Tentu saja aku tak mau membantu mereka. Lah hinaan mereka masih meninggalkan luka di hati. Jika malam ini aku di sini, lantaran semata-mata demi mas Bayu. Aku takut ia berbuat nekat lagi jika diabaikan."Loh, itu aja perhitungan. Lagian aku ini ibu suamimu, Stela adik suamimu." Ucapan ibu mertua ditekan seolah aku harus tetap membantunya, karena mereka keluarga mas Bayu. Seperti tak bersalah saja jika pernah mengatakan aku menantu gil*. Dan sampai detik ini, perbuatannya melempar wajahku dengan uang masih menyisakan luka seolah aku pembantu, bukan menatunya."Tuh dengar. Mertua itu sama seperti ibumu, sampai sini ngerti nggak?""Ya bedalah, perlu kujelaskan?""Tak berpendidikan tinggi berlagak sok pintar."Astaga, ini Jaka cara bicaranya sok dan seolah mengajarik
Pov InurTidak bisa dimaafkan. Stela telah melukai wajahku dengan goresan kukunya. Melawan pun aku kalah tenaga. Tentu saja aku kalah, aku belum lama selesai operasi caesar. Uh! Tiba-tiba bekas jahitan di perut terasa ngilu."Jaka, tolong adikmu, Ibu dapat uang dari mana?" Ibu mertua meratapi putri gil*nya.Dikiranya aku akan kasihan dengan air mata itu. Justru aku membencinya karena yang dikhawatirkan hanya Stela. Aku yang terluka fisik. Tapi seolah yang kualami hanya masalah biasa. Krim wajahku saja mahal. Cantik itu butuh biaya."Iiih, Ibu nih. Aku nggak punya uang. Gajiku dipegang Inur. Lagian listrik di rumah ini aku yang nanggung. Ibu coba lagi pinjam ke Bayu."Bagus, suamiku menolek membantu. Lagian gajinya aku yang pegang. Wajar dooong, aku kan istrinya. Aku bu
"Maaf ya, Rin, seharusnya aku mendengarkan ucapanmu agar tidak pergi ke rumah Ibu." Mas Bayu berbaring. Matanya menatap langit-langit kamar."Aku udah tau sifat Ibu dan saudaramu, Mas. Terutama sifat Inur. Makanya aku keberatan jika kita ke sana.""Iya, tapi aku sulit menolak. Toh Ibu wanita yang melahirkanku."Di sini tampak jelas karakter mas Bayu dengan kakaknya. Suamiku dari dulu paling tidak tegaan. Jika ibu dan saudaranya butuh pertolongan dan selagi bisa, pasti ia bantu. Beda dengan Jaka, ia perhitungan dan lebih mementingkan gengsi. Tapi kok orang seperti Jaka lama jatuhnya. Astagfirullah'alaziim, kok aku mikir begini ya?"Justru itu aku tidak tegas melarangmu, Mas. Lagian dosa jika aku memisahkanmu dengan Ibu." Mungkin ini namanya terpaksa menerima."Aku malu, merek
"Astagfirullah'alaziim." Lagi, aku berucap sambil mengurut dada. Berusaha sabar meskipun sulit. Informasi mpok Leha membuat hati panas dan amarah ini terasa ingin segera keluar."Aduuuh, jangan gitu, Rin. Tolong jangan libatkan aku. Ntar Ibu mertuamu nggak mau ngutangin aku lagi di warungnya.""Tenang, Mpok. Aku nggak bawa-bawa nama Mpok kok. Aku malah berterima kasih Mpok beri tau. Pantas ibu-ibu tetangga melihatku sinis. Tadinya aku udah merasakan nggak enak." Terbayang pandangan mereka saat aku memanggil mpok Leha tadi."Tau sendirilah, jika ibu-ibu di sini selalu percaya dengan ucapan sebelah pihak, seharusnya buktikan dulu dengan cari tau.""Tapi, Mpok nggak seperti mereka. Itu yang aku salut.""Ini efek hobi baca cerbung. Banyak pelajaran agar kita nggak bodoh."
