Share

Bab 2

Author: Ina Qirana
last update Last Updated: 2022-05-27 15:41:40

 

 

"Hah istri," ucap Kirana sambil memandang wajah Mas Hanif.

 

Keduanya masih keheranan dan tak percaya kalau aku adalah istri pemilik rumah megah di salah satu komplek ini, bahkan rumah mereka saja masih belum seberapa megahnya dengan rumahku ini.

 

"Mas, Anda jangan bercanda deh, masa iya seorang nyonya rumah ini nyapu-nyapu halaman, penampilannya kucel lagi." Mas Hanif bersuara.

 

Kurang ajar sekali memang mulutnya itu, ia tak tahu saja jika di depan suami aku bisa lebih cantik dan sexy dari istri barunya, asalkan dimodali wanita mana pun bisa cantik.

 

Di luar saja penampilanku tertutup dan polosan, kalau di dalam kamar artis Hollywood pun kalah saing.

 

"Saya ga bercanda, dia ini istri saya apa perlu perlihatkan buku nikah kita," sahut Mas Lutfi sambil mengeratkan rangkulannya, kami tersenyum bersama.

 

Mas Hanif masih tak percaya, ia geleng-geleng kepala sambil meremas dagunya yang klemis.

 

"Terus kenapa tadi dia nyapu-nyapu di depan? Anda pasti bohong 'kan? Atau sebenarnya dia ini memang pembantu sekaligus wanita simpananmu, iya?" Mas Hanif menyeringai.

 

Aku dan Mas Lutfi saling pandang, di wajahnya lelakiku itu nampak sekali sedang geram.

 

"Karena pembantu di rumah ini lagi sakit, makanya dia turun tangan. Istriku ini orangnya ga gengsian ya, Bung, camkan itu!" tegas Mas Lutfi sambil mencak-mencak.

 

Kirana dan Mas Hanif saling tatap dengan pandangan heran, apa mungkin penjelasan kami masih kurang dan tidak ngefek ap-apa ke otaknya?

 

"Mana pembantu kalian, aku ga percaya?" Si Kirana masih menantang.

 

Duh wanita satu ini minta dit*mpar saking kurang ajarnya.

 

"Ga ada, Nona. Pembantu kami pulang pergi tiap hari ga nginap di sini," sahutku dengan perasaan geram.

 

"Alasan!" sergahnya sambil mencebikkan bibir.

 

Menjijikan sekali.

 

"Dengar ya dia ini istri saya bukan pembantu!" Mas Lutfi kembali menegaskan.

 

"Terus kenapa penampilannya kucel gitu?" tanya Kirana sambil membusungkan dada.

 

Karena baju bagian dadanya terbuka, Mas Lutfi sampai tutup mata, mungkin tak enak melihatnya.

 

"Kamu dengar ya, istri saya ini ga murahan yang menjajakan tubuhnya pada setiap mata pria, di luar saja dia begini pake daster gombreng sama kerudung gede, kalau di kamar lain lagi ceritanya, Miyabi pun kalah sexy darinya, camkan itu!"

 

Pasangan luknut itu saling pandang lagi.

 

"Anda nyindir saya ya karena pakai pakaian begini?" Kirana naik pitam karena tersindir ucapan Mas Lutfi.

 

"Saya ga nyindir, Anda saja yang tersindir. Tapi bagus sih kalau Anda tersindir siapa tahu saja mau bertaubat menutup aurat." Mas Lutfi menyeringai.

 

"Heh, Bung, didik istrimu ini supaya sopan santun dan peringati dia untuk menutup aurat, masa iya Anda rela tubuh istri sendiri dinikmati mata pria lain." Suamiku bersuara lagi.

 

Pasangan tak tahu malu itu mengkerut, seperti kerupuk tersiram air, wajahnya mendadak pias dan saat itu aku masuk ke dalam sambil gandengan bersama Mas Lutfi.

 

Akan tetapi, tak berselang lama mobil Ferarri berwarna merah masuk ke pekarangan rumah kami, rupanya Laila adik iparku yang datang.

 

Ia turun dari mobil dengan anggunnya setelah pintu itu terbuka, lalu bergegas jalan menghampiri kami.

