"Ini sudah hancur, Fien. Lihatlah, seluruh cream dan hiasannya sudah tak berbentuk. Mengapa kau menyerahkan sebelum aku menerimanya? Seharusnya ini akan menjadi hidangan spesial untuk kita," omelnya.
"Kenapa kau menjadi wanita bodoh? Tentu saja barang yang sudah begitu hancur akan menjadi pekerjaan sulit untuk memperbaikinya."
Grace tersungut-sungut. Fien sepertinya sengaja memberikan dengan cara itu.
"Sudahlah, mana makan malam ku, Grace?" katanya sembari melangkah ke arah dapur.
Grace pun berlari mendahului langkah Fien untuk menuju dapur dan melihat menunya yang telah ia siapkan untuk Fien Clark.
"Ini, honey. Aku membuat panekuk kentang yang kau sukai, Cobalah, kau pasti menyukainya," kata Grace kemudian.
Fien Clark menggeser sebuah piring berisi panekuk. Dari aromanya saja dia tahu bahwa Grace terlalu banyak membubuhi merica.
"Mericanya terlalu banyak, buatkan aku yang tak banyak merica," katanya.
Grace menatap bingung. Fie
'Tidakkah mimpi buruk yang akan terjadi, Grace? Apa kau akan mempermalukan dirimu demi milikku ini? Dasar bodoh. Kau hanya akan merasakan milik gigolo murahan!' batin Fien.Fien bangkit dari tempat duduknya. "Tidak sekarang, Grace. Aku belum mencintaimu. Sekarang siapkan piyamaku, aku akan membersihkan diriku di kamar mandi," ujarnya sekali lagi dengan perintah."Oh, baiklah Fien, baiklah ...," Grace segera berlari kecil mengambil piyama untuk Fien Clark dan juga handuk mandi.Selagi mandi Grace menyiapkan dirinya dengan sebuah pakaian seksi yang telah ia siapkan. Ia mematut dirinya di hadapan cermin, menyemprotkan parfum beraroma manis bunga Lilac. Seolah harapan itu masih akan berpihak kepadanya."Apa ini masih belum cukup, Fien. Meskipun kau tak mencintaiku, setidaknya kau bisa menyentuhku dan memuaskan ku malam ini," lirih Grace dan ia menghempaskan napas pelan yang membuat kaca di hadapannya mengembu.Tak lama kemudian, Fien telah menyel
Alice memejamkan matanya dan disambut Antonio dan Sherly yang menahan tubuhnya karena limbung."Alice, apakah kau baik-baik saja?"Alice menenangkan dirinya. Ada dorongan marah karena mereka memindahkan dirinya tanpa ia sadari.Setelah tenang ia segera menuntut penjelasan pada Antonio."Kenapa kau membawaku ke tempat ini? Bukankah kalian juga tinggal di kota Z dan sekarang kalian membawaku entahlah kemana. Jelaskan padaku apa alasannya, Antonio?""Alice, kami tidak ingin kau dalam bahaya lagi. Dengar, kau tak boleh bertemu dengan pria itu, dialah yang membuat hidupmu hancur. Percayalah.""Pria itu? Siapa yang kau maksud?""Alice, percayalah, kau tak perlu tahu sehingga membuat kepalaku terasa sakit. Sementara ini jalani saja hidupmu dengan baik, hmm?"*Grace tertidur di lantai kamarnya dengan lingerie dan jubah tidur yang masih melekat di tubuhnya. Fien Clark bangun dan melihat gadis itu sepertinya tidur tanpa a
Fien Clark yang merasa marah dan frustrasi akhirnya melepaskan tangannya dari karyawan tersebut, ia menatap dokter wanita itu dan merasa wanita itu punya jawabannya."Maaf," katanya pada petugas loket tersebut.Fien Clark mengikuti langkah Dokter tersebut, lalu ikut duduk berhadapan dengannya di sebuah ruangan periksa."Adakah yang bisa kubantu, Tuan?""Namaku, Fien Clark. Berikan aku informasi yang sebenarnya," kata Fien."Baiklah tuan Fien, informasi apa yang anda butuhkan?""Alice, aku bertemu dengannya di rumah sakit ini, katakan padaku dimana dia sekarang? Bagaimana mungkin aku tak bisa bertemu dengannya padahal aku berbicara dengannya kemarin," terangnya."Alice? Apakah anda benar mengenalnya? Siapa Anda sebenarnya?""Benar bukan? Gadis itu memang ada di rumah sakit ini, bagaimana perempuan itu menyebutku halusinasi? Apa dianggapnya aku ini sudah gila?" sungut Fien Clark."Mereka hanya berbicara masalah data, sayangn