"Aku rasa semuanya sudah cukup. Jadi semua ibu-ibu di sini akan tau kebenarannya, apakah aku seorang pengedar dan pencuri atau tidak. Tentu polisi akan menyelidikinya, jika terbukti aku tidak bersalah, aku akan tuntut atas kasus pencemaran nama baik.""Loh, emangnya bisa gitu? Jangan sok ngancam, tamat SMP aja seolah berilmu tinggi. Sadar diri lah, untung kuterima jadi mantu, gitu-gitu Bayu tamat D3. Yaa, nasib sial bersamamu ia jadi cac*t. Jadi nggak usah menakut-nakuti aku!" Ibu mertua menyanggah sambil menghinaku lagi. Selalu begitu, pendidikan jadi prioritas ia menghina. Bahkan kali ini kata-kata 'sial' juga baru terdengar."Mm Bu Ida, tapi Rina benar loh. Mantuku pernah difitnah gelapkan uang perusahaan, tapi setelah diselidiki, mantuku tak bersalah. Trus kami lapor tentang pencemaran nama baik. Yang menfitnah dipenjara loh," timpal seorang ibu-ibu. Namun ibu ini baru kali ini t
"Sana ambil hp-mu, kok malah diam?" Kudesak agar Inur segera membawa Jaka ke hadapanku sekarang. Hari ini juga, nama baikku harus kembali."Iyaaa, kamu tau sendiri lah, Mas Jaka kerja kantoran, mana sama ma si Bayu. Tentu Mas Jaka sibuk dong." Lagi, ia memperbandingkan suaminya dengan suamiku."Bentar kuambil Hp aku." Lalu Inur berlalu dari warung.Berusaha setenang mungkin. Sebenarnya ini sulit. Aku dituduh mencuri dan pengedar. Dan kali ini perbuatan ibu mertua harus kuselesaikan. Aku ingin ia mengakui depan semua orang yang ada di sini, jika tuduhan itu tidak benar. Kesalahan yang hanya bisa dimaafkan jika nama baikku dikembalikan."Oke, kita lihat kebenarannya sebentar lagi. Satu hal yang perlu kutekankan, aku tidak akan memaafkan atas kasus pencemaran nama baik, tanpa terkecuali! Tuduhan penged
Pov InurSial sial sial! Aku kira Rina wanita bodoh yang bisa dikibulin. Masak aku kelihatan takut depan orang banyak. Bisa gengsi dong kalah dari Rina. Uuuh! Apa yang harus kulakukan? Mas Jaka belum pulang kerja dan aku harus bisa menghadapi sendiri.Salah aku juga sih punya ide buat berita bohong tentang Rina. Semua semata-mata agar jualan krim Rina tak laku. Hati ini tak rela jika aku kalah darinya. Aku Inur tamat sarjana, lah Rina? Ia hanya tamat SMP dan ..., astaga, ia kok bisa tambah cantik.Hati ini semakin panas tak menentu. Rina bisa berubah dan kulitnya tambah cerah dan glowing. Pastilah ibu-ibu itu percaya Rina karena terbukti ia bukan jual nark*ba. Aduuuh, ketahuan nih aku bohong."Ayo, Nur ..., pikir pikir pikir! Mereka pasti menunggumu," gumamku sendiri sambil mengetok kening sendiri.
Ini sudah membuang banyak waktuku. Inur sepertinya sengaja menghindar mengakui kesalahannya. Begitupun Jaka, ia tak langsung pulang seolah meremehkan masalah ini."Ini hp-mu!" Kuberikan ponsel Inur yang tadinya kurebut agar bisa bicara dengan Jaka."Lancang amat, kamu kira ini hp kamu? Main rebut aja," cerocos Inur kesal sambil menerima kasar ponselnya."Jika tidak begitu, suamimu akan memperlama waktuku di sini. Kamu kira aku tak punya kerjaan lain, ngurusin ini berjam-jam.""Ya udah pulang sana! Ngapain juga di sini.""Hoy, Inur! Kamu mau menghindar dengan cara mengusir Rina? Jangan anggap Rina bodoh," sela bu Salma.Terlihat kekesalan bu Salma ke Inur. Tentu karena mereka selesai main jambak-jambakan. Tatapan Inur ke bu Sal
Mas Bayu menelepon memberitahukan tentang kematian Stela. Innalillahi, tak menyangka jika umur Stela sependek ini. Bahkan yang lebih parahnya, Stela pendarahan hebat karena ingin menggugurkan kandungannya. Pemikiran yang pendek hingga gadis seperti Stela mau melakukan hal yang membuat ia kehilangan nyawa. Teringat bagaimana dengan angkuh, ia menghina dan membanggakan pendidikannya. Hanya saja pendidikan belum tentu membuat seseorang berpemikiran panjang. Semoga Tuhan mengampuni semua dosa Stela, Aamiin."Kamu penyebab anakku mati! Kamu yang membunuh anakku! Kamu pembawa sial!"Baru menginjakkan kaki di sini, mataku langsung disuguhkan pemandangan yang sangat memprihatinkan. Ibu mas Bayu menyalahkan Inur di depan para pelayat. Sebuah alasan yang tak berlogika, kenapa Inur disalahkan atas kematian Stela. Astagfirullah'alazim ... Astagfirullah'alazim.