 

Kulihat Kirana dan Mas Hanif masih belum pergi juga, mereka malah berbisik-bisik ria entah membicarakan apa, mungkin juga membicarakan kedatangan Laila 

 

Dres mahalnya yang senada dengan high hells, dipadukan tas branded dan make up tebal yang membuat pasang mata terpesona melihatnya.

 

Lalu dengan tak tahu malunya Kirana mendekati Laila dengan jumawa. "Mbak, suami Mbak sudah selingkuh sama pembantu Mbak yang kucel ini, saya dan suami lihat sendiri tadi dia rangkul-rangkulan dan ngaku suami istri."

 

Aku dan Mas Lutfi menganga bersama, berarti pasangan luknut itu menganggap Laila istrinya Mas Lutfi, jadi pengen ngakak tapi kutahan saja demi melihat kebodohannya.

 

Sedangkan Laila mengerenyitkan kening, mungkin tak mengerti dengan maksud Kirana.

 

"Iya, waktu Mbak pergi mereka bermesraan tapi setelah Mbak datang mereka saling berjauhan, terus kerjanya juga ga bener lihat aja tuh sapu masih berserakan, lantai masih kotor," lanjut Kirana dengan tampang puas.

 

"Sudahlah, Mbak pecat aja pembantu kurang ajar gini kerjanya ga becus terus goda-godain suami Mbak lagi, saya yakin kalau dia ga dipecat bisa-bisa dia nusuk dari belakang." Kirana masih belum diam juga.

 

"Apa?!" teriak Laila dengan muka garang, lalu gadis itu melirik ke arahku dan Mas Lutfi bergantian, sedangkan Kirana nampak menyeringai puas, mungkin ia menganggap Laila akan memarahiku habis-habisan.

 

"Anda ini siapa sih?" Laila bertanya dengan tampang risih.

 

"Kenalin, saya tetangga baru Mbak, itu rumah saya." Kirana menjulurkan tangan lalu menunjuk rumahnya.

 

"Oh orang baru ya." Laila bergumam dan menerima uluran tangan Kirana walau sebentar.

 

"Eh Mbak, yang kamu sebut pembantu kucel itu ipar saya, bukan pembantu jangan sembarangan kamu ya. saya punya teman polisi dan bisa laporkan ucapanmu barusan atas tindak pencemaran nama baik!" tegas Laila.

 

Untuk kedua kalinya pasangan luknut itu menganga terperangah.

 

"Saya ga main-main ya, Mbak. Anda ini sudah kurang ajar sama ipar saya!" Laila gadis yang terkenal jutek itu merogoh sesuatu dari dalam tas brandednya.

 

Bersambung.

 

Related chapters

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 3

    "E-eh, jangan dong, Mbak. Kita ... euh ... kita minta maaf." Kirana terbata ketakutan."Minta maaf sama kakakku!" pinta Laila dengan ketus.Kirana menyeringai paksa lalu menatapku."Maaf ya, Mbak, tolong maafin aku," ujarnya seperti ketakutan, sementara suaminya nampak gelisah."Ya sudah saya maafkan, tapi jangan diulangi ya dan jangan pernah lihat orang dari penampilannya, karena penampilan itu bisa menipu."Kirana mangut-mangut tanda setuju."Jangan lapor polisi ya, Mbak," pintanya dengan wajah memelas pada Laila.Adik iparku yang terkenal jutek itu mengerlingkan matanya. "Ya ya, pergi sana.""Ayo ayo, Mas," gumam Kirana sambil menggandeng lengan suaminya.Kirana dan Mas Hanif akhirnya pulang juga dengan wajah pias, aku yakin malu yang mereka rasakan pasti sudah sampai ke ubun-ubun."Mereka itu siapa Mbak sih? Kok kurang ajar banget?" tanya Laila ketika kami duduk bertiga di sofa."tetangga baru, udahlah mereka ga penting." Aku mengalihkan pembicaraan.Tak enak jika Mas Lutfi tahu k

    Last Updated : 2022-05-27
  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 4