Sebagai pria, siapa yang tak marah menyaksikan calon istrinya bermesraan dengan pria lain? Bahkan pria itu notabene pada kasus Alice karena pria itu adalah paman Grace."Inikah sebabnya kau tak bisa membela Alice? Inikah sebabnya kau cenderung menunda dan enggan menyelesaikan kasus ini?" Antonio masih menatap sangat tajam pada dua sosok pria wanita yang terlihat asyik bercengkrama menunggu jadwal penerbangan."Tapi mungkin! Sekarang aku harus mencari tahu, sejak kapan sebenarnya mereka dekat seperti itu, mungkin saja mereka sejak lama bermain api di belakangku," lirihnya.Antonio berbalik arah dengan marah setelah ia beberapa kali mengambil foto mereka. Iapun pergi meninggalkan bandara untuk kembali ke rumah ayahnya.Sesampainya di rumah ia segera masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu. Ia ingin meredakan emosinya di dalam bathtub dan menghirup aroma terapi di sana.Sherly yang berada di dekat perapian untuk menghangatkan dirinya merasa terkeju
Antonio terkesima dengan penolakan Sherly. Dia berpikir gadis itu mencintai dirinya dan tak akan menolak apa yang ia lakukan. Kenyataan Sherly marah kepadanya, dan itu sangat terlihat dari sorot mata gadis itu yang menatapnya penuh api."Sherly ..., maafkan aku ...," lirihnya."Ini sangat membuatku kecewa, Antonio. Kau tak pantas melakukannya di hari-hari seperti ini," jawab Sherly. "Jangan memanfaatkan aku untuk melepaskan dan melampiaskan amarahmu. Kalau begitu kau sungguh menyakiti perasaanku, Antonio," tegas Sherly dan gadis itu membalikkan tubuhnya untuk membuka pintu.Bumm!! Sherly membanting pintu kamar Antonio dengan keras karena marah lalu ia keluar meninggalkan Antonio sendiri."Demi apa aku harus menjadi pengkhianat?" gerutu gadis itu.Alice melihat gadis itu berlari menuju kamarnya."Apa yang terjadi Sherly? Kau seperti melihat hantu."Sherly mengerjap, ia merasa malu andai bercerita kejadian tersebut kepada Alice."Kau b
"Jangan terlalu percaya diri, Fien. Kau akan tahu akibatnya jika kau lancang dan selalu menindas ku. Seharusnya kau mengerti apa yang aku maksud bukan?" kata Grace lalu merapat ke sisi Fien Clark yang sedang mematut dirinya di cermin."Ya, aku tahu. Aku juga tahu kau tak sebaik itu. Aku yakin obsesi yang kau miliki akan segera hilang, itu bagus. Grace, berkencan saja dengan pria lain yang mungkin mencintaimu, jangan paksa aku," lirihnya.Grace selalu saja kecewa. Fien Clark tak pernah memberikan kesempatan sedikitpun untuk dirinya.Ia membalikkan tubuhnya, mengerang pelan karena nyeri di hatinya.'Maafkan aku Fien, aku terpaksa melakukan ini," gumamnya pelan. Gadis itu melangkah ke sebuah nakas lalu kembali ke ruang tengah untuk sekedar duduk. Ia menunggu dengan hati berdebar.Kepala Fien Clark sedikit berdenyut. Pandangannya kabur dan ia dihinggapi perasaan aneh. Ia mulai membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Tak lama kemudian sebuah suara memanggiln
Setelah kejadian kebakaran tersebut Grace sangat tertekan. Sebab, Giant Travel adalah perusahaan penghasilan terbesar yang ia dapatkan. Dengan perusahaan ini, Grace bahkan bisa menopang seluruh kebutuhan hidupnya meski ia berfoya-foya.Sayangnya, bahkan polisi telah melacak jejak kebakaran tersebut dan hasilnya adalah itu murni konsleting dari sambungan listrik yang kabelnya sudah mulai tua."Paman, benarkah semua ini terjadi karena arus listrik yang konslet?""Begitulah, tak ada yang bisa kita lakukan, Grace. Kita harus mengganti uang pelanggan karena itulah jaminan keamanan. Asuransi tidak sepenuhnya membantu karena musibah tetaplah musibah.""Paman, aku masih belum yakin kalau ini bukan ulah seseorang. Sebaiknya carilah orang yang kompeten dalam meneliti kebakaran ini. Terlebih lagi sistem keamanan kita sangat rapi, konslet tidak seharusnya menyebar begitu cepat dan kenapa hidrolik kita tak berfungsi?" ujar Grace terus mendesak pamannya.Sementara