Pov Bu IdaRasanya duaniaku mau runtuh. Siang ini ada seseorang datangkerumah memberi kabar tentang Stela. Dan yang membuat rasanya hampir berhentibernafas, Stela pendarahan di sebuah rumah seorang wanita, yang diketahui bahwawanita itu adalah dukun beranak. Ya Tuhan, jangan renggut anakku.Tadinya aku sudah sangat senang melihat Stela tidak lagimurung. Ia berdandan cantik seperti biasa ke kampus. Bahkan saat minta izin,terlihat senyum mengambang di bibirnya. Ia putriku yang cantik danberpendidikan.Berbagai cara telah dilakukan untuk menutupi kehamilanStela. Namun setelah kedatangan Leha, ia semakin terpuruk karena para tetanggamengetahui kehamilannya. Putri yang dibanggakan dengan berpendidikan, dimanjadan bahkan semua kemauannya selalu dipenuhi semaksimal kemampuanku, akhirnyabernasib seperti ini. &
Pov BayuMungkin saat ini Rina sudah mendapatkan apa yang ia mau.Surat cerai. Tak ingin larut dalam kesedihan akan rasa kehilangan, setiappulang kerja aku menyibukkan diri berkebun. Maksudnya berkebun dengan polybagdi halaman rumah. Dan kini, rumah terlihat hijau dengan sayuran yang mulaimenampakkan banyak daunnya. Sebuah hobi yang juga menghasilakan uang meskipuntak banyak.“Ini kopinya, Bay.”Kupalingkan muka ke teras, ibu meletakkan secangkir kopi dimeja. Tanpa diminta, ibu selalu melakukannya. Kadang sepiring pisang gorengjuga menemani memanjakan lidah. Hidangan sederhana yang mengingatkan aku padaRina. Dulu ia yang sering menghidangkan itu. Rina ..., rindu ini hanya untukmu.Setelah mencuci tangan, aku duduk di teras. Menikmatisuasana sore yang akan
Rasanya tak menyangka jika Inur akan seperti ini. Kulitwajah mulus, putih dan glowing sudah tak terlihat. Yang ada hanya seseorangyang mepunyai kulit bekas melepuh karena terbakar. Tapi hanya di bagian pipisebelah kanan, namun tetap saja terlihat mengerikan. Astagfirullah’alaziim.“Ka-kamu bukan Inur, tidak mungkin.” Jaka mungkin syokdengan apa yang dilihatnya. Dan mungkin semua orang di ruangan ini juga sepertiitu.“Mas, aku Inur istrimu,” lirih Inur berusaha mendekati Jaka.“Jangan mendekat! Aku takut melihatmu.”“Apa kamu tak bisa lihat jika Jaka takut melihatmu?” ketusibu mas Bayu. Dari cara bicaranya, bisa dipastikan jika ia tak menyukai Inur.“Bu, aku istri Mas Jak
“Kita jalan-jalan ke mana, Rin?” tanya Ibu sambil memasukanmakanan ke rantang.“Ke danau aja, Bu. Di sana pemandangannya bagus.”“Nggak apa-apa rumah makan ditinggal?” tanya bapak sepertienggan pergi. Tentu saja bapak merasa senang dengan usaha rumah makan ini. Kamibisa makan enak dan menghasilkan uang. Dari penghasilan rumah makan, tak lupa disisihkanuang buat biaya kuliah Yana. Dan ini lebih baik dari dulu saat bapak menjadipemulung.“Sekali-sekali apa salahnya kita refreshing, Pak. Lagian adaDoni yang ngurusin rumah makan kita. Kita percayakan saja, toh ia orangnyajujur kok.”“Bukan itu masalahnya, hanya saja Bapak merasa nyamanmengurus usaha ini.”“Iih, Bapak.