    Wajah Mas Lutfi nampak masam setelah tahu kami tetanggaan dengan mantan suamiku, bagaimana lagi ini sudah takdir, hanya itu yang bisa kukatakan."Mas ngambek ya? Mau pindah dari sini?" tanyaku dengan sungguh-sungguh."Ga usah, ngapain pindah. Justru kita harus buktikan sama mantanmu itu kalau kehidupan kamu sekarang lebih baik setelah menikah sama Mas," jawabnya sambil senyum-senyum.Ide bagus, untuk apa menghindar terlebih saat ini ada fitnah yang menyebar, bisa-bisa semua orang menyangka jika tuduhan itu benar.Padahal kami tak pelihara tuyul, Mas Lutfi sering di rumah karena menyerahkan bisnisnya itu pada orang kepercayaannya, ia hanya memantau dari kejauhan, itulah yang kuketahui."Mbak Risti, saya denger selentingan katanya suami Mbak pelihara tuyul, gosip itu ga benar 'kan?" tanya Bu Yani, asisten rumah tanggaku.Setelah beberapa hari sakit demam akhirnya ia bisa kembali bekerja, pekerjaannya pun hanya membersihkan rumah dan mencuci baju saja, soal masak aku yang turun tangan."

    Last Updated : 2022-05-27
  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 5

    Sambil menikmati segarnya udara pagi bersama secangkir kopi, aku melamun membayangkan pertemuan dengan Kirana di masa silam. Saat itu Kirana melamar kerja di kantor Mas Hanif dan ia diterima sebagai staf biasa. Namun, entah bagaimana ceritanya tiba-tiba ia bisa menjadi sekretarisnya. Sedangkan Lolita, sekretaris Mas Hanif sebelumnya dipecat dengan alasan yang tak masuk akal, perempuan itu mengatakan jika Kirana yang telah berbuat curang dan selalu menggoda Mas Hanif agar naik jabatan. Awalnya aku tak percaya, tetapi setelah mengumpulkan bukti barulah mataku terbuka dan bisa lebih peka membaca gerak-gerik mereka. Entah sejak kapan mereka memiliki hubungan, yang jelas semua ketahuan saat Mas Hanif pura-pura melakukan perjalanan bisnis ke luar kota, nyatanya ia pergi liburan bersama Kirana. "Kamu tega, Mas. Dan kamu juga Kirana ga punya hati, sudah tahu dia punya istri malah kamu pacari?!" Dengan bersimbah air mata aku mengamuk di hadapan mereka yang sedang berlaku mesra di pantai

    Last Updated : 2022-05-27
  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 6

    "Assalamualaikum, selamat siang semua." Mas Lutfi mulai bicara, sedangkan aku berdiri di sampingnya dengan senyuman gembira."Wa'alaikumus'salam." Serentak para tamu menjawab.Jujur saja aku deg-degan jadi pusat perhatian orang, tapi genggaman tangan Mas Lutfi seperti sebuah energi yang menguatkan."Saya Lutfi Dzuhairi selaku pemilik PT Milky Ways ini mengucap banyak terima kasih pada karyawan dari semua divisi dan yang utama kepada Bapak Hendy Sudarno selaku direktur yang telah banyak membantu pabrik ini menjadi berkembang pesat."Orang yang dimaksud suamiku tersenyum lalu menganggukan kepala."Pabrik susu murni ini merupakan cabang kedua, Alhamdulillah pabrik utama yang sekarang berada di desa Cirambay Sukabumi sudah berkembang pesat, dengan teknologi yang lebih canggih."Para tamu bertepuk tangan lagi."Selain pabrik susu kami juga mengelola peternakan sapi perah di desa itu, puluhan sapi bahkan kini hampir mencapai angka seratus itu, selalu menghasilkan susu segar setiap harinya u

    Last Updated : 2022-05-27
  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 7