"Sepertinya aku ingin kau lebih serius menangani kasus Alice. Dia harus mendapatkan keadilan karena tindakan orang lain yang mengancam nyawanya. Apakah kau tak bisa melakukannya?"Antonio terus menatap Cindy dengan tatapan tajam namun lembut. Antonio belum ingin bertengkar dengan Cindy karena barang bukti yang asli rekaman kasus Alice masih di tangan Cindy."Masalah itu, ehmm baiklah, aku akan mencobanya, tunggulah beberapa saat lagi.""Aku sudah meminta seorang pengacara internasional untuk membantumu menyelesaikan kasus ini, besok pagi Tuan Lopez akan menemuimu. Ingat Cindy, aku tak bermain-main dalam kasus Alice ini. Selain aku berharap ia segera pulih, aku juga berharap pelakunya tertangkap," tegasnya."Antonio, aku juga bisa melakukannya sendiri, untuk apa kau mengundang Tuan Lopez? Aku sungguh tak menyukainya," protes Cindy.Cindy menolak tawaran Antonio karena tahu siapa Tuan Lopez. Selain otoriter, keputusannya sangat mutlak. Ini akan m
Fien Clark hanya pasrah kemana Alice dan Alex membawanya. Hingga akhirnya Alex tahu bahwa mereka menuju sebuah arena bermain."Wah, permainan apa yang akan kita mainkan?""Tidak sulit, ini cuma roll coaster, kau pasti akan menyukainya."Fien Clark makin terkejut. ia tak pernah tahu Alice suka dengan yang seperti ini.Sebenarnya Fien Clark tak pernah punya kesempatan untuk melakukan hal semacam itu. Ia bahkan merasa ngeri membayangkan sensasi semacam itu."Alice, bagaimana kalau kalian berdua saja yang melakukannya?""Apakah kau takut?""Ah, bukan begitu.... tapi aku merasa tak punya pengalaman.""Nah, itulah sebabnya kau harus mencobanya.""Daddy, aku percaya Daddy lebih hebat dari paman Erick. Jadi, Daddy harus mencoba. Bagaimana?"Mendapatkan tantangan dari Alex, Fien Clark tak berdaya. Ia terpaksa menuruti kemauan putranya apalagi setelah kejadian burung yang kabur tadi."Oke, tapi kalian harus jamin semua baik baik saja."Alex dan Alice melakukan tepukan toast tanda sepakat. "Ali
"Tapi Alice, balas dendam sangat tidak bagus dalam hidup kita ini. Kita harus selalu memaafkan dan tidak selalu menjadikan kemarahan itu hal yang penting. Dengan begitu hidup kita akan menjadi tenang dan membahagiakan.""Baik, tapi... apakah kita harus jujur dalam sesuatu? Misalnya haruskah kita jujur dalam sebuah kesalahan dan mengakuinya?""Tentu saja? Manusia yang baik adalah yang jujur. Bukankah begitu Alex?""Jadi, kau sungguh tak tahu siapa pria mengumopatku waktu itu?"Fien Clark melebarkan matanya. Ternyata Alice sungguh mengingat semuanya."Ah...itu...," ia mulai menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Uhmm, baiklah... aku mengakui bahwa itu adalah aku... maafkan ya...humm?"Alice sangat gemas dengan mimik wajah Fien Clark yang lucu sehingga ia mencubit kedua pipi Fien Clark."Alice, kau pasti sangat sedih waktu itu. Kau kehilangan pria sebaik saudaraku."Alice hanya diam, ia merasa itu hanya samar. Baginya hanya ada Fien Clark saat ini, kesedihan itu sepertinya hilang bersam