Pov Bu Ida“Wah, banyak sekali belanjaanmu, Stel.”“Iya dong, Bu. Kapan lagi aku menikmati hidup kalau bukansekarang.” Stela duduk sambil meletakkan semua belanjaanya di meja. “Ini untukIbu.” Stela menyodorkan sebuah kantong belajaanya padaku.“Ini buat Ibu ya?” Senang sekali Stela membelikan akusesuatu. Segera aku buka kantong itu.“Iyaaa. Semoga cocok sama Ibu.”“Waaah, gamisnya bagus sekali, Stel. Trus ini sendalnya ...,astaga, harganya mahal sekali.” Baru kali ini aku punya sendal mahal. Palingamahal yang pernah aku punya hanya sekitar sembilan puluh ribu. Mendadak merasajadi orang kaya deh.“Kapan Bagas ke sini lagi? Trus kapan ia membelikan mobildan rumah?”Dari setelah menikah hanya janji yang ada. Bagas hanyasekali ke sini setelah menikah. Stelah itu tak muncul lagi. Aku tahu Stelatidak mempermasalahakan itu, yang penting uangnya
Pov Inur“A-apa? Kamu minta cerai, Nur?” Suara mas Jaka tergagap.Tepatnya mungkin ia merasa syok dengan permintaanku. Lah iya laah, siapa jugamau punya suami cac*t dan tak berg*na. Aku masih cantik dan bisa mencari lelakilain yang bisa memanjakan diri dengan uang.“Sudah putraku begini ulahmu, kamu meninggalkannya tanparasa kasihan?” Ibu yang masih berstatus ibu mertua, bersuara lantang menatap. Dikiranyaaku akan diam saja, nggak dong. lagian apa lagi yang bisa diharapkan dari keluargaini. Capek iya.“Mungkin nih ya, ia lebih tertarik sama su*mi orang, Bu,”timpal Stela mencemooh. “Kamu juga sadar diri dong, statusmu apa?” Tentu aku tidaktinggal diam.“Aku lebih ba
Pov Jaka“Tidak! Tidak! Ini pasti mimpi, ini pasti mimpi!”“Kakiku! Ibu ... kakiku, Ibu ....”“Aaaak! Aku mau mati saja, aku tak ingin hidup lagi, Ibu....”Teriakan ini berkali-kali saat melihat dan merasakan, akukehilangan kedua kaki. predikat lelaki cacat yang tidak berguna, itulahsebuatanku. Tidak, ini hanya mimpi. Tidak!“Sabar, Nak. Sabar ....” Ibu memelukku ketika aku tak mampulagi berdiri sendiri. Di ranjang ini, disaksikan semua keluarga betapa malangnyanasibku. Kecelakaan itu membuatku kehilangan kaki. Bahkan di setelah kecewamelihat Inur selingkuh. Istri yang dipuja, dibanggakan dengan pintarnya merawatdiri, tapi tega mengkhianati. Aku seperti seonggok sampah yang ta
Ini bukan karena aku tak kasihan ke Raka, tapi ini demikebaikan dan kelangsungan hidup membesarkannya. Tak ada niat memisahkan antaramas Bayu dengan Raka, namun ini masalah kenyamanan. Jika aku memaksakan tetapbersama mas Bayu, mau tak mau pasti berhubungan dengan ibu dansaudara-saudaranya. Untuk mencari uang akan terhalang karena memikirkan banyak masalahyang timbul. Aku capek dan jenuh dengan semua itu.Tentang sikap mas Bayu akan berubah, itupun membuatku takyakin. Jika mas Bayu kecewa dengan penolakan dari aku, itu tetap terjadi danaku harus memikirkan diri sendiri. Menenggang rasa sudah dilakukan dari dulu.Hasilnya, aku terbelenggu seputar masalah itu juga tanpa ada solusi darinya.“Jangan pernah istilah janda menjadikanmu minder. Hidupkalau memikirkan tentang pendapat orang tak akan habis. Pikirkan bagaimanamembesarkan Raka de