    "Aku ga ngelakuin apapun! Ya sudah aku minta maaf, Mbak. Habisnya kemarin kalian bikin curiga, aku tanya suamimu kerja apa, Mbaknya ga jawab." Kirana bersuara menyela ucapanku.Aku tahu betul ia sangat menutup aibnya itu rapat-rapat."Masa sih aku ga percaya, cerita dong Mbak Risti." Bu Sisca keukeuh ingin mengetahui."Iya cerita aja," timpal ibu-ibu yang lain."Sebenarnya, suaminya itu hasil nger ....""Cukup ya, Mbak. Kamu jangan ngomong macam-macam! Kenapa sih Mbak fitnah aku?!" Kirana berteriak menyela ucapanku.Orang-orang di sekitar sukses memperhatikan kami, bahkan suamiku sampai berlari menghampiri."Udah udah, yuk ikut Mas, jangan berantem di sini. Ini tempat umum." Mas Lutfi menarik paksa tubuh ini."Awas ya kalau Mbak berani buka rahasia aku maka aku juga akan buka rahasia Mbak!" Kirana mengancam.Karena geram, aku menepis tangan Mas Lutfi dan balik menyerangnya."Aku ga takut ya, bongkar saja silakan di depan umum kalau gitu aku juga bakal bongkar kebusukanmu!" teriakku sa

    Last Updated : 2022-05-27
  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 8

    Kami pulang naik taxi, sedangkan mobil Pajero sport milik Mas Lutfi diurus anak buahnya."Siapa ya, Mas, yang ngempesin ban mobil kita?" tanyaku saat sudah sampai di rumah."Engga tahu, apa mungkin ...." Mas Lutfi tak meneruskan ucapannya."Kirana." Aku menyahut.Siapa lagi kalau bukan mereka, kalau memang kempes tak sengaja tak mungkin semua 'kan."Tapi kita ga ada bukti." Mas Lutfi membuka kancing baju atas dan melepas dasinya.Aku berdecak kesal, suamiku ini terlalu santai menghadapi Kirana, ia tak tahu saja sejahat dan senekat apa perempuan itu.Aku masih ingat dulu saat masih menjadi istri Mas Hanif, setelah ketahuan ada main di belakang, pasangan luknut itu terang-terangan berzina di rumah kami, membuatku jijik dan tentunya sakit hati.Luka yang digoreskan mereka membuatku trauma dalam jangka waktu lama, hampir tiga tahun lebih menjanda, hingga akhirnya emak dan bapak menjodohkanku dengan seseorang yang berasal dari desa sebrang.Seorang bujang lapuk yang berusia hampir kepala e

    Last Updated : 2022-06-03
  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab.9

    'Alhamdulilah, setelah sekian lama akhirnya kami diberi momongan juga, suatu kebanggaan bagi seorang wanita saat mengandung anak suaminya, sebagai seorang wanita belum sempurna kalau belum melahirkan anak'Status Kirana muncul di beranda efbe-ku pagi ini, aku menelan ludah, padahal sejak dulu mengandung adalah impian terbesar dalam hidup ini.Kenapa Kirana bisa hamil sedangkan aku belum? atau jangan-jangan benar kata Mas Hanif waktu itu kalau aku yang mandul?"Hasil pemeriksaan menyatakan kalau kamu itu ga bisa berikan keturunan, sangat kecil kemungkinannya,". ucap Mas Hanif tempo hari saat aku masih menjadi istrinya.Dahulu kami pernah mengecek kesuburan masing-masing ke dokter, tapi saat mengambil hasilnya aku tak ikut sebab harus pulang kampung.Saat itu jelas saja Mas Hanif kecewa, bisa jadi karena itu juga ia selingkuh dengan Kirana. Ah menyebalkan kalau ingat masa kelam itu.Kolom komentar Kirana dibanjiri ucapan selamat. Aku menengadah minta pada Tuhan agar menjauhkan hati ini

    Last Updated : 2022-06-03
  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 10