Ya, secara diam diam kebetulan Alice sering mengunjungi makam Erick tanpa sepengetahuan Fien Clark. Ia ingin tahu sejauh mana hubungan mereka dulu sehingga ia diam diam mengenang perjalanan ke makam tersebut. nyatanya ia hanya ingat seorang pria yang sering mengintai dirinya di makam tersebut. Ia tahu betul bahwa pria itu adalah Fien Clark. Untuk sebuah alibi, Alice akan mengajak Alex berjalan jalan dan memberi banyak makanan sehingga Alex melupakan masalah berdiam diri di makam dan hanya mengingat senangnya bepergian itu."Mau pergi kemana?" Fien Clark sedikit memiringkan kepalanya."Ayolah Daddy, sesekali kita ke makam paman Erick. Mommy sering membawaku ke sana.""Alice? Adakah penjelasan untukku?""Apa yang harus kujelaskan? Kau bisa ikut jika mau. Toh aku hanya berkunjung dan pergi bersenang senang dengan Alex. Kenapa? Kau cemburu?""Aku? Cemburu? Hah, bagaimana mungkin?"Alice mengulum senyum, ia tahu ekspresi Fien Clark yang masih saja cemburu."Bagus, aku senang pria yang spo
Banyak hal yang dilalui, Peter sedikit bersyukur pada akhirnya keadaan menyatukan mereka.bersama kondisi kejiwaan Grace yang berubah. Ketulusannya membuahkan hasil, sebagaimana Fien Clark yang berhasil mendapatkan wanita yang dicintainya. Di sisi lain Peter juga harus kehilangan sahabatnya Fien Clark karena sebab perbuatan Grace. Akan tetapi ia juga menyadari, bahwa kehidupan memang tak sempurna dan berjalan mulus sesuai keinginan. Ia kehilangan Fien Clark, tapi mendapatkan Grace. Sekarang ia hanya perlu memperbaiki semua sisi yang ia mampu, berharap Grace bisa mencintai sebagai ia mencintainya.Bagi Fien Clark, Peter adalah yang terbaik. Disaat semua membenci karakter Grace, pria itu malah menyukainya. Bahkan rela melakukan apapun."Maafkan Grace, aku tahu dia tak bisa memikirkan hal lain selain mengganggu hidupmu," kata Peter suatu hari saat menemui Fien Clark."Suatu hari nanti, aku berharap kita akan bertemu dalam keadaan melupakan semua dendam dan kesalahan Grace dan juga kesalah
Grace terus mencoba mengerti apa yang Peter ucapkan. Baginya itu terlalu menakutkan jika harus bersama dengan pria yang tidak dicintainya, tapi lihatlah apakah cinta itu begitu penting untuk dibahas lagi sementara ia hanyalah wanita yang butuh dengan superhero seperti Peter?Seorang anak yang seharusnya mendapatkan kasih sayang dan cinta, ia bahkan sedikit canggung dan benci karena itu adalah putra Peter."Kenapa kau sanggup menjalani hal semacam ini? Aku merasa terlalu banyak berhutang kepadamu. Bagaimana aku bisa lepas dari dirimu?""Kalau begitu, jangan pernah mencoba untuk pergi dariku. Aku akan mencari kemanapun kau pergi. Lagipula aku sudah tak perlu merasa khawatir karena semua sudah berakhir. Percayalah, kau justru yang akan merindukan aku, hmm?"Grace tersenyum. Sebenarnya itu mulai bisa dibenarkan."Jangan terlalu percaya diri. Bagaimana kalau ternyata aku benar-benar pergi darimu, kau mungkin juga sudah bosan menderita."Peter menatap tajam Grace, hati kecilnya sebenarnya t
Bukan hal yang aneh lagi, kalau Alice dan Fien Clark cenderung sering berdebat seperti orang bertengkar. Siapapun yang melihatnya akan merasa pasangan ini justru terlalu sering mengumbar kebersamaan."Lihat, kau ini wanita kenapa nggak nurut sama suamimu," begitu kata Fien Clark kalau sudah kalah debat."Ya ampun, apa itu sangat membuatamu senang? Aku menurut tapi menyimpan ketidak sukaan, nggak terima dan benci. Lebih baik aku mengatakan argumentasi, kalah menang memang bukan tujuan." "Begitu?"Fien Clark menyerah, Alice memang sangat pintar berargumentasi dengan sesuatu yang lebih masuk akal.Selain itu, cinta memang telah membuat ia sepenuhnya mempercayai Alice dan sangat ingin membuatnya bahagia. Ia tak ingin menyesal dan kehilangan Alice lagi yang membuatnya menderita."Kau bisa memilih gadis lain yang lebih baik dan cantik dariku seandainya kau tak menemukan aku pada waktu itu," suatu hari mereka berbincang tentang kisah bagaimana Fien Clark berjuang mencari keberadaan Alice."
Hampir saja membuat Barenzki menyesali apa yang terjadi kalau saja bukan karena gadis biasa seperti Sherly, yang selalu membuat Antonio tegar, melupakan Cindy dengan cepat. Ah, Fernandez bahkan berharap Antonio sungguh melupakan Cindy sama sekali.Kabarnya gadis itu telah kehilangan pekerjaannya karena terlalu berani menerima suap dari klien sehingga menghilangkan tanda bukti kejahatan seseorang. Salah satunya adalah kasus pembunuhan Grace dan komplotannya, ia menerima suap dari Wiliam, paman Grace. Pada akhirnya karir Cindy hancur, begitu juga keluarga Grace menerima hasil dari perbuatan mereka masing masing.Antonio akhirnya menyadari bahwa Cindy bukan wanita yang seharusnya dicintai. Bisa saja cinta itu sulit untuk dibuang, akan tetapi seorang pria pasti berharap hidupnya penuh ketenangan dan tidak mau dikhianati.Hal itu lambat lain membuat Antonio akhirnya menerima Sherly yang memang telah lama menyukai Antonio."Daddy, kemana saja, Antonio mencarimu sejak tadi." Tiba tiba Sherl
Tentu saja Alice menggelengkan gelengkan kepalanya dengan tingkah kedua ayahnya tersebut.Mereka hanya meributkan soal apakah Alice akan aktif dalam perusahaan ayahnya atau akan tetap bersama keluarga Fien Clark dengan aktifitas dirinya yang hanya mengurusi rumah tangga."Daddy, perusahaan itu bisa diserahkan kepada Sherly, dia lebih punya latar belakang bekerja, dan aku cuma sekolah rendahan. Tak akan bagus hasilnya sehingga usaha yang kau rintis itu hanya akan hancur di tanganku.""Ah, itu bisa dipelajari sambil bekerja. Kau juga pintar dan punya kemampuan, aku yakin itu.""Tidak, Daddy. Biarkan saja usaha itu dikelola Antonio dan Sherly dan aku hanya dapat hasilnya saja meskipun sedikit. Aku sudah cukup berlebih di sini, dan Antonio juga sudah mapan, Daddy tidak perlu khawatir tentang anak-anak Daddy.""Oh, jadi kau hanya mau terima beres ya? hmm?"Alice tertawa. Ia tahu ayahnya melunak, tak bisa lagi berbuat apa-apa dengan keputusannya."Benar, aku yakin Fien Clark tidak akan setu
Terbayang dalam ingatan, bagaimana ia berusaha dengan keras berbuat adil kepada dua orang anak lelaki yang merupakan putra Jenifer dan juga putranya, mereka dalam tanggung jawabnya sebagai seorang ibu setelah Jenifer pergi dari rumah itu. Akan tetapi berjalan waktu dirinya mulai menyesal karena tak semudah itu menjadi ibu Fien Clark. Bocah itu selalu protes dan memintanya pergi dari rumah. Sifat Fien Clark sangat keras seperti ayahnya, dan karena kerasnya mereka tidak pernah akur samasekali. Adapun putranya, Erick Davis, bocah itu selalu mengalah dalam banyak hal. Seolah-olah mengerti posisi dirinya. Seakan mengerti bahwa ibunya adalah orang yang pantas untuk disalahkan atas perceraian antara Fernandez dengan Jenifer. Mengingat hal itu, hati Nancy sangat terluka. Pada akhirnya putranya justru membenci dirinya, ibunya sendiri. Adapun dengan Fien Clark, saudara tirinya, Erick Davis selalu membela dan menyayangi kakak tirinya meskipun ia diperlakukan dengan sangat menyedihkan.Nancy