."Benar, aku yakin Fien Clark tidak akan setu
Terbayang dalam ingatan, bagaimana ia berusaha dengan keras berbuat adil kepada dua orang anak lelaki yang merupakan putra Jenifer dan juga putranya, mereka dalam tanggung jawabnya sebagai seorang ibu setelah Jenifer pergi dari rumah itu. Akan tetapi berjalan waktu dirinya mulai menyesal karena tak semudah itu menjadi ibu Fien Clark. Bocah itu selalu protes dan memintanya pergi dari rumah. Sifat Fien Clark sangat keras seperti ayahnya, dan karena kerasnya mereka tidak pernah akur samasekali. Adapun putranya, Erick Davis, bocah itu selalu mengalah dalam banyak hal. Seolah-olah mengerti posisi dirinya. Seakan mengerti bahwa ibunya adalah orang yang pantas untuk disalahkan atas perceraian antara Fernandez dengan Jenifer. Mengingat hal itu, hati Nancy sangat terluka. Pada akhirnya putranya justru membenci dirinya, ibunya sendiri. Adapun dengan Fien Clark, saudara tirinya, Erick Davis selalu membela dan menyayangi kakak tirinya meskipun ia diperlakukan dengan sangat menyedihkan.Nancy