    "Ah sudahlah, Mas." Aku hampir saja mau membuang benda pipih itu saking putus asanya."Eh jangan buang dulu, sini coba Mas lihat." Ia merebut benda itu dari tanganku.Dilihat bolak balik pun percuma garis merah melintang hanya ada satu yang nampak, kalau begini aku harus bagaimana? kasihan Mas Lutfi kalau sampai tak memiliki anak hingga akhir hayatnya."Yang, lihat deh. Ini tuh kaya garis tapi kok ...." Ia menunjuk-nunjuk benda pipih itu.Aku melirik, garis apaan orang itu samar ga jelas begitu."Sudahlah, Mas." Aku mendesah lelah."Mas yakin kamu hamil tapi belum terdeteksi karena masih dini, kita tunggu semingguan lagi ya." Mas Lutfi memelukku."Setiap wanita yang punya rahim insya Allah berpeluang memiliki keturunan, jangan pesimis gitu dong." Mas Lutfi mengelus punggungku.Kata-katanya memang menyejukkan, tapi kekecewaan ini tetap saja ada enggan sirna, apalagi kalau ingat hasil tes kesuburan waktu itu, semakin putus asa saja."Tapi umur kita ga muda lagi, Mas. Apa mungkin?" Aku m

    Last Updated : 2022-06-03

Latest chapter

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 44.B

    Menjelang sore kami pulang kembali ke Jakarta hingga matahari tenggelam barulah kami bisa menginjakan kaki di rumah bercampur lelah."Mbak Ris, Ibu pulang ya. Itu di luar kayanya ada tamu," ucap asistenku, ia terbiasa pulang sore dan berangkat pagi."Oh suruh masuk aja.""Biar Emak yang bawain barang-barang ke dalam sekalian mau istirahat." Emak mengangkat paper bag dan beberapa kantong kresek, oleh-oleh dari Teh Naya dan sebagiannya kubeli di perjalanan tadi.Yang datang ternyata Sabrina bersama Rafka, aku menghela napas jangan sampai ia membuat tubuhku semakin lelah.Wanita itu tersenyum. "Assalamualaikum.""Wa'alaikumus'salam," jawabku dan Mas Lutfi serentak.Ia duduk di sofa bersebrangan denganku dan Mas Lutfi."Kayaknya kalian lagi pada capek ya, sebelumnya mohon maaf aku udah ganggu waktu istirahat kalian," ucap Sabrina.Wajah cantik dan segar itu menatap kami satu persatu, bodohnya aku selalu saja tersimpan cemburu ketika ia memandang suamiku."Ga apa-apa, santai aja. Rafka kan

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 44.A

    "Oh, jadi kamu istri keduanya ya?" tanyaku sambil maju satu langkah.Kulihat Bapak tampak khawatir memandang kami bertiga."Maksudnya?" tanya wanita itu terkejut."Dia ini ibu saya, istri pertamanya lelaki ini, fix selama ini Emak dibohongi sama Bapak, ada untungnya juga ya kita kemari." Aku menyeringai sinis.Wanita yang terlihat lebih muda dari emak itu nampak terkejut, sejurus kemudian matanya mulai berkaca-kaca, lalu menatap bapak penuh kecewa"Jadi ... jadi Akang punya istri selain aku?" tanya wanita itu dengan mata berkaca-kaca.Bibir bapak bergetar, tubuhnya terlihat sangat kurus dengan wajah yang semakin menua."Halimah, Akang bisa jelaskan," ucap Bapak sambil berusaha meraih tangannya."Akang udah bohong! Selama sepuluh tahun Akang bohongi aku! Keterlaluan!" Wanita itu berteriak.Sontak saja pasien yang lain saling melirik, karena ini kamar nomor dua, jadinya satu ruangan ditempati oleh beberapa orang."Maaf, Halimah, Maaf," ucap bapak dengan suara bergetar.Aku maju lagi sat

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 43.B

    "Mbak, sekarang aku benar-benar merasa di posisimu dulu, ditinggalkan dan dicampakkan. Hanya bedanya aku bersama anakku, ada tanggung jawab besar yang harus kupikul." Lagi-lagi Kirana terisak."Aku udah ngerasain karmanya akibat ngerebut suami orang, kamu benar, Mbak, kalau akhirnya Mas Hanif suatu saat akan direbut juga sama orang lain, sekali lagi aku minta maaf," ujar Kirana dengan suara bergetar."Kirana, aku udah maafin kamu." Tenggorokanku tercekat mendengar suara tangisannya."Terima kasih, terima kasih, Mbak. Aku berharap masa depanku nanti akan bahagia bersama anakku, aku harap karma ini hanya berlaku untukku tidak untuk keturunanku." Kirana bicara lagi."Syukurlah kalau kamu udah menyadari semuanya, aku seneng, Kirana."Hening, aku merasa terharu dengan semua yang terjadi, tak dapat dipungkiri ada rasa puas yang menjalar dalam hati, rasanya semua sakitku di masa lalu telah terbayar lunas."Tapi, kamu tinggal di mana sekarang?" tanyaku, agak khawatir juga karena setahuku oran

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 43.A

    "Aku ga ada urusan ya, Rin, dia itu bapak kamu, ya urus lah." Aku berucap sinis.Gantian, karena biasanya dia yang akan bicara ketus seperti itu padaku."Nyebelin! Cepat bilangin ke Emak tentang keadaan bapak, suruh dia pulang urusin suaminya, aku capek tahu nyuciin baju bapak yang bau pesing." Ririn membentak.Aku menahan tawa, akhirnya kena karma juga tuh anak sombong, baru beberapa hari ngurusin bapaknya saja sudah lelah, bagaiman emak yang berpuluh-puluh tahun mengurusnya, tak pernah dihargai lagi."Gugatan ke pengadilan sebentar lagi akan diajukan, Ririn anak manja, jadi bapakmu itu bukan lagi suami emakku, tapi mantan!" tegasku dengan suara pelan."Oh ya, emangnya bapakmu sudah ga kuat jalan ke kamar mandi ya? sampai pipis aja harus di celana?" Aku menahan tawa"Kamu tuh ya bener-bener ngeselin, masa iya nyuruh Emak sendiri bercerai, anak durhaka!" Ririn murka."Bodo amat, dari pada menikah tapi dibuat susah dan ngebatin, ya mending suruh cerai, di rumahku Emak kujadikan ratu, b

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 42.B

    Mas Lutfi mangut-mangut sambil terus menenangkan Maryam yang masih merengek."Ya sudah kalau gitu siap-siap, kita akan berangkat sekarang. Ris, motor udah dikasih?" Mas Lutfi melirikku.Aku mengangguk. "Udah Mas.""Oh ya, Mak, ga usah bawa baju banyak-banyak, bawa keperluan Emak yang penting aja, soal pakaian kita bisa beli di Jakarta."Emak mengangguk lalu memintaku untuk ditemani berkemas di kamarnya, ketakutan jelas masih tercipta di wajah tuanya."Temani Emak, Maryam biar sama aku." Kata Mas Lutfi seraya keluar bersama Teh Naya, dari kejauhan kudengar mereka mengobrol.Di dalam kamar Emak melipat baju-baju dan memasukkan beberapa buah perhiasan yang selalu ia sembunyikan dari Ririn dan bapak."Terima kasih ya, Ris, tapi beneran ga apa-apa 'kan kalau Emak tinggal sama kamu?" tanya Emak sambil menatapku.Aku mengangguk serius. "Ga apa-apa, Mak, Mas Lutfi juga menerima dengan senang hati, jangan mikir macem-macem ya." Aku tersenyum yakin."Oh, jadi kamu beneran mau pergi, Heti? mau t

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 42.A

    "Nih, Pak, mereka berdua yang udah hasut Emak buat minta cerai sama Bapak, anak macam apa kalian nyuruh orang tua cerai." Ririn si anak songong itu menunjuk wajah kami.Seketika suasana jadi tegang, Mas Lutfi dan Kang Ruswan berhamburan datang mengerumuni kami di dapur."Ada apa ini, Ris?" tanya Mas Lutfi."Heti! Apa bener anak-anak kamu mau kita pisah?" tanya bapak sambil melotot.Heti adalah nama emakku sedangkan nama bapak tiriku yang nyebelin itu Rusdi.Tangan emak dingin dan bergetar, wajahnya menunduk dalam. Lalu kugenggam erat tangan keriput itu dan kuelus punggungnya untuk menenangkan."Jawab, Heti!" tegas bapak dengan mimik wajah menyeramkan.Lelaki tua itu membanting kopiah yang ada di kepalanya ke lantai hingga tubuh emak terguncang ketakutan."Iya," jawabku dengan wajah menantang."Saya ga nanya kamu!" Bapak menunjuk wajahku."Cukup ya selama ini Emakku disiksa batinnya sama kamu! Sekarang tolong ceraikan dia dan tinggalkan rumah ini," cetus kakakku memasang tampang bengi

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 41.B

    "Setiap orang punya takdir, Ris, dan mungkin ini udah takdir Emak. Dengan melihat kalian sama suami kalian hidup bahagia aja Emak udah bahagia," jawab Emak sambil menyeka air mata."Kata siapa aku bahagia?!" Kupandangi wajah Emak dengan kubangan air mata."Aku ga bahagia kalau lihat ibu sendiri disakiti setiap harinya, harus kerja keras kerja di sawah milik orang, sementara aku setiap hari hidup enak dan nyaman, Emak pikir aku bahagia?!" Kupukul dada dengan linangan air mata.Akhirnya tangis kami bertiga pecah kami sama-sama menangis di ruangan sempit dan banyak perabotan lusuh ini.Kami saling merangkul dan menguatkan satu sama lain, dari sini aku menilai jika emakku ini memang sudah rapuh, hati dan dan juga jiwanya."Emak harus kaya gimana, Risti? Emak juga udah ga tahan, tapi kalau minta cerai Emak takut disantet." Emak sesenggukan hingga tubuh kurusnya tergoncang.Aku menyentuh pundak Emak yang hanya tinggal tulang, menatap yakin kalau semua akan baik-baik saja."Ga usah takut kit

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 41.A

    "Alaah, si Ririn sama bapaknya sebelas dua belas, bisanya bikin Emak repot, kamu harus tahu ya penghasil warung itu semua dimakan oleh bapak dan si Ririn, sedangkan emak, buat beli kebutuhannya tetap harus kerja di kebun dan di sawah."Tanganku mengepal erat mendengar hal itu, dasar tua Bangka licik, kukira warung itu akan membuat emakku sejahtera, nyatanya ia tetap saja kesusahan."Teteh ga bohong 'kan?" ucapku dengan nada jengkel."Engga, Risti, ngapain bohong. Rumahku ini berdekatan, pastinya aku tahu apapun yang terjadi sama Emak," jawab Teh Risti masih berbisik pula."Kita harus buat emak sama lelaki tua itu pisah, Teh, aku ga rela Emak disakiti." Aku emosi bukan main."Sudah sering Teteh bilang gitu tapi Emaknya aja yang belum siap, katanya takut nyusahin anak kalau jadi janda, lah punya suami aja susah." Teh Naya geleng-geleng kepala."Modal warung itu 'kan dapet pinjem dari suami kamu, coba sekarang tagih, aku yakin lelaki tua itu ga bakal mau balikin, pasti ada aja alasannya

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 40.B

    bab 40.B hd"Enak aja dipikir aku ini bangke tikus." Aku mendelik kesal lalu meninggalkannya.Malam hari aku dan Mas Lutfi diskusi, rencananya motor yang selalu aku gunakan ingin disedekahkan, tapi pada siapa? aku ingin orang itu orang yang tepat."Gimana kalau dari keluarga kamu aja, misal Teh Naya, motornya itu udah sering mogok 'kan?" ujar Mas Lutfi.Betul juga, kalau di keluarganya semua pada mapan, punya usaha dan ada pula yang bekerja di sebuah perusahaan besar seperti Laila."Betul juga ide kamu, Mas, kira-kira kapan kita ke kampung ya, kamu atur jadwal deh.""Emm, sekarang-sekarang juga ga masalah sih kalau aku, tapi fisik kamu kuat ga? ke kampung itu perjalanan lama dan jalannya jelek, emang kuat? 'kan abis lahiran," ujar Mas Lutfi lagi."Kuat lah, 'kan naik mobil bagus." Aku menarik turunkan sebelah alis."Masa? berarti itu juga bakal kuat dong ga takut lagi." Mas Lutfi menggodaku.Pasti ujung-ujungnya ke sana."Itu apaan?!" Aku melotot."Itu ntar malem," jawabnya sambil mes

DMCA.com Protection